DISUSUN OLEH :
Nama : Rudi I F Lumban Gaol
NPM : 190430030
DPP : Ir. Stefanus Deras, MS
.
Tabel 3. Luas Lahan, Jumlah Produksi dan Produktivitas Kopi Indonesia Tahun 2008-2014
Tahun Luas (Ha) Produksi (Kg) Produktivitas (Kg/Ha)
2008 1.295.110 698.016.000 538,96
2009 1.266.235 682.690.000 539,15
2010 1.210.364 686.921.000 567,53
2011 1.292.965 633.991.000 490,34
2012 1.305.895 748.109.000 572,87
2013 1.331.000 728.000.000 546,96
2014 1.354.000 738.000.000 545,05
Rata-rata 1.293.653 702.246.714 542,98
Sumber : Diolah dari AEKI, 2014 kurang karena terkait masalah
perburuha, perpajakan dan kebijakan
4. Sumberdaya Modal pemerintah yang tidak konsisten.
Secara umum, sumberdaya modal Sehingga dapat disimpulkan bahwa
untuk investasi di industri kopi berupa sumberdaya modal belum mendukung
investasi yang berbadan hukum seperti sepenuhnya peningkatan dayasaing
PMA, PMDN, BUMN, BUMD dan kopi Indonesia.
Koperasi. Permodalan dalam dunia
perkebunan kopi ini masih dirasakan 5. Sumberdaya Infrastruktur
sangat kurang. Hal ini disebabkan Sumber daya infrastruktur
oleh belum adanya sertifikasi terhadap merupakan faktor penentu
kepemilikan lahan, serta tidak adanya keberhasilan bagi upaya peningkatan
kredit dari Pemerintah dengan bunga daya saing industri kopi Indonesia.
ringan serta sifat dari produk pertanian Sarana dan prasarana fisik tersebut
yang hasil produksinya tidak pasti meliputi sarana dan prasarana
atau tergantung terhadap keadaan budidaya kopi, sarana dan prasarana
alam. Hal inilah yang ditakutkan oleh penyimpanan dan pengangkutan,
sebagian besar lembaga permodalan transportasi (jalan) dan
karena mereka takut modal yang telekomunikasi. Sarana dan prasarana
diberikan tidak akan kembali atau tersebut merupakan syarat mutlak bagi
dapat kembali tetapi dalam jangka pengembangan industri kopi nasional.
waktu yang lama. Selain itu minat Khusus untuk kopi arabika yang
investor asing ke Indonesia masih menuntut lingkungan dengan suhu rendah
dan umumnya terdapat di dataran tinggi, industri rumah tangga yang mencapai 85
belum di dukung oleh saraea infrastruktur persen setiap tahunnya. Sedangkan industri
yang memadai. Hal ini akan berpengaruh kembang gula mencapai delapan persen
pada hal distribusi produk, yang akan setiap tahunnya, industri minuman sekitar
meningkatkan biaya transportasi yang lima persen dan sisanya dua persen untuk
merupakan harga input, tidak sejalan dengan konsumsi sektor industri lain.
harga output yang rendah. Menurut
Direktorat Jenderal Perkebunan (2006),
keadaan prasarana yang mendukung industri
kopi saat ini mulai dari tempat produksi
hingga ke pelabuhan (jalan, alat angkutan,
listrik dan energi) masih kurang memadai
dan minim khususnya di luar pulau Jawa.
Maka, secara keseluruhan keadaan dari
sarana dan prasarana yang ada belum dapat
mendukung industri kopi yang
berdayasaing.
Kondisi Permintaan
1. Komposisi Permintaan Domestik
Komposisi permintaan domestik
menurut Ditjenbun terdiri dari industri
rumah tangga, industri kembang gula,
industri minuman, dan industri lainnya.
Konsumsi kopi terbesar adalah konsumsi
Tabel 5. Perkembangan Ekspor Kopi Indonesia ke Tiga Negara Utama Tujuan Ekpor
Tahun 2008-2012
2008 2009 2010 2011 2012
Negara (000 Jumlah Rata-rata
US$)
AS 174.000 161.000 176.00 275.000 331.000 1.117.000 223.400
0
Jepang 124.000 98.000 119.00 175.000 146.000 662.000 132.400
0
Jerman 174.000 109.000 106.00 71.00 117.000 577.000 115.400
0 0
Sumber : Diolah dari Statistik Perdagangan Luar Negeri Indonesia, Kementerian Perdagangan 2013
2. Jumlah Permintaan dan Pola Pertumbuhan meningkatkan daya saing kopi Indonesia.
Laju pertumbuhan konsumsi kopi Pada industri terkait ekspor kopi meliputi
dalam negeri selama kurun waktu 2010 industri penyediaan bahan baku
sampai 2014 mengalami fluktuasi meskipun sedangkan pada industri pendukung
perubahannya sangat kecil, yaitu ratarata memiliki peran dalam pengembangan
sebesar 0,75 persen setiap tahunnya dan produk kopi olahan.
hanya sebesar 0,93 Kg/ Kapita/tahun rata- Industri kopi tentunya sangat
Indonesia.
Bedasarkan kesimpulan yang
didapat dari hasil penelitian ini, maka 3. Perlunya kebijakan akan
terdapat beberapa saran yang
permodalan dan persoalan buruh
diharapkan dapat meningkatkan daya
saing kopi Inonesia di pasar akan meningkatkan produksi
internasional. Adapun beberapa saran
tersebut, antara kopi Indonesia
lain :
4. Adanya pelatihan rutin dan
1. Bedasarkan hasil analisis nilai
pembibingan secara
koefisien regresi produksi kopi
berkelanjutan serta teknologi
dan permintaan kopi Indonesia
moderen bagi insdustri skala
berpengaruh terhadap daya saing
kecil menengah agar dapat
kopi Indonesia di pasar
meningkatkan produksi kopi
internasional sehingga
nasional
ditingkatkan kembali agar