Anda di halaman 1dari 7

b

BAB
B
VI
DESKRIPSI PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
MUTU SDM KESEHATAN

Salah satu komponen penting dalam upaya meningkatkan

pelayanan kesehatan yang berkualitas adalah pengembangan

sumber daya manusia kesehatan yang berkualitas. Untuk

mempertahankan dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia

kesehatan diperlukan upaya pembinaan dan pengawasan mutu

sebagai bagian dari pengembangan dan pemberdayaan sumber daya

manusia kesehatan.

Tujuan utama pembinaan dan pengawasan mutu SDM

Kesehatan adalah untuk meningkatkan kualitas SDM Kesehatan

sesuai kompetensi yang diharapkan dalam mendukung kebutuhan

pembangunan kesehatan. Pembinaan dan pengawasan mutu SDM

Kesehatan juga ditujukan untuk memberikan perlindungan terhadap

masyarakat sebagai pelaku pembangunan kesehatan dan konsumen

pelayanan kesehatan. Pembinaan dan pengawasan mutu SDM

Kesehatan dilakukan dengan melaksanakan standarisasi, sertifikasi

dan lisensi, dengan meningkatkan kerjasama dengan pemangku

kepentingan lainnya seperti Organisasi Profesi Kesehatan dan

pemerintah daerah.

54
A. STANDARDISASI DAN SERTIFIKASI
Salah satu upaya pembinaan dan pengawasan mutu

terhadap tenaga kesehatan adalah melalui standarisasi dan

sertifikasi tenaga kesehatan.

1. Standar Profesi Tenaga Kesehatan

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014

tentang Tenaga Kesehatan, yang termasuk Tenaga di

bidang Kesehatan adalah Tenaga Kesehatan dan asisten

tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan harus memiliki

kualifikasi minimum Diploma tiga, kecuali medis. Ketentuan

kualifikasi minimum Tenaga kesehatan diatur dengan

Peraturan Menteri. Asisten Tenaga Kesehatan harus

memiliki kualifikasi minimum pendidikan menengah di

bidang kesehatan. Asisten tenaga kesehatan hanya dapat

bekerja di bawah supervisi Tenaga Kesehatan. Ketentuan

lebih lanjut mengenai Asisten tenaga kesehatan diatur

dengan Peraturan Menteri Kesehatan.

Tenaga kesehatan dikelompokkan dalam 13 (tiga

belas) kelompok dan 40 jenis tenaga kesehatan, antara lain

Tenaga Medis (dokter, dokter gigi, dokter spesialis, dan

dokter gigi spesialis), Tenaga Psikologi Klinis (psikologi

klinis), Tenaga Keperawatan (berbagai jenis perawat),

Tenaga Kebidanan (bidan), Tenaga Kefarmasian (Apoteker

dan Tenaga Teknis Kefarmasian), Tenaga Kesehatan

55
Masyarakat (epidemiologi kesehatan, tenaga promosi

kesehatan dan ilmu prilaku, pembimbing kesehatan kerja ,

tenaga administrasi dan kebijakan kesehatan, tenaga

biostatistik dan kependudukan serta tenaga kesehatan

reproduksi dan keluarga), Tenaga Kesehatan Lingkungan

(tenaga sanitasi lingkungan, entomolog kesehatan,

mikrobiologi kesehatan), Tenaga Gizi (nutrisionis dan

dietisien), Tenaga Keterapian Fisik (Fisioterapis, okupasi

terapis, terapis wicara dan akupuntur), Tenaga Keteknisian

Medis (perekam medis dan informasi kesehatan, teknik

kardiovaskuler, teknisi dan pelayanan darah, refraksionis

optisien/optometris, teknisi gigi, penata anestesi, terapis

gigi dan mulut, audiologis), Tenaga Teknik Biomedika

(Radiografer, elektromedis, ahli teknologi laboratorium

medik, fisikawan medik, radioterapis dan ortotik prostetik),

Tenaga Kesehatan Tradisional (Tenaga kesehatan tradisional

ramuan dan tenaga kesehatan tradisional keterampilan) dan

Tenaga Kesehatan Lainnya.

2. Sertifikasi dan Lisensi.


Setiap tenaga kesehatan yang akan menjalankan

pekerjaannya wajib memiliki STR (Surat Tanda Registrasi).

Untuk memperoleh STR, tenaga kesehatan harus memiliki

ijazah dan sertifikat kompetensi. Ijazah dan sertifikat

kompetensi diberikan kepada peserta didik setelah

56
dinyatakan lulus ujian program pendidikan dan uji

kompetensi. Sertifikat Kompetensi dikeluarkan oleh Majelis

Tenaga Kesehatan Indonesia (MTKI). Hal tersebut diatur

oleh Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor 46 Tahun 2013 tentang Registrasi Tenaga

Kesehatan.

