Anda di halaman 1dari 10

Badan Kerjasama Antar Gereja

Kecamatan Nainggolan
Ba

Disusun oleh : Christoffel Manurung

Debby Tambunan

Deviana Situmorang

Erna Panjaitan

Dosen : Pdt. Sikpan Sihombing,M.Th

STT-HKBP PEMATANGSIANTAR
T. A. 2015/2016

1
I. Pendahuluan

Awalnya gereja adalah satu, tetapi gereja yang satu itu kemudian tersebar kemana-mana
didunia ini lalu menyatakan diri sebagai “ gereja”. Persebaran ini membuat struktur dasar
hidup dan pelayanan gereja menjadi berbeda-beda. Walaupun begitu, perbedaan tersebut
bukanlah menjadi satu alasan untuk saling membeda-bedakan tetapi oleh perbedaan tersebut
maka kharisma yang diterima dari Tuhan akan mewarnai hidup dan pelayanan dalam gereja.
Dalam hal inilah, maka kesadaran untuk mewujudkan kesatuan lahir dan berkembang menuju
gereja yang satu yang menyadari diri satu sebagai tubuh Kristus. Sehingga yang disebut
“oikumene” mencakup gereja-gereja yang menyadari diri adalah satu dan melakukan
kegiatan-kegiatan yang oikumenis tanpa menekankan tata cara peribadatan dan doktrin
gereja tertentu tetapi menerima keberlangsungan kegiatan sebagai media yang menyatukan.

Demikianlah yang secara umum turut diusahakan oleh Badan Kerjasama Antar Gereja
termasuk didaerah penelitian penulis yakni Badan Kerja Sama Antar Gereja di tingkat
Kecamatan Nainggolan. Usaha menyatukan adalah prioritas melalui kegiatan oikumenis yang
dilakukan. Walaupun setiap kegiatan tidak selalu diterima dan diikuti oleh alasan doktrin
yang bertentangan dengan kegiatan yang diprakarsai BKAG Kecamatan Nainggolan. Hal ini
sejalan dengan keterangan Dr. T. S. G. Mulia pada pidato pembentukan DGI tahun 1950:
Gereja yang Esa beranjak dari pergumulan akan perpecahan dalam tubuh Gereja dan
persoalan teologi sehingga gereja memiliki keberanian untuk melepaskan diri dari
denominasi dan sektenya sendiri dan membentuk satu Gereja Kristus dengan satu ekspersi
kepercayaan.1 Sehubungan dengan hal tersebut, pertanyaan yang tengah kita pergumulan
dewasa ini adalah, tangtangan yang dihadapi oleh gereja-gereja yang juga menjadi tantangan
bagi BKAG Kecamatan Nainggolan. Lalu apakah usaha yang dilakukan untuk mencapai
kesatuan gereja-gereja tersebut? Selanjutnya akan dijelaskan dalam bagian pembahasan.

1
J. L. Ch. Abineno, Oikumene, Gereja dan Masyarakat di Indonesia, (Bogor: Percetakan “ Bogor”, 1965), 19

2
II. PEMBAHASAN

2.1. BKAG Kecamatan Nainggolan2

Badan Kerjasama Antar Gereja tingkat kecamatan Nainggolan berdiri atas dasar
keinginan untuk menjalin hubungan yang baik antar denominasi gereja sehingga menuju
kesatuan. Lembaga ini sudah sangat lama berdiri dan melakukan kegiatan-kegiatan
oikumenis antar gereja. Pada saat pertama kali berdiri maka keketuaan dijabat oleh Pdt.
Pasaribu dari Gereja HKI. Tetapi, pada tahun 2004, Pdt. Pasaribu menerima SK dan harus
melayani ditempat yang lain sehingga keketuaan BKAG diteruskan oleh Pendeta dari Gereja
HKBP Nainggolan yakni Pdt. Wilter Ompusunggu, S.Th yang sudah menjabat selama
beberapa periode yakni sejak tahun 2004-2015. Dalam menjalankan tugas kepemimpinan di
BKAG, beliau dibantu juga oleh seorang sekretaris umum yaitu St. P. Sinaga dan Pdt.
Parhusip Pendeta dari gereja Karismatik sebagai bendahara. Sementara itu, kepengurusan
dalam BKAG selalu menjalani periodesasi setiap satu kali dalam empat tahun, dan dalam
proses periodesasi pengurus BKAG dan pemerintah tingkat kecamatan mengundang
perutusan gereja-gereja lain untuk ikut dalam rapat periodesasi kepemimpinan di BKAG.
Namun, selama tiga kali periodesasi Pdt. Wilter Ompusunggu tetap ditunjuk dan dipercaya
untuk menjadi ketua BKAG. Adapun denominasi gereja yang menjadi anggota BKAG adalah
HKBP, HKI, GKPI, Karismatik, GPI, GKII, dan Gereja Haleluya. Badan Kerjasama Antar
Gereja Kecamatan Nainggolan bertempat di Jalan Pelajar No. 1 Nainggolan Kecamatan
Nainggolan, Kabupaten Samosir.

