Anda di halaman 1dari 9

TUGAS MK.

PERDAGANGAN PERTANIAN (ESL612)


REVIEW JURNAL

Millenia Aurelia
H4503211011

ILMU EKONOMI PERTANIAN


SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2021
Jurnal 1
Judul : Analisis Daya Saing Kopi Indonesia
Penulis : Ria Lestari Baso dan Ratya Anindita
Nama Jurnal : Jurnal Ekonomi Pertanian dan Agribisnis (JEPA)
Volume 2, Nomor 1 (2018): 1-9
ISSN: 2614-4670(p), ISSN: 2598-8174 (e)

Latar Belakang
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh Indonesia yang merupakan salah satu
negara penghasil kopi terbesar keempat di dunia pada tahun 2015. Luas lahan
perkebunan kopi Indonesia yang cukup potensial ini dapat digunakan untuk
mengembangkan dan meningkatkan daya saing kopi Indonesia. Berdasarkan data
Kemendag (2016), pada tahun 2015 nilai ekspor kopi khususnya dalam bentuk biji
mengalami penurunan sebesar 4,3% dibandingkan tahun sebelumnya.
Menurunnya nilai ekspor biji kopi tersebut disebabkan oleh rendahnya
produktivitas kopi yang masih didominasi oleh Perkebunan Rakyat. Produktivitas
yang rendah pada Perkebunan Rakyat disebabkan oleh masih kurangnya modal
petani, kurangnya penanganan budidaya dan juga pascapanen. Dalam persaingan
pasar internasional, terdapat beberapa negara pesaing Indonesia dalam hal
mengekspor komoditas kopi, yaitu Brazil, Vietnam, dan Kolombia yang memiliki
nilai ekspor lebih tinggi. Daya saing antar negara semakin ketat, tentunya hal
tersebut mendorong Indonesia untuk dapat meningkatkan daya saingnya di pasar
internasional. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis
perkembangan daya saing kopi Indonesia di pasar internasional dan akan
dibandingkan dengan daya saing negara eksportir kopi lainnya.

Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa time series tahunan,
mulai dari tahun 2004 sampai 2013. Sumber data diperoleh dari Food Agriculture
Organization of The United Nations Statistics Division (FAOSTAT), dan
International Coffee Organization (ICO). Alat analisis yang digunakan adalah
Revealed Comparative Advantage (RCA) dan analisis keunggulan kompetitif
Berlian Porter.

