Anda di halaman 1dari 12

JURNAL PRAKTIKUM

ANALISIS DAYA SAING PASAR DAN STRATEGI PENGEMBANGAN


AGRIBISNIS KOPI INDONESIA

DISUSUN OLEH :
Nama : Rudi I F Lumban Gaol
NPM : 190430030
DPP : Ir. Stefanus Deras, MS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS KATOLIK SANTO THOMAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2021
dan prasarana produksi (mesin pengolahan dan
pengemasan), teknologi yang tinggi baru
dimiliki oleh industri skala menengah dan
BAB I PENDAHULUAN besar, selain itu industri skala kecil kurang
LATAR BELAKANG berinovasi dalam menciptakan diversifikasi
produk yang saat ini jenis kopi olahan sudah
Pada era globalisasi perdagangan dewasa sangat beragam dikalangan masyarakat. Total
ini, kondisi persaingan semakin ketat dimana produsen kopi di Indonesia mencapai 205
masing-masing negara saling membuka perusahaan, namun sebagian besar adalah
pasarnya. Pengembangan produk diversifikasi perusahaan dengan usaha skala kecil yang
kopi olahan, seperti roasted coffee, instant hanya menguasai pangsa pasar sebesar delapan
coffee, coffee mix, decaffeinated coffee, soluble persen saja (Bina UKM, 2009). Di pasar
coffee, kopi bir (coffee beer), ice coffee internasional, rendahnya mutu kopi Indonesia
mempunyai arti penting, karena dapat menjadi dan selera konsumen dunia yang lebih
komoditas unggulan yang mempunyai daya menyukai kopi jenis Arabika, sementara
saing tinggi di pasar internasional. Indonesia Indonesia hanya mampu menyumbang 27,7
sebagai negara tropis disamping berpeluang persen kopi jenis Arabika dari total produksi
untuk pengembangan produk diversifikasi kopi kopi domestik, menjadi tantangan tersendiri
olahan tersebut diatas, juga berpotensi untuk bagi Indonesia.
pengembangan produk industri pengolahan Penelitian mengenai dayasaing kopi
kopi specialties dengan rasa khas seperti; sudah banyak dilakukan. Diantaranya
Lintong Coffee, Lampung Coffee, Java Coffee, Asmarantaka (2011) melakukan
Kintamani Coffee, Toradja Coffee. penelitian mengenai daya saing ekspor
Permasalahan yang di hadapi agribisnis kopi Indonesia dengan data time series
kopi Indonesia cukup kompleks, mulai dari 1989 sampai 2008. Metode analisis yang
hulu (on farm) hingga ke hilir. Di sisi on farm, digunakan untuk menganalisis daya saing
tingkat produktivitas kopi Indonesia lebih secara komparatif adalah RCA sedangkan
rendah dibandingkan dengan negara produsen secara kompetitif adalah EPD. Hasil dari
utama kopi dunia lainnya seperti Brazil (1.000 RCA menunjukkan bahwa Indonesia
kg/ha/tahun), Columbia (1.220 kg/ha/tahun), memiliki dayasaing kopi secara
Vietnam (1.540/kh/ha/thn). Produktivitas komparatif dengan nilai RCA rata-rata
tanaman kopi di Indonesia baru mencapai 700 6,55. sedangkan secara kompetitif melalui
kg biji kopi/ha/tahun untuk Robusta dan 800 EPD diketahui bahwa meskipun ekspor
Kg biji kopi/ha/ Tahun untuk Arabika kopi dunia mengalami pertumbuhan yang
(Kemenperin, 2013). Rendahnya produktivitas menurun, namun ekspor kopi Indonesia
kopi Indonesia disebabkan karena 95 persen mengalami pertumbuhan yang positif.
kopi Indonesia merupakan perkebunan rakyat Meryana (2007), yang menganalisis
yang umumnya belum menggunakan bibit kopi daya saing kopi robusta Indonesia di