2.2. Kegiatan Oikumene

 Setiap tahun mengadakan kegiatan natal dan paskah bersama se-kecamatan


Nainggolan. Kegiatan natal dilakukan bersama seluruh anggota jemaat se-kecamatan
Nainggolan.
 Melakukan kegiatan tukar-mimbar antar pelayan dari denominasi gereja yang ada
dikecamatan nainggolan. Misalnya, pelayan di gereja HKBP melayani di gereja
Karismatik atau gereja aliran protestant lainnya demikian juga yang dilakukan
pelayan yang lain sesuai jadwal yang ditentukan Badan Pengurus Harian BKAG
kecamatan Nainggolan.

2
Wawancara dengan bapak Pdt. Wilter Ompusunggu, 7 Desember 2015, 19.00-20.15 WIB

3
 Melakukan kegiatan olahraga yang melibatkan denominasi gereja sekecamatan
Nainggolan dengan tujuan mempererat hubungan yang baik antar denominasi gereja.
 Mengunjungi anggota jemaat yang mengalami kemalangan dan melakukan ibadah
disana untuk pelayanan dan wujud turut berduka cita.

2.3. Dukungan Pemerintah terhadap gerakan oikumene BKAG3

Peran dan dukungan pemerintah terhadap pergerakan BKAG kecamatan Nainggolan


sangat nyata dalam kegiatan-kegiatan yang berlangsung. Hal ini terbukti dari sokongan dana
untuk BKAG dari pemerintahan tingkat Kabupaten dan tingkat kecamatan. Selain itu,
pemerintah dari tingkat kecamatan selalu bersedia memediasi BKAG untuk menjalin
hubungan dengan organisasi-organisasi diluar dan didalam kecamatan Nainggolan dan
bahkan ke tingkat kabupaten. Dukungan pemerintah tidak lepas dari usaha-usaha yang
dilakukan BKAG untuk menjalin komunikasi dan hubungan yang baik dengan pemerintah
daerah. Dengan demikian pemerintah dan para pelayan dari BKAG bergandeng tangan untuk
memajukan kegiatan-kegitaan oikumenis BKAG.

2.4. Persoalan /tangangan Kekristenan yang dihadapi BKAG

Secara umum, persolaan yang terjadi dalam BKAG adalah menyangkut doktrin
denominasi gereja. Persoalan doktrin ini sangat besar pengaruhnya, apalagi terkait
keikutsertaan denomininasi gereja dalam keanggotaan BKAG. Lalu, persoalan doktrin ini
paling banyak terjadi antara Kristen dengan Katolik. Hal ini dapat diperhatikan dari kegiatan
oikumenis yang paling sering dilakukan yakni Natal oikumene sekecamatan Nainggolan,
Katolik hampir tidak pernah mengikuti Natal Oikumene karena Natal dilakukan dibawah
tanggal 25 Desember. Hal ini didasarkan penetapan gereja Katolik yang mengacu pada
kelender gerejawi Katolik dimana gereja Katolik merayakan Natal mulai tanggal 25
Desember-6 Januari 2015 yang dikenal dengan masa epifani. Selain itu, dari sisi kebudayaan
Katolik masih melakukan budaya “mangalahat horbo” sementara Kristen secara khusus
HKBP sudah tidak membenarkan budaya ini. Katolik tetap mempertahankan budaya tersebut
dengan alasan kegiatan itu adalah bagian dari budaya. Oleh karena sekian banyak doktrin-
doktrin yang masih bertentangan antara Kristen dan Katolik maka lembaga F3K ( Forum
Komunikasi Kristen-Katolik) di samosir sangat aktif sebagai wadah yang memediasi untuk
meluruskan hal-hal yang bertentangsn sehingga mencegah hal-hal yang tidak diinginkan.

