Dokumen - Tips Makalah Limbah Cair
Dokumen - Tips Makalah Limbah Cair
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Potensi industri telah memberikan sumbangan bagi perekonomian
Indonesia melalui barang produk dan jasa yang dihasilkan. Dimana jumlah
industri untuk menghasilkan berbagai macam produk dan memenuhi kebutuhan
manusia saat ini semakin tinggi. Selain menghasilkan produk yang dapat
digunakan oleh manusia, kegiatan produksi ini juga menghasilkan produk lain
yang belum begitu banyak dimanfaatkan yaitu limbah. Seiring dengan
peningkatan industri, ini juga akan terjadi peningkatan jumlah limbah.
Situs huffingtonpost.com (Huffpost Green, Amerika), 31 Agustus 2012,
menetapkan sembilan tempat paling tercemar di seluruh dunia yaitu Kota Los
Angeles, Kota Linfen di China, Delta Niger di Nigeria, London, Kota Dzerzhinsk
di Rusia, Kota Phoenix di AS, Kota La Oroya di Peru, Danau Karachay di Rusia
dan sungai Citarum (Bandung) di Indonesia.
Dari kesembilan tempat tersebut salah satunya industri pertambangan dan
peleburan Logam telah mengkontaminasi La Oroya, Peru. Lebih dari 35.000
warga La Oroya telah terdampak oleh timbal, seng, tembaga dan polusi
belerang dioksida dari pertambangan logam dan limbah perusahaan. Menurut
Majalah Time, 99 % anak-anak di kota pertambangan memiliki kadar darah
yang melampaui ambang batas normal. Sejak 1922, kota di Pegunungan
Andes Peru ini telah tercemar oleh industri pertambangan.
Di Indonesia terdapat sungai Citarum yang pencemaran limbahnya
terparah. Ketua Komunitas Elingan Citarum, Deni Riswandana mengungkapkan,
di kawasan Majalaya, sedikitnya terdata 139 indutri tekstil dan tenun yang
membuang limbahnya langsung ke aliran Citarum, dan sekitar 1.500 industri
yang berada di sekitar Daerah aliran Sungai Citarum , menyumbang 2.800 ton
limbah untuk tiap harinya yang semuanya merupakan limbah cair kimia bahan
bahaya beracun (B3).
Selain sungai Citarum, sejumlah industri yang beroperasi di Kota Bekasi
masih bermasalah dalam hal pengelolaan limbah cair. Badan Pengendalian
Lingkungan Hidup (BPLH) Kota Bekasi mencatat sekitar 60 persen industri
membuang limbah cair yang melampaui ambang baku mutu. Sungai Ciujung
yang terletak di serak banten juga masih menjadi tempat favorit untuk mencuci
pakaian dan mandi, padahal sungai ini menjadi tempat pengelolaan limbah cair
yang dibuang langsung dari PT Indah kiat.
Dari berbagai macam industri yang menghasilkan limbah, keberadaan
limbah yang bersumber dari industri kosmetik juga cukup mengkhawatirkan.
Industri kosmetik, saat ini lebih terfokus pada upaya untuk melakukan efisiensi
seiring makin melambungnya biaya produksi. Sehingga mau tak mau akan
menomorduakan persoalan pembuangan limbahnya. Apalagi pengolahan
limbah memerlukan biaya tinggi. Padahal limbah industri kosmetik sangat
potensial sebagai penyebab terjadinya pencemaran. Dalam hal ini pemerintah
harus mengawasi pembuangan limbah industri dengan sungguh-sungguh.
Pelaku industri harus melakukan cara-cara pencegahan pencemaran
lingkungan dengan melaksanakan teknologi bersih, memasang alat pencegahan
pencemaran, melakukan proses daur ulang dan yang terpenting harus
melakukan pengolahan limbah industri guna menghilangkan bahan pencemaran
atau paling tidak meminimalkan bahan pencemaran hingga batas yang
diperbolehkan.
