Anda di halaman 1dari 21

TUGAS MATA KULIAH KOMUNITAS

TENTANG

EVINDANCE BASED MIDWIFERY “LOTUS BIRTH”

OLEH:

EKA SUSANTI
NIM:1615301205

PROGRAM STUDI D.IV KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
FORT DE COCK BUKITTINGGI
TAHUN 2016
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Tujuan
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian Lotus Birth dalam asuhan kebidanan
B. Mengetahui sejarah Lotus Birth
C. Penghormatan terhadap plasenta di berbagai budaya Negara.
D. Langkah- langkah dalam melakukan proses Lotus Birth
E. Manfaat atau keuntungan dilakukannya Lotus Birth
F. Kerugian dilakukannya Lotus Birth
G. Kelemahan lotus birth
H. Alasan memilih Lotus Birth
I. Mitos dan fakta lotus birth.

BAB III KESIMPULAN


DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Plasenta merupakan sumber darah bagi bayi yang banyak mengandung sel-sel

induk, besi, oksigen, hormon dan enzim-enzim. Sepertiga dari total suplai darah pada

bayi berasal dari plasenta yang dialirkan melalui tali pusat.

Ketika bayi baru lahir, sesaat kemudian tali pusat akan segera diklem pada dua

tempat dan kemudian akan dipotong diantara keduanya. Dan dalam hitungan menit

kemudian, plasenta ikut lahir. Itulah prosedur persalinan yang sesuai dengan standar

asuhan persalinan normal yang selalu kita aplikasikan hingga pada saat ini. Namun, ada

fenomena yang disebut lotus birth. Lotus birth ini adalah proses persalinan tanpa

mengklem tali pusat seperti yang biasa di lakukan, apalagi sampai memotong tali pusat,

dan tali pusat ini dibiarkan sendiri hingga terlepas dari bayi secara alami.

Negara perintis Lotus birth untuk pertama kalinya adalah Amerika. Lotus birth

dilakukan sebagai langkah pencegahan untuk melindungi bayi dari infeksi luka yang

terbuka akibat pemotongan pada tali pusat. Meskipun Lotus birth ini merupakan suatu

fenomena yang baru, tapi penundaan pemotongan tali pusat sudah ada dalam budaya

Bali dan budaya suku Aborigin Australia jauh sebelumnya. Dan keputusan Lotus birth

serta dampak fisiologis yang dapat terjadi merupakan tanggung jawab dari klien yang

telah memilih dan membuat keputusan untuk asuhan lotus birth ini (informed choncen).

Persalinan ala lotus birth belum lazim di lakukan di negara Indonesia. Praktisi

medis masih pro-kontra terhadap metode lotus birth ini, kata dr Frans O.H. Prasetyadi
SpOG. Kalaupun ada, yang meminta adalah ibu dengan penganut kepercayaan tertentu

dan sudah mengerti dengan resiko yang telah dijelaskan sebelumnya.

Kepala Subdepartemen Obstetri Ginekologi RSAL, dr Ramelan, Surabaya juga

mengatakan, selama plasenta masih menempel pada ibu, ada aliran darah dari plasenta

yang masuk ke tubuh bayi. Ada sebagian ibu yang beranggapan bahwa kesatuan antara

ibu, bayi, dan plasenta tidak boleh diputus begitu saja. Dianggap ada suatu energi yang

menguatkan bayi bila berdekatan dengan plasentanya. Maka, tali pusat dibiarkan putus

sendiri.

Lotus birth sebenarnya juga mempunyai banyak manfaat dan beberapa

keuntungan untuk bayi, seperti jika tali pusat dibiarkan terus berdenyut sehingga

memungkinkan terjadinya perpanjangan aliran darah ibu ke janin, Bayi tetap berada

dekat ibu setelah kelahiran sehingga memungkinkan terjadinya waktu yang lebih lama

untuk bounding attachment, pemulihan tali pusat yang cepat (2-3 hari) dibandingkan

normalnya jika segera di potong dan mencegah bayi kehilangan 60 ml darah, yang

setara dengan  1200 ml darah orang dewasa.

