Anda di halaman 1dari 16

PERATURAN BUPATI TANGERANG

NOMOR: ……………………………………..

TENTANG
PERCEPATAN PENCAPAIAN AKSES AIR MINUM DAN STOP BUANG AIR BESAR
SEMBARANGAN DI KABUPATEN TANGERANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


BUPATI TANGERANG

Menimbang : a. bahwa air minum dan sanitasi merupakan kebutuhan


dasar masyarakat yang harus dipenuhi untuk
meningkatkan derajat kesejahteraan masyarakat;

b. bahwa percepatan pencapaian Akses Air Minum dan Stop


Buang Air Besar Sembarangan masih mengalami berbagai
kendala sehingga diperlukan percepatan penyediaannya
untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan pada
akhir tahun 2030;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana


dimaksud dalam huruf a dan huruf b perlu menetapkan
Peraturan Bupati Tentang Percepatan Pencapaian Akses
Air Minum dan Stop Buang Air Besar Sembarangan di
Kabupaten Tangerang;

Mengingat : 1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun


1945 Pasal 4 ayat (1);

2. Undang-Undang No. 14 Tahun 1950 Tentang Pembentukan


Daerah-Daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Propinsi
Djawa Barat;

3. Undang-Undang No. 23 Tahun 2000 Tentang Pembentukan


Propinsi Banten (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2000 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4010);

4. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5063);

5. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa;

6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang


Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5587);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 Tentang


Standar Pelayanan Minimal (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2018 Nomor 2, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 6178);

8. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 tahun


2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa

9. Peraturan Presiden RI Nomor 185 tahun 2014 tentang


Percepatan Penyediaan Air Minum dan Sanitasi;

10. Peraturan Presiden Nomor 59 Tahun 2017 tentang


Pelaksanaan Pencapaian Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan;

11. Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020 tentang


Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun
2020-2024;

12. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3 Tahun 2014


Tentang Pelaksanaan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat;

13. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2018


tentang Perubahan Ketiga atas peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 32 Tahun 2011 Tentang Pedoman Pemberian
Hibah dan Batuan Sosial yang Bersumber dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah;

14. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 130 Tahun 2018


tentang Kegiatan Pembangunan Sarana dan Prasarana
Kelurahan dan Pemberdayaan Masyarakat di Kelurahan;

15. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah


Tertinggal, dan Transmigrasi RI Nomor 13 tahun 2020
tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa tahun 2020;

16. Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 1 Tahun


2019 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah Kabupaten Tangerang Tahun 2019-2023;

17. Peraturan Bupati Tangerang No. 80 tahun 2017 tentang


Pengelolaan Air Limbah Domestik;

18. Peraturan Bupati Tangerang No. 22 tahun 2018 tentang


Penyelenggaraan STBM;

19. Peraturan Bupati Tangerang Nomor 8 Tahun 2020


Tentang Tata Cara Pemberian Alokasi Dana Desa Serta
Bagian Dari Hasil Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
Kepada Desa;

20. Peraturan Bupati Nomor 3 Tahun 2020 Tentang


Perubahan Atas Peraturan Bupati Nomor 4 Tahun 2016
Tentang Pelimpahan Sebagian Kewenangan Bupati Kepada
Camat Untuk Melaksanakan Urusan Pemerintahan Daerah;

21. Peraturan Bupati Tangerang No. 15 tahun 2021 tentang


Pedoman Penyusunan APBDes ;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG PERCEPATAN PENCAPAIAN


AKSES AIR MINUM DAN STOP BUANG AIR BESAR
SEMBARANGAN

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan:


1. Daerah adalah Kabupaten Tangerang.

2. Bupati adalah Bupati Tangerang.

3. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah


sebagai unsur penyelenggara pemerintahan Kabupaten
Tangerang.

4. Organisasi Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat

dengan…
dengan OPD adalah perangkat daerah pada pemerintah
daerah provinsi dan Kabupaten Tangerang.

5. Masyarakat adalah sekelompok orang yang membentuk


sebuah sistem semi tertutup atau semi terbuka, serta
melakukan interaksi antara individu-individu yang berada
dalam kelompok tersebut, dan memiliki kebudayaan
didalamnya.