Alat analisis RCA digunakan pada penelitian ini untuk menganalisis


keunggulan komparatif terhadap komoditas kopi Indonesia di pasar dunia. Jika
nilai RCA yang diperoleh lebih besar dari 1, maka dapat dikatakan bahwa suatu
komoditas berdaya saing, berlaku juga untuk sebaliknya, Semakin tinggi nilai
RCA yang diperoleh, maka semakin kuat daya saingnya.
Analisis keunggulan kompetitif Berlian Porter digunakan pada penelitian
ini untuk menganalisis keunggulan daya saing kopi secara kompetitif. Analisis
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif. Keunggulan
kompetitif pada penelitian ini dianalisis menggunakan Teori Berlian Porter atau
Porter Diamond Theory. Pada teori tersebut, terdapat 4 atribut yang berkaitan
dengan keunggulan kompetitif yaitu kondisi faktor, kondisi permintaan, Industri
pendukung dan strategi, struktur dan persaingan antar industri.
Hasil Penelitian
Pada analisis menggunakan Revealed Comparative Advantage (RCA) di
dalam penelitian ini, didapatkan bahwa keempat negara eksportir kopi, yaitu
Indonesia, Brazil, Kolombia, dan Vietnam memiliki nilai rata-rata RCA yang
lebih besar dari 1, artinya keempat negara tersebut memiliki daya saing secara
komparatif pada komoditas kopi. Kolombia memiliki rata-rata nilai RCA
tertinggi, yaitu 49,47 sedangkan Indonesia memiliki nilai RCA terendah dengan
rata-rata 5,5. Nilai RCA Indonesia cenderung berfluktuasi.
Penelitian ini juga menyajikan hasil penelitian daya saing kopi Indonesia
secara kompetitif yang dianalisis menggunakan Teori Berlian Porter. Pada kondisi
faktor terdapat sumberdaya alam, tenaga kerja, sumber daya ilmu pengetahuan
dan teknologi, sumber daya modal dan sumberdaya infrastruktur yang turut
berperan dalam meningkatkan daya saing kopi secara kompetitif. Pada kondisi
permintaan, konsumsi kopi masyarakat Indonesia masih tergolong rendah yaitu
0,94 kg/kapita/tahun pada tahun 2012, namun terus meningkat hingga tahun 2016
menjadi 1,6 kg/kapita/tahun. Meskipun pertumbuhan konsumsi domestik
mengalami pertumbuhan yang positif namun konsumsi Indonesia masih kalah
jauh apabila dibandingkan dengan beberapa negara, seperti Brazil dengan
konsumsi kopi mencapai 9 kg/kapita/tahun dan juga Finlandia. Tingginya tingkat
konsumsi kopi di negara lain tentu menjadi peluang ekspor yang harus
dimanfaatkan oleh Indonesia. Jika dilihat dari industri pendukung dan terkait, dari
sisi hulu, pihak terkait benih merupakan sarana produksi utama dalam budidaya
tanaman, dalam arti penggunaan benih unggul bermutu mempunyai peranan yang
menentukan dalam usaha meningkatkan produksi dan mutu hasil. Jika ditinjau
dari Strategi perusahaan, struktur dan pesaing. Struktur pasar kopi di pasar dunia
adalah oligopoli, di dalamnya terdapat beberapa penjual dan banyak pembeli.
Terdapat lima kombinasi dari konsep kekuatan dalam persaingan industri atau
perusahaan yang akan menentukan intensitas persaingan pasar, yaitu ancaman
masuknya pendatang baru, barang substitusi atau pengganti, daya tawar pemasok,
daya tawar pembeli atau konsumen dan persaingan antar industri yang sama.
Berdasarkan uraian terkait kelima kekuatan tersebut, pada penelitian ini
dihasilkan strategi untuk mencapai suatu keunggulan kompetitif, diantaranya
adalah strategi kepemimpinan biaya, strategi fokus dan strategi diferensiasi.
Strategi diferensiasi dipilih karena diduga mampu untuk diterapkan dalam hal
inovasi produk dibanding dengan pesaing.
Kesimpulan
Pada penelitian ini terdapat 2 kesimpulan terkait perkembangan daya saing
kopi Indonesia. Pertama, berdasarkan analisis daya saing dengan pendekatan
metode Revealed Comparative Advantage (RCA) menunjukkan bahwa kopi
Indonesia memiliki daya saing, namun jika dilihat dari nilai rata-rata RCA, masih
tergolong paling rendah dibandingkan dengan tiga negara pesaing lainnya, yaitu
Brazil, Kolombia, dan Vietnam. Nilai rata-rata RCA tertinggi diperoleh oleh
negara Kolombia dengan rata-rata sebesar 49,47.
Kedua, berdasarkan analisis empat atribut Teori Berlian Porter,
menunjukkan bahwa Indonesia memiliki keunggulan pada faktor kondisi terkait
sumberdaya alam dan Indonesia memiliki kelemahan pada faktor kondisi terkait
sumberdaya manusia, IPTEK, akses modal serta ketersediaan infrastruktur yang
mendukung pengembangan industri kopi.
Kritik
Pada penelitian ini, penyajian pendahuluannya masih terlalu singkat, dan
tidak menyajikan bagaimana perkembangan volume ekspor kopi Indonesia di
pasar internasional, apakah cenderung menurun atau bahkan mengalami
pertumbuhan yang positif dalam beberapa tahun terakhir. Selain itu, pada bab
pendahuluan juga masih minim terkait literatur review yang digunakan. Pada bab
metode juga tidak dijelaskan bagaimana keunggulan dan kelemahan dari metode
yang dipilih untuk digunakan pada penelitian ini, sehingga pembaca hanya
mengetahui rumus dari metode tersebut, namun penjelasan dari masing-masing
metode masih terlalu singkat, perlu menambahkan beberapa literatur review yang
mendukung teori metode tersebut. Pada bab pembahasan mengenai keunggulan
komparatif hanya menjelaskan hasil analisis, tanpa disajikan bagaimana implikasi
dari nilai RCA yang diperoleh oleh Indonesia, dan bagaimana upaya yang
dilakukan negara pesaing sehingga nilai RCA yang didapatkan jauh lebih tinggi
dari Indonesia. Secara umum, penelitian ini sudah menyajikan dengan bahasa
yang mudah dipahami oleh pembaca, terutama pada penjelasan mengenai
keunggulan kompetitif kopi Indonesia menggunakan Teori Berlian Porter sudah
lengkap dan jelas, literatur yang digunakan juga sangat membantu pembaca untuk
lebih memaknai setiap atribut dari teori tersebut.
Saran
Untuk menganalisis daya saing banyak metode yang dapat digunakan.
Selain RCA, dan Teori Berlian Porter dapat menambahkan metode Acceleration
Ratio (AR) dan Export Product Dynamics (EPD) agar penelitian ini lebih
komprehensif. Setelah dianalisis menggunakan metode RCA, dapat dilanjutkan
dengan analisis AR untuk melihat apakah Indonesia dalam beberapa tahun
terakhir mampu merebut pasar ekspor di pasar internasional, atau makin melemah
dipasar internasional. Keunggulan kompetitif selain menggunakan Teori Berlian
Porter, juga dapat dianalisis menggunakan metode Export Product Dynamics
(EPD). Metode EPD ini mampu memberikan gambaran yang baik tentang tingkat
daya saing. Indikator ini juga mampu mengukur posisi pasar dari produk suatu
negara untuk tujuan pasar tertentu. Terdapat 4 kuadran pada metode tersebut,
yaitu Rising Star, Falling Star, Lost Opportunity, dan Retreat. 4 kuadran tersebut
dapat menjelaskan bagaimana kondisi dan posisi pasar kopi Indonesia di pasar
Internasional. Selain terkait metode, dapat juga ditambahkan literatur review yang
berkaitan dengan daya saing kopi Indonesia, dan akan lebih baik jika disajikan
gambaran umum bagaimana upaya yang dilakukan negara pesaing sehingga
ekspor kopinya jauh lebih berdaya saing dibandingkan dengan Indonesia.