B. Tujuan
Tujuan dari penulisan ini yaitu untuk mengetahui teknik pengolahan limbah
cair pada industri kosmetik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
1. Limbah Cair
Limbah cair adalah sisa dari suatu hasil usaha atau kegiatan yang
berwujud cair (PP No. 82 tahun 2001). Limbah cair atau air limbah adalah
sisa dari suatu hasil usaha dan auatu kegiatan yang berwujud cair yang
dibuang ke lingkungan dan diduga dapat menurunkan kualitas lingkungan.
Menurut Sugiharto (1987) air limbah (waste water) adalah kotoran dari
masyarakat, rumah tangga dan juga yang berasal dari industri, air tanah, air
permukaan serta buangan lainnya.
Begitupun dengan Metcalf & Eddy (2003) mendefinisikan limbah
berdasarkan titik sumbernya sebagai kombinasi cairan hasil buangan rumah
tangga (pemukiman), instansi perusahaan, pertokoan dan industri dengan air
tanah, air permukaan, dan air hujan.
Sedangkan baku mutu limbah cair adalah ukuran batas atau kadar unsur
pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam limbah cair yang akan
dibuang atau dilepas ke dalam sumber air dari suatu usaha atau kegiatan.
2. Pengolahan Limbah
Pengolahan limbah cair dalam proses produksi adalah dimaksudkan untuk
meminimalkan limbah yang terjadi, volume limbah minimal dengan
konsentrasi dan toksisitas yang juga minimal. Terdapat juga pengolahan
limbah cair setelah proses produksi yang dimaksudkan untuk menghilangkan
atau menurunkan kadar bahan pencemar yang terkandung di dalamnya
sehingga limbah cair tersebut memenuhi syarat untuk dapat dibuang.
Dengan demikian dalam pengolahan limbah cair untuk mendapatkan hasil
yang efektif dan efisien perlu dilakukan langkah-langkah pengelolaan yang
dilaksanakan secara terpadu dengan dimulai dengan upaya minimisasi
limbah (waste minimization), pengolahan limbah (waste treatment), hingga
pembuangan limbah produksi (disposal).
Keterangan :
a. COD, (Chemical Oxygen Demand), atau kebutuhan oksigen kimia untuk
reaksi oksidasi terhadap bahan buangan di dalam air.
b. BOD (Biological Oxygen Demand), atau kebutuhan oksigen biologis untuk
memecah bahan buangan di dalam air oleh mikroorganisme.
c. TSS (Total Suspended Solid) TSS adalah jumlah berat dalam mg/liter
kering lumpur yang ada dalam limbah setelah mengalami penyaringan
dengan membran berukuran 0,45 mikron (Sugiharto: 1987)
a. Pengolahan primer
Pengolahan primer bertujuan membuang bahan – bahan padatan yang
mengendap atau mengapung. Pada dasarnya pengolahan primer terdiri dari
tahap – tahap untuk memisahkan air dari limbah padatan dengan
membiarkan padatan tersebut mengendap atau memisahkan bagian –
bagian padatan yang mengapung. Pengolahan primer ini dapat
menghilangkan sebagian BOD dan padatan tersuspensi serta sebagian
komponen organik. Proses pengolahan primer limbah cair ini biasanya
belum memadai dan masih diperlukan proses pengolahan selanjutnya.
b. Pengolahan sekunder
Pengolahan sekunder limbah cair merupakan proses dekomposisi
bahan-bahan padatan secara biologis. Penerapan yang efektif akan dapat
menghilangkan sebagian besar padatan tersuspensi dan BOD. Ada dua
proses pada pengolahan sekunder, yaitu :
1) Penyaring trikle
Penyaring trikle menggunakan lapisan batu dan kerikil dimana
limbah cair dialirkan melalui lapisan ini secara lambat. Dengan
bantuan bakteri yang berkembang pada batu dan kerikil akan
mengkonsumsi sebagian besar bahan – bahan organik.
