Askep Perkemihan Hidronefrosis
Askep Perkemihan Hidronefrosis
TINJAUAN PUSTAKA
2.2 Pengertian
Hidronefrosis merupakan suatu keadaan pelebaran dari pelvis ginjal dan
kalises [ CITATION Mut11 \l 1057 ].
Hidronefrosis yakni dilatasi abnormal pada pelvis ginjal dan kaliks di satu
atau kedua ginjal akibat obtruksi aliran urine di saluran genitourinari dan
dapat bersifat akut maupun kronis [ CITATION Cor09 \l 1057 ].
2.3 Etiologi
Banyak faktor yang memungkinkan terbentuknya kondisi hidronefrosis,
diantaranya sebagai berikut [ CITATION Mut11 \l 1057 ]:
Ureter
Intrinsik Fungsional Ekstrinsik
Uretropelvic junction Infeksi gram Retroperitonial
stricture negatif lymphoma
Uretrovesical junction Neurogenik Retroperitoneal
obstruction bladder sarcoma
Papillary necrosis Kanker serviks
Ureteral folds Kanker prostat
Ureteral valves Retroperitoneal fibrosis
Ureteral sticture Aortic aneurysm
(iatrogenic) Inflammatory bowel
Blood clot disease
Benign fibroepithelial Retrocaval ureter
polyps Uterine prolapse
Ureteral tumor Kehamilan
Fungus ball Iatrogenic ureteral
Ureteral calculus ligation
Ureterocele Ovarian cysts
Endometriosis Diverticulitis
Tuberculosis Tuboovarian abscess
Retrocaval ureter Retroperitoneal
hemorrhage
Kandung Kemih
Intrinsik Fungsional Ekstrinsik
Karsinoma kandung Neurogenic 1. Pelvic lipomatosis
kemih bladder
Bladder calculi Vesicouretral
Bladder neck reflux
contracture
Cystocele
Primary bladder neck
hypertrophy
Bladder diverticula
Uretra
Intrinsik Ekstrinsik
2. Urethral stricture 7. Benign prostatic
3. Urethral valves hyperplasia dan
4. Urethral diverticula prostate cancer
5. Urethral atresia
6. Labial fusion
2.4 Patofisiologi
Hidronefrosis merupakan respons hasil dari proses anatomis atau
fungsional dari suatu gangguan aliran urine. Gangguan ini dapat terjadi
dimana saja di sepanjang saluran urine dari ginjal sampai ke meatus uretra.
2.7 Penatalaksanaan
Peran pengobatan hidronefrosis terbatas untuk mengontrol rasa sakit
dan pengobatan atau pencegahan infeksi. Sebagian besar kondisi pasien
memerlukan tindakan invasif atau intervensi bedah dengan prognosis
pascabedah yang baik.
2.8 Komplikasi
Jika hidronefrosis tetap tidak diobati, peningkatan tekanan di dalam ginjal
bisa menurunkan kemampuan ginjal untuk menyaring darah, mengeluarkan
produk sampah, dan membuat urin serta mengatur elektrolit dalam tubuh.
Hidronefrosis bisa menyebabkan
1. Infeksi ginjal (pyelonephrosis)
2. Gagal ginjal
3. Sepsis
4. Ginjal kehilangan fungsi (dalam beberapa kasus), atau kematian.
Menurut Corwin (2009), komplikasi yang mungkin muncul akibat
hidronefrosis adalah batu ginjal dan sepsis.
2.9 Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas Klien
1) Nama
Nama klien sangat dibutuhkan sebagai identitas klien
2) Umur
Banyak ditemukan pada usia diatas 60 tahun.
3) Jenis kelamin
Lebih banyak terjadi pada perempuan daripada laki-laki.
4) Pekerjaan
Pekerjaan klien dapat berpengaruh terhadap penyebab klien menderita
hidronefrosis, misalnya sopir atau sekretaris yang pekerjaannya banyak
untuk duduk sehingga meningkatkan statis urine.
b. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Dahulu
Riwayat pasien terdahulu mungkin pernah mengalami penyakit batu
ginjal, tumor, pembesaran prostat, ataupun kelainan kongenital.