Dr. Ramelan lantas menerangkan prosedur lotus birth. Setelah bayi lahir,

plasenta diletakkan di sebuah wadah khusus plasenta. Kemudian ia didekatkan pada

bayi. Agar tidak berbau busuk, plasenta dicuci dengan garam laut atau dioleskan minyak

lavender. Jadi, saat bayi dibersihkan ada petugas yang membawa sekaligus

membersihkan plasenta, dan hal ini yang menjadi salah satu kerugian metode lotus

birth.

Setelah itu, ibu bisa melakukan inisiasi menyusu dini (IMD). Posisi plasenta

juga tak bisa jauh dari bayi. Tentu dibutuhkan petugas yang membantu mendekatkan
posisi plasenta dengan bayi. Sehingga menjadi tampak repot dan memerlukan banyak

tenaga medis, tapi jika sudah menjadi kemauan klien sendiri diharapkan ayah bayi

bersedia membantu membawa dan merawat plasenta tersebut, dan hal ini bisa

berdampak positif karena terjalinnya early bonding antara ayah dan bayi. Dalam waktu

2-3 hari setelah bayi dilahirkan, plasenta akan putus sendiri (pupak puser).

2. TUJUAN

a. Tujuan Umum

Sebagai syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah komunitas.

b. Tujuan Khusus

Dapat mengetahui dan memahami tentang :

J. Pengertian Lotus Birth dalam asuhan kebidanan

K. Mengetahui sejarah Lotus Birth

L. Penghormatan terhadap plasenta di berbagai budaya Negara.

M. Langkah- langkah dalam melakukan proses Lotus Birth

N. Manfaat atau keuntungan dilakukannya Lotus Birth

O. Kerugian dilakukannya Lotus Birth

P. Kelemahan lotus birth

Q. Alasan memilih Lotus Birth

R. Mitos dan fakta lotus birth.


BAB II

TINJAUAN TEORITIS

1. Pengertian Lotus Birth dalam Asuhan Kebidanan

Gerakan back to nature juga terjadi dalam proses persalinan. Saat ini sedang

populer Lotus Birth, yakni proses persalinan alami tanpa memotong tali pusat bayi. Tali

pusat akan dibiarkan terlepas secara alamiah.

Lotus Birth adalah suatu metode asuhan pada bayi baru lahir dimana tali pusat

bayi tidak dipotong. Setelah bayi lahir, tali pusat yang melekat pada bayi dan plasenta

dibiarkan saja, tanpa dijepit atau dipotong. Tali pusat kemudian akan kering sendiri dan

akhirnya lepas secara alami dari umbilicus. Pelepasan tersebut umumnya terjadi 3-10

hari setelah bayi lahir. Tali pusat dan plasenta merupakan satu unit dan satu kesatuan.

Lotus Birth adalah proses persalinan pada kala III yang tidak langsung dilakukan

pemotongan tali pusat, tetapi dibiarkan tetap terhubung antara bayi dan placenta hingga

puput dengan sendirinya. Rata-rata tali pusat lepas dari perut bayi sekitar 3-10 hari

pasca persalinan.

It's called a "lotus birth," and it involves leaving the umbilical cord attached to

your baby -- rather than separating it at birth -- and letting it fall off naturally, on its

own schedule, if you will. That schedule can range from three to 10 days, depending on

the humidity in the air. The placenta remains attached to the other end of the cord for

that time frame, as well.


Menekankan pentingnya penyatuan atau penggabungan pendekatan untuk

asuhan ibu dan bayi, dan menyatakan dengan jelas (dalam Panduan Praktis Asuhan

Persalinan Normal:, Geneva, Swiss, 1997) “Penundaan Pengkleman (atau tidak sama

sekali diklem) adalah cara fisiologis dalam perawatan tali pusat, dan pengkleman tali

pusat secara dini merupakan intervensi yang masih memerlukan pembuktian lebih

lanjut.”

Lotus Birth jarang dilakukan di rumah sakit tetapi umumnya dilakukan di klinik

dan rumah bersalin khusus, sehingga proses bonding attachment antara ibu dan bayi

dapat dilakukan, hal ini tentunya bermanfaat bagi ibu dan bayi yang baru lahir.

