05 Pedoman Pembangunan Pambm
05 Pedoman Pembangunan Pambm
PEDOMAN PEMBANGUNAN
SARANA DAN PRASARANA AIR MINUM
PENYEDIAAN AIR MINUM BERBASIS MASYARAKAT
MODUL SOSIALISASI DAN DISEMINASI SPM
PEDOMAN PEMBANGUNAN
SARANA DAN PRASARANA AIR MINUM
PENYEDIAAN AIR MINUM BERBASIS MASYARAKAT
Editor :
Dra. Yulinda Rosa, M.Si.
Guswandi S.Sos.
Drs. Hari A. Setiadi, MT.
PUSKIM. 2011
Hak cipta dilindungi undang-undang, dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam
bentuk dan dengan cara apapun termasuk fotokopi, tanpa izin tertulis dari penerbit.
ISBN : 978-602-8330-69-5
PEDOMAN PEMBANGUNAN SARANA DAN PRASARANA AIR MINUM
PENYEDIAAN AIR MINUM BERBASIS MASYARAKAT iii
PENGANTAR
A
ir merupakan kebutuhan mendasar bagi semua makhluk hidup. Dalam
kehidupan sehari-hari, kita memerlukan air untuk minum, mandi, cuci, masak
dan sebagainya. Sayangnya, tidak semua orang bisa mengakses air bersih dan
mendapatkan sanitasi yang memadai untuk kebutuhan hidup. Untuk mempercepat
pelayanan air minum dalam, perlu digalakkan pembangunan partisipatif yang
melibatkan masyarakat sebagai subyek dalam penyelenggaraan air minum. Pemerintah
secara bertahap akan berubah dari penyedia prasarana menjadi peran pemberdaya
dan fasilitator.
Salah satu upaya pelibatan masyarakat dalam peningkatan pelayanan air minum
adalah penyediaan air minum berbasis masyarakat (PAM-BM). Penyediaan Air Minum
Berbasis Masyarakat merupakan sistem penyediaan air minum yang diprakarsai, dipilih,
dibangun dan dibiayai oleh masyarakat dan atau dengan bantuan pihak lain, dikelola
secara berkelanjutan oleh masyarakat berdasarkan kesepakatan kelompok pengguna
air minum bersangkutan.
Modul ini disusun sebagai acuan dalam pembangunan prasarana dan sarana sebagai
upaya penyediaan air minum berbasis masyarakat. Melalui sosialisasi atau pelatihan
modul ini, diharapkan pelayanan air minum semakin meningkat dalam rangka
pemenuhan kebutuhan air minum terutama untuk golongan kurang mampu.
DAFTAR ISI
1. Petunjuk Penggunaan
air baku
air yang berasal dari sumber air yang perlu atau tidak perlu diolah terlebih dahulu menjadi air bersih
atau air minum
air permukaan
sumber air baku yang berasal dari sungai, saluran irigasi, danau, waduk, kolam, rawa, embung, air
hujan.
air minum
air yang memenuhi persyaratan air minum sesuai SNI 01-0220-1987
air bersih
air yang dapat digunakan oleh masyarakat untuk memenuhi keperluan sehari-hari yang memenuhi
persyaratan baku mutu air bersih yang ditetapkan.
hidran umum
sistem pelayanan air minum, berupa bak penampung air minum yang dilengkapi dengan kran air.
kran umum
sistem pelayanan air minum dengan pasokan air langsung dari sistem perpipaan tanpa melalui
tangki hidran.
sambungan langsung
pelayanan air minum dari sistem perpipaan yang dialirkan langsung ke pelanggan.
sumur gali
sarana untuk menyadap dan menampung air tanah yang digunakan sebagai sumber air baku untuk
air bersih atau air minum.
sumur bor
lubang yang dibuat sampai kedalaman tertentu untuk menyadap air tanah dengan menggunakan
alat bor.
3. Alur Pikir
4. Tujuan Pembelajaran
5. Sasaran Komunikan
Melalui modul ini, komunikan yang akan memperoleh sosialisasi Penyediaan Air Minum Berbasis
Masyarakat adalah:
a. Praktisi konsultan perencana, pelaksana dan pengelola PAMBM.
b. Penentu kebijakan seperti PEMDA dan DPRD.
c. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang berkaitan dengan penyediaan air minum berbasis
masyarakat.
d. Akademisi dari Perguruan Tinggi.
e. Pengelola PAMBM.
