Anda di halaman 1dari 5

Resume Statistika Pendidikan

Nama : Asti Mutiara


NPM : 0371 13 010
Prodi : PGSD
Kelas : 2/A

BAB II
PENYAJIAN DATA
1. Pendahuluan
Data yang telah dikumpulkan, baik berasal dari populasi ataupun dari sampel, untuk
keperluan laporan dan atau analisis selanjutnya, perlu diatur, disusun, disajikan dalam bentuk
yang jelas dan baik. Garis besarnya ada dua cara penyajian datav yang sering