6. Tingkat kesejahteraan adalah tingkat kesejahteraan rumah


tangga yang dikelompokkan ke dalam kelompok per-
sepuluhan (desil.

7. Desil 1 adalah rumah tangga dalam kelompok tingkat


kesejahteraan 10% terendah.

8. Desil 2 adalah rumah tangga dalam kelompok tingkat


kesejahteraan antara 10-20% terendah.

9. Desil 3 adalah rumah tangga dalam kelompok tingkat


kesejahteraan antara 20-30% terendah.

10. Desil 4 adalah rumah tangga dalam kelompok tingkat


kesejahteraan antara 30-40% terendah.

11. Desil 10 adalah rumah tangga dalam kelompok 10% dengan


tingkat kesejahteraan paling tinggi.

12. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)


adalah penjabaran dari visi, misi, dan program Kepala
Daerah yang penyusunannya berpedoman pada RPJPD
serta memperhatikan Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN).

13. Rencana Kerja Pembangunan Daerah yang selanjutnya


disingkat RKPD adalah dokumen perencanaan daerah
untuk periode 1 (satu) tahun atau disebut dengan Rencana
Pembangunan Tahunan Daerah.

14. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) adalah


rencana keuangan tahunan pemerintahan negara yang
disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat.

15. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah


rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang
disusun dan disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

16.APBDes…
16. APBDes adalah Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa
merupakan peraturan desa yang memuat sumber-sumber
penerimaan dan alokasi pengeluaran desa dalam kurun
waktu satu tahun.  APBDesa terdiri dari pendapatan desa,
belanja desa dan pembiayaan

17. Air minum adalah air minum rumah tangga yang melalui
proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang
memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum.

18. Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) adalah satu


kesatuan sistem fisik (teknik) dan non fisik dari prasarana
dan sarana air minum.

19. Pengembangan SPAM adalah kegiatan yang bertujuan


membangun, memperluas, dan/atau meningkatkan sistem
fisik (teknik) dan non fisik (kelembagaan, manajemen,
keuangan, peran masyarakat, dan hukum) dalam kesatuan
yang utuh untuk melaksanakan penyediaan air minum
kepada masyarakat menuju keadaan yang lebih baik.

20. Pembangunan sanitasi adalah upaya peningkatan kualitas


dan perluasan pelayanan persampahan rumah tangga, air
limbah domestik, dan pengelolaan drainase lingkungan
secara terpadu dan berkelanjutan melalui peningkatan
perencanaan, kelembagaan, pelaksanaan, dan pengawasan
yang baik.

21. Dana Alokasi Khusus (DAK) adalah dana yang bersumber


dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah
tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai
kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan
sesuai dengan prioritas nasional.

22. Dana Kelurahan adalah Dana Alokasi Umum (DAU)


Tambahan yang merupakan komitmen Pemerintah Pusat
untuk membantu Pemerintah Daerah dalam meningkatkan
pelayanan publik di tingkat kelurahan.

23. Dana Desa adalah dana yang bersumber dari APBN yang
diperuntukkan bagi desa yang ditransfer melalui anggaran
belanja daerah Kabupaten Tangerang. Dana ini digunakan
untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan,
pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan
dan pemberdayaan masyarakat desa.

24.Alokasi…
24. Alokasi Dana Desa (ADD) adalah anggaran yang
pengalokasian dan tatacaranya ditetapkan oleh peraturan
kepala daerah, dimana alokasi Dana Desa harus
digunakan dengan prinsip hemat, terarah dan terkendali.

25. Hibah adalah pemberian uang/barang atau jasa dari


pemerintah daerah kepada pemerintah atau pemerintah
daerah lainnya, perusahaan daerah, masyarakat dan
organisasi kemasyarakatan, yang secara spesifik telah
ditetapkan peruntukannya, bersifat tidak wajib dan tidak
mengikat, serta tidak secara terus menerus yang bertujuan
untuk menunjang penyelenggaraan urusan pemerintah
daerah.

26. Bantuan sosial adalah pemberian bantuan berupa


uang/barang dari pemerintah daerah kepada individu,
keluarga, kelompok dan/atau masyarakat yang sifatnya
tidak secara terus menerus dan selektif yang bertujuan
untuk melindungi dari kemungkinan terjadinya resiko
social.