6. Cek Kemampuan
Sebelum membaca modul ini coba cek dulu pemahaman saudara jawablah pertanyaan di bawah ini:
1. Apakah yang saudara ketahui tentang air minum berbasis masyarakat?
2. Apa yang saudara ketahui tentang pembangunan sarana dan prasarana air minum?
3. Apakah saudara tahu hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan jenis sarana dan
prasarana air minum?
4. Bagaimana cara saudara untuk mengetahui kebutuhan masyarakat akan air minum?
5. Siapakah yang menyelenggarakan operasi dan pemeliharaan?
7. Konten Modul
Pedoman ini memberikan pedoman tata cara pemilihan jenis, perencanaan, pelaksanaan fisik dan
pengoperasian serta pemeliharaan prasarana dan sarana penyediaan air minum berbasis Masyarakat.
Prasarana dan sarana air minum yang akan dibangun, dipilih berdasarkan berbagai pertimbangan,
antara lain ketersediaan sumber air baku, ketersediaan lahan, bahan, kondisi sosial ekonomi serta
budaya masyarakat setempat.
Jenis prasarana dan sarana yang diperlukan dalam sistem penyediaan air minum sesuai dengan sumber
air baku serta sistem pengolahannya dapat dilihat pada Tabel 1
Air Tanah
- Air tanah dangkal pemompaan
- Intake
- Sistem Instalasi
Pengolahan
- Air Sederhana (SIPAS)
- Saringan Pasir Lambat
CATATAN : SGL : sumur gali SPT : sumur pompa tangan
PAH : penampung air hujan
Data primer diperoleh melalui survai observasi atau wawancara, data sekunder diperoleh dari
dokumen yang tersedia.
Survai air baku dimaksudkan untuk mendapatkan informasi mengenai berbagai alternatif sumber
air baku yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di lokasi sasaran yang
direncanakan. Materi survai air baku adalah sebagaimana tertera pada Tabel 2 berikut:
Jenis sumber
No Data yang diperlukan Keterangan
air baku
• lokasi dan ketinggian • Sumber layak dipilih jika tidak ada
• Kualitas air (visual dan hasil pemeriksaan konflik kepentingan (musyawarah)
laboratorium) • kualitas dan kuantitas memenuhi
• kuantitas dan kontinuitas air (hasil ketentuan yang berlaku
pengamatan dan pengukuran pada musim
Mata Air
1 kemarau)
(MA)
• Peruntukan saat ini
• Kepemilikan lahan di sekitar mata air
• Jarak ke daerah pelayanan
• Yang mempengaruhi kualitas
• jalan masuk ke MA
• lokasi Untuk mengetahui kondisi air tanah
• Kualitas, kuantitas dan kontinuitas dalam di lokasi, perlu dilakukan
• Peruntukan saat ini pemeriksaan geolistrik.
• Kepemilikan Sedangkan untuk mengetahui kondisi
2 Air Tanah • Jarak ke daerah pelayanan air tanah dangkal dapat melihat peta
• Jalan untuk masuk ke lokasi kondisi air tanah yang dikeluarkan oleh
Ditjen Geologi Tata Lingkungan.
Jenis sumber
No Data yang diperlukan Keterangan
air baku
• lokasi dan ketinggian
• Kualitas air (visual dan pemeriksaan
laboratorium)
• kuantitas dan kontinuitas air (hasil
Sumber dipilih jika alternatif 1dan 2
3 Air Permukaan pengamatan dan pengukuran pada musim
tidak ada.
kemarau)
• Peruntukan saat ini
• Jarak ke unit pengolahan dan ke daerah
pelayanan
• Curah hujan Sumber dipilih jika alternatif 1, 2 dan 3
4 Air Hujan
• Kualitas dan kuantitas air hujan tidak ada
Survai kebutuhan air minum dimaksudkan untuk mengetahui pemakaian air bagi keperluan rumah
tangga (minum, masak, mandi cuci, dan kakus).
Materi yang dikumpulkan mencakup hal-hal sebagai berikut:
a) Sumber air yang ada saat ini;
b) Jumlah pemakaian air yang digunakan, cara pengolahan/pendistribusian dan biaya yang
dikeluarkan untuk mendapatkan air untuk keperluan rumah tangga;
c) Jumlah jiwa tiap keluarga;
d) Jarak pengambilan air saat ini.
Materi yang disurvai adalah data ketinggian (kontur) dan posisi /situasi rencana penempatan sistem
penyediaan air minum serta daerah pelayanan. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan
peralatan altimeter atau peralatan lain yang sejenis, seperti theodolit, water pass.