Majelis Tenaga Kesehatan Indonesia (MTKI) adalah

lembaga yang berfungsi untuk menjamin mutu tenaga

kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan, yakni uji

kompetensi bagi tenaga kesehatan, pemberian STR dan

pembinaan praktik atau pekerjaan yang dilakukan oleh

tenaga kesehatan. Seorang tenaga kesehatan harus benar-

benar teruji kompetensinya melalui hasil uji kompetensi

yang dilaksanakan oleh Majelis Tenaga Kesehatan Indonesia

(MTKI). Dalam pelaksanaannya MTKI akan dibantu oleh

Majelis Tenaga Kesehatan Provinsi (MTKP). Sasaran dari uji

kompetensi, sertifikasi yang dikeluarkan oleh Majelis Tenaga

Kesehatan Indonesia (MTKI) adalah semua tenaga

kesehatan selain Dokter, Dokter Gigi dan Farmasi, yang

antara lain Perawat, Bidan, Fisioterapis, Perawat Gigi,

Refraksionis Optisien, Terapis Wicara, Radiografer, Okupasi

Terapis, Ahli Gizi, Perekam Medis dan Informasi Kesehatan,

Teknisi Gigi, Sanitarian, Elektromedis, Analis Kesehatan,

57
Perawat Anestesi, Akupuntur Terapis, Fisikawan Medis,

Ortotis Prostetis, Teknisi Transfusi Darah, Teknisi Kardiovas

kuler serta Ahli Kesehatan Masyarakat.

Berdasarkan hasil pemetaan data SDMK tahun 2020

tenaga kesehatan kab. Muna barat yang sudah memiliki STR

mencapai 82,6% orang. Untuk jelasnya dapat dilihat pada

tabel di bawah ini.

GRAFIK 19
JUMLAH SELURUH PROFESI KESEHATAN YANG
MEMILIKI STR DI KABUPATEN MUNA BARAT
TAHUN 2020

PERSENTASI JUMLAH TENAGA KESEHATAN MEMILIKI STR DAN


TERDAFTAR PADA APLIKASI SISDMK FASYANKES KAB MUNA BARAT
TAHUN 2020

82.6

54.3
48.6
35.7 35.5 35.7
25.6 28.2
19.0 15.4
11.1 12.2
0.0 0.0 0.0 0.0

Sumber : Data SDMK di Kab. Muna barat tahun 2020

Dari tabel diatas bahwa dari persentase tenaga

kesehatan berstatus memiliki STR masih sangat rendah hal

ini disebabkan pelaksanan pencatatan pada aplikasi SISDMK

belum maksimal untuk mengetahui ketersediyaan data

Surat tanda registrasi masing masing jenis tenaga

58
kesehatan di Puskesmas, hal ini memerlukan penaganan

selanjutnya yang harus lebih baik untuk memastikan bahwa

seluruh tenaga kesehatan yang bekerja melakukan

pelayanan kesehatan secara administratif telah memenuhi

standar kompetensi dibuktikan dengan Surat tanda

Registrasi, izin praktek, dan izin kerja.

B. PENDIDIKAN BERKELANJUTAN

Dalam rangka meningkatkan akses dan mutu pelayanan

kesehatan, perlu diupayakan peningkatan potensi dan kualitas

SDM Kesehatan salah satunya adalah dengan memberikan

kesempatan SDM Kesehatan untuk melanjutkan pendidikan ke

jenjang yang lebih tinggi atau mengikuti tugas belaja sesuai

dengan kompetensinya. Oleh karena itu, Kementerian

Kesehatan membuka peluang bagi sumber daya manusia

kesehatan untuk bisa mendapatkan program tugas belajar

dalam negeri. Program-program yang disediakan antara lain,

program Diploma Empat (D-IV) Mitra Spesialis, Program

Sarjana (S1), Program Magister (S2) dan Program Doktor (S3).

Berdasarkan Hasil pemetaan SDM Kesehatan Provinsi

Sulawesi Tenggara tahun 2020 tidak ada yang melanjutkan

pendidikan.

59
Berdasarkan Hasil pemetaan SDM Kesehatan Dinas

Kesehatan Kabupaten Muna Barat Tahun 2020 tidak ada tenaga

kesehatan yang melanjutkan pendidikan berdasarkan jenis

pendidikan lanjutan dan jenjang pendidikannya. Untuk tahun

2019 masih terus melanjutkan pendidikan Yaitu 1 Orang

Tenaga Dokter Umum melanjutkan Pendidikan profesi ke

Dokter Spesialis.

Dalam rangka meningkatkan kapasitas Tenaga kesehatan

perlunya mengidentifikasi kebutuhan tenaga kesehatan dengan

jenjang pendidikan untuk pelaksanaan pemenuhan kebutuhan

pendidikan tenaga kesehatn melalui tugas belajar atau izin

belajar dengan pengawasan dan pemetaan kebutuhan

pendidikan yang bersesuaian dengan pemenuhan kebutuhan

tenaga kesehatan sesuai dengan analisis beban kerja dan

analisis jabatan yang dibutuhkan.

60

Anda mungkin juga menyukai