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Riwayat kesehatan sekarang ialah status kesehatan klien saat ini seperti
klien berkemih sedikit tergantung periode penyakit, nyeri saat
berkemih,nyeri panggul.
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat kalkulus dalam keluarga, penyakit ginjal, gout, diabetes
c. Data fokus berdasarkan klasifikasi Doenges dkk. (2000) riwayat
keperawatan yang perlu dikaji adalah:
1) Makanan/cairan
Gejala
a) Mual/muntah, nyeri tekanan abdomen
b) Ketidakcukupan pemasukan cairan, tidak minum air dengan cukup
Tanda
a) Distensi abdominal, penurunan/tidak ada usus
b) Muntah
2) Aktivitas dan istirahat
Gejala
a) Pekerjaan monoton, pekerjaan dimana pasien terpajan pada
lingkungan bersuhu tinggi
b) Keterbatasan aktivitas sehubungan dengan kondisi sebelumnya
3) Eliminasi
Gejala: riwayat adanya ISK kronis, obstruksi sebelumnya, penurunan
haluaran urine, kandung kemih penuh
Tanda: oliguri, hematuri, pluria, perubahan pola berkemih
4) Sirkulasi
Tanda : peningkatan TD/nadi (nyeri, ansietas, gagal ginjal), kulit hangat
dan kemurahan, pucat
5) Nyeri/ kenyamanan
Gejala
a) episode akut: flank pain (nyeri sangat berat), lokasi seperti pada
kolik renal yaitu punggung dan tidak dapat terlokalisir hingga
menyebabkan mual, muntah serta hematuria.
b) Episode kronis: nyeri terjadi intermiten, tidak hebat, lokasi
tergantung pada lokasi obstruksi, contoh pada panggul diregio sudut
kortovertebral dan menyebar ke punggung, abdomen dan turun
kelipatan paha juga kadang disertai dengan malaise.
Tanda : melindungi perilaku distriksi, nyeri tekan pada area ginjal
yang dipalpasi
6) Keamanan
Gejala : menggigil, demam
7) Persepsi diri
Gejala : kurang pengetahuan, gangguan body image
d. Pemeriksaan penunjang
1) Laboratorium
a) Darah : hematologi; GD I/II, BGA
b) Urine : kultur urine, urine 24 jam
2) Radiodiagnostik
a) USG/CR abdomen
b) BNO IVP
c) Renogram / RPG
d) Foto thorax
2. Diagnosa Keperawatan
a. Preoperatif
1) Nyeri berhubungan dengan adanya tekanan di ginjal yang meningkat.
2) Retensi urine berhubungan dengan obstruksi saluran kemih.
3) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake yang tidak adekuat mual, muntah .
4) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan statis urine di pelviks ginjal.
5) Ansietas berhubungan dengan hospitalisasi, prosedur pembedahan,
kurang pengetahuan tentang penyakit.
b. Postopertif
1) Nyeri berhubungan dengan diskontinuitas jaringan akibat pembedahan
2) Perubahan pola eliminasi urine berhubungan dengan obstruksi sekunder
dari Sachse berupa bekuan darah dan edema.
3) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya port de entree dari
luka pembedahan.
4) Resiko tinggi trauma berhubungan dengan kerusakan jaringan pasca
prosedur pembedahan.
3. Intervensi Keperawatan
a. Preoperatif
1. Nyeri berhubungan dengan adanya tekanan ginjal yang meningkat
Tujuan : nyeri terkontrol / berkurang
Kriteria hasil :
a) pasien mengatakan nyeri berkurang dengan spasme terkontrol
b) tampak rileks
c) mampu istirahat dengan tepat
d) VAS: 1-3
Intervensi:
a) Catat lokasi, lamanya, intensitas dan penyebaran, pertahankan TTV
Rasional: bantu mengevaluasi tempat obstruksi dan kemajuan gerakan
kalkulus.
b) Bantu dan dorong penggunaan nafas, berfokus bimbingan imajinasi dan
aktivitas terapeutik.
