Anda di halaman 1dari 6

BAB III

DAFTAR DISTRIBUSI FREKUENSI DAN GRAFIKNYA

1. PENDAHULUAN

Daftar distribusi frekuensi ini telah disinggung sedikit dalam Bab II dan contohnya dapat dilihat
dalam Daftar II(8) halaman 21 Sebuah contoh lagi adalah sebagai berikut

DAFTAR III (1) NILAI UJIAN STATISTIKA UNTUK 80 MAHASISWA

Sebelum dipelajari bagai mana cara membuat daftar ini, akan dijelaskan dulu tentang istilah-istilah
yang dipakai.

Dalam daftar distribusi fre kuensi, banyak obyek dikum pulkan dalam kelompok-ke lompok
berbentuk a - b, yang disebut kelas interval Keda lam kelas interval a - b di masukkan semua data
yang bernilai mulai dari a sampai dengan b.

Urutan kelas interval di susun mulai data terkecil terus ke bawah sampai nilai data terbesar Berturut-
turut, mulai dari atas, diberi nama kelas

interval pertama, kelas interval kedua,.., kelas interval terakhir. Ini semua ada dalam kolom kiri
Kolom kanan berisikan bilangan bilangan yang menyatakan berapa buah data terdapat dalam tiap
kelas interval Jadi kolom ini berisikan frekuensi, disingkat dengan f. Misalnya, f = 2 untuk kelas
interval pertama, atau ada 2 orang mahasiswa yang mendapat nilai ujian paling rendah 31 dan paling
tinggi 40

Bilangan bilangan di sebelah kiri kelas interval disebut ujung bawah dan bilangan-bilangan di sebelah
kanannya disebut ujung atas. Ujung-ujung bawah kelas interval pertama, kedua,..., terakhir ialah 31,
41, ..., 91 sedangkan ujung-ujung atasnya berturut-turut 40,50, ... ,100. Selisih positif antara tiap dua
ujung bawah berurutan disebut panjang kelas interval. Dalam Daftar III (1), panjang kelasnya,
disingkat dengan p, adalah 10, jadi p = 10 dan semuanya sama. Dikatakan bahwa daftar itu
mempunyai pan jang kelas yang sama.
Selain dari ujung kelas interval ada lagi yang biasa disebut batas kelas interval. Ini bergantung pada
ketelitian data yang digunakan Jika data dicatat teliti hingga satuan, maka bata bawah kelas sama
dengan ujung bawah dikurangi 0,5. Batas atas nya didapat dari ujung atas ditambah dengan 0,5.
Untuk data dicatat hingga satu desimal, batas bawah sama dengan ujung ba wah dikurangi 0,05 dan
batas atas sama dengan ujung atas ditam bah 0,05 Kalau data hingga dua desimal, batas bawah
sama de ngan ujung bawah dikurangi 0,005 dan batas atas sama dengan ujung atas ditambah 0,005
dan begitu seterusnya Untuk perhi tungan nanti, dari tiap kelas interval biasa diambil sebuah nilai
sebagai wakil kelas itu. Yang digunakan di sini ialah tanda kelas interval yang didapat dengan
menggunakan aturan

Tanda kelas 1 (ujung bawah + ujung atas) Contoh: Kelas interval pertama adalah 31-40 dengan
frekuensi f= 2. Ujung bawah kelas 31, ujung atas 40. Adapun batas bawah kelas 30,5 dan batas atas =
40,5. Tanda kelasnya %(31+40) – 35,5.

2. MEMBUAT DAFTAR DISTRIBUSI FREKUENSI Perhatikan nilai ujian statistika untuk 80 orang
mahasiswa berikut ini:

Untuk membuat daftar distribusi frekuensi dengan panjang kelas yang sama, kita lakukan sebagai
berikut

Tentukan rentang, ialah data terbesar dikurangi data terkecil

Dalam hal ini, karena data terbesar = 99 dan data terkecil

= 35, maka rentang = 99 35 = 64

b. Tentukan banyak kelas interval yang diperlukan Banyak kelas sering biasa diambil paling sedikit 5
kelas dan paling banyak 15 kelas, dipilih menurut keperluan Cara lain cukup bagus untuk n
berukuran besar n > 200 misalnya, dapat meng gunakan aturan Sturges, yaitu

banyak kelas = 1 + (3,3) log n

dengan n menyatakan banyak data dan hasil akhir dijadikan


bilangan bulat. Unt contoh kita dengan n = 80, sekedar memperlihatkan penggunaan aturan ini,
maka (logaritma be berapa bilangan dapat dilihat dalam Lampiran, Daftar A).

banyak kelas = 1+ (3,3) log 80 = 1 + (3,3)(1,9031) = 7,2802SADIU

Kita bisa membuat daftar distribusi frekuensi dengan ba

nyak kelas 7 atau 8 buah

c. Tentukan panjang kelas interval p Ini, secara ancer-ancer di tentukan oleh aturan :

rentang

Р banyak kelas

Harga p diambil sesuai dengan ketelitian satuan data yang digunakan. Jika data berbentuk satuan,
ambil harga p teliti sampai satuan. Untuk data hingga satu desimal, p ini juga diambil hingga satu
desimal, dan begitu seterusnya Untuk contoh kita, maka jika banyak kelas diambil 7, didapat