unggul, teknik budidaya yang masih sederhana pasar internasional dengan menggunakan
serta lambat melakukan peremajaan tanaman, Revealed Comparative Advantage (RCA)
minimnya sarana dan prasarana pendukung yang menunjukkan bahwa industri kopi
mengakibatkan rendahnya mutu kopi nasional memiliki keunggulan komparatif
Indonesia. yang ditunjukkan dengan nilai RCA yang
Di bagian hilir dalam hal produksi, industri lebih dari satu, sementara hasil analisis
hilir skala kecil memiliki keterbatasan sarana keunggulan kompetitif yang
menggunakan pendekatan Berlian Porter
menunjukkan bahwa faktor sumberdaya,
kondisi permintaan domestik, dan struktur A. .TEMPAT PRAKTIKUM
pasar mendukung industri kopi dalam Adapaun tempat saya mencari
negeri berkembang. Strategi dianalisis jurnal praktikum itu di media
dengan alat analisis SWOT. Senada sosial maupun internet.
dengan Meryana (2007), Siahaan (2008)
menganalisis dayasaing kopi arabika B. ALAT DAN BAHAN
Indonesia menyatakan bahwa Indonesia a) Bahan
memiliki keunggulan komparatif dan
Bahan pada
kompetitif dengan nilai RCA sebesar
pratikum kali ini adalah :
2,65. 1. Jurnal Penelitian
Secara keseluruhan terdapat
persamaan penelitian terdahulu dengan 2. Referensi bacaan
penelitian ini yaitu menganalisis 3. Power point mata
dayasaing kopi Indonesia secara kuliah
komparatif dan kompetitif, keunggulan
komparatif menggunakan metode RCA kewirausahaan
dan kompetitif menggunakan teori Belian b) Peralatan
Porter, namun pada penelitian ini tidak Peralatatan pada
dibedakan jenis kopinya (Arabika dan pratikum kali ini
Robusta). adalah :
1. Kuota internet
A. RUMUSAN MASALAH 2. Handphone
Permasalahan yang akan dibahas 3. Buku Tulis dan
dalam makalah ini adalah: pena
1. Analisi komparatif kopi Indonesia
dipasar internasional .
C. METODE
2. Analisis keunggulan kompetitif kopi
Penelitian ini menggunakan data
Indonesia dengan komponen sistem
primer yaitu melalui wawancara untuk
berlian porter.
perumusan strategi pengembangan
agribisnis kopi Indonesia dengan pihak-
B. TUJUAN PENELITIAN pihak terkait yaitu petani kopi, Peneliti
Penelitian ini mempunyai tujuan untuk Sosial Ekonomi Pertanian, pegusaha kopi
menganalisis dayasaing kopi Indonesia olahan dan pihak pemerintah dalam hal
secara komparatif dan kompetitif serta ini Balai Besar Industri Hasil Pertanian.
perumusan strategi guna pengembangan Data sekunder yang digunakan berupa
agribisnis kopi Indonesia.
data time series dalam kurun waktu 7
tahun (2008-2013). Kopi yang menjadi
objek penelitian adalah biji kopi yang
BAB I I belum disangrai dan belum dihilangkan
METODOLOGI kafeinnya. Data yang diperoleh
PRAKTIKUM kemudian dianalisis dengan
menggunakan metode deskriptif
kualitatif maupun kuantitatif. Dayasaing terjadi pada tahun 2013 sebesar 11,92,
agribisnis kopi di Indonesia secara hal ini disebabkan penurunan ekspor kopi
komparatif dianalisis dengan dunia di tahun 2013 terhadap tahun
menggunakan RCA, sedangkan sebelumnya sebesar 45 persen. Ratarata
kompetitif dengan alat analisis Teori pangsa pasar Brazil pada kurun waktu
Berlian Porter, serta untuk menganalisis 2008 sampai 2013 adalah sebesar 31,08
strategi pengembangan agribisnis kopi di persen, sedangkan Vietnam sebesar
Indonesia dengan alat analisis SWOT. 12,04 persen dan Kolombia sebesar
11,6 persen.

HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS KEUNGGULAN KOMPARATIF


KOPI INDONESIA DI PASAR
INTERNASIONAL
Dayasaing kopi Indonesia di pasar
internasional dapat dilihat dari
keunggulan komparatifnya. Salah satu
metode untuk menganalisis dayasaing
komparatif suatu komoditas suatu nega di
pasar internasional adalah metode
Revealed Comparative Advantage (RCA).
Nilai RCA yang lebih dari satu,
mengindikasikan bahwa komoditas suatu
negara tersebut memiliki dayasaing.
Pasar ekspor kopi Indonesia
merupakan pasar pengikut bila
dibandingkan dengan pasar ekspor Brazil
sebagai pasar acuan. Hal ini
menunjukkan bahwa keragaan ekspor
kopi Indonesia selain ditentukan oleh
produksi kopi Indonesia, juga sangat
ditentukan oleh keragaan kopi di Brazil.
Berdasarkan Tabel 1, nilai ekspor
kopi Indonesia mengalami fluktuasi
mengikuti fluktuasi nilai ekspor kopi
dunia, dimana ratarata nilai ekspor kopi
Indonesia selama kurun waktu 2008
sampai 2013 adalah sebesar US$
1.047.692.429 dengan rata-rata pangsa
pasar kopi Indonesia setiap tahunnya
sebesar 6,44 persen. Pangsa pasar kopi
Indonesia terhadap dunia paling tinggi
Tabel 1. Nilai Ekspor Kopi Indonesia dan Dunia serta Pangsa Pasar Kopi
Indonesia pada Dunia Tahun 2008-2013
Ekspor Kopi Pangsa Pasar Indonesia
Tahun
Indonesia (US$) Dunia (US$) (%)
2008 1.081.467.000 15.018.930.709 7,20
2009 929.822.000 13.524.514.164 6,88
2010 983.998.000 16.272.481.765 6,05
2011 1.303.494.000 21.140.132.985 6,17
2012 1.566.805.000 22.705.167.103 6,90
2013 1.468.261.000 12.313.492.862 11,92
Rata-rata 1.047.692.429 14.424.959.941 6,44
Sumber : Diolah dari UN Comtrade, 2014

Tabel 2. Analisis RCA Kopi Indonesia di Pasar Internasional Tahun 2008-


2013
Ekspor Kopi (US$) Ekspor Seluruh Komoditas
Tahu (US$) RC
n Indonesia(Xi Dunia(Xwj) Indonesia(Xi Dunia(Xwt) A
j) t)
2008 1.081.467.000 15.018.930.70 137.020.424.4 15.341.980.304.0 8,06
9 02 73
2009 929.822.000 13.524.514.16 116.509.991.7 11.943.425.234.6 7,05
4 81 00
2010 983.998.000 16.272.481.76 157.779.103.4 14.493.048.840.1 5,55
5 70 51
2011 1.303.494.000 21.140.132.98 203.496.619.1 16.838.339.215.8 5,10
5 85 92
2012 1.243.825.829 22.705.167.10 190.000.000.0 17.172.580.313.5 4,95
3 00 64
2013 1.166.188.552 12.313.492.86 167.658.259.9 14.547.648.794.5 8,22
2 37 65
Rata- 1.047.692.429 14.424.959.94 138.923.485.5 12.905.288.957.5 5,56
rata 1 39 49
Sumber : Data diolah dari UN Comtrade, 2014
Berdasarkan hasil analisis RCA ekspor kopi di Sebagai salah satu faktor produksi,
atas, Indonesia memiliki dayasaing yang kualitas sumberdaya manusia sangat
cenderung menurun. Semua angka RCA yang menentukan keberhasilan agribisnis kopi.
di peroleh adalah lebih besar dari satu yang Secara keseluruhan sumberdaya manusia
menunjukkan bahwa produk ekspor kopi berperan dalam mendukung keunggulan
Indonesia memiliki dayasaing secara kompetitif dari agribisnis kopi. Sebagian
komparatif di pasar dunia, dengan rata-rata besar perkebunan kopi adalah perkebunan
RCA sebesar 5,56. Dayasaing kopi Indonesia rakyat. Secara umum, tenaga kerja yang
tertinggi terjadi pada tahun 2008 yaitu dengan dipakai dalam budidaya kopi adalah tenaga
nilai RCA sebesar 8,06, hal ini dikarenakan kerja untuk persiapan lahan, penanaman
konstribusi ekspor kopi Indonesia tertinggi tanaman pelindung kopi, pemeliharaan dan
dalam kurun waktu 2008-2013 terhadap total
pengendalian hama, pemanenan dan
ekspor komoditi Indonesia di tahun tersebut
pengolahan.
yaitu sebesar 0,79 persen.

