Anda di halaman 1dari 2

A.

Kecenderungan Madzhab Tekstualis

Tulisan khas madzhab tekstualis adalah menjejer teks tanpa Analisa, lalu
menyimpulkan itu sebagai kebenaran tunggal. Berdalil tanpa istidlal, mengabaikan
konteks, asbab nuzul, asbab wurud, fakta empiris, usul fiqih, qawaid fiqhiyah, maqasid
Syariah, ulumul-Qur'an, ulumul-hadis, balaghah dan lain-lain sangat berbahaya.
Tekstualisme bisa menjerumuskan Islam sebagai agama vis a vis terhadap kemajuan,
kemajemukan, kemanusiaan, dan keadilan, padahal itu semua adalah misi Islam.

B. Kecenderungan dalam Penggunaan Metode Kontekstualisasi Hukum

Di Kalangan Ulama Post-Kolonial Bagi kalangan pemegang teguh ortodoksi,


penggunaan ketiga metode (bayani, ta'lili, dan istislah) sekaligus dim menetapkan/
menemukan hk sungguh berat dan hampir tdk pernah dilakukan. Upaya kontekstualisasi
ajaran dalam pandangan kalangan ortodoksi hanya mungkin dilakukan dalam bingkai
mazhab yang mereka anut. Sebaliknya, kalangan progresif justru melihat bahwa eksistensi
ketiga metode tsb terlalu lemah dan payah utk6 dapat merespon persoalan2 baru yg
muncul. Oki, kalangan ini cenderung utk mengambil teori2 baru yg diinkorporasikan ke
dalam metode penemuan hukum Islam agar mampu melahirkan satu ketetapan huk yang
sui generis kum empiris.

C. Ada beberapa Metode Pembaharuan Hukum Islam seperti :

1. Kontekstualisasi-Mazhabi Responsi-Simpatis Parsipatoris


Dalam hal upaya penemuan dan pengembangan hukum baru, cukup dominan
mengacu hasil-hasil pemikiran dan penemuan hukum dari berbagai mazhab dengan
keadaan modern yang dihadapinya. Kontekstualisasi fiqih mazhab (klasik) ini
ditempuh melalui metode komparasi semua mazhab hukum, hukum adat, dan
hukum positi melalui pendekatan social-kultural-historis. Hasil ijtihad cenderung
menampakkan keselarasannya dengan modernisasi-pembangunan.
2. Rekonstruksi-Interpretatif Responsi-Simpatis Parsipatoris
Dalam upaya penemuan dan pengembangan hukum baru memilih metode
alternative, yakni rekonstruksi penafsiran, tafsir tematik/ otentik. Mengembangkan
dan memberdayakan tradisi menggunakan pendekatan antropologi. responsi-
simpatis trhdp modernisasi-pembangunan. Adanya pandangan bahwa hukum Islam
akan lebih berarti apabila dilegalkan (diundangkan) lewat institusi negara.
3. Rekonstruksi-Interpretatif Responsi-Kritis Emansipatoris
Metode ini sebagai alternative melalui pendekatan hermeneutis.
Menmpakkan sisi-sisi kritis terhadap ideologi pembanguan (responsi kritis), mis.
pemikiran tentang integrasi zakat dan pajak. Mencirikan bahkan-pada apa yg disebut
dengan teologi transformative, teologi perdamaian, teologi kaum tertindas, ataupun
teologi pembebasan.
4. Kontekstualisasi-Mazhabi Responsi-Kritis Emansipatoris
Dalamm upaya menemukan dan melakukan pengembangan hukum baru
banyak mengacu pada hasil ketetapan dan pemikiran mazhab klasik yg disinergikan
dengan era modern, melalui metode ilhaq, tarjih dan perbandingan antar mazhab
hokum. Upaya penafsiran (ijtihad) langsung hanya diperkenankan apabila terdapat
satu kasus yang tidak ditemukan ketentuan hukumnya dalam khazanah fiqih klasik.
Eksistensi usul al-fiqh dan kaidah fiqh dari mazhab fiqh klasik masih mempunyai
relevansi, karena sifatnya yang umum dan global.

Anda mungkin juga menyukai