Rasional: memberikan kesempatan untuk pemberian perhatian dan
membantu relaksasi otot.
c) Dorong dengan ambulasi sesuai indikasi
Rasional: hidrasi kuat meningkatkan lewatnya batu, mencegah statis
urine dan mencegah pembentukan batu .
d) Perhatikan keluhan penambahan / menetapnya nyeri abdomen.
Rasional: obstruksi dapat menyebabkan perforasi dan ekstravasasi urine
ke dalam arca perianal.
e) Berikan obat sesuai indikasi.
Rasional: biasanya diberikan sebelum episode akut untuk meningkatkan
relaksasi otot / mental.
f) Kolaborasi dalam tindakan pembedahan (nefrostomi)
Rasional: memperlancar aliran urine sehingga mengurangi tekanan pada
ginjal.
2. Retensi urine berhubungan dengan obstruksi saluran kemih.
Tujuan: dapat berkemih dengan jumlah normal dewasa ½ – 1 ml/kgbb/jam
Kriteria hasil:
a) Tidak mengalami tanda obstruksi.
b) Urine lancar
Intervensi
a) Bantu klien untuk meningkatkan pemasukan cairan bila tidak ada kontra
indikasi.
Rasional: peningkatan hidrasi membilas bakteri darah dan membantu
lewatnya batu.
b) Tentukan pola berkemih normal dan perhatikan variasi.
Rasional: biasanya frekuensi meningkat bila kalkulus mendekati
pertemuan uretrovesikal.
c) Observasi perubahan status mental, perilaku atau tingkat kesadaran.
Rasional: akumulasi sisa berkemih dan ketidakseimbangan elektrolit
dapat menjadi toksik di ssp.
d) Catat Px laboratorium, ureum, creatinin.
Rasional: peningkatan ureum, creatinin mengindikasikan disfungsi ginjal
e) Amati keluhan Vu penuh, palpasi untuk distensi suprabubik, pertahankan
penurunan keluaran urine.
Rasional: retensi urine dapat terjadi, menyebabkan distansi jaringan dan
resiko infeksi, gagal ginjal.
f) Kolaborasi dalam pemasangan kateter
Rasional: IWL catether dapat membantu dalam meminimalkan injury,
serta koreksi urine dalam 24 jam.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
yang tidak adekuat, mual, muntah.
Tujuan: kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi.
Kriteria hasil:
a) Nafsu makan meningkat
b) Tidak mengalami tanda malnutrisi lebih lanjut
c) Klien tidak mual dan muntah
d) Klien mampu menghabiskan porsi makan yang diberikan.
Intervensi:
a) Kaji dan catat pemasukan diet.
Rasional : membantu mengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan diet.
b) Berikan makan sedikit tapi sering.
Rasional : meminimalkan anoreksia dan mual sehubungan dengan status
uremik.
c) Timbang BB setiap hari.
Rasional : perubahan kelebihan 0,5 kg dapat menunjukkan perpindahan
keseimbangan cairan.
d) Awasi Px lab, contoh BUN, albumin serum, natrium, kalium
Rasional : indikator kebutuhan nutrisi, pembatasan aktivitas terapi.
e) Berikan / Kolaborasi obat antidiuretik.
Rasional : menghilangkan mual, muntah, meningkatkan pemasukan oral.
4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan dengan statis urine di pelviks
ginjal.
Tujuan: tidak terjadi infeksi.
Kriteria hasil: tidak menunjukkan tanda dan gejala infeksi.
a) Tingkatkan cuci tangan yang baik pada pasien dan perawat.
Rasional: menurunkan resiko kontaminasi silang.
b) Bantu nafas dalam, batuk dan pengubahan posisi.
Rasional: mencegah atelektosis dan kemobilisasi secret untuk
menurunkan resiko infeksi.
c) Kaji integritas kulit.
Rasional: ekskorisasi akibat gesekan dapat menjadi infeksi sekunder.
d) Awasi tanda vital.
Rasional: demam dengan peningkatan nadi dan pernafasan adalah tanda
peningkatan laju metabolik dan proses inflamasi.
5. Ansietas berhubungan dengan hospitalisasi, prosedur pembedahan, kurang
pengetahuan tentang penyakit
Tujuan: Cemas berkurang / hilang sehingga klien mau kooperatif dalam
tindakan perawatan.