Jurnal 2
Judul : The Competitiveness of Global Coffee Trade
Penulis : Aron Torok, Tamas Mizik, dan Attila Jambor
Nama Jurnal : International Journal of Economics and Financial Issues
Volume 8, Nomor 5 (2018): 1-6
ISSN: 2146-4138

Latar Belakang
Penelitian ini dilatar belakangi oleh suatu komoditas kopi yang memiliki
peranan penting yaitu sebagai salah satu bahan baku pertanian, oleh karena itu
kopi diperdagangkan secara internasional. Pada jurnal ini dijelaskan bahwa sisi
penawaran pasar kopi sangat terpengaruh oleh kondisi cuaca dan berbagai
penyakit kopi seperti semak belukar, sedangkan sisi permintaan ditentukan oleh
kontinuitas pertumbuhan konsumen kopi, terutama di negara-negara berkembang.
Dalam beberapa tahun terakhir, penelitian ilmiah tentang perdagangan kopi telah
dilakukan, tapi hanya memberikan perhatian khusus pada produsen kopi skala
kecil, dan daya saing kopi hanya diukur pada satu tingkat negara. Oleh karena itu,
penelitian ini bertujuan untuk memberikan analisis yang komprehensif dari
perkembangan daya saing perdagangan kopi global. Pertama, penelitian ini
menyajikan karakteristik utama produksi dan perdagangan kopi. Kedua, analisis
keunggulan komparatif.
Pada tahun 1995-2015 produksi kopi dunia menunjukkan tren yang
meningkat dengan fluktuasi yang luar biasa selama bertahun-tahun. Total
produksi meningkat 65% secara global. Hal ini terjadinya karena adanya
peningkatan produksi dari beberapa negara produsen utama kopi (Brazil,
Kolombia, Indonesia, Ethiopi, dsb).
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa time series tahunan,
mulai dari tahun 1995 sampai 2015. Objek yang diteliti adalah kopi dengan kode
HS 90111, 90112, 90121, 90122, 90130, 90140, dan 21030. Sumber data
diperoleh dari World Bank, Food Agriculture Organization of The United
Nations Statistics Division (FAOSTAT), dan International Coffee Organization
(ICO). Alat analisis yang digunakan adalah Revealed Comparative Advantage
(RCA) dan Revealed Symmetric Comparative Advantage (RSCA)
Alat analisis RCA digunakan pada penelitian ini untuk menganalisis
keunggulan komparatif kopi di pasar global. Jika nilai RCA yang diperoleh lebih
besar dari 1, maka dapat dikatakan bahwa suatu komoditas berdaya saing, berlaku
juga untuk sebaliknya, Semakin tinggi nilai RCA yang diperoleh, maka semakin
kuat daya saingnya.
Analisis RSCA digunakan untuk memeriksa stabilitas dan durasi RCA
indeks dalam dua langkah. Pertama, menghitung matriks probabilitas transisi
Markov dan kemudian diringkas dengan menggunakan indeks mobilitas,
mengevaluasi mobilitas lintas negara dan waktu. Kedua, mengikut Bojnec dan
Ferto (2008), fungsi kelangsungan hidup S(t) diperkirakan dengan menggunakan
non-parametrik Kaplan- Meier penaksir batas produk, yang berkaitan dengan
tingkat produk analisis distribusi indeks RSCA.
Hasil Penelitian
Pada analisis menggunakan Revealed Comparative Advantage (RCA) di
dalam penelitian ini, didapatkan bahwa Uganda, Ethiopia dan Honduras memiliki
keunggulan komparatif tertinggi disemua periode analisis diantara negara ekspotir
kopi utama dunia, hal tersebut menunjukkan adanya potensi daya saing yang
tinggi. Guatemala, Kolombia, Vietnam dan Brazil juga memiliki komparatif yang
relatif tinggi dalam ekspor kopi global. Dengan menganalisis keunggulan
komparatif berdasarkan produk, selanjutnya terbentuk pola spesialisasi. Kopi yang
bukan panggang atau tanpa kafein serta pengganti kopi memiliki keunggulan
komparatif tertinggi diantara semua produk kelompok disemua periode waktu