Survai bahan bangunan untuk mengetahui ketersediaan bahan bangunan setempat yang dapat
digunakan untuk membangun sistem penyediaan air minum, meliputi:
a) Potensi dan mutu bahan bangunan lokal yang tersedia;
b) Kemudahan pengadaan dan pengangkutannya;
c) Biaya pengadaan;
d) Bahan pendukung lainnya.
Pemilihan sistem dilakukan setelah data tersedia, dengan tahapan proses sebagai berikut :
a) Pertimbangkan ketersediaan air baku, dengan prioritas air baku dari mata air, air tanah, air
permukaan, air hujan, dengan membandingkan kehandalan (kualitas, kuantitas dan kontinuitas)
air baku;
b. Rencanakan sistem penyediaan air minum yang diinginkan dengan mempertimbangkan kondisi
air baku dan lokasi pelayanan;
c. Perkirakan kebutuhan biaya investasi awal, serta biaya operasi dan pemeliharaan.
7.2.4 Perencanaan
Sebagai salah satu pegangan dalam memilih jenis sumber air adalah persyaratan kualitas air baku
yang akan dipilih harus memenuhi standar kualitas air yang berlaku, sesuai dengan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia nomor 82 tahun 2001, kelas 1.
Dari hasil pemeriksaan kualias air baku secara visual dilapangan dipilih alternatif pengolahan yang
dapat dilihat pada Tabel 3 berikut.
Masalah
No Parameter Alternatif pengolahan Kesimpulan
kualitas
1 Bau Bau lumpur saringan karbon aktif Dapat dipakai jika percobaan
pengolahan berhasil
Bau besi Aerasi + saringan pasir lambat Dapat dipakai jika percobaan
atau aerasi + saringan karbon pengolahan berhasil
aktif
Bau sulfur aerasi Dapat dipakai jika percobaan
pengolahan berhasil
Bau lain Tergantung jenis bau Dapat dipakai jika percobaan
pengolahan berhasil
2 Rasa Rasa asin/payau Aerasi + biofilter Tergantung kadar Cl
Rasa besi Aerasi + saringan pasir lambat Dapat dipakai jika percobaan
atau aerasi + saringan karbon pengolahan berhasil
aktif
Rasa tanah tanpa Saringan karbon aktif Dapat dipakai jika percobaan
kekeruhan pengolahan berhasil
Rasa lain Tergantung jenis rasa Dapat dipakai jika percobaan
pengolahan berhasil
Masalah
No Parameter Alternatif pengolahan Kesimpulan
kualitas
3 Kekeruhan Kekeruhan Saringan pasir lambat Kekeruhan kurang dari 70 mg/
sedang, coklat lSiO2
dari lumpur
Kekeruhan tinggi, Pembubuhan PAC atau Kekeruhan lebih dari 70 mg/
coklat dari lumpur tawas+ saringan pasir cepat lSiO2
Putih Pembubuhan PAC + saringan Dapat dipakai jika percobaan
pengolahan berhasil
Agak kuning Aerasi + saringan pasir atau Dapat dipakai jika percobaan
sesudah air aerasi + saringan karbon aktif pengolahan berhasil
ditampung
4 Warna Coklat tanpa Kemungkinan dengan Dapat dipakai jika percobaan
kekeruhan saringan karbon aktif pengolahan berhasil
Coklat bersama Sama dengan kekeruhan Sama dengan kekeruhan
dengan
kekeruhan
Putih Kemungkinan dengan Tidak dapat dipakai kecuali
pembubuhan PAC percobaan pengolahan
berhasil
Lain Tergantung jenis warna Tidak bisa dipakai kecuali
percobaan pengolahan
berhasil
Salah satu persyaratan penting dalam penyediaan air minum adalah kualitas air yang diproduksi
harus memenuhi standar kualitas air minum yang berlaku, sesuai dengan Permenkes RI no. 492/
MENKES/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum.
Penentuan jumlah penduduk dan kepadatan penduduk dipakai untuk menentukan daerah
pelayanan dengan formula sebagai berikut:
a) cari data jumlah penduduk awal perencanaan
b) tentukan nilai prosentase pertambahan penduduk pertahunnya (r)
c) hitung pertambahan nilai penduduk sampai akhir tahun perencanaan (misal 5 tahun) dengan
menggunakan salah satu metode, misal metode geometrik.