ANALISIS KEUNGGULAN KOMPETITIF KOPI 3. Sumberdaya Ilmu Pengetahuan dan


INDONESIA DENGAN KOMPONEN SISTEM Teknologi
BERLIAN PORTER. Sumber daya ilmu pengetahuan
Kondisi Faktor dan teknologi (IPTEK) merupakan
Kondisi faktor yang berpengaruh faktor penentu yang sangat penting
terhadap dayasaing agribisnis kopi Indonesia bagi upaya peningkatan dayasaing
adalah sumberdaya alam, sumberdaya manusia, industri kopi nasional. Penguasaan
sumberdaya ilmu pengetahuan dan teknologi, teknologi dari mulai pra panen, panen
sumberdaya modal, dan sumberdaya sampai dengan pasca panen
infrastruktur. Kelima kondisi faktor merupakan faktor utama bagi
sumberdaya tersebut dijelaskan sebagai berikut: peningkatan produktivitas serta mutu
kopi, yang pada akhirnya berdampak
1. Sumberdaya Alam
pada peningkatan dayasaing industri
Indonesia memiliki iklim tropis dan
kopi Indonesia. Begitu juga penerapan
curah hujan yang sangat mendukung untuk
teknologi informasi yang diharapkan
perkembangan komoditas kopi. Kondisi
mampu menyebarluaskan informasi
lingkungan sumber daya alam untuk
yang dibutuhkan bagi para pelaku dan
tanaman kopi berbeda untuk Robusta dan
konsumen produk.
Arabika. Lahan perkebunan kopi Robusta di
PPKKI salah satunya berperan
Indonesia cukup luas namun tidak didukung
sebagai penghasil benih kopi unggul.
oleh produktivitas yang tinggi dikarenakan
Kegiatan inovasi teknologi rutin
kepemilikan lahan sebagain besar adalah
dilakukan setiap tahunnya bekerjasama
perkebunan rakyat, yang umumnya kurang
dengan beberapa perkebunan rakyat.
intensif dalam pemeliharaan tanaman, tidak
Selain itu terdapat Pusat Analisis
melakukan peremajaan tanaman, dan
Sosial Ekonomi, Lembaga Riset
penggunaan teknologi budidaya yang masih
Perkenunan Indonesia, dan Balai
sederhana. Berikut adalah perkembangan
Pengkajian Teknologi Pertanian,
produktivitas kopi Indonesia tahun 2008
semua lembaga ini memberikan
sampai 2014.
informasi mengenai perkopian
nasional melalui warta, jurnal, situs
2. Sumberdaya Manusia
resmi, musyawarah kerja nasional dan membangun informasi antara lembaga
sebagainya. penelitian pengembangan kopi dengan
Tingkat penggunaan teknologi petani kopi. Lembaga penelitian dapat
oleh petani kopi masih dikatakan memberikan cara-cara penggunaan
rendah. Rendahnya penggunaan teknologi dengan baik dan benar serta
teknologi tersebut proses alih ilmu memberikan cara-cara untuk
pengetahuan dan teknologi dari ahli meningkatkan kualitas mutu sesuai
kopi dan lembaga penelitian ataupun dengan preferensi konsumen kepada
penyuluh kepada petani yang lambat. para petani kopi. Secara keseluruhan
Oleh karena itu, harus ada kerjasama sumberdaya IPTEK telah mendukung
dayasaing kopi Indonesia