Karena adanya praktek budaya yang berbeda maka proses pengawetan plasenta

dilakukan dalam berbagai cara yang berbeda. Beberapa orang lebih memilih untuk

menyimpan plasenta sehingga dapat menguburkannya dengan anak di akhir kehidupan

anak tersebut. Sedangkan yang lainnya membiarkan plasenta sampai mengerut dan

mengering secara alami dan kemudian dikuburkan. Salah satu contohnya adalah Orang-

orang Igbo di Nigeria, mereka menguburkan plasenta setelah lahir dan sering menanam

pohon diatas kuburan plasenta tersebut.

Pada Lotus Birth, kelebihan cairan yang dikeluarkan plasenta  disimpan dalam

mangkuk atau waskom terbuka atau dibungkus kain, lalu didekatkan dengan bayi. Kain

yang digunakan untuk  menutupi plasenta atau wadah yang digunakan harus

memungkinkan terjadinya pertukaran udara, sehingga plasenta mendapatkan udara dan

mulai mengering serta tidak berbau busuk. Garam laut sering digunakan untuk

mempercepat proses pengeringan plasenta. Kadang-kadang minyak esensial, seperti


lavender, atau bubuk tumbuh-tumbuhan seperti goldenseal, neem, bersama dengan

lavender  juga digunakan untuk  tambahan anti bacterial.

Apabila tindakan pengeringan plasenta tidak diterapkan dengan baik plasenta

akan memiliki bau yang berbeda, bau tersebut dapat diatasi  dengan penanaman plasenta

secara langsung atau didinginkan setelah minggu pertama pasca persalinan.

2. Sejarah Lotus Birth

Regardless of the potential merits and drawbacks, leaving the cord attached is

not new to the natural birthing world. As Sarah Buckley, an Australia physician who

advocates for lotus births, points out on her website, a woman named Clair Lotus Day

from California began to question cutting the cord back in the 1970s. "Her searching led

her to an obstetrician who was sympathetic to her wishes and her son Trimurti was born

in hospital and taken home with his cord uncut," Buckley writes.

Negara perintis Lotus birth untuk pertama kalinya adalah Amerika. Lotus birth

dilakukan sebagai langkah pencegahan untuk melindungi bayi dari infeksi luka yang

terbuka. Meskipun Lotus birth ini merupakan suatu fenomena yang baru, tapi

penundaan pemotongan tali pusat sudah ada dalam budaya Bali dan budaya suku

Aborigin Australia. Dan keputusan Lotus birth serta dampak fisiologis yang dapat

terjadi merupakan tanggung jawab dari klien yang telah memilih dan membuat

keputusan untuk asuhan lotus birth ini (informed choncen).

Primatolog Jane Goodall, adalah orang yang pertama kali melakukan studi

jangka panjang dengan objek penelitian simpanse di alam bebas.


Pada hewan Simpanse, yang merupakan mamalia dengan 99% bahan genetik

hampir sama dengan manusia, juga pada prakteknya membiarkan plasenta nya utuh,

tidak merusaknya bahkan memotong. Hal itu dikenal dengan fakta primatologist, dan

bayi-bayi simpanse tersebut mampu hidup dan berkembang dengan sehat, demikian

juga dengan induknya tidak ada masalah. Beberapa praktisi kelahiran teratai simpanse

merujuk kepada praktek sebagai latihan alami bagi manusia juga.

Informasi mengenai lotus birth ini juga terdapat dalam ajaran Budha, Hindu,

Kristen serta Yahudi. Di Tibet dan Zen Buddhisme, istilah "kelahiran teratai" digunakan

untuk menggambarkan para guru spiritual seperti Buddha Gautama dan

Padmasambhava (Lien Sen-hua), menekankan mereka masuk ke dunia sebagai utuh,

anak-anak kudus. Kelahiran referensi teratai juga ditemukan dalam Hinduisme,

misalnya dalam kisah kelahiran Wisnu.

3. Penghormatan terhadap plasenta di berbagai budaya negara

Beda bangsa, daerah dan suku beda pula penanganannya terhadap keberadaan

ari-ari atau plasenta yang hadir ketika persalinan terjadi. Dalam dunia pengobatan barat,

plasenta dianggap tidak lebih dari sekedar buangan rumah sakit, tetapi mereka

mengakui adanya penanganan khusus yang diberlakukan di berbagai belahan dunia

terhadap plasenta ini.