3
Wawancara dengan bapak Pdt. Wilter Ompusunggu, 7 Desember 2015, 19.00-20.15 WIB

4
Sementara persoalan antar denominasi yang lain tidak begitu mendominasi seperti Katolik
dan Kristen. Badan Kerjasama Antar Gereja lebih banyak menghadapi Katolik yang
mendominasi persoalan secara khusus terkait doktirn-doktrinnya.

2.5. Usaha-usaha mengatasi Persoalan4

Dalam melaksanakan usaha-usaha mengatasi persoalan, BKAG selalu bekerjasama


dengan pimpinan kecamatan untuk melakukan perkunjungan kegereja yang memiliki paham
berbeda/ bertentangan tentang suatu kegiatan oikumenis BKAG. Misalnya, menanggapi
ketidakikutsertaan Katolik dalam natal oikumenis, maka BKAG dan pimpinan kecamatan
bersama-sama mengunjungi pimpinan gereja Katolik didaerah kecamatan Nainggolan dan
melakukan komunikasi. Sehingga titik temu dari komunikasi yang berlangsung adalah,
Katolik memberi partisipasinya untuk kegiatan oikumenis tersebut tetapi tidak bersedia
mengikuti natal dengan alasan ajaran yang tetap mereka pegang sebagai doktrin yang sah
dalam gereja Katolik. Tetapi pada kegiatan oikumenis seperti Paskah, Katolik selalu bersedia
berpatisipasi sehingga pada perayaan Paskah Katolik dipercayakan membuat kegiatan “jalan
salib” yang diadakan disekitaran pasar Nainggolan dan kompleks HKBP Nainggolan.

Sementara terhadap denominasi lain, BKAG berusaha mempererat hubungan dan


mencegah pertentangan dengan cara membuat kegiatan oikumenis yang tidak berkaitan
dengan doktrin gereja yakni kegiatan olahraga daripada melibatkan kegiatan yang
bersangkutpaut dengan Alkitab yang sudah dipahami secara luas oleh denominasi gereja
sekecamatan Nainggolan dan tentunya berakar dari sejarah terbentuknya gereja-gereja
tersebut. Selain itu, melalui komunikasi dan jalinan hubungan yang baik gereja-gereja lain
juga tetap menunjukkan partisipasinya melalui dukungan dana dari persembahan untuk
keperluan kegiatan-kegiatan oikumenis.

III. ANALISA

Berdasarkan penelitian berupa wawancara terhadap Badan Kerjasama Antar Gereja di


Kecamatan Nainggolan, kelompok menganalisa betapa pentingnya oikumene sebagai wadah
kesatuan gereja-gereja di dalam Kristus. Hal ini dilatarbelakangi perbedaan-perbedaan yang
memisahkan gereja-gereja. Sehingga diharapkan atas kerjasama yang dibangun antar gereja
melalui BKAG maka kerinduan untuk menjadi satu lahir dari kerjasama yang telah ada
misalkan dalam hal pekabaran injil.