2) Lumpur aktif
Kecepatan aktivitas bakteri dapat ditingkatkan dengan cara
memasukkan udara dan lumpur yang mengandung bakteri ke
dalam tangki sehingga lebih banyak mengalami kontak dengan
limbah cair yang telah diolah pada proses pengolahan primer.
Selama proses ini limbah organik dipecah menjadi senyawa –
senyawa yang lebih sederhana oleh bakteri yang terdapat di dalam
lumpur aktif.
c. Pengolahan tersier
Proses pengolahan primer dan sekunder limbah cair dapat menurunkan
BOD air dan meghilangkan bakteri yang berbahaya. Akan tetapi proses
tersebut tidak dapat menghilangkan komponen organik dan anorganik
terlarut. Oleh karena itu perlu dilengkapi dengan pengolahan tersier.
BAB III
Sementara itu PT. Procter & Gamble Indonesia (PT. P & G Indonesia) berdiri
pada 1989, perusahaan ini menangani distribusi sebagian produk P & G untuk
pemasaran di seluruh Indonesia seperti Oral B merek produk pasta dan pemutih
gigi, Downy merek pelembut pakaian, Head & Shoulders merek shampoo anti-
ketombe dan kondisioner, Olay merek produk perawatan kulit wanita, Pampers
merek popok sekali pakai, Pantene merek produk perawatan rambut, Rejoice Merek
Produk Perawatan rambut yang hanya dipasarkan di wilayah Asia. Pabrik ini
berlokasi di Karawang, Jawa Barat akan dilengkapi dengan fasilitas modern untuk
memproduksi produk yang nantinya akan menyuplai produk P&G di pasar kawasan
ASEAN. Pabrik ini juga akan menjadi pabrik pertama di Indonesia yang menerima
sertifikasi LEED (Leadership in Energy & Environmental Design), yaitu sistem
sertifikasi internasional yang diberikan oleh Green Building Council Amerika Serikat
kepada bangunan yang memenuhi sejumlah kriteria ramah lingkungan.
Mengenai limbah hasil produksi PT. P&G, limbah cair dari PT. P&G terutama
mengandung bahan organik yang tinggi yang berasal dari produksi shampo (80 %
dari total limbah). Sistem pengolahan limbah cair PT P&G dilakukan secara
kombinasi fisik-kimia-biologis. Pengolahan kimia yang digunakan adalah proses
koagulasil flokulasi, sedangkan proses biologis yang digunakan adalah proses
lumpur aktif (activated sludge).
2. Pengolahan Biologis
Pengolahan limbah secara biologi dapat dilakukan dengan metode lumpur
aktif. Pengolahan sistem lumpur aktif adalah metode pemprosesan limbah
dengan mempelajari proses dekomposisi secara mikrobiologis yang dikenal
dengan biodegradasi oleh mikroorganisme pengurai. Lumpur akan
mengandung berbagai jenis mikroorganisme heterotrofik termasuk bakteri
yang memiliki peran penting dalam proses pembersihan secara biologis.
Bakteri dapat memanfaatkan bahan terlarut maupun yang tersuspensi dalam
air sebagai energi .Bakteri tersuspensi dalam lumpur digunakan untuk
mengolah limbah secara mikrobiologis dapat dikembangkan dengan
pembibitan (seeding) lumpur yang berasal dari ekosistem alam yang
terkontaminasi, tercemar, maupun dari ekosistem alami yang memiliki sifat-
sifat khas ataupun ekstrim.
Pegolahan biologis baik dengan proses lumpur aktif maupun gabungan
proses anaerob-aerob dalam reaktor tipe fixed film dilakukan dengan
menggunakan tiga variasi waktu tinggal (detention time), yaitu 24 jam, 48 jam,
dan 72 jam. Pengolahan limbah cair dengan proses anaerob dan aerob dalam
reaktor tipe fixed film (AAFBR) dengan waktu tinggal 24 jam dapat
menurunkan COD maksimum sebesar 34,94%, dengan waktu tinggal 48 jam
sebesar 75,34%, sedangkan dengan waktu tinggal 72 jam sebesar 81,53%.