.
Tabel 3. Luas Lahan, Jumlah Produksi dan Produktivitas Kopi Indonesia Tahun 2008-2014
Tahun Luas (Ha) Produksi (Kg) Produktivitas (Kg/Ha)
2008 1.295.110 698.016.000 538,96
2009 1.266.235 682.690.000 539,15
2010 1.210.364 686.921.000 567,53
2011 1.292.965 633.991.000 490,34
2012 1.305.895 748.109.000 572,87
2013 1.331.000 728.000.000 546,96
2014 1.354.000 738.000.000 545,05
Rata-rata 1.293.653 702.246.714 542,98
Sumber : Diolah dari AEKI, 2014 kurang karena terkait masalah
perburuha, perpajakan dan kebijakan
4. Sumberdaya Modal pemerintah yang tidak konsisten.
Secara umum, sumberdaya modal Sehingga dapat disimpulkan bahwa
untuk investasi di industri kopi berupa sumberdaya modal belum mendukung
investasi yang berbadan hukum seperti sepenuhnya peningkatan dayasaing
PMA, PMDN, BUMN, BUMD dan kopi Indonesia.
Koperasi. Permodalan dalam dunia
perkebunan kopi ini masih dirasakan 5. Sumberdaya Infrastruktur
sangat kurang. Hal ini disebabkan Sumber daya infrastruktur
oleh belum adanya sertifikasi terhadap merupakan faktor penentu
kepemilikan lahan, serta tidak adanya keberhasilan bagi upaya peningkatan
kredit dari Pemerintah dengan bunga daya saing industri kopi Indonesia.
ringan serta sifat dari produk pertanian Sarana dan prasarana fisik tersebut
yang hasil produksinya tidak pasti meliputi sarana dan prasarana
atau tergantung terhadap keadaan budidaya kopi, sarana dan prasarana
alam. Hal inilah yang ditakutkan oleh penyimpanan dan pengangkutan,
sebagian besar lembaga permodalan transportasi (jalan) dan
karena mereka takut modal yang telekomunikasi. Sarana dan prasarana
diberikan tidak akan kembali atau tersebut merupakan syarat mutlak bagi
dapat kembali tetapi dalam jangka pengembangan industri kopi nasional.
waktu yang lama. Selain itu minat Khusus untuk kopi arabika yang
investor asing ke Indonesia masih menuntut lingkungan dengan suhu rendah
dan umumnya terdapat di dataran tinggi, industri rumah tangga yang mencapai 85
belum di dukung oleh saraea infrastruktur persen setiap tahunnya. Sedangkan industri
yang memadai. Hal ini akan berpengaruh kembang gula mencapai delapan persen
pada hal distribusi produk, yang akan setiap tahunnya, industri minuman sekitar
meningkatkan biaya transportasi yang lima persen dan sisanya dua persen untuk
merupakan harga input, tidak sejalan dengan konsumsi sektor industri lain.
harga output yang rendah. Menurut
Direktorat Jenderal Perkebunan (2006),
keadaan prasarana yang mendukung industri
kopi saat ini mulai dari tempat produksi
hingga ke pelabuhan (jalan, alat angkutan,
listrik dan energi) masih kurang memadai
dan minim khususnya di luar pulau Jawa.
Maka, secara keseluruhan keadaan dari
sarana dan prasarana yang ada belum dapat
mendukung industri kopi yang
berdayasaing.

