Anda di halaman 1dari 4

Tanya Jawab Pemenuhan Jam Mengajar 24 jam

Guru Sesuai Aturan Tahun 2012 serta aturan main penataan guru
nasional.

Awal tahun 2012 ini adalah sebuah momen besar dalam dunia pendidikan
Indonesia. Ya Penataan guru nasional. Mungkin ini salah satu momen krusial dalam
mengurai benang kusut birokrasi pendidikan nasional. Reformasi pendidikan mulai dari
birokrasi pendidikan, kurikulum, profesi keguruan dan sebagainya. Salah satu yang
menjadi bagian dari reformasi profesi guru, adalah kewajiban mengajar 24 Jam mengajar.
Dari yang diamati dilapangan banyak  guru, kepala sekolah bahkan pihak dinas
pendidikan yang kurang memahami aturan main dalam pemenuhan beban mengajar.
Padahal pemenuhan 24 jam mengajar  erat kaitannya dengan tunjangan profesi dan
penataan guru nasional. Untuk saya susun masalah tersebut dengan bentuk tanya jawab (
FAQ= frequensly asked Question / pertanyaan yang sering di ajukan ), juga kami sertakan
soal pertanyaan berupa  studi kasus, semoga dapat membantu.

T =  Berapakah sebenarnya beban mengajar guru sesuai aturan nasional, dan sebutkan
dasar hukumnya?
J = Sesuai aturan yang berlaku beban mengajar guru adalah Dua puluh empat ( 24 ) Jam
pelajaran, dasar hukumnya UU Guru Dan Dosen dan PP no 74 tahun 2008 tentang
pemenuhan beban mengajar guru.

T= Tugas guru selain mengajar banyak, adakah tugas lain yang bisa dikonversi menjadi
jam?
J= Menurut PP No. 74 Tahun 2008 tugas tambahan yang bisa dikonversi menjadi jam
pelajaran adalah 
1. Tugas sebagai Kepala Sekolah ekuivalen dengan 18 jam, sehingga minimal wajib
mengajar 6 jam
2. Tugas sebagai Wakil Kepala Sekolah ekuivalen dengan 12 jam, sehingga minimal
wajib mengajar 12 jam
3. Tugas sebagai Kepala Perpustakaan ekuivalen dengan 12 jam, sehingga minimal
wajib mengajar 12 jam
4. Tugas sebagai Kepala Laboratorium ekuivalen dengan 12 jam, sehingga minimal
wajib mengajar 12 jam
5. Tugas sebagai Ketua Jurusan Program Keahlian ekuivalen dengan 12 jam,
sehingga minimal wajib mengajar 12 jam
6. Tugas sebagai Kepala Bengkel ekuivalen dengan 12 jam, sehingga minimal wajib
mengajar 12 jam
7. Tugas sebagai Pembimbing Praktik Kerja Industri ekuivalen dengan 12 jam,
sehingga minimal wajib mengajar 12 jam
8. Tugas sebagai Kepala Unit Produksi ekuivalen dengan 12 jam, sehingga minimal
wajib mengajar 12 jam

T: Apakah Tugas sebagai wali kelas dan pembina OSIS maupun pembina ekstrakurikuler
Dan pengembangan diri , bisa diaku sebagai jam mengajar?
J: Tidak di akui, sesuai PP no. 74 Tahun 2008 tugas tambahan yang bisa dikonversi
sebagai jam mengajar hanyalah seperti yang tertera di atas.

T: Bagaimana dengan team teaching? Mengapa tahun lalu ( 2011 ) banyak tugas
tambahan yang diperkenankan?
J: Team teaching sudah tidak dibolehkan lagi. Ketika PP No 74 tahun 2008 tentang
pemenuhan beban kerja guru dan pengawas di sahkan, timbul gejolak dimana-mana.
Yaitu banyak guru kekurangan jam mengajar. Hal ini wajar sebab, sebelumnya beban
mengajar guru minimum adalah 18 jam. Jika 24 Jam mengajar tidak terpenuhi,
kemungkinan besar guru yang telah sertifikasi tidak akan menerima TPP sesuai
aturan. Dan guru yang akan mengikuti proses sertifikasi juga harus memenuhi 24 jam
mengajar. Jika tidak yang bersangkutan tidak bisa ikut sertifikasi. Akhirnya pemerintah
melalui Permendiknas no.39 tahun 2009 memberikan alternatif untuk mengatasi hal
tersebut. Permendiknas tersebut mengatur bhwa pemenuhan beban mengajar guru,
bisa melalui antara lain, team teaching, kegiatan ekstrakurikuler, pengurus PGRI,
bahkan pembinaan mental siswa    ( misalnya guru TPA ) pun diakui sebagai jam.
Namun Permendiknas no. 39 tahun 2009 hanya berlaku 2 tahun sejak disahkan, dan
diperpanjang setengah tahun melalui Permendiknas no. 30 tahun 2011 yang
memperpanjang PP no. 39/2009 hingga 31 Desember 2011. Sehingga otomatis
tanggal 1 januari 2012 kedua Permendiknas tersebut TIDAK BERLAKU LAGI. Dan
peraturan pemenuhan beban mengajar guru dan pengawas kembali ke PP no
74/2008. Sehingga tugas-tugas tambahan seperti team teaching dan ekstraurikuler
sebagaimana termaktub dalam permendiknas 39/2009  tidak berlaku.
T: Bagaimana alternatif menambah jam pelajaran seorang guru yang kekurangan jam
mengajar?
J: Sesuai aturan PP no.74/2008 seorang guru yang kurang dari 24 jam mengajar dapat
memenuhi dengan alternatif sebagai berikut :
a. Diberi tugas tambahan sesuai  dengan pertanyaan nomer 2 diatas.
b. Mengajar di satuan pendidikan/disekolah lain dengan mata pelajaran yang sama
dengan sertifikat pendidik.
c. Menambah rombongan belajar disekolah sesuai standar sarana Prasarana KTSP.
Misalnya untuk tingkat SMA bisa dimaksimalkan rombongan belajar menjadi 27
rombel dengan masing-masing rombel adalah minimal 20 orang untuk SMA dan 15
orang untuk MA ( madrasah aliyah )
d. Menambah jam pelajaran sesuai yang diperkenankan pada standar kurikulum.