P = Po ( 1 + r)n ................................................................................................................. (1)
dengan pengertian:
P jumlah penduduk sampai akhir tahun perencanaan (jiwa)
Po jumlah penduduk awal perencanaan (jiwa)
r prosentase pertambahan penduduk pertahun
n umur perencanaan (tahun)
Kebutuhan air total dihitung berdasarkan jumlah pemakai air yang telah diproyeksikan untuk 5 – 10
tahun mendatang dan kebutuhan rata-rata setiap pemakai setelah ditambahkan 20% sebagai faktor
kehilangan air (kebocoran). Kebutuhan total ini dipakai untuk mengecek apakah sumber air yang
dipilih dapat digunakan. Kebutuhan air ini didasarkan atas pelayanan dengan menggunakan Hidran
Umum (HU) dengan perhitungan sebagai berikut:
a) hitung kebutuhan air dengan formula :
Q = P x q ....................................................................................................................................... (3)
Qmd = Q x Fmd
dengan pengertian:
Q md kebutuhan air (Liter/hari)
q kebutuhan air perorang perhari (Liter / orang /hari)
P jumlah jiwa yang akan dilayani sesuai dengan tahun perencanaan (jiwa)
fmd faktor maksimum (1,05 – 1,15)
b) hitung kebutuhan total air dengan formula
Qt = Q md x 100/80 .................................................................................................................. (4)
dengan perincian :
Qt kebutuhan air total dengan faktor kehilangan air 20% (Liter/hari)
c) bandingkan dengan hasil pengukuran debit sumber air baku apakah dapat mencukupi atau
tidak, jika tidak mencukupi cari alternatif sumber air baku lain
Dalam menentukan sistem penyediaan air minum akan tergantung pada kualitas sumber air baku,
namun demikian pada umumnya diusahakan harus sederhana, murah dalam biaya penyambungan
dan pemeliharaan serta mudah dalam pembangunan, operasional dan pemeliharaannya. Instalasi
pengolahan yang umum ada dapat digunakan .
Kriteria disain untuk setiap sistem penyediaan air minum, pipa transmisi dan pipa distibusi disajikan
dalam tabel-tabel berikut ini.
No SPAM Keterangan
1 Penangkap Mata Air (PAM) - Skala komunal
- Asumsi kebutuhan 30 L – 60 L perorang/hari
- Waktu pengambilan 8 jam – 12 jam
- Pelayanan minimal 20 KK
2 Sumur Gali (SGL) - Skala komunal
- Asumsi kebutuhan 30 L – 60 L perorang/hari
- Pelayanan minimal 5 KK
3 Penampungan air hujan - Skala komunal
- Asumsi kebutuhan 30 L – 60 L perorang/hari
- Pelayanan 5 KK – 10 KK
4 Sistem Pengolahan Air - Skala komunal
Sederhana (SIPAS) - Waktu operasional 6 jam – 8 jam
- Kapasitas optimum 0,25 L/detik
- Asumsi kebutuhan 30 L – 60 L perorang/hari
- Pelayanan 20 KK - 30 KK
5 Hidran Umum/Kran Umum - Skala komunal
- Cakupan pelayanan 60 % – 100 % penduduk
- Asumsi kebutuhan 30 L– 60 L perorang/hari
- Jarak minimum penempatan 200 meter
- Pelayanan 20 KK – 30 KK
6 Sumur Pompa Tangan - Skala komunal
- Asumsi kebutuhan 30 L – 60 L perorang/hari
- Pelayanan minimal 5 KK
7 Bangunan penyadap / - Kecepatan Aliran (v) = 0,3 m/detik – 2 m/detik
intake
8 Bak Pengumpul - Waktu detensi = 5 menit – 15 menit
9 Saringan Pasir Lambat - Surface loading/ Kecepatan filtrasi = 0,1 – 0,3 m3/m2 .jam
- Tinggi air = 0,7 meter – 1 meter
- Tinggi media = 0,7 meter – 1 meter
- Efective Size = 0,15 mm – 0,35 mm
Bangunan penyadap berupa pipa (PVC/GI , dihitung dengan formula sebagai berikut :
4Q
ø=
.................................................................................................................. (5)
ðv
∏ν
dengan pengertian :
ø adalah diameter pipa (m)
Q adalah debit aliran (m3/detik)
ν adalah kecepatan aliran (m/detik)
7.2.4.5.5 Pompa
Hitung daya pompa yang diperlukan berdasarkan data total tekanan (head) yang tersedia dengan
formula
Q . w. H
dengan pengertian :
P daya pompa (tenaga kuda)
Q debit (m3 / detik)
w density (Kg/Cm3)
H total tekanan (m)
η efisiensi pompa ( 60 %–75 %)
HP horse power
Bangunan berupa tabung dari fiberglass dengan volume sudah ditetapkan ( 2m3 dan 4m3) jarak
maksimum antar hidran umum adalah 200 m.
