Principle adalah pemilik dari product yang didistribusikan barang/ productnya pada
distributor. Distributor mendistribusikan atau menjual barang atau product prinsipal,
dengan mendapat keuntungan distributor bertanggung jawab atas ketersediaan barang
prinsipal sesuai perjanjian yang telah disepakati. dan biasanya principle yang sudah
bekerjasama dengan distributor menjalankan program untuk menunjang pendistribusian di
masing-masing area. Contoh: Mayora, Unilever, Nestle, PT. Indofood
3. Obat Ethical Produk Kimia Farma
Nama Obat Kandungan Dosis Bentuk sediaan
Glucokaf Glimepirid 1 mg Tablet
Diazink Zink Sulfat 7 Hidrat 88 mg Tablet
ORACEF Cefixime 100 mg Capsul
KIFAROX Ciprofloxacin 500 mg Tablet
8. Pemesanan mendesak harus dilakukan ke apotek kimia farma terlebih dahulu sebelum ke
apotek swasta lainnya, mengapa?
Karna berkaitan dengan keuntungan apotek kimia farma itu sendiri. Harga beli obat di
apotek swasta lain menggunakan harga normal, tetapi harga jual obat di apotek kimia
farma akan tetap mengikuti harga jual obat yang ada di system.
9. Apa yang dimaksud dengan beli putus dan konsinyasi
Beli putus adalah pembeli membeli barang dagangan dari penjual dibayar diawal dan
tanpa ada kerjasama
Konsinyasi adalah bentuk kerjasama penjualan barang antara dua pihak, dimana salah
satu pihak sebagai pemilik barang menyerahkan barangnya kepada pihak tertentu
untuk menjualnya kemudian akan mendapatkan komisi tertentu , pembayaran
dilakukan di akhir periode.
10 Jika apotek tidak memiliki klinik apakah bisa bekerja sama dengan BPJS?
Tidak bisa bekerja sama dengan BPJS, karena persyaratan menjadi fasilitas tingkat
pertama bpjs yakni harus memiliki klinik pratama yang ada surat ijin operasional, tempat
praktek dokter atau dokter gigi, puskesmas, rumah sakit kelas D pratama
11. Syarat pendirian Klinik (Permenkes No. 9 Tahun 2014)
1. Lokasi Klinik harus memenuhi ketentuan mengenai persyaratan kesehatan
lingkungan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan
2. Bangunan Klinik harus bersifat permanen dan tidak bergabung fisik bangunannya
dengan tempat tinggal perorangan
3. Bangunan Klinik harus memperhatikan fungsi, keamanan, kenyamanan dan
kemudahan dalam pemberian pelayanan serta perlindungan keselamatan dan
kesehatan bagi semua orang termasuk penyandang cacat, anak-anak dan orang usia
lanjut.
4. Bangunan Klinik paling sedikit terdiri atas: a. ruang pendaftaran/ruang tunggu; b.
ruang konsultasi; c. ruang administrasi; d. ruang obat dan bahan habis pakai untuk
klinik yang melaksanakan pelayanan farmasi; e. ruang tindakan; f. ruang/pojok
ASI; g. kamar mandi/wc; dan h. ruangan lainnya sesuai kebutuhan pelayanan
5. Prasarana Klinik meliputi: a. instalasi sanitasi; b. instalasi listrik; c. pencegahan
dan penanggulangan kebakaran; d. ambulans, khusus untuk Klinik yang
menyelenggarakan rawat inap; dan e. sistem gas medis; f. sistem tata udara; g.
sistem pencahayaan; h. prasarana lainnya sesuai kebutuhan
6. Penanggung jawab teknis Klinik harus seorang tenaga medis.
7. Penanggung jawab teknis Klinik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
memiliki Surat Izin Praktik (SIP) di Klinik tersebut, dan dapat merangkap sebagai
pemberi pelayanan
8. (1) Klinik rawat jalan tidak wajib melaksanakan pelayanan farmasi. (2) Klinik
rawat jalan yang menyelenggarakan pelayanan kefarmasian wajib memiliki
apoteker yang memiliki Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA) sebagai penanggung
jawab atau pendamping
9. (1) Klinik rawat inap wajib memiliki instalasi farmasi yang diselenggarakan
apoteker. (2) Instalasi farmasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melayani resep
dari dokter Klinik yang bersangkutan, serta dapat melayani resep dari dokter
praktik perorangan maupun Klinik lain.