T : Sekolah kami adalah sebuah SMA. sekolah kami mempunyai kelas X sebanyak 3
rombongan belajar yakni kelas X1, X2, X3 dengan masing-masing jumlah siswa
adalah 30 siswa sehingga jumlah keseluruhan siswa kelas X adalah 90 orang. Untuk
menambah jam pelajaran, sekolah kami memecahnya menjadi 6 rombel yakni X1, X2,
X3, X4, X5, X6 dengan masing-masing kelas berisi siswa sebanyak 15 orang. Apakah
boleh pemecahan rombel seperti ini

J: TIDAK BOLEH. Pemecahan rombel sekolah anda diperkenankan apabila satu kelas
berisi minimal 20 siswa untuk SMA dan 15 Siswa untuk MA. Jika sekolah anda
memaksakan maka hal itu bertentangan dengan aturan standar nasional pendidikan
yakni sesuai aturan standar sarana  dan prasarana. Hal tersebut bisa mengakibatkan
sekolah anda bisa dikenai sangsi, bahkan bahkan bisa ditunda pembayaran TPP nya.

T :Untuk memperbanyak jam mengajar dengan harapan semua guru mendapatkan


minimal 24 jam mengajar, sekolah kami menambah jam mengajar tertentu seperti jam
pelajaran eksak dalam struktur kurikulum. Akibatnya jumlah jam pelajaran seharinya
menjadi 10 Jam dalam satu minggu, sehingga anak-anak pulang sekolah hingga jam
5  sore, apakah ini diperkenankan.
J: Tidak diperkenankan. sebab hal ini bertentangan dengan standar kurikulum nasional
yang mengatur jumlah beban mengajar minimal dan maksimal jam pelajaran satu
minggunya. sebagai contoh tingkat SMA, standar kurikulum menghendaki maksimal
jam pelajaran satu minggunya 42 jam mengajar. Jika hal ini tetap dipaksakan bisa
dikenai sangsi seperti pada pembahasan pertanyaan sebelumnya. Anda bisa melihat
aturan standar kurikulum dan sarana prasarana di wakasek kurikulum sekolah anda.
Insya Allah mempunyainya.

T: Saya seorang guru PNS  mengajar sejarah disebuah SMP, karena kekurangan jam
mengajar saya menambah mengajar disebuah SD. Bolehkah hal ini?
J : Tidak boleh, karena guru SD adalah guru kelas, sedangkan anda guru MAPEL. Guru  
MAPEL baik dari SMP maupun SMA yang diperkenankan mengajar di SD adalah guru
Penjaskes dan agama islam

T : Saya guru Biologi SMA, untuk menambah jam bisakah saya mengajar IPA di SMP.
J  :  Tidak boleh, sebab sekarang ini tidak ada pelajaran biologi di SMP namun IPA. Jadi
untuk mengajar di SMP anda harus mempunyai sertifikat pendidik mata pelajaran IPA.
Demikian pula sebaliknya, seseorang yang bersertifikat pendidik IPA di SMP tidak
boleh menambah jam di SMA. Meskipun ijazahnya S-1/ S-2 / S-3 biologi misalnya.

T : Saya guru kimia disebuah SMA Negeri, disekolah asal saya mendapat 12 jam
mengajar, untuk menggenapi menjadi 24 jam, saya menjadi wakasek kurikulum
disebuah SMA swasta. Bolehkah hal tersebut.
J  :   Tidak boleh, dalam Permen  39/2008 tugas tambahan hanya  diakui jika dilaksanakan
di satuan administrasi pangkal ( Satminkal ).

T: Kenapa guru PAI disekolah saya diperkenankan ada ekstrakurikuler.  


J : Untuk guru PAI sertifikasinya di bawah Kemenag, sedikit ada perbedaan aturan,
dimana guru PAI dimungkinkan menambah jam pelajaran dengan melakukan
bimbingan mental/kerohanian mksimal 6 ( enam jam pelajaran tiap minggunya)

22:27 Diposkan oleh Chemistry Learning Sources


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook
Label: Dunia Pendidikan

Anda mungkin juga menyukai