Anda di halaman 1dari 6

1.

Vaksin Sinovac/ CoronaVac


Vaksin ini dibuat untuk menghadapi merebaknya virus covid-19 adalah vaksin
Covid-19 yang diproduksi dari Sinovax Life Sciences Co.Ltd dan PT. Menurut IDN
Times (2021) bahwa Zhao Zhendong merupakan salah satu ilmuwan hebat Tiongkok
yang menemukan vaksin untuk melawan COVID-19. Bio Farma (Persero). Harga
vaksin Sinovac sekitar Rp. 100.00 hingga Rp. 200.00,- per dosis. Pernyataan tersebut
didukung oleh Rahayu & Sensusiyati (2021) bahwa Bio Farma menetapkan harga
vaksin Covid 19 Sinovac sekitar Rp. 200.00,- per dosis. Vaksin ini bekerja terhadap
virus tanpa risiko memberikan respon terhadap penyakit serius. Menurut Rahayu &
Sensusiyati (2021) bahwa data sementara dari uji coba tahap akhir di Turki dan
Indonesia menunjukkan bahwa vaksin tersebut memiliki efikasi masing-masing
sebesar 91,25% dan 63,50%. Cara pembuatan vaksin Sinovac ini adalah peneliti mulai
mengambil sampel virus tersebut. Virus tersebut kemudian ditumbuhkan di sel ginjal
monyet dan selalu menyirami nya dengan larutan betapropioplakton dengan tujuan
agar virus tersebut tidak lagi dapat bereplikasi namun proteinnya tetap utuh.
Kemudian, barulah virus yang tidak lagi aktif tersebut dicampur dengan beberapa
senyawa yang dibutuhkan seperti adjuvan. Vaksin Sinovac mengandung sel vero yang
berasal dari monyet hijau Afrika (Wicaksono, 2021). Pihak Bio Farma menjelaskan
bahwa sel veo diperlukan untuk media kultur virus yang digunakan untuk proses
perbanyakan virus. (Turnip, 2021) juga menjelaskan bahwa vaksin tersebut sudah
terpisah dari sel vero tersebut. vaksin ini juga hanya berisi virus-virus yang sudah
mati serta ditemukan aluminum hidroksida pada vaksin Sinovac yang fungsinya untuk
menaikkan kemampuan vaksin, larutan fosfat berfungsi untuk stabilizer dan larutan
garam natrium klorida berfungsi sebagai isotonis ketika penyuntikan (Turnip, 2021).
Keunggulan dari vaksin Sinovac adalah tidak memiliki resiko yang sangat fatal
(Febriyanti et al., 2021).

2. Vaksin Pfizer
Nama dagang dari vaksin ini adalah BNT162b2 yang diproduksi oleh Pfizer
Inc., dan BioNTech. Menurut KOMPAS (2021) bahwa BioNtech bekerjasama dengan
Pfizer diambang sukses meluncurkan vaksin Corona pertama di dunia. Tokoh di
belakang sukses ini, dua ilmuwan Jerman keturunan Turki, Ugur Sahin dan Ozlem
Tureci. Vaksin ini termasuk kedalam vaksin tipe mRNA. Vaksin ini dibuat
menggunakan messenger RNA sintesis yang berisi informasi tentangan protein khas
virus corona. Menurut Aizia (2021) bahwa vaksin BNT162b2 merupakan vaksin yang
dikembangkan oleh BioNTech yang mengkodekan antigen protein S SARS-COV-2
dan diformulasikan dalam nanopartikel lipid (LNP). Pada uji klinis fase 1/2
BNT162b2 diuji dengan BNT162b1 (mengkodekan antigen domain pengikat reseptor
(RBD) Covid-19. Uji ini bertujuan untuk mengevaluasi keamanan dan imunogenisitas
(Aizia, 2021). Menurut Rahayu & Sensusiyati (2021) bahwa kandungan yang terdapat
pada vaksin ini adalah lipids ((4-hydroxybutyl)azanediyl)bis(hexane-6,1- diyl)bis(2-
hexyldecanoate), 2 [(polyethylene glycol)-2000]-N,N-ditetradecylacetamide, 1,2-
Distearoyl-sn-glycero-3- phosphocholine, and cholesterol), potassium chloride,
monobasic potassium phosphate, sodium chloride, dibasic sodium phosphate
dihydrate, dan sucrose. Vaksin Pfizer-BioNTech 95% efektif mencegah penyakit
Covid-19. Namun, vaksin ini tetap memberikan efek samping berupa nyeri pada area
yang telah disuntik, merasa kelelahan, sakit kepala, nyeri otot, menggiggil, demam,
pembengkakan di tempat suntikan, kemerahan, serta pembengkakan kelenjar getah
bening (limfadenopati) (Rahayu & Sensusiyati, 2021). CDC (2021) juga menjelaskan
bahwa penyuntik vaksin akan meminta si penerima vaksin untuk menunggu sejenak
agar dapat memantau apakah akan muncul alergi berat pada si penerima vaksin.