Kriteria hasil:
a) Klien melaporkan cemas menurun / berkurang.
b) Klien memahami dan mau mendiskusikan rasa cemas.
c) Klien dapat menunjukan dan mengidentifikasi cara yang sehat dalam
menghadapi cemas.
d) Klien tampak rileks dan dapat beristirahat yang cukup.
e) Tanda - tanda vital dalam batas normal.
Intervensi:
a) Bina hubungan saling percaya dengan klien atau keluarga.
Rasional: Menunjukan perhatian dan keinginan untuk membantu dalam
mendiskusikan masalah klien
b) Dorong klien atau keluarga untuk menyatakan perasaan atau masalah.
Rasional: Mengidentifikasi masalah, memberikan kesempatan untuk
menjawab pertanyaan, memperjelas kesalahan konsep dan solusi
pemecahan masalah.
c) Beri informasi tentang prosedur atau tindakan yang akan dilakukan.
Rasional: Membantu klien memahami tujuan dari apa yang dilakukan
dan mengurangi masalah karena ketidaktahuan.
d) Jelaskan pentingnya peningkatan asupan cairan.
Rasional: Kelancaran produksi urine dapat menghambat pembentukkan
klot.
e) Jelaskan pembatasan aktifitas yang diharapkan :
1) Tirah baring untuk hari pertama post operasi.
2) Ambulasi progresif yang dimulai hari pertama post operasi dan
hindari aktifitas yang mengencangkan daerah kandung kemih.
Rasional: Pemahaman klien dapat membantu mengurangi cemas yang
berhubungan dengan kecemasan akibat ketidaktahuan.
b. Postoperatif
1. Nyeri berhubungan dengan diskontinuitas jaringan akibat pembedahan
Tujuan: Nyeri berkurang atau hilang.
Kriteria hasil :
a) Klien mengatakan nyeri berkurang / hilang.
b) Ekspresi wajah klien tenang.
c) Klien akan menunjukkan ketrampilan relaksasi.
d) Klien akan tidur / istirahat dengan tepat.
e) Tanda - tanda vital dalam batas normal.
Intervensi:
a) Jelaskan pada klien tentang gejala dini spasmus kandung kemih.
Rasional: Untuk mendeteksi gajala dini spasmus kandung kemih
b) Pemantauan klien pada interval yang teratur selama 48 jam, untuk
mengenal gejala - gejala dini dari spasmus kandung kemih.
Rasional: Menentukan terdapatnya spasmus sehingga obat - obatan bisa
diberikan.
c) Jelaskan pada klien bahwa intensitas dan frekuensi nyeri akan berkurang
dalam 24 sampai 48 jam.
Rasional: Meberitahu klien bahwa ketidaknyamanan hanya temporer..
d) Ajarkan penggunaan teknik relaksasi, termasuk latihan nafas dalam,
visualisasi.
Rasional: Menurunkan tegangan otot, memfokuskan kembali perhatian
dan dapat meningkatkan kemampuan koping.
e) Jagalah selang drainase urine tetap aman dipaha untuk mencegah
peningkatan tekanan pada kandung kemih. Irigasi kateter jika terlihat
bekuan pada selang.
Rasional: Sumbatan pada selang kateter oleh bekuan darah dapat
menyebabkan distensi kandungkemih dengan peningkatan spasme.
f) Observasi tanda - tanda vital.
Rasional: Mengetahui perkembangan lebih lanjut.
g) Kolaborasi dengan dokter untuk memberi obat - obatan ( analgesik atau
anti spasmodik ).
Rasional: Menghilangkan nyeri dan mencegah spasmus kandung kemih.
2. Perubahan pola eliminasi urine berhubungan dengan obstruksi sekunder dari
Sachse berupa bekuan darah dan edema.
Tujuan: Eliminasi urine normal dan tidak terjadi retensi urine.
Kriteria hasil:
a) Klien akan berkemih dalam jumlah normal tanpa retensi.
b) Klien akan menunjukan perilaku yang meningkatkan kontrol kandung
kemih.
c) Tidak terdapat bekuan darah sehingga urine lancar lewat kateter.