Perencanaan sistem sambungan rumah, jika tapping dari pipa distribusi disyaratkan tidak melebihi
4 meter. Jika penyambungan melebihi ketentuan tersebut maka tiap satu tapping harus lebih dari
satu sambungan rumah. Dimensi sambungan dipilih pipa ½ inchi, satu bak meter ukur dan satu
klem sadel. Penyambungan dilakukan hingga halaman rumah
Dalam pembangunan fisik sistem penyediaan air minum meliputi tahapan persiapan, pelaksanaan,
pengawasan serta evaluasi
7.2.5.1 Persiapan
Pada tahapan persiapan pembangunan fisik sistem penyediaan air minum adalah sebagai berikut :
Pembangunan sistem penyediaan air minum yang berbasis masyarakat, dalam pelaksanaannya
selain harus sudah menetukan spesifikasi sistem yang dipilih, juga harus diikuti dengan pembuatan
gambar kerja, yang meliputi:
a) gambar lokasi penerapan sistem penyediaan air minum secara umum (peta situasi)
b) gambar denah dan tampak potongan dari sistem yang akan dibangun
c) gambar detail potongan maupun komponen yang diperlukan
d) gambar penjelasan dari detail sistem serta komponen yang digunakan
Rencana alokasi biaya pembangunan sistem penyediaan air minum dihitung, berdasarkan volume
fisik dan harga satuan yang berlaku umum untuk setiap jenis pekerjaan seperti pada tabel 7. Volume
pekerjaan dibagi dalam tiap tahapan jenis pekerjaan yang meliputi;
a) pekerjaan persiapan
b) pelaksanaan pekerjaan pokok sesuai dengan tahapan yang diperlukan pada tiap jenis pekerjaan
c) pekerjaan finishing
7.2.5.1.3 Jadwal
Jadwal pelaksanaan, harus dibuat sesuai dengan urutan pekerjaan dengan waktu penyelesaian yang
diperlukan untuk tiap jenis pekerjaan seperti pada tabel berikut
Kebutuhan bahan dan tenaga kerja dihitung berdasarkan volume tiap jenis perkerjaan dari sistem
yang direncanakan.
Pelaksanaan fisik dalam pembangunan prasarana dan sarana disesuai dengan sistem penyediaan air
minum yang terpilih.
7.2.5.2.1 Umum
Pelaksanaan pembangunan prasana dan sarana penyediaan air minum secara umum meliputi
pekerjaan:
a) pekerjaan tanah
b) pekerjaan pemasangan batu/bata
c) pekerjaan beton
d) pekerjaan pemasangan pipa
e) pekerjaan mekanikal elektrikal
f ) pekerjaan finishing
Pembuatan perlindungan mata air dapat mengacu pada lampiran V Modul Perlindungan Mata
air (PMA) Permen PU no 18 tahun 2008 ,yang mengatur kriteria disain ,tatacara perencanaan,
pelaksanaan,operasi dan pemeliharaan dari bangunan penangkap dan penampungan.
Pembuatan sumur gali (SGL) pasangan batu bata dapat mengacu pada Lampiran Permen PU no
18 tahun 2008 tentang Penyediaan SPAM bukan jaringan perpipaan lampiran VIII Modul sumur
gali pasangan bata, yang mengatur tentang persyaratan lokasi dan konstruksi, pembuatan sumur,
pemasangan pompa tangan, sumur gali, operasi dan kelembagaan.
Pembuatan sumur gali (SGL) pasangan cincin beton dapat mengacu pada Lampiran Permen PU
no 18 tahun 2008 tentang Penyediaan SPAM bukan jaringan perpipaan lampiran VIII Modul sumur
gali pasangan bata ,yang mengatur tentang persyaratan lokasi dan konstruksi, pembuatan sumur,
pemasangan pompa tangan, sumur gali, operasi dan kelembagaan.