Diantara suku Navajo Indian barat daya, menjadi suatu kebiasaan untuk

menguburkan plasenta bayi di keempat sudut kuburan keluarga yang dianggap mulia,

sebagai suatu pengikat tanah leluhur dan masyarakat. Sementara suku Maori di Selandia

Baru memiliki tradisi yang sama yaitu menguburkan plasenta di tanah yang masih
belum tercemar. Dalam bahasa asli Maori kata untuk tanah dan plasenta tersebut

adalah : whenua (baca: venua).

Suku pedalaman Bolivian Aymara dan Queche meyakini bahwa plasenta

memiliki spirit tersendiri. Karenanya seorang suami atau ayah dari bayi harus

memperlakukan plasenta tersebut dengan mencuci dan menguburkannya pada tempat

yang terlindung dan tersembunyi. Jika ritual tersebut tidak dilakukan secara benar,

keyakinan mereka adalah ibu atau bayi akan menjadi sakit atau bahkan bisa mati.

Suku Ibo di Negiria dan Ghana memperlakukan plasenta sebagai kembaran dari

bayi yang hidup, sementara plasenta tersebut adalah kembaran yang mati. Sehingga

harus dikuburkan dengan ritual tertentu. Lain lagi di Filipina, plasenta dikuburkan

dengan berbagai macam buku oleh ibunya. Ini suatu pengharapan bahwa kelak bayinya

akan tumbuh menjadi anak yang pintar. Kondisi Filipina ternyata tidak berbeda jauh

dengan beberapa masyarakat yang ada di Indonesia, dimana mereka menguburkan

plasenta dilengkapi dengan buku, pensil dengan maksud agar kelak anak yang

dilahirkan tersebut menjadi anak yang pintar.

Ironis lagi di Vietnam dan China plasenta disiapkan untuk dikonsumsi oleh ibu

yang habis melahirkan. Masyarakat china dan Vietnam mempercayai, bahwa ibu yang

baru melahirkan seharusnya merebus sendiri plasenta bayinya, kemudian dijadikan

kaldu dan meminumnya untuk memperbaiki kualitas ASI nya.

Sementara di nusantara Indonesia, Ari-ari atau plasenta sering dianggap sebagai

saudara bayi yang memeliharanya selama kehamilan berlangsung, bahkan tidak jarang

plasenta mendapat perhatian khusus sesuai dengan adat kebiasaaan masyarakat yang

berlaku. Sebagian masyarakat memperlakukan plasenta (ari-ari) dengan tata laksana


khusus, sebagai ungkapan terimakasih karena telah memelihara bayi sampai cukup

bulan serta lahir ke dunia.Keyakinan yang mendasari penghormatan terhadap placenta

adalah:

1. Hawai : Plasenta adalah bagian dari bayi yang harus ditanam di dekat pohon

yang bertumbuh seiring dengan pertumbuhan bayi

2. Suku Navajo Indian Barat Daya menguburkan plasenta bayi di keempat sudut

kuburan keluarga yang dianggap mulia, sebagai suatu pengikat tanah leluhur dan

masyarakat.

3. Suku Maori di Selandia Baru menguburkan plasenta di tanah yang masih belum

tercemar.

4. Suku pedalaman Bolivian Aymara dan Queche meyakini bahwa plasenta

memiliki spirit tersendiri. Karenanya seorang suami atau ayah dari bayi harus

memperlakukan plasenta tersebut dengan mencuci dan menguburkannya pada

tempat yang terlindung dan tersembunyi. Jika ritual tersebut tidak dilakukan

secara benar, keyakinan mereka adalah ibu atau bayi akan menjadi sakit atau

bahkan bisa mati.

5. Suku Ibo di Negiria dan Ghana memperlakukan placenta sebagai kembaran dari

bayi yang hidup, sementara placenta tersebut adalah kembaran sudah meninggal

terlebih dahulu.