27. CSR (Corporate Sosial Responbility) adalah suatu


mekanisme sebuah perusahaan untuk secara sadar
mengintegrasikan perhatiannya terhadap lingkungan sosial
ke dalam operasi dan interaksinya dengan para pemangku
yang melampaui tanggung jawab social.

28. Subsidi Cerdas adalah subsidi pembiayaan pembangunan


yang diberikan melalui perencanaan yang matang dan
tidak merusak mekanisme pasar.

29. Self funded adalah mekanisme pembiayaan secara


swadaya.

30. Kredit Mikro Air minum dan sanitasi adalah pinjaman


untuk rumah tangga dalam jumlah kecil dengan tujuan
memiliki sarana air minum dan sanitasi.

31. Segmentasi pasar adalah proses pemilahan pasar menjadi


beberapa kategori pelanggan yang potensial berdasarkan
karakter yang mewakili masing-masing kelompok.
Segmentasi pasar bisa juga diartikan sebagai
pengidentifikasian kelompok potensial para pembeli. Hasil
dari segmentasi pasar adalah kelompok-kelompok
pelanggan yang mempunyai kesamaan yang bisa
digunakan untuk optimalisasi pemasaran produk.

32 Lembaga…
32. Lembaga keuangan mikro adalah lembaga keuangan yang
khusus didirikan untuk memberikan jasa pengembangan
usaha dan pemberdayaan masyarakat, baik melalui
pinjaman atau pembiayaan dalam usaha skala mikro
kepada anggota dan masyarakat, pengelolaan simpanan,
maupun pemberian jasa konsultasi pengembangan usaha
yang tidak semata-mata mencari keuntungan.

33. Standar Pelayanan Minimal adalah ketentuan mengenai


Jenis Pelayanan Dasar dan Mutu Pelayanan Dasar yang
berhak diperoleh setiap Warga Negara secara minimal
sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 2
Tahun 2018 tentang Standar Pelayanan Minimal.
Penerapan SPM dan pemenuhan pelayanan dasar tersebut
dilakukan oleh Pemerintah Daerah baik Pemerintah Daerah
Provinsi maupun Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.

34. Kelompok Kerja Perumahan dan Kawasan Permukiman


atau Pokja PKP adalah lembaga yang mengoordinasikan
pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman
bedasarkan Keputusan Bupati Nomor: 902/ Kep.1063-
Huk/2020 tentang Pembentukan Kelompok Kerja
Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman
Kabupaten Tangerang.

35. E Monev STBM adalah kegiatan monitoring evaluasi untuk


pencapaian program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
yang dilakukan secara elektronik dan menggunakan
aplikasi android..

36. Peta Jalan (roadmap) adalah dokumen yang memberi


arahan dan langkah-langkah penyelenggaraan percepatan
penyediaan air minum dan sarana buang air besar
sembarangan

BAB II
TUJUAN, SASARAN, DAN RUANG LINGKUP

Pasal 2

(1) Tujuan percepatan pencapaian Akses Air Minum dan Stop


Buang Air Besar Sembarangan ini adalah:
a. Meningkatkan kualitas lingkungan dan kesehatan
masyarakat melalui pencapaian akses layanan air
minum dan sanitasi yang aman.
b. Mendorong terwujudnya Stop Buang Air Besar
Sembarangan (SBS) di Kabupaten Tangerang.
c. Memberikan arahan pelaksanaan program percepatan
pencapaian Akses Air Minum dan Stop Buang Air Besar
Sembaranganaman yang berbasis pada segmentasi
tingkat kesejahteraan masyarakat.
d.Memberikan…
d. Memberikan jaminan pembiayaan dari berbagai sumber
dalam rangka peningkatan akses layanan air minum
dan sanitasi.

(2).Sasaran percepatan pencapaian Akses Air Minum dan Stop


Buang Air Besar Sembaranganadalah seluruh masyarakat
Kabupaten Tangerang khususnya masyarakat
berpenghasilan rendah.
a. Percepatan akses sanitasi bagi seluruh masyarakat
Kabupaten Tangerang untuk mencapai target 100% Stop
Perilaku Buang Air Besar Sembarangan Tahun 2025.
b. Percepatan akses air minum perpipaan bagi masyarakat
Kabupaten Tangerang untuk mencapai target 80% pada
tahun 2028.