Pembuatan sumur pompa tangan dangkal dapat mengacu pada Lampiran Permen PU no 18 tahun
2008 tentang Penyediaan SPAM bukan jaringan perpipaan lampiran VII kriteria, ketentuan teknis,
perhitungan, data, dan tahapan yang diperlukan dalam perencanaan, pembangunan, operasi, dan
pemeliharaan dan rehabilitasi sumur pompa tangan (SPT).
Pembuatan sumur pompa dalam dapat mengacu pada Lampiran Permen PU no 18 tahun 2008
tentang Penyediaan SPAM bukan jaringan perpipaan lampiran VI Modul sumur pompa dalam,
mengatur tentang kriteria, ketentuan teknis, perhitungan, data, dan tahapan yang diperlukan
dalam perencanaan, pelaksanaan konstruksi, pengelolaan (termasuk didalamnya pengoperasian,
kelembagaan dan administrasi), dan pemeliharaan sumur dalam.
Pembuatan intake air permukaan mengacu pada Modul 2.7 mengenai Petunjuk Praktis Pembangunan
intake air permukaan, Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah Direktorat Jendral Tata
Perkotaan dan Tata Perdesaan.
Pembuatan penampungan air hujan dapat mengacu pada Lampiran Permen PU no 18 tahun 2008
tentang Penyediaan SPAM bukan jaringan perpipaan lampiran VIII Modul sumur gali pasangan bata,
yang mengatur tentang persyaratan lokasi dan konstruksi, pembuatan sumur, pemasangan pompa
tangan, sumur gali, operasi dan kelembagaan.
Pembuatan intake air permukaan mengacu pada Lampiran Permen PU no 18 tahun 2008 tentang
Penyediaan SPAM bukan jaringan perpipaan lampiran VIII Modul sumur gali pasangan bata ,yang
mengatur tentang persyaratan lokasi dan konstruksi, pembuatan sumur, pemasangan pompa
tangan, sumur gali, operasi dan kelembagaan.
Dalam pelaksanaan pengawasan terhadap sistem yang sedang dilaksanakan harus berdasarkan pada:
a) kriteria perencanaan
b) spesifikasi teknis
c) standar yang berlaku
d) petunjuk teknis yang berlaku
e) petunjuk dan pelaksanaan yang berlaku
Dalam Evaluasi pengawasan terhadap sistem yang sedang dilaksanakan harus berdasarkan pada
a) kriteria perencanaan
b) spesifikasi teknis
c) standar yang berlaku
7.3.1 Umum
Pengelolaan prasarana dan sarana air minum yang telah di bangun harus dilakukan sesuai dengan
prosedur yang berlaku dalam pengoperasian dan pemeliharaan (O & P) dari sistem tersebut, secara
umum yang diperlukan beberapa hal yaitu;
a) Persiapan O & P yang harus dilakukan meliputi
1) inventarisasi komponen yang akan dioperasikan dan yang perlu mendapat pemeliharaan
khusus.
Pengoperasian dan pemeliharaan bangunan pada sitem penyediaan air minum yang berupa :
a) penangkap mata air mata air dapat mengacu pada Modul 2.1 mengenai Petunjuk Praktis
Pembangunan Penangkap Mata Air (PMA) , Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah
Direktorat Jendral Tata Perkotaan dan Tata Perdesaan.
b) bangunan intake air permukaan mengacu pada Modul 4.7 mengenai Petunjuk Praktis
Pembangunan intake air permukaan , Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah Direktorat
Jendral Tata Perkotaan dan Tata Perdesaan.
c) sumur gali mengacu pada Modul 2.1 mengenai Petunjuk Praktis Pembangunan sumur gali ,
Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah Direktorat Jendral Tata Perkotaan dan Tata
Perdesaan.
d) sumur pompa tangan mengacu pada Modul 2.4 mengenai Petunjuk Praktis Pembangunan pompa
tangan, Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah Direktorat Jendral Tata Perkotaan dan
Tata Perdesaan.
e) instalasi pengolahan air sederhana (IPAS) mengacu pada Modul 4.1 mengenai Petunjuk Praktis
Pembangunan instalasi pengolahan air sederhana (IPAS), Departemen Permukiman dan Prasarana
Wilayah Direktorat Jendral Tata Perkotaan dan Tata Perdesaan.
f ) penampungan air hujan (PAH) mengacu pada Modul 3.1 mengenai Petunjuk Praktis Pembangunan
penampungan air hunjan (PAH), Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah Direktorat
Jendral Tata Perkotaan dan Tata Perdesaan.
8. Referensi