6. Nepal : Plasenta adalah teman bayi sehingga harus selalu dekat dengan bayi

sampai terlepas dengan sendirinya, tandanya bayi sudah siap

7. Malaysia : Plasenta sebagai saudara tua/sibling bayi sehingga perlu dihormati


8. Di Filipina placenta dikuburkan dengan berbagai macam buku oleh ibunya. Ini

suatu pengharapan bahwa kelak bayinya akan tumbuh menjadi anak yang pintar.

9. Di Vietnam dan China placenta disiapkan untuk dikonsumsi oleh ibu yang habis

melahirkan. Masyarakat China dan Vietnam meyakini bahwa ibu yang baru

melahirkan seharusnya merebus sendiri placenta bayinya, kemudian dijadikan

kaldu dan meminumnya untuk memperbaiki kualitas ASI nya.

a. Perlakuan masyarakat Bali (beragama Hindu) terhadap plasenta:

1. Setelah dibersihkan dimasukkan ke dalam kelapa yang telah di belah, sebagai

lambang dunia dan isinya.

2. Di isi dengan duri-duri, sehingga terhindar dari gangguan, ditambahkan rempah-

rempah, dan diberi wewangian agar harum dan tidak berbau.

3. Di bungkus kain putih dan di tanam di depan rumah, dengan ketentuan sebelah

kanan untuk laki-laki, sedangkan sebelah kiri untuk perempuan.

4. Selama 42 hari selalu di pasang lilin (malam hari), setiap hari plasenta tersebut

diberikan susu juga.

b. Perlakuan masyarakat Jawa terhadap ari-ari:

1. Setelah ari-ari dibersihkan dimasukkan ke dalam kendi.

2. Di dalam kendi disertakan tulisan jawa / Abjad agar diharapkan kelak bayi

tersebut pintar.

3. Diberikan anget-anget dan duri sehingga pandangannya tajam.

4. Selanjutnya di tanam di depan rumah untuk bayi laki-laki selama 42 hari, dan di

belakang rumah selama 36 hari untuk bayi perempuan.


5. Sebagian ada yang membuangnya ke sungai, sehingga bayi ini kelak akan

dianggap suka merantau.

c. Perlakuan masyarakat Nusa Tenggara Timur terhadap plasenta:

1.      Ditaruh sekitar 3 bulan di atas perapian sampai kering.

2.      Selanjutnya di tanam di sertai doa dan alat-tulis.

4. Langkah- langkah dalam melakukan proses Lotus Birth

Beberapa hal yang dilakukan dalam Lotus Birth diantaranya :

1. Bila bayi lahir, biarkan tali pusat utuh. Jika tali pusat berada di sekitar leher

bayi (lilitan tali pusat) cukup di longgarkan dan angkat tali pusat tersebut

melewati kepala bayi.

2. Tunggu lahirnya plasenta secara alami.

3. Ketika plasenta lahir, tempatkan plasenta pada mangkuk khusus di dekat ibu.

4. Tunggu transfusi penuh darah secara alami dari pusat ke bayi sebelum

menangani plasenta.

5. Hati-hati dalam mencuci plasenta yaitu dengan cara menggunakan air hangat

dan tepuk-tepuk sampai kering.

6. Tempatkan plasenta di tempat yang kering.

7. Letakkan plasenta pada  bahan yang menyerap seperti sebuah popok atau kain

kemudian letakkan dalam tas plasenta.


8. Permukaan plasenta akan berubah setiap hari bahkan lebih cepat  jika sering

terjadi rembesan. Alternatif lain untuk mempercepat pengeringan plasenta

yaitu dengan menaburkan garam pada bagian plasenta

9. Dalam keseharian tetap lakukan asuhan normal pada bayi baru lahir, Gendong

bayi dan beri makan sesuai kebutuhannya.

10. Pakaikan bayi menggunakan pakaian yang longgar.

11. Bayi dapat dimandikan seperti biasa, biarkan plasenta bersamanya.

12. Meminimalisir pergerakan bayi, khususnya pada bagian daerah didekat tali

pusat.

5. Manfaat atau keuntungan dilakukannya Lotus Birth

1. Tali pusat dibiarkan terus berdenyut sehingga memungkinkan terjadinya

perpanjangan aliran darah ibu ke janin.