Sedangkan proses lumpur aktif dengan waktu tinggal 24 jam dapat
menurunkan COD maksimum sebesar 52,01%, dengan waktu tinggal 48 jam
sebesar 68,29%, dan dengan waktu tinggal 72 jam sebesar 76,22%.
Berdasarkan pengamatan, terlihat bahwa persentase penyisihan COD pada
proses aerob cenderung menurun dengan bertambahnya waktu tinggal.
Sebaliknya dengan proses anaerob, persentase penyisihan COD pada proses
aerob semakin meningkat dengan bertambahnya waktu tinggal.
3. Pengolahan Fisika
Dalam industri kosmetik, limbah cair secara umum diolah secara fisika
dengan cara pengendapan purifikasi sehingga dihasilkan air yang terpurifikasi
yang dapat direcycle untuk kegiatan yang lain. Namun dalam industri kosmetik
terdapat limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) yang biasanya berupa
logam-logam berat dan sisa-sisa pelarut yang bersifat toksik.
Untuk bahan-bahan yang mengapung seperti minyak dan lemak agar tidak
mengganggu proses pengolahan berikutnya digunakan proses floatasi.
Floatasi juga dapat digunakan sebagai cara penyisihan bahan-bahan
tersuspensi atau pemekatan lumpur endapan dengan memberikan aliran
udara ke atas. Proses filtrasi dalam pengolahan air buangan biasanya
dilakukan untuk mendahului proses adsobrsi atau proses revers osmosis,
untuk menyisihkan sebanyak mungkin partikel tersuspensi dari dalam air agar
tidak mengganggu proses adsorbsi atau menyumbat membran yang
dipergunakan dalam proses osmosis. Proses adsorbsi biasanya menggunakan
karbon aktif, dilakukan untuk menyisihkan senyawa aromatik (fenol) dan
senyawa organik terlarut lainnya, terutama jika diinginkan untuk menggunakan
kembali air buangan tersebut.
Yang perlu diperhatikan bahwa tenyata efisiensi pengolahan Iimbah cair
dengan proses koagulasi/flokulasi (proses fisik kimia), proses lumpur aktif dan
proses anaerob-aerob (proses fisik-biologi) yang dilakukan secara terpisah
belum dapat menurunkan beban COD sampai memenuhi baku mutu limbah
yang berlaku. Untuk memperoleh efisiensi pengolahan yang dapat
menurunkan beban COD sampai memenuhi baku mutu maka dilakukan
penggabungan terhadap ketiga proses.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Limbah cair adalah sisa dari suatu hasil usaha atau kegiatan yang berwujud
cair (PP No. 82 tahun 2001). Air limbah berasal dari dua jenis sumber yaitu
air limbah rumah tangga dan air limbah industri. Secara umum limbah yang
dihasilkan dari rumah tangga tidak terlalu banyak menggandung zat-zat yang
beracun, akan tetapi limbah yang dihasilkan oleh industri mengandung
beberapa zat-zat yang apabila tidak di olah terlebih dahulu maka akan dapat
mencemari lingkungan sekitar.
Teknik pengolahan air buangan yang telah dikembangkan tersebut secara
umum terbagi menjadi 3 metode pengolahan; pengolahan kimia, pengolahan
fisika dan pengolahan biologis.
Contoh pengolahan limbah kosmetik di Indonesia yaitu pengolahan limbah
PT. Procter & Gamble (P&G).
limbah cair dari PT. P&G terutama mengandung bahan organik yang tinggi
yang berasal dari produksi shampo (80 % dari total limbah). Sistem
pengolahan limbah cair PT P&G dilakukan secara kombinasi fisik-kimia-
biologis. Pengolahan kimia yang digunakan adalah proses koagulasil
flokulasi, sedangkan proses biologis yang digunakan adalah proses lumpur
aktif (activated sludge).
B. Saran