3. Vaksin AstraZeneca
Vaksini ini dibuat dari versi lemah virus flu biasa yang berasal dari simpanse
yang telah dimodifikasi supaya tidak tumbuh pada manusia (Rahayu & Sensusiyati,
2021). Vaksin ini dikembangkan oleh perusahaan farmasi dari Inggris bersama
dengan Oxford University dengan nama AZD1222. AstraZeneca (2020) juga
menjelaskan bahwa AZD1222 ini merupakan vaksin viral vektor non-replikasi yang
terbuat dari virus ChAdOx1, versi lemah dari virus flu biasa (adenovirus) yang telah
ditambahkan materi genetik yang digunakan untuk membuat protein Covid-19 yaitu
protein S. Vaksin ini di uji klinis sebanyak 3 fase. Uji klinis fase 1/2 dilakukan dengan
melibatkan 1077 peserta berusia 18-55 tahun tanpa memiliki riwayat infeksin SARS-
CoV-2. Tujuan uji klinis ini adalah untuk mengetahui keamanan, reaktogenisitas, dan
respon seluler dan humoral (Follegati et al., 2020). Uji klinis fase 2/3 yang melibatkan
560 peserta berusia 18-55 tahun, 56-69 tahun, dan 70 tahun ke atas tanpa
komorbiditas yang parah. Tujuan uji klinis 2/3 yaitu untuk mengetahui keamanan,
reaktogenisitas dan respon seluler dan humoral pada kelompok usia bertingkat
(Ramasamy et al., 2020). Uji klinis fase terakhir dilakukan di Brasil dengan
melibatkan 4088 pesert usia 18-55 tahu, 56-69 tahun dan ≥70 tahun dengan kondisi
kesehatan yang sudah ada sebelumnya seperti penyakit kardiovaskular, diabeter dan
beresiku tinggi terpapar virus termasuk petugas kesehatan. Menurut Voysey et al.,
(2020) bahwa uji klinis ini bertujuan untuk mengetahui keamanan dan kemanjuran
vaksin AZD12222. Vaksin AstraZeneca memiliki efikasi secara rata-rata adalah 70%
(Marwan, 2021). Menurut Femina (2020) bahwa vaksin ini memiliki keunggulan
berupa mudah untuk didistribusikan karena tidak memerlukan penyimpanan pada
temperature yang sangat dingin. (Aizia, 2021) menerangkan bahwa salah satu kasus
dari penerima vaksin ini adalah individu tersebut mengalami demam >40oC. Setelah
itu tidak ditemukan lagi kasus mengenai efek samping dari vaksin AstraZeneca.

4. Vaksin Sinopharm
Sinopharm merupakan produk dari sebuah perusahaan milik China yang
mengembangkan vaksin Covid-19 yang serupa dengan Sinovac. Perusahaan tersebut
yakni China National Pharmaceutical Group. Sinopharm mengumumkan bahwa uji
coba fase vaksin ini telah menunjukkan nilai efektifitas sebesar 79% (Rahayu &
Sensusiyati, 2021). Vaksin ini termasuk ke dalam tipe vaksin inaktivasi (Aizia, 2021).
Menurut Yadav et al., (2014) bahwa vaksin inaktivasi merupakan vaksin yang
menggunakan patogen mati yang utuh sebagai stimulus antigenik. Sehingga, vaksin
Sinopharm merupakan vaksin yang diformulasikan dengan virus SARS-CoV-2 yang
diinaktivasi dengan strain yang diisolasi dari Rumah Sakit Jinyintan, Wuhan, Cina
(Sinopharm, 2020). Vaksin ini di uji klinis sebanyak 3 fase. Fase 1/2 mengujikan
dosis 2,5 µg, 5 µg dan 10 µg. Uji klinis ini bertujuan untuk mengevaluasi keamanan
dan imunogenisitas vaksin COVID-19 yang dikembangkan Sinopharm (Xia et al.,
2020). Kemudian, fase 3 yang dilakukan berdasarkan usia, kesehatan dan kehamilan/
menyusui. Tujuan dari uji klinis ini yaitu untuk mengevaluasi kemanjuran, keamanan
dan imunogenisitas vaksin. Kelebihan dari vaksin inaktivasi yaitu dapat diproduksi
dengan relatif mudah, tidak dapat bermutasi menjadi bentuk patogenik dan
penyimpanannya tidak memerlukan suhu rendah yang ekstrem (Krammer, 2020).
Menurut (Aizia, 2021) efek samping dari vaksin ini adalah gatal, nyeri, kemerahan
dan bengkak.