2. Oksigen vital yang melalui tali pusat dapat sampai ke bayi sebelum bayi benar-

benar dapat mulai bernafas sendiri.

3. Lotus Birth juga memungkinkan bayi cepat untuk menangis segera setelah

lahir.

4. Bayi tetap berada dekat ibu setelah kelahiran sehingga memungkinkan

terjadinya waktu yang lebih lama untuk bounding attachment.

5. Rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk terlepasnya tali pusat bila tali pusat

dipotong segera ketika lahir adalah 8-9 hari, ketika berhenti berdenyut 6-7 hari,

dan jika dibiarkan secara alamai 3-4 hari.

6. Dr Sarah Buckley mengatakan : bayi akan menerima tambahan 50-100 ml

darah yang dikenal sebagai transfusi placenta. Darah transfuse ini mengandung
zat besi, sel darah merah, keping darah dan bahan gizi lain, yang akan

bermanfaat bagi bayi sampai tahun pertama kehidupannya. Hilangnya 30 ml

darah ke bayi baru lahir adalah setara dengan hilangnya 600 ml darah untuk

orang dewasa. Asuhan persalinan umum dengan pemotongan tali pusat

sebelum berhenti berdenyut memungkinkan bayi baru lahir kehilangan  60 ml

darah, yang setara dengan  1200ml darah orang dewasa.

6. Kelemahan Lotus Birth

a. Tidak bisa diterapkan pada seluruh kebudayaan.

b. Membutuhkan fasilitas kesehatan yang memadai.

c. Membutuhkan tenaga kesehatan yang berpengalaman.

d. Membutuhkan banyak petugas kesehatan, misalnya bayi di mandikan harus ada

petugas yang lain memegangi dan menjaga tali pusat.

e. Memerlukan perawatan ekstra pada plasenta agar tidak membusuk dan berbau

tidak sedap.

7. Kerugian Dilakukan Lotus Birth

Metode ini rentan terjadi infeksi karena port de entry antara tali placenta, tali

pusat dan bayi masih ada. Akibatnya metode ini belum dapat sepenuhnya diadopsi

dalam praktis medis. Kontroversi ini terjadi di berbagai belahan dunia, namun

pilihan untuk menggunakan metode ini adalah hak ibu dan keluarga sehingga efek

samping jika terjadi komplikasi seperti infeksi merupakan tanggung jawab ibu dan

keluarga. Selain dapat terjadi infeksi, kekurangan lain dari metode Lotus birth

adalah:
1. Tidak bisa diterapkan pada semua seting pelayanan karena terbatas oleh

keyakinan, budaya dan kebijakan serta bukti ilmiah.

2. Membutuhkan fasilitas kesehatan yang memadai dan SDM yang kompeten.

3. Perlu hati-hati dalam merawat bayi, tali pusat dan plasenta sebelum puput agar

tidak infeksi, tidak berbau dan tidak putus karena tindakan yang tidak disengaja

karena terburu-buru atau tidak hati-hati.

8. Alasan mengapa memilih Lotus Birth

Hanya karena tali pusat telah berhenti berdenyut  tidak berarti tali pusat menjadi

tidak berguna lagi. Ada yang masih mengalir ke dalam darah bayi. Setelah mencapai

volume darah optimal pada bayi, sisa dari jaringan akan menutup secara aktif.

Penutupan semua jaringan tidak terjadi ketika tali pusat tampak berhenti berdenyut. Tali

pusat dapat terus berdenyut sekitar 2 hingga 3 jam.

Setiap ibu memiliki alasan dan pendapat sendiri. Berikut ini adalah beberapa

alasan ibu untuk memilih Lotus Birth:

1. Ibu dan keluarga tidak ingin memisahkan plasenta dari bayi dengan cara

memotong tali pusat.

2. Supaya proses transisi bayi terjadi secara lembut dan damai, yang

memungkinkan penolong persalinan untuk memotong tali pusat pada waktu

yang tepat.

3. Penghormatan terhadap bayi dan plasenta pada sebagian kebudayaan.

4. Asumsi ibu bahwa dapat menjamin bayi mendapatkan volume darah optimal dan

spesifik yang diperlukan bagi bayi.