4
Wawancara dengan bapak Pdt. Wilter Ompusunggu, 7 Desember 2015, 19.00-20.15 WIB

5
Namun pada kenyataannya, usaha oikumenis BKAG kecamatan Nainggolan masih
dirundung beberapa hal yang menghambat gerakan oikumenisnya secara khusus persoalan
perbedaan doktrin antar Kristen dengan Katolik yang sangat jelas pengaruhnya dalam
keanggotaannya dalam BKAG dan dalam kehidupan sehari-hari. Tidak bisa dipungkiri,
bahwa daerah Samosir adalah daerah yang masih menganut budaya dengan sangat kental.
Demikian juga dilingkungan Nainggolan, penduduknya yang tergolong adalah masyarakat
yang adapt (akrab dengan budaya) sangat memperhatikan nilai-nilai budaya yang sudah
diajarkan nenek moyangnya. Oleh karena itu, dalam bidang keagamaan pun budaya tetap saja
mengikut sebagai corak yang melekat dalam keagamaan tersebut. Oleh karena itulah, sangat
penting bagi sebuah gereja menentukan budaya apa saja yang bisa diterima dilakukan oleh
anggota jemaatnya. Seperti halnya budaya “ mangalahat horbo” bagi HKBP budaya ini
bukanlah lagi budaya yang diterima di HKBP tetapi anggota jemaat Katolik masih mengakui
budaya ini dengan alasan kegiatan itu adalah bagian dari tardisi. Hal ini tidak diherankan lagi
karena mememang Katolik masih erat dengan budaya-budaya disekitarnya. Dalam hal ini,
bukan berarti gereja lain tidak mengakui sedikitpun corak budaya dalam gereja mereka tetapi
harus penuh pertimbangan mentoleransi budaya yang masih dilakukan anggota jemaat
mengingat suku Batak adalah suku yang dulunya sebelum kekeristenan adalah suku yang
menganut agama suku.

Pada dasarnya agama katolik adalah agama yang masih mempertahankan budaya atau
tradisinya. Hal ini berakar sejak kehadiran Portugis dan Spanyol di bumi Indonesia dan
menerapkan kekristenan berdasarkan tradisi yang dibawa dari tempat asal mereka. Tetapi satu
abad kemudian, Belanda hadir dengan membawa corak agama Protestan dan para
pengikutnya sudah menjadi pengikut reformasi Calvin. Orang-orang Protestan sudah
memiliki organisasi gereja, ibadah dan ajaran yang berbeda jauh dari aliran Katolik. Alkitab
diterjemahkan dalam bahasa yang dimengerti, hirearki dihapuskan, negara tidak lagi dibawah
dan tidak diatas agama tetapi sejalan. Sementara Katolik tetap mempertahankan kebudayaan
maka Protestan berusaha menguasai gereja didaerahnya masing-masing.5 Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa orang-orang Portugis dan Spanyol yang datang ke Indonesia
membawa Kekristenan dengan corak masih dekat dengan tradisi sementara Kristen aliran
Protestan tidak mempunyai pandangan yang lebih positif terkait budaya bagi prostestan
secara khusus agama suku adalah takhayul belaka bahkan disebut penyembahan berhala.

5
Van Den End, Ragi Carita I, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2013), 24-25

6
Berdasarkan keterangan diatas dapat kita perhatikan bahwasanya akar perbedaan tersebut
terletak pada ajaran gereja sejak lahirnya. Ketidakcocokan Kristen Protestant dan kristen
Katolik sudah mengakar dan terjadi di beberapa daerah lain. Untuk itulah lembaga Badan
Kerjasama antar Gereja hadir dan berusaha memediasi hal-hal yang bertentangan dengan cara
komunikasi dan membangun hubungan yang baik. Usaha BKAG selalu disertai dukungan
pemerintah dan terbukti dari kesediaan pimpinan kecamatan yang bekerjasama membangun
hubungan yang baik. Demikian juga dengan adanya Forum komunikasi Kristen Katolik yang
membicarakan masalah-masalah teologis.