(3) Ruang lingkup peraturan bupati ini meliputi:


a. Implementasi percepatan akses air minum dan sanitasi.
b. Pembiayaan.
c. Monitoring dan evaluasi.

BAB III
IMPLEMENTASI PERCEPATAN AKSES AIR MINUM DAN STOP
BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN

Pasal 3
Umum

(1)Program percepatan akses layanan Air Minum dan Stop


Buang Air Besar Sembarangan dilaksanakan dengan prinsip:
a. layanan untuk semua.
b. terjangkau.
c. partisipasi masyarakat.
d. perlindungan lingkungan.
e. keterpaduan; dan
f. berkelanjutan.

(2)Implementasi program percepatan pencapaian Akses Air


Minum dan Stop Buang Air Besar Sembarangan meliputi:
a. Penyusunan data dasar Aair mMinum dan Sanitasi
sarana buang air besar di seluruh wilayah
Kecamatan/Kelurahan/Desa, yang juga menjadi basis
perhitungan capaian SPM.
b. Pemetaan segmentasi tingkat kesejahteraan
masyarakat per Kelurahan/Desa.
c. Perencanaan dan penganggaran.
d. membudayakan perilaku buang air besar sehat yang
dapat memutus alur kontaminasi kotoran manusia
sebagai sumber penyakit secara berkelanjutan

e. menyediakan dan memelihara sarana buang air besar


yang memenuhi standar dan persyaratan kesehatan.
f. Pembangunan sarana prasarana akses layanan air
minum dan sanitasi skala individual, skala bersama
(shared facility), dan skala komunal.
g. Rehabilitasi dan/atau pemeliharaan keberfungsian
sarana dan prasarana.
h. Penyedotan lumpur tinja secara berkala.

Pasal 4
Penyusunan Data Dasar Air Minum dan Stop Sarana
Buang Air Besar Sembarangan

(1) Data dasar air minum dan stop sarana buang air besar
sembarangan adalah data per rumah tinggal by name, by
address, by location mencakup jenis dan kualitas akses
sesuai definisi operasional yang ditetapkan Pemerintah
Pusat.

(2) Data dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup


juga data jumlah KK per rumah tinggal, jumlah orang per KK,
dan indikator - indikator yang sesuai dengan e-Monev STBM.

(3) Penyusunan data dasar air minum dan sanitasi sarana


buang air besar dikoordinir dan dilaksanakan oleh Pokja
PKP.

(4) Data dasar air minum dan stop sarana buang air besar
sembarangan ditetapkan melalui Keputusan Bupati
Tangerang sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari
Peraturan Bupati ini.

Pasal 5
Pemetaan Segmentasi Tingkat Kesejahteraan

(1) Segmentasi tingkat kesejahteraan digunakan untuk


mengetahui proporsi sasaran penerima program pembiayaan
pemerintah dan subsidi yang tepat sasaran pada suatu
wilayah dan proporsi yang menjadi target pembiayaan kredit
mikro dan pasar bebas/swadaya.

(2) Segmentasi tingkat kesejahteraan disusun berdasarkan data


kesejahteraan sosial yang membagi kelompok kesejahteraan
menjadi 10 desil.

(3) Prioritas sasaran penerima program pembiayaan pemerintah


dan subsidi yang tepat sasaran adalah kelompok masyarakat
dengan tingkat kesejahteraan yang berada pada desil 1
sampai dengan 3.

(4) Sasaran pembiayaan keuangan mikro dan swadaya adalah


kelompok masyarakat pada desil 3 keatas.

(5) Pemetaan segmentasi tingkat kesejahteraan masyarakat


didasarkan pada data terpadu kesejahteraan sosial.

Pasal 6
Penyusunan data dasar penerima program pembiayaan
pemerintah dan subsidi yang tepat sasaran

(1) Data rumah tangga sasaran penerima program pembiayaan


pemerintah dan subsidi yang tepat sasaran ditetapkan
berdasarkan data dasar air minum dan sanitasi sarana
buang air besar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 dan
hasil pemetaan segmentasi tingkat kesejahteraan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5.