5. Vaksin Moderna
Vaksin ini memiliki nama dagang yakni mRNA-1273 yang dibuat oleh
ModernaTX, Inc, dengan tipe vaksin adalah mRNA (Rahayu & Sensusiyati, 2021).
Jackson et al., (2020) juga menjelaskan bahwa vaksin mRNA merupakan vaksin
berbasis messenger RNA yang mengkodekan glikoprotein S dari virus Covid-19 dan
diformulasikan ke dalam nanopartikel lipid (LNP). Menurut CDC (2020) bahwa
kandungan yang terdapat dalam vaksin Moderna adalah ribonucleic acid (mRNA),
lipids (SM-102, polyethylene glycol [PEG] 2000 dimyristoyl glycerol [DMG],
cholesterol, dan 1,2-distearoyl-sn-glycero-3-phosphocholine [DSPC]), tromethamine,
tromethamine hydrochloride, acetic acid, sodium acetate, dan sucrose. Vaksin ini
menunjukkan efikasi tinggi hingga mencapai 94,10% mampu mencegah penyakit
Covid-19. Menurut Rahayu & Sensusiyati (2021) bahwa vaksin ini memiliki efek
samping yakni perasaan nyeri pada bagian yang telah di suntik, dan pembengkakan
getah bening di lengan yang sama dari suntikan, bengkak (keras) dan kemerahan.
Moderna (2021) juga menyatakan bahwa akan ada efek samping berupa perasaan
kelelahan, sakit kepala, nyeri otot, nyeri sendi, mual dan menggigil.

Menurut kelompok kami vaksin yang harus digunakan adalah vaksin moderna. Hal ini
dikarenakan bahwa efikasi dari vaksin ini telah menyentuh angka 90% lebih besar jika
dibandingkan dengan vaksin lainnya. Namun, vaksin moderna masih memiliki
kekurangan berupa efek samping yang tidak dapat ditemukan pada vaksin Sinopac.
Namun jika dibandingkan dengan vaksin lain. Efek samping dari vaksin moderna
masih sedikit yakni hanya berupa kemerahan dan kebengkakan pada bagian yang
telah disuntik.

KESIMPULAN
Daftar Pustaka

Afifah, MN. (2021). Perbedaan Swab Antigen dan PCR dalam Pemeriksaan Covid 19.
https://health.kompas.com/read/2021/03/24/120100168/perbedaan-swab-antigen-dan-
pcr-dalam-pemeriksaan-covid-19?page=all.

Aizia, A.N. (2021). Studi Pustaka: Perkembangan Uji Klinis, Keamanan, dan Kemanjuran
Kandidat Vaksin Covid-19 di Indonesia. Skripsi. Jurusan Teknologi Hasil Pertanian,
Universitas Brawijaya.

Bai, H., Cai, X., & Zhang, X. (2020). A comparison of PCR vs Immunoassay vs Crispr-
Based test. OSF Preprints.

Buku Manual dan Spesifikasi Electronic Nose (GeNose C19-S). (2021). Sebagai Alat
Skrining Cepat Infeksi Sars-Cov2 Melalui Hembusan Nafas Pasien Covid-19

Centre for Desease Control and Prevention (CDC). (2021).Information about the Moderna
COVID-19 Vaccine. General information. https://www.cdc.gov/coronaviru,diakses 01
Juni 2021.

Centre for Desease Control and Prevention (CDC).(2021).Information about the


PfizerBioNTech COVID-19 Vaccine. General information. https:// www.cdc.gov
/corona viru, diakses 01 Juni 2021.

Chen, J. (2020). Pathogenicity and transmissibility of 2019-nCoV—A quick overview and


comparison with other emerging viruses. Microbes and Infection, 22(2), 69–71.
https://doi.org/10.1016/ j.micinf.2020.01.004.

Febriyanti, N., Maulivia, I.D., & Asri, W.M. (2021). Hubungan Tingkat Pengetahuan dan
Kesedaan Vaksinasi Covid-19 pada Warga Kelurahan Dukuh Menanggal Kota
Surabaya. Seminar Nasional Hasil Riset dan Pengabdian Ke-III. Program Studi
Farmasi, Univeristas PGRI Adi Buana Surabaya.