analisis. Akibatnya, negara-negara pengekspor produk-produk ini seperti Uganda,
Ethiopia, dan Honduras memiliki kenggulan komparatif yang tertinggi.
Hasil keunggulan komparatif dengan RCA menunjukkan fluktuasi waktu
yang tinggi, tingkat mobilitas dalam indeks Balassa diperkirakan dengan
menggunakan mobilitas indeks berdasarkan matriks probabilitas transisi Markov.
Indeks perdagangan kopi global untuk Vietnam, India, dan Meksiko menyajikan
pola stabil dari keunggulan komparatif. Selain negara-negara ini, lebih dari 70%
kelompok produk dengan keunggulan komparatif tetap bertahan untuk Brazil,
Honduras, Indonesia dan Guatemala, sementara ukuran mobilitas terendah
berkaitan dengan negara Ethiopia, Kolombia, dan Uganda menyiratkan bahwa
sangat mengubah potensi kompetitif. Mengenai durasi keunggulan komparatif
pada ekspor kopi global, produk Kaplan Meier non parametrik memperkirakan
batas penaksiran. Penelitian ini mengkonfirmasi bahwa secara umum waktu
bertahan hidup tidak persisten selama periode analisis tersebut. Peluang bertahan
hidup sekitar 96-98% diawal periode tersebut turun menjadi 1-18% pada akhir
periode, hal tersebut menunjukkan bahwa persaingan ketat terjadi dalam
perdagangan kopi global.
Kesimpulan
Penelitian ini menyimpulkan bahwa produksi dan perdagangan kopi secara
global sangat meningkat dan terkonsentrasi oleh negara dan produk, menunjukkan
sejumlah kecil negara yang bertanggung jawab atas sebagian besar produk yang
diperdagangkan. Brazil, Vietnam, dan Kolombia adalah produsen kopi terbesar
dan eksportir kopi greenbean pada tahun-tahun sebelumnya, sedangkan Swiss,
Italia, dan Jerman mengekspor kopi yang paling banyak dipanggang pada waktu
bersamaan. Mengenai daya saing, negara Uganda, Ethiopia, dan Honduras
memiliki keunggualan komparatif tertinggi di semua periode yang dianalisis, hal
tersebut menunjukkan bahwa terdapat potensi daya saing yang tinggi.
Mengenai stabilitas dan durasi daya saing, penelitian ini menyimpulkan
bahwa secara umum waktu bertahan hidup tidak persisten selama periode analisis,
menyiratkan bahwa pola persaingan yang sangat berubah.
Kritik
Pada penelitian ini hanya membahas keunggulan kopi global dari sisi
komparatif, dimana keunggulan komparatif hanya berfokus pada kelimpahan
sumberdaya alam yang dimiliki oleh setiap negara. Akan lebih baik jika
menganalisis keunggulan secara kompetitif untuk perdagangan kopi global,
sehingga beberapa faktor seperti sumber daya manusia, teknologi, dan industri
pendukung dapat dilihat bagaimana masing2 sektor tersebut mempengaruhi daya
saing kopi di pasar global. Selain itu, secara umum penjelasan pada penelitian ini
sudah sangat jelas, lengkap dan mudah dipahami oleh pembaca. Penyajian data
penelitian ini juga memudahkan pembaca untuk memahami hasil analisis yang
sudah dilakukan.
Saran
Analisis daya saing secara komparatif yang telah dilakukan akan lebih
baik jika ditambahkan analisis terkait daya saing secara kompetitif, agar analisis
pada penelitian ini menjadi lebih komprehensif, karena melihat daya saing dari
dua sisi. Selain itu, dapat juga menambahkan analisis terkait faktor-faktor
penentu/faktor-faktor yang memengaruhi daya saing kopi global dengan
berorientasi pada kebijakan dan perkembangan tren saat ini.

Daftar Pustaka
Baso RL dan Anindita R. 2018. Analisis Daya Saing Kopi Indonesia. Jurnal
Ekonomi Pertanian dan Agribisnis. 2(1): 1-9.
Torok A, Mizik T, dan Jambor A. 2018. The Competitiveness of Global Coffee
Trade. International Journal of Economics and Financial Issues. 8(5): 1-6.

Anda mungkin juga menyukai