Intervensi:
a) Kaji output urine dan karakteristiknya.
Rasional: Mencegah retensi pada saat dini.
b) Pertahankan irigasi kandung kemih yang konstan selama 24 jam pertama.
Rasional: Mencegah bekuan darah yang dapat menghambat aliran urine
c) Pertahankan posisi dower kateter dan irigasi kateter.
Rasional: Mencegah bekuan darah yang bisa menyumbat aliran urine.
d) Anjurkan intake cairan 2500-3000 ml sesuai toleransi.
Rasional: Melancarkan aliran urine yang berguna dalam proses
pembilasan kuman disaluran kemih.
e) Setelah kateter diangkat, pantau waktu, jumlah urine dan ukuran aliran.
Perhatikan keluhan rasa penuh kandung kemih, ketidakmampuan
berkemih, urgensi atau gejala - gejala retensi.
Rasional: Mendeteksi dini gangguan miksi.
3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya port de entree dari luka
pembedahan.
Tujuan :setelah dilakukan asuhan keperawatani infeksi tidak terjadi.
Kriteria hasil :
a) tidak tampak tanda-tanda infeksi dan peradangan pada area luka
pembedahan.
b) Pemeriksaan leukosit dalam batas normal
c) Observasi TTV dalam batas normal
Intervensi:
a) Kaji jenis pembedahan, hari pembedahan dan apakah ada pesanan khusus
dari tim dokter bedah dalam melakukan perawatan luka.
Rasional: Mengidentifikasi kemajuan dan penyimpangan dari tujuan
yang diharapkan.
b) Lakukan perawatan luka dengan teknik aseptik.
Rasional: Menurunkan kontak tindakan dengan luka yang dalam kondisi
steril sehingga mencegah kontaminasi kuman ke jaringan luka.
c) Monitor adanya tanda-tanda infeksi dan peradangan disekitar luka
operasi.
Rasional: Infeksi luka operasi memberikan manifestasi adanya tanda-
tanda peradangan disekitar luka seperti kemerahan ,bengkak, atau panas
lokal dan nyeri.Tanda – tanda infeksi seperti keluarnya pus da permukaan
luka operasi, peningkatan suhu tubuh dan leukositosis menjadi parameter
dalam memonitor kondisi luka operasi.
d) Evaluasi kondisi luka setiap melakukan perawatan luka.
Rasional: Memantau penyembuhan terhadap luka operasi
4. Resiko tinggi trauma berhubungan dengan kerusakan jaringan pasca
prosedur pembedahan.
Tujuan : Dalam waktu 5x24 jam tidak mengalami trauma pasca bedah.
Kriteria hasil :
a) Tidak ada keluhan subjektif seperti disuria dan urgensi.
b) Eliminasi uurine tanpa menggunakan kateter.
c) Pasca bedah tanpa ada komplikasi.
Intervensi:
a) Monitor adanya keluhan subjektif pada saat melakukan eliminasi urine.
Rasional: Parameter penting dalam mengevaluasi intervensi yang telah
dilaksanakan.
b) Istirahatkan pasien setelah pembedahan.
Rasional: Klien dianjurkan tirah baring selama 24-48 jam, tergantung
pada sejauh mana prosedur yang telah dilakukan.
c) Lepas kateter pada hari ke-1-3 pascaoperasi.
Rasional: Menurunkan resiko cedera pada uretra.
d) Evaluasi pasca intervensi pelebaran uretra.
Rasional: Kekambuhan striktur uretra dari intervensi pelebaran uretra
adalah komplikasi yang paling umum, tetapi meskipun jarang, intervensi
untuk melebarkan uretra dapat menyebabkan trauma uretra.
e) Kolaborasi untuk pemberian antibiotik intravena pasca operasi dan agen
antimuskarinik.
Rasional: Menurunkan resiko infeksi yang akan meningkatkan respons
trauma jaringan pasca bedah dan mencegah kejang kandung kemih.
BAB 3
WEB of CAUTATION (WOC)
Akumulasi cairan
Tindakan pembedahan Nyeri
Perubahan
eliminasi urine
Daftar Pustaka