Kondisi Permintaan
1. Komposisi Permintaan Domestik
Komposisi permintaan domestik
menurut Ditjenbun terdiri dari industri
rumah tangga, industri kembang gula,
industri minuman, dan industri lainnya.
Konsumsi kopi terbesar adalah konsumsi

Tabel 4. Jumlah Konsumsi Kopi Indonesia Tahun 2010-2014


Jumlah Penduduk Konsumsi Kopi
No. Tahun Kebutuhan Kopi (Kg)
(Jiwa) (Kg/Kapita/Tahun)
1 2010 237.000.000 190.000.000 0,80
2 2011 241.000.000 210.000.000 0,87
3 2012 245.000.000 230.000.000 0,94
4 2013 249.000.000 250.000.000 1,00
5 2014* 253.000.000 260.000.000 1,03
Sumber : AEKI, 2014
Keterangan : *Angka Sementara

Tabel 5. Perkembangan Ekspor Kopi Indonesia ke Tiga Negara Utama Tujuan Ekpor
Tahun 2008-2012
2008 2009 2010 2011 2012
Negara (000 Jumlah Rata-rata
US$)
AS 174.000 161.000 176.00 275.000 331.000 1.117.000 223.400
0
Jepang 124.000 98.000 119.00 175.000 146.000 662.000 132.400
0
Jerman 174.000 109.000 106.00 71.00 117.000 577.000 115.400
0 0
Sumber : Diolah dari Statistik Perdagangan Luar Negeri Indonesia, Kementerian Perdagangan 2013
2. Jumlah Permintaan dan Pola Pertumbuhan meningkatkan daya saing kopi Indonesia.
Laju pertumbuhan konsumsi kopi Pada industri terkait ekspor kopi meliputi
dalam negeri selama kurun waktu 2010 industri penyediaan bahan baku
sampai 2014 mengalami fluktuasi meskipun sedangkan pada industri pendukung
perubahannya sangat kecil, yaitu ratarata memiliki peran dalam pengembangan
sebesar 0,75 persen setiap tahunnya dan produk kopi olahan.
hanya sebesar 0,93 Kg/ Kapita/tahun rata- Industri kopi tentunya sangat

Tabel 6. Analisis Concentration Ratio (CR4)


No. Nama Perusahaan Nama Merek Rata-rata Pangsa (%)
1 PT. Santos Abadi Jaya Kapal Api dan ABC 61,37
2 PT. Nestle Indonesia Nescafe 7,80
3 PT. Mayora Indah TBK Torabika 7,40
4 PT. Sari Incofood Corporation Indocafe 7,97
Jumlah 84,53

rata konsumsinya. Berikut adalah jumlah bergantung pada kemampuan industri


konsumsi kopi Indonesia tahun 2010 sampai hulu menyediakan benih unggul. Petani
2014. kopi sebenarnya mudah untuk
Berdasarkan Tabel 4, jumlah konsumsi mendapatkan bibit unggul, PT Treno
kopi rata-rata Indonesia setiap tahunnya Kenangan yang terdapat di provinsi Nusa
(2010-2014) adalah sebesar 228.000.000 Kg Tenggara Barat adalah salah satu
atau 228.000 ton kopi pertahun atau hanya penyedia bibit kopi, selain itu Pusat Kopi
sebesar 32,47 persen dari total produksi kopi dan Kakao juga menyediakan bibit kopi
Indonesia. unggul.
Sumber : Diolah