5. Mendorong ibu untuk menenangkan diri pada minggu pertama postpartum

sebagai masa pemulihan sehingga bayi mendapat perhatian dan kasih sayang

penuh.

6. Mengurangi angka kesakitan bayi akibat infeksi nosokomial dari pengunjung

yang ingin bertemu bayi. Sebagian besar pengunjung akan lebih memilih untuk

menunggu hingga plasenta telah lepas.

7. Alasan rohani atau emosional.

8. Tradisi budaya yang harus dilakukan.

9. Tidak khawatir tentang bagaimana mengklem, memotong atau mengikat tali

pusat.

10. Kemungkinan menurunkan risiko infeksi (Lotus Birth memastikan sistem

tertutup antara plasenta, tali pusat, dan bayi sehingga tidak ada luka terbuka)

11. Kemungkinan menurunkan waktu penyembuhan luka pada perut bayi (adanya

luka membutuhkan waktu untuk penyembuhan. sedangkan jika tidak ada luka,

waktu penyembuhan akan minimal.

8. Mitos dan fakta lotus birth.

Lotus Birth, Mitos yang Berkembang Lotus Birth, menurut buku karangan Javier A.

Galvan adalah sebuah kepercayaan yang lama berkembang dan menjadi tradisi

menyambut kelahiran bayi di kalangan suku aborigin dari Australia. Prkatek lotus birth

juga disinyalir dilakukan oleh sebuah suku dari Indonesia, namun tidak jelas apakah

lotus birth masih umum dilakukan di suku tersebut. Para penganut lotus birth percaya

bahwa metode ini akan memberikan bayi masa depan yang lebih sehat, secara fisik dan

spiritual, di masa depan. Lotus birth mulai populer di dunia sejak beberapa orang
mempopulerkannya melalui gerakan sosial Back to Nature. Seorang bidan asal Amerika

Serikat, Jeannine Parvati, dan seorang dokter bernama Sarah Buckley banyak

mempromosikan praktek lotus birth baik di dunia maya maupun melalui gerakan nyata.

Semakin hari penganut metode lotus birth semakin banyak di dunia, juga di Indonesia.

Para penganut lotus birth banyak mengutip artikel ilmiah yang diterbitkan oleh The

Journal of Cellular and Molecular Medicine, tentang manfaat yang didapatkan dari

delayed clamping yaitu penundaan pemotongan tali pusat. Dalam artikel itu memang

disebutkan bahwa beberapa manfaat delayed clamping adalah bayi akan mendapatkan

lebih banyak darah, oksigen dan stem cell dari plasenta dibandingkan bila pemotongan

tali pusat dilakukan segera setelah persalinan (early clamping). Namun, delayed

clamping tidak menunggu hingga tali pusat putus sendiri ("puput") yang butuh waktu 3-

10 hari. Delayed clamping yang ditulis dalam artikel ilmiah tersebut merujuk pada

metode penundaan pemotongan tali pusat antara 1-3 menit saja. Lotus Birth, Fakta yang

Otentik Beberapa blog mainstream ternyata juga bereaksi untuk menyanggah tulisan

dari web Ayah Bunda tersebut. Salah satunya yang banyak dibagikan di sosial media

adalah artikel dari blog Dokter Post. Artikel pendek berjudul, "Lotus Birth, Kenapa

Tidak Layak Dilakukan?" ini dengan keras mengkritik artikel Ayah Bunda seperti

metode nenek moyang yang masih menggunakan benda tajam tidak steril untuk

memutus tali pusat bayi. Sebuah tindakan yang sangat rentan infeksi dan mengancam

nyawa bayi. Memang menurut kaidah kedokteran berbasis bukti (Evidence Based

Medicine), lotus birth adalah metode persalinan yang belum dapat

dipertanggungjawabkan manfaatnya secara medis. Sampai saat ini belum ada satu

penelitian pun yang berhasil membuktikan bahwa metode persalian lotus birth memiliki
manfaat yang lebih baik bila dibandingkan metode persalinan konvensional yang sudah

kita aplikasikan sehari-hari. Lotus birth bahkan memiliki implikasi serius, karena

plasenta yang tidak segera dipotong akan potensial mengalami infeksi yang sangat

mungkin menular ke bayi. Plasenta mengandung darah yang merupakan makanan

favorit kuman penyebab infeksi. Infeksi yang terjadi di plasenta pada akhirnya sangat

mungkin menular ke bayi, bila tali pusat tidak segera di potong. Infeksi pada bayi

setidaknya menyebabkan 41% kematian pada bayi.