64 7 p = = 9,14 dan dari sini bisa kita ambil p = 9 atau

P = 10

d. Pilih ujung bawah kelas interval pertama Untuk ini bisa di ambil sama dengan data terkecil atau
nilai data yang lebih kecil dari data terkecil tetapi selisihnya harus kurang dari panjang kelas yang
telah ditentukan. Selanjutnya daftar diselesaikan dengan menggunakan harga-harga yang telah
dihitung

e. Dengan p= 10 dan memulai dengan data yang lebih kecil dari data terkecil, diambil 31, maka kelas
pertama berbentuk 31 40, kelas kedua 41 - 50, kelas ketiga 51-60 dan seterusnya. Sebelum daftar
sebenarnya dituliskan, ada baiknya dibuat daftar penolong yang berisikan kolom tabulası. Kolom ini
me rupakan kumpulan deretan garis-garis miring pendek, yang ba nyaknya sesuai dengan banyak
data terdapat dalam kelas interval yang bersangkutan Dengan mengambil banyak kelas 7, panjang
kelas 10 dan di mulai dengan ujung bawah kelas pertama sama dengan 31, seperti dijelaskan dalam
e, kita peroleh daftar penolong seperti di bawah ini

TABEL
Setelah dituliskan dalam bentuk yang lazım dipakai, hasilnya seperti tertera dalam Daftar III(1).

Jika ujung bawah kelas pertama diambil sama dengan data terkecil, yakni 35, maka daftarnya
menjadi seperti dalam Daftar III(2) di halaman berikut ini.

DAFTAR II(2) NILAI UJIAN STATISTIKA UNTUK 80 MAHASISWA

TABEL

Daftar III(1) dan Daftar III(2) kedua-duanya dapat digunakan. Tetapi dalam Daftar III(2), kelas interval
terakhir, yakni kelas 95-104, melebihi nilai yang biasa diberikan, ialah 100. Karenanya, Daftar III(1)
yang lebih baik digunakan.

Dari penyusunan kelas-kelas interval di muka dapat dilihat bahwa ujung bawah kelas yang satu
berbeda dari ujung atas kelas sebelumnya

Jadi tidak benar jika dibuat kelas-kelas seperti dalam dua contoh di bawah ini

2 KOTAK

Perbedaan antara ujung bawah sebuah kelas dengan ujung atas kelas sebelumnya adalah satu jika
data dicatat hingga satuan, sepersepuluh atau 0,1 jika data dicatat hingga satu desimal, se
perseratus atau 0,01 untuk data dicatat dua desimal dan begitu seterusnya

Dalam kedua daftar di atas, Daftar III(1) dan Daftar III(2), kelas-kelas intervalnya sama panjang dan
tertutup. Mungkin saja membuat daftar dengan panjang kelas interval yang berlainan dan terbuka.

DAFTAR II(3)

BANYAK SISWA DI DAERAH A MENURUT UMUR DALAM TAHUN

TABEL
Kelas terbuka terjadi pada kelas pertama dan atau kelas terakhir Kelas terbuka ini di buat apabila
tidak cukup banyak pengamatan yang akan terdapat jika interval itu di buat tertutup dan jika data
ekstrim tidak diketahui atau tak perlu diperhatikan.

3. DISTRIBUSI FREKUENSI RELATIF DAN KUMULATIF

Dalam daftar di atas, frekuensi dinyatakan dengan banyak data yang terdapat dalam tiap kelas, jadi
dalam bentuk absolut Jika frekuensi dinyatakan dalam persen, maka diperoleh daftar distribust
frekuensi relatif Untuk Daftar III(1), dapat kita peroleh daftar distribusi frekuensi relatif seperti dalam
Daftar III(4)

DAFTAR III(4)

DISTRIBUSI FREKUENSI RELATIF UNTUK NILAI UJIAN STATISTIKA

Tabel dan yg disebelahnya

Untuk lain-lain dihitung de ngan jalan yang sama

Tentu saja kedua bentuk frekuensi, absolut dan relatif dapat disajikan dalam sebuah daftar Daftar
berikut adalah contohnya.

TABEL DAFTAR III(5)

Ada lagi sebuah daftar yang biasa dinamakan daftar distribusi frekuensi kumulatif

Daftar distribusi frekuensi kumulatif dapat dibentuk dari daftar distribusi frekuensi biasa, dengan
jalan menjumlahkan fre kuensi demi frekuensi Dikenal dua macam distribusi frekuensi ku mulatif
ialah kurang dari dan atau lebih. Tentu saja untuk kedua hal ini terdapat pula frekuensi frekuensi
absolut dan relatif Untuk distribusi frekuensi kumulatif kurang dari dan atau lebih masing

Masing dapat dilihat dalam Daftar III(6) dan Daftar III(7)

DUA TABEL DAFTAR III(6) DAN III(7)


Perhatikan bahwa dalam kedua daftar di atas tidak terdapat baris yang menyatakan jumlah
frekuensi.

Anda mungkin juga menyukai