3. Internasionalisasi Permintaan Domestik


Sebagian besar produk kopi Indonesia
ditujukan untuk ekspor guna memenuhi
kebutuhan pasar internasional. Ekspor kopi
Indonesia sebagian besar terdiri dari ekspor
kopi Robusta. Tujuan ekspor kopi Indonesia
masih didominasi oleh negara-negara
Eropa, USA, dan beberapa negara Asia STRUKTUR, PERSAINGAN DAN
seperti Jepang, Malaysia, Korea Selatan, STRATEGI
Taiwan, Pilipina, Singapura dan beberapa Secara keseluruhan dalam pangsa
negara Afrika seperti Afrika Selatan, Mesir pasar minuman kopi, Kapal Api
dan UEA. Namun negara tujuan ekspor menduduki market share paling tinggi
utama Indonesia adalah Amerika, Jepang, dari Tahun 2009 hingga Tahun 2011.
dan Jerman. Berikut adalah perkembangan Akan tetapi, apabila pasar dipecah
ekspor ke tiga negara tujuan utama kopi menjadi dua segmen, maka Nescafe
Indonesia tahun 2008 sampai 2012. unggul daripada Kapal Api dalam kopi
instan, sedangkan Kapal Api unggul
INDUSTRI TERKAIT DAN PENDUKUNG dalam kopi bubuk.
Industri terkait dan industri Berdasarkan hasil analisis diatas
pendukung memiliki peran penting dalam diketahui bahwa nilai konsentrasi pasar
(CR4) ke empat perusahaan kopi olahan pasar baru terutama dalam hal ekspor kopi
tersebut adalah 84,53 persen (>40) kelompok spesial yang dimiliki Indonesia.
mendekati 100 persen artinya konsentrasi
ke empat perusahaan ini sangat besar. STRATEGI PENGEMBANGAN
Hal ini menunjukkan bahwa struktur AGRIBISNIS KOPI INDONESIA
pasar yang terjadi adalah pasar monopoli.
Alat analisis yang digunakan adalah
metode SWOT. Langkah pertama yang
PERAN PEMERINTAH dilakukan adalah mengidentifikasi informasi
Upaya pemerintah Indonesia dalam menjadi dua kelompok, yaitu informasi yang
meningkatkan dayasaing kopi dalam termasuk ke dalam lingkup internal, dan
negeri adalah dengan menetapkan sistem informasi yang termasuk ke dalam lingkup
standarisasi nasional sejak tahun 1975 eksternal. Selanjutnya, dilakukan identifikasi
melalui SK Menteri Perdagangan No. kekuatan dan kelemahan yang berasal dari
266/KP/X/76. Berdasarkan standar lingkup internal
tersebut, mutu biji kopi dibagi menjadi
mutu 1, 2, 3 dan 4, hal ini berlaku bagi Analisis Komponen Kekuatan, Kelemahan,
pengolahan kering maupun basah Peluang dan Ancaman
(Abdoellah, 2003). Selain itu Tahap pertama yang dilakukan dalam
Departemen Pertanian mengalokasikan perumusan strategi adalah melakukan
dana APBN sebanyak Rp. 9,29 miliar identifikasi pada tiap komponen tersebut untuk
untuk rehabilitasi dan peremajaan mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan
tanaman kopi seluas 2.828 hektar untuk ancaman, hasil identifikasi tersebut akan
meningkatkan pengembangan kopi menjadi komponen SWOT.
Arabika (Ditjenbun, 2008). Pemerintah
melalui Direktorat Jenderal Perkebunan
Perumusan Strategi dengan Matriks SWOT
melakukan kegiatan penyuluhan mulai
dari pra panen sampai pasca panen. Tahap selanjutnya adalah merumuskan
Pemerintah juga banyak melakukan strategi berdasarkan analisis komponen
banyak penelitian mengenai bibit unggul kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman
dan melepaskan varietas bibit kopi yang telah di analisis sebelumnya. Dalam
unggul guna mendukung dayasaing kopi merumuskan strategi pengembangan agribisnis
Indonesia. kopi Indonesia, alat analisis yang digunakan
adalah Matriks SWOT. Strategi yang
PERAN KESEMPATAN dihasilkan dari Matriks SWOT adalah strategi
S-O yaitu menggunakan kekuaatan dari
Peran kesempatan merupakan faktor yang agribisnis kopi Indonesia untuk memanfaatkan
ada di luar kendali pemerintah seperti peluang yang ada, strategi WO yaitu
peningkatan daya saing karena perdagangan memanfaatkan peluang untuk meminimalkan
bebas ataupun karena adanya blok-blok kelemahan dari agribisnis kopi Indonesia,
perdagangan. Pasar bebas memberikan peluang strategi S-T yaitu menggunakan kekuatan
bagi Indonesia untuk meningkatkan dayasaing untuk mengatasi ancaman, dan strategi W-T
produk kopi di manca negara. Sebagai Negara yaitu meminimalkan kelemahan dan
produsen kopi ke tiga terbesar dunia dan menghindari ancaman (Lampiran 1).
Indonesia mempunya ragam kelompok kopi
spesial, Indonesia berkesempatan membidik
KESIMPULAN 2. Indonesia dengan potensi
1. Berdasarkan analisis dayasaing menggunakan
dibidang pertanian, maka
RCA (indeks RCA rata-rata sebesar 6,54) secara
komparatif kopi Indonesia memiliki dayasaing
di pasar internasional. Berdasarkan analisis
diharapkan pemerintah
Berlian Porter, kopi Indonesia juga memiliki
keunggulan secara komparatif yang didukung
memberikan fokus yang lebih
oleh kondisi faktor (sumberdaya alam, modal,
tenaga kerja, IPTEK), industri terkait dan
terhadap pertanian, tidak hanya
pendukung, peran pemerintah dan
kesempatan. komoditas kopi tetapi juga
2. Strategi yang peningkatan dayasaing yang
tanaman pertanian yang lain agar
dihasilkan melalui analisis Matriks SWOT lebih
banyak mengarah pada aspek teknis dan
budidaya.
dapat meningkatkan taraf hidup