BAB III

KESIMPULAN

1. Lotus birth adalah salah satu pilihan untuk melahirkan plasenta dengan cara

alamiah, sesuai dengan filosof kebidanan.

2. Kontroversi metode Lotus Birth untuk diaplikasikan secara general masih terus

diperdebatkan, namun konsensus untuk menunda penjepitan dan pemotongan

tali pusat telah disepakati dan di setujui oleh WHO bahwa tali pusat dijepit

setelah berhenti berdenyut untuk memungkinkan penambahan aliran darah pada

bayi untuk mencegah anemia.

3. Sebagai tenaga kesehatan yang professional perlu mempertimbangkan baik

buruk dan untung ruginya suatu metode agar dapat menghasilkan output

kehamilan yaitu ibu dan bayi yang aman dan sehat serta generasi penerus yang

berkualitas.
DAFTAR PUSTAKA

1. Black RE, Moris SS, Brice J. Where and why are 10 million children dying
every year? The Lancet. 2003;361(9376):2226-34. Epub 28 June 2003.
2. WHO. Care of the umbilical cord10 October 2013. Available from:
https://apps.who.int/rht/documents/MSM98-4/MSM-98-4.htm#REVIEW.
3. Black RE, Moris SS, Brice J. Where and why are 10 million children dying
every year? The Lancet. 2003;361(9376):2226-34. Epub 28 June 2003.
4. WHO. Care of the umbilical cord10 October 2013. Available from:
https://apps.who.int/rht/documents/MSM98-4/MSM-98-4.htm#REVIEW.
5. McDonald S, Abbott J, Hinggis S. Prophilactic ergometrine-oxytocin versus
oxytocin for the third stage of labor (Cochrane Review).The Cochrane Library.
John Wiley and Sons Ltd. 2006(3).
6. Rabe H, Reynolds G, Diaz-Rossello. Early versus delayed umbilical cord
clampsing in preterm infants. The Cochrane Database of Systematic Reviews.
2006(3).
7. Soltari H, Dickinson F, Symonds I. Placental cord drainage after spontaneous
vaginal delivery as part of the management of the third stage of labour.
Cochrane Database of Systematic Reviews. 2006;3.
8. Orbe M. Lotus Birthing : trend or risk2009 5 Oktober 2013. Available from:
http://news.medill.northwestern.edu/chicago/news.aspx?id=151179.
9. __________. Lotus Borth-Shop5 Oktober 2013. Available from:
http://www.womenofspirit.asn.au/ShopText.htm.
10. __________. Lotus Birth. International College of Spiritual Midwifery, Women
of Spirit [Internet]. 5 Oktober 2013. Available from:
http://www.womenofspirit.asn.au/LotusBirthText.htm.
11. __________. Common Question about Neonatal Umbilical Integrity (Lotus
Birth) : A Resource5 October 2013. Available from:
http://www.lotusfertility.com/Lotus_Birth_Q/Lotus_Birth_QA.html.
12.  __________. Lotus Birth5 Oktober 2013. Available from:
http://www.lovenaturalbirth.com/lotus-birth.html.
13. Dantes Lotus BIrth and Baby Moon2012 13 Oktober 2013. Available from:
http://www.youtube.com/watch?v=OWEThfEGTso.
14. Ayuwinda S. Lotus Birth2012 5 Oktober 2013. Available from:
http://syefrinayuwinda.blogspot.com/2012/06/lotus-birth.html
15. Jacqueline. Lotus Birth-Bo’s Birth. Available from:
http://www.jacquelinejimmink.com/bambigioi/engels/images/lotus-birth-bo.pdf.
16. Djami MEU. Isu Terkini dan Evidence Based dalam Praktik Kebidanan2012 5
Oktober 2013. Available from: https://moudyamo.wordpress.com/2013/06/.

Anda mungkin juga menyukai