Femina. (2020). Trending Topic. Mengenal 6 Vaksin COVID-19 yang Akan Dipakai
Indonesia. https://www.femina.co.id/, diakses 01 Juni 2021.

Folegatti,P.M., Ewer, K.J., Aley, P.K., Angus,B., Becker,S., Belij-Rammerstorfer, S., &
Dold, C. (2020). Safety and Immunogenicity of the ChAdOx1 nCoV-19 vaccine against
SARS-CoV 2: a preliminary report of a phase ½. Single-b;ind, randomised controlled
trial: The Lancet, Volume. 396, Nomor. 10249: 467-478.

IDN Times. (2021). https://www.idntimes.com/news/world/rehia-indrayanti-br-


sebayang/cek-fakta-penemu-vaksin-covid-19-zhao-zhendong-meninggal-kelelahan/2,
diakses 02 Juni 2021.

Jackson, L.A., Anderson, E.J., Rouphael, N.G., Roberts, P.C., Makhene, M., Coler, R. N., &
Pruijssers, A.J. (2020). An m-RNA vaccine against SARS-CoV-2- preliminary report.
New England Journal Medicine.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2020). Pedoman Pencegahan dan Pengendalian
Coronavirus Disease (COVID-19), revisi 05.

Koczula, K. M., & Gallotta, A. (2016). Lateral flow assays. Essays in Biochemistry,
60(1),111–120.

Kompas. Com. (2021). https://www.kompas.com/sains/read/2020/11/12/080400323/tokoh-


di-balik-kesuksesan-vaksin-covid-19-biontech-dan-pfizer?page=all, diakses 02 Juni
2021.

Mariana, W. (2020). Kontroversi Metode Deteksi COVID-19 di Indonesia, KELUWIH:


Jurnal Kesehatan dan Kedokteran, Vol. 2 (1) , 32-42,

Marwan. (2021). Peran Vaksin dalam Penanganan Pandemi C19. Presentasi. SMF
Pulmonolgi dan Kedokteran Respirasi. Laboratorium Ilmu Penyakit Dalam. RSU A.W
Sjahranie Samarinda.

Moderna. (2021). Fact Sheet For Recipients And Caregivers Emergency Use Authorization
(Eua) Of The Moderna Covid-19 Vaccine To Prevent Coronavirus Disease 2019
(Covid-19) In Individual 18 Years Of Age And Older.
www.modernatx.com/covid19vaccine-eua, diakses 01 Juni 2021.

Rahayu, R.N., & Sensusiyati. (2021). Vaksin Covid 19 di Indonesia: Analisis Berita Hoax.
Intelektiva: Jurnal Ekonomi, Sosial & Humaniora. Volume. 2, Nomor. 7 : 39-49.

Ramasamy, M.N., Minassian, A.M., Ewer, K.J., Falxman, A.L. Folegatii, P.M., Owens, D.R.,
& Belij-Rammerstorger, S. (2020). Safety and Immunogenicity of ChAdOx1 nCoV-19
vaccine administered in a prime-boost regimen in young and old adults (COV002) a
single -blind, randomised, controlled, phase 2/3 trial. The Lancet.

Turnip, I.R.S. (2021). Kehalalan Vaksin COVID-19 Produksi Sinovac dalam Fatwa MUI dan
Implementasi Vaksinasinya pada Tenaga Kesehatan di Puskesmas Tanjung Morawa,
Deli Serdang (Perspektif Qawaidh Fiqhiyyah). Al-Mashlahah: Jurnal Hukum Islam
dan Pranata Sosial Islam, Volume. 9, Nomor. 01.

World Health Organization (WHO). (2020). Antigen detecting COVID-19 rapid diagnostics
tests (RDTs)

World Health Organization (WHO). (2020). Rational use of personal protective equipment
(PPE) for coronavirus disease (COVID-19)

Xia, S., Duan, K., Zhang, Y., Zhao, D., Zhang, H., Xie. Z., & Yang, Y. (2020). Effect of an
Inactivated Vaccine Against SARS-COV-2 on Safety and Immunogenicity Outcomes:
Interim Analysis of 2 Randomized Clinical trails. Jama, Volume. 324, Nomor. 10: 951-
960.

Yadav, D.K., Yadav, N., & Khurana, S.M.P. (2014). Vaccines: Presnt Status and
Applications. In Animal Biotechnology (491-508). Acadmic Press.

Anda mungkin juga menyukai