SARAN para petani dan perekonomian

Indonesia.
Bedasarkan kesimpulan yang
didapat dari hasil penelitian ini, maka 3. Perlunya kebijakan akan
terdapat beberapa saran yang
permodalan dan persoalan buruh
diharapkan dapat meningkatkan daya
saing kopi Inonesia di pasar akan meningkatkan produksi
internasional. Adapun beberapa saran
tersebut, antara kopi Indonesia
lain :
4. Adanya pelatihan rutin dan
1. Bedasarkan hasil analisis nilai
pembibingan secara
koefisien regresi produksi kopi
berkelanjutan serta teknologi
dan permintaan kopi Indonesia
moderen bagi insdustri skala
berpengaruh terhadap daya saing
kecil menengah agar dapat
kopi Indonesia di pasar
meningkatkan produksi kopi
internasional sehingga
nasional
ditingkatkan kembali agar

memeberikan nilai tambahan


SUMBER REFERENSI
daya saing kopi di pasar

internasional. Asmarantaka RW. 2011. Analisis Dayasaing


Ekspor Kopi Indonesia. Di dalam : Baga
LM, Fariyanti A, Jahroh S.
Kewirausahaan dan Dayasaing
Agribisnis. Bogor : IPB Pr. Hlm Jakarta.
79-93.
Departemen Perdagangan. 2010. Indonesian
Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia. 1990. Foreign Trade In Brief. Ditjen
Konsumsi Kopi Indonesia. Asosiasi Perdagangan Luar Negeri, Jakarta.
Eksportir Kopi Indonesia. Jakarta. Direktorat Jendral Perkebunan
______. 2002. Vietnam akan Kendalikan Departemen Pertanian. 2006.
Produksi Kopi. Kopi Indonesia. Edisi www.deptan.go.id. (3 November
April. Jakarta 2013).
Badan Pusat Statistik. www.bps.go.id. (9 _____. 2012. Statistik Perkebunan 2009-2011.
November 2012) Direktorat Jenderal
Perkebunan Departemen Pertanian.
______. 2004. Indikator Industri Besar dan Jakarta.
Sedang. Badan Pusat Statistik. Jakarta.
[ICO] International Coffee Organization.
Bina UKM. 2011. http://binaukm.com (11 2011. Coffee Market Report.
November 2011) http://www.ico.org. (9 November
David FR. 2006. Manajemen Strategis: 2012)
Konsep. Edisi 10. Buku 1. Stefanus _____. 2012. Coffee Market Report.
Rahoyo, editor. Penerbit Salemba http://www.ico.org. (9 November
Empat. Terjemahan dari: Strategic 2012)
Management: Concepts and Cases.

Anda mungkin juga menyukai