Walaupun begitu, pekerjaan BKAG bukan semata-mata hanya fokus pada hubungan
kristen dan katolik karena menjadi persoalan yang mendominasi tetapi demikian juga dengan
hubungan antar gereja lainnya seperti HKI, GKII, GKI, HKBP, GKPI, Karismatik, dan lain-
lain yang sudah berkumpul dalam keanggotaan BKAG Kecamatan Nainggolan. Sebab ada
saja persoalan yang muncul, jika Katolik masih mengakui budaya-budaya disekelilingnya
maka berbeda dengan Karismatik yang sangat anti akan budaya secara khusus “ulos” sebagai
budaya suku Batak. Bahkan Karismatik menganggap “ulos” sebagai bagian dari
“hasipeleguon”. Bagi BKAG kecamatan Nainggolan, tidak memungkinkan untuk membuat
Karismatik mengubah ajarannya tetapi karena terkait soal budaya maka tentu penduduk yang
mencintai budaya “ ulos” akan terganggu. Oleh karena itu, untuk mencegah hal-hal yang
tidak diinginkan maka diadakan pendekatan dengan Karismatik melalui komunikasi dan
perhatian Badan Kerjasama Antar Gereja bersama-sama dengan pimpinan kecamatan.
Demikian juga dengan cara setiap denominasi gereja memahami Alkitab akan memiliki cara
dan teologi yang berbeda maka BKAG menghindari kegiatan yang memungkinkan
menimbulkan selisih paham dan mengalihkannya pada kegiatan yang bisa diterima secara
universal yakni kegiatan olahraga, yang menjadi media mempererat hubungan.

7
IV. KESIMPULAN DAN SARAN

Konsep dasar gerakan oikumene adalah memperjuangkan semesta ini menjadi rumah
dimana seluruh mahluk hidup dapat berdiam diri bersama dalam jalianan kasih, perdamaian
dan keadilan. Dalam hal ini gereja-gereja dipanggil untuk mencerminkannya dalam
kehidupan konkreat sehari-hari, melalui pemekaran spritualitas keseharian. Untuk menjawab
panggilan tersebut gereja harus sesuai dengan maknanya yakni mengusahakan kesejahteraan
anggota jemaatnya dengan cara membangun hubungan yang akrab dengan Kristus Yesus
sebagai kepala gereja. Sudah barang tentu, hal ini harus dilakukan juga dengan kerjasama
antar gereja yang lainnya dengan cara membangun sikap mau belajar dari orang lain dan
membangun hubungan baik dengan agama-agama lain. Walaupun terkadang terdapat
ketidakcocokan atau perbedaan maka hal itu bukanlah menjadi alasan untuk saling
membenarkan ajaran sendiri tetapi berusaha menerima perbedaan tersebut. Dalam hal ini,
BKAG berperan penting untuk menjadi wadah kesatuan gereja-gereja tersebut. Secara khusus
BKAG Kecamatan Nainggolan yang diperhadapkan dengan konsep budaya yang kental dan
keagamaan. Oleh karena itu, BKAG didukung oleh pemerintahan untuk usaha menyatukan
gereja-gereja dengan komunikasi dan kegiatan-kegiatan oikumenis yang melibatkan seluruh
anggota dalam BKAG dan mempertimbangkan kegiatan yang dilakukan harus berorientasi
menuju kesatuan bukan menimbulkan perpecahan.

Berangkat dari tujuan BKAG sebagai wadah kesatuan gereja-gereja di tingkat Kecamatan
adalah menuju kesatuan maka penulis menyarankan supaya BKAG tetap mempertahankan
dan apabila memungkinkan mengembangkan kegiatan-kegiatan oikumenis didaerah
kecamatan. Terkait persoalan budaya, maka perlu melibatkan masyarakat dalam musyawarah
bersama untuk membahas hal-hal yang diperdebatkan dalam masyarakat termasuk
menyangkut hubungan keagamaan dan budaya. Sehingga dalam hal ini baik BKAG,
pemerintrah, dan masyarakat dapat bersama-sama mengusahakan hubungan yang baik demi
mencapai kesatuan dan kedamaian sebagai penduduk yang hidup saling berdampingan.

8
V. LAMPIRAN

Foto bersama ketua BKAG Kecamatan Nainggolan di depan Kantor BKAG Kec. Nainggolan

9
DAFTAR PUSTAKA

J. L. Ch. Abineno,
1965 Oikumene, Gereja dan Masyarakat di Indonesia, Bogor:
Percetakan “ Bogor”

Van Den End,


2013 Ragi Carita I, Jakarta: BPK Gunung Mulia

Wawancara dengan bapak Pdt. Wilter Ompusunggu, 7 Desember 2015, 19.00-


20.15 WIB

10

Anda mungkin juga menyukai