(2) Verifikasi dan validasi data dilakukan oleh perangkat daerah


dan pihak yang akan melaksanakan program peningkatan
akses layanan air minum dan sanitasi.

(3) Data rumah tangga sasaran penerima program pembiayaan


pemerintah ditetapkan melalui berita acara hasil verifikasi
dan keputusan kepala perangkat daerah dan pimpinan
lembaga yang akan melaksanakan program.

Pasal 7
Perencanaan dan penganggaran

(1) Pemerintah daerah menyusun perencanaan dan


penganggaran program percepatan air minum dan sanitasi
untuk sasaran program pembiayaan pemerintah dan subsidi
yang tepat sasaran ditingkat desa/kelurahan;

(2) Perencanaan dan penganggaran air minum dan sanitasi yang


melalui pembiayaan pemerintah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) terintegrasi dalam rencana kerja pemerintah
daerah, rencana kerja perangkat daerah dan rencana kerja
pemerintah desa/ kelurahan.
Pasal 8
Sosialisasi, Advokasi, Kampanye, Edukasi dan Promosi

(1) Sosialisasi, Advokasi, Kampanye, Eduksi dan Promosi yang


selanjutnya di singkat SAKEP adalah kegiatan Sosialisasi,
advokasi, Kampanye, Edukasi dan Promosi Percepatan Akses
Air Minum dan Stop Buang Air Besar Sembarangan di
Kabupaten Tangerang.

(2) SAKEP Percepatan peningkatan Akses Air Minum dan Stop


Buang Air Besar Sembarangan di Kabupaten Tangerang
dilakukan oleh Kelompok Kerja Perumahan dan Kawasan
Permukiman, perangkat daerah, pemerintah desa dan
lembaga/ organisasi kemasyarakatan.

(3) SAKEP bertujuan memberikan informasi dan pemahaman


mengenai langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk
percepatan peningkatan Akses Air Minum dan Stop Buang
Air Besar Sembarangan di Kabupaten Tangerang.

Pasal 9
Pembangunan Sarana Prasarana Air Minum dan Buang Air
Besar bagi penerima program pembiayaan pemerintah dan
subsidi yang tepat sasaran

(1) Pembangunan sarana prasarana air minum dan buang air


besar bagi penerima program pembiayaan pemerintah daerah
dan subsidi yang tepat sasaran, meliputi:
a. Pembangunan layanan akses air minum berupa Sarana
Air Bersih, Sambungan Perpipaan dari Perumdam Tirta
Kerta Raharja dan operator air minum lainnya, Master
Meter dan Hidran Umum.
b. Penyediaan dan pemeliharan sarana buang air besar
yang memenuhi standar dan persyaratan kesehatan
c. Pembangunan layanan akses sanitasi skala individual,
skala bersama (shared facility) dan skala komunal.
d. Rehabilitasi sarana air minum dan sanitasi.(sarana
buang air besar, dimasukan dalam ketentuan umum
untuk definisinya, di tambahkan permenpu terkait
dengan sanitasi)
e. Penyedotan lumpur tinja;

(2) Desain tipikal Pembangunan sarana sanitasi dan air minum


skala individual, skala bersama (shared facility) dan skala
komunal dapat mengikuti acuan yang disediakan
sebagaimana desain terlampir dan menjadi bagian yang tidak
terpisahkan di dalam peraturan bupati ini atau desain lain
yang sesuai dengan SNI.
(3) Mekanisme pelaksanaan program dan kegiatan
pembangunan disesuaikan dengan OPD masing-masing dan
lembaga lain yang akan melaksanakan program air minum
dan sanitasi.

(4) Untuk kegiatan pasca kontruksi program air minum dan


sanitasi dibentuk kelompok swadaya masyarakat yang
berperan dalam hal operasional dan pemeliharaan dan di
dampingi oleh OPD Terkait.

BAB IV
PEMBIAYAAN

Bagian Pertama
Umum

Pasal 10

(1) Pemerintah daerah dan masyarakat atau kelompok


masyarakat menyediakan anggaran yang memadai untuk
percepatan pencapaian akses air minum dan sanitasi.

(2) Anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bersumber


dari:
a. APBN melalui Dana Alokasi Khusus, Dana Desa, Dana
Insentif Daerah, Hibah Sanitasi, Hibah Air Minum.
b. APBD Provinsi.
c. APBD Kabupaten melalui Dana Kelurahan, Alokasi
Dana Desa, Dana Hibah, Bantuan Sosial, Belanja Modal,
dan Belanja Barang dan Jasa.
d. Dana Swadaya.

(3) Daerah mengalokasikan anggaran untuk percepatan


pencapaian Akses Air Minum dan Stop Buang Air Besar
Sembarangandengan prioritas sasaran pada masyarakat
dengan tingkat kesejahteraan yang berada pada Desil 1
sampai dengan Desil 3.

(4) Skema pembiayaan yang diberikan kepada masyarakat


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah melalui
mekanisme pembiayaan pemerintah dan subsidi yang tepat
sasaran.
(5) Dana pembangunan sarana air minum dan sanitasi yang
melalui dana lainnya yang tidak mengikat diarahkan kepada
masyarakat dengan tingkat kesejahteraan yang berada pada
desil 1 sampai dengan desil 3.

(6) Pembiayaan pencapaian Akses Air Minum dan Stop Buang


Air Besar Sembaranganbagi masyarakat dengan tingkat
kesejahteraan yang berada pada desil 3 keatas adalah
melalui skema swadaya atau kredit mikro.

Pasal 11
Pembiayaan akses layanan air minum dan sarana stop buang
air besar sembarangan sanitasi melalui dana yang dikelola oleh
Pemerintah Daerah dan Pemerintah Desa/ Kelurahan

(1) Pemerintah Daerah melalui Organisasi Perangkat Daerah,


mengalokasikan anggaran pembiayaan air minum dan
sanitas sarana buang air besar i berdasarkan data dasar air
minum dan sanitasi sarana buang air besar yang ditetapkan
melalui keputusan Bupati sebagaimana pasal 4 (empat) ayat
4 (empat).

(2) Pemerintah Desa/ Kelurahan mengalokasikan paling sedikit


30% dari APBDes/ APBD Kelurahan untuk percepatan akses
sektor air minum dan sanitasi di wilayahnya.

(3) Alokasi pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat 1


ditujukan untuk menuntaskan persoalan Buang Air Besar
Sembarangan dan pencapaian air minum aman 100%.

(4) Masyarakat berpenghasilan rendah yang berada dalam desil


1 sampai dengan desil 3, mendapatkan prioritas utama
dalam hal pembiayaan air minum dan sanitasi melalui dana
yang dikelola oleh Pemerintah Desa dan Kelurahan.

(5) Pembiayaan air minum dan sanitasi melalui dana yang


dikelola oleh pemerintah desa dan kelurahan di
Asistensikan/ konsultasikan kepada Pemerintah Kecamatan
dan perangkat daerah terkait yang memiliki kewenangan
dalam pembinaan dan pembangunan desa untuk
mendapatkan arahan – arahan teknis.

(6) Perangkat daerah terkait yang memiliki kewenangan dalam


pembinaan dan pembangunan desa serta Kecamatan
melaporkan rincian alokasi pembiayaan sektor air minum
dan sanitasi yang dilaksanakan oleh Pemerintah Desa setiap
tahunnya kepada Pokja Perumahan dan Kawasan
Permukiman.
Pasal 12
Peningkatan Kerja Sama Dalam Rangka Percepatan Akses Air
Minum dan Stop Buang Air Besar Sembarangan Sesuaikan
dengan perpres percepatan akses air minum dan sanitasi

(1) Pemerintah dapat melakukan kerjasama dengan lembaga


keuangan non pemerintah maupun lembaga kemasyarakatan
dalam rangka percepatan akses air minum dan stop buang
air besar sembarangan.
(2) Kerjasama yang dimaksud pada ayat (1) ditujukan untuk:
a. Bantuan teknis
b. Bantuan pendanaan
(3) Bantuan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf
a, meliputi:
a. Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang
air minum dan sarana buang air besar sembarangan.
b. Pengembangan system pengelolaan penyediaan air
minum dan sarana buang air besar sembarangan
(4) Bantuan pendanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf b, meliputi pinjaman atau hibah.

(5) Pembiayaan akses layanan air minum dan sanitasi dengan


skema kredit mikro, dapat dilakukan oleh Lembaga
Keuangan Pemerintah, Lembaga Keuangan non Pemerintah
maupun Lembaga Kemasyarakatan.

(2)Sasaran…
(6) Sasaran Pembiayaan akses layanan air minum dan sanitasi
dengan skema kredit mikro diprioritaskan untuk masyarakat
yang berada dalam kategori desil 3 keatas.

(7) Lembaga Keuangan Non Pemerintah yang melaksanakan


skema kredit mikro untuk sektor air minum dan sanitasi
melaporkan capaian pelaksanaanya kepada Bupati
Tangerang melalui Pokja PKP.

(8) Lembaga keuangan mikro yang menyediakan skema


pembiayaan untuk sektor air minum dan sanitasi dapat
memperoleh dan mengakses fasilitas dan stimulus
pendanaan yang disediakan oleh pemerintah daerah.

(9) Dana lainnya yang tidak mengikat (CSR, Kredit Mikro, Zakat,
Infaq Shodaqoh, Bantuan Hibah, Bantuan Sosial) dari
lembaga non pemerintah.
BAB V
PELAKSANAAN PERCEPATAN PENCAPAIAN AKSES AIR MINUM
DAN SANITASI

Pasal 13
(1) Dalam rangka pelaksanaan percepatan pencapaian Akses Air
Minum dan Stop Buang Air Besar SembaranganBupati
mengoptimalkan tugas dan fungsi OPD yang berwenang.

(2) Bupati mengkoordinasikan percepatan Akses Air Minum dan


Stop Buang Air Besar Sembaranganmelalui Pokja Perumahan
dan Kawasan Permukiman Kabupaten Tangerang.

(3) Pokja Perumahan dan Kawasan Permukiman menyusun peta


jalan (roadmap) untuk percepatan peningkatan akses air
minum dan sanitasi.
(4) Penyusunan peta jalan (roadmap) sebagaimana di maksud
pada ayat 3 ditetapkan dengan keputusan Bupati.

(5) Lembaga keuangan mikro non pemerintah yang akan


melaksanakan skema pembiayaan kredit mikro untuk air
minum dan sanitasi mengkolaborasikan program dan
kegiatannya dengan program dan kegiatan yang dijalankan
oleh perangkat daerah.

BAB VI
MONITORING DAN EVALUASI
Pasal 14
(1) Monitoring dan Evaluasi pelaksanaan percepatan Akses Air
Minum dan Stop Buang Air Besar Sembarangandalam rangka
mencapai target 100% stop buang air besar sembarangan
pada tahun 2025 dan

akses…
akses air minum perpipaan 80% pada tahun 2028 dilakukan
secara berkala oleh Pokja Perumahan dan Kawasan
Permukiman Kabupaten Tangerang dan dilaporkan hasilnya
kepada Bupati Tangerang.

(2) Pokja Perumahan dan Kawasan Permukiman memberikan


arahan teknis kepada OPD dan Pemerintah Desa/ Kelurahan
serta lembaga lainnya dalam rangka percepatan pelaksanaan
program berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi yang
dilakukan.

(3) Pokja Perumahan dan kawasan permukiman melaporkan


kepada Bupati untuk melakukan pembinaan lebih lanjut
kepada Pemerintah Desa/ kelurahan yang program
percepatan air minum dan sanitasinya belum tercapai.

BAB VII
PENUTUP

(1) Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal


diundangkan.

(2) Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan


pengundangan Peraturan Bupati ini dengan penempatannya
dalam Berita Daerah Pemerintah Daerah Kabupaten
Tangerang.

Ditetapkan di Tigaraksa
Pada Tanggal Agustus 2021

BUPATI TANGERANG

TTD

A...ZAKI ISKANDAR

Diundangkan di Tigaraksa
Pada Tanggal Agustus 2021

SEKRETARIS DAERAH

Ttd

MOCH. MAESYAL RASYID

BERITA DAERAH KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2021


NOMOR ….

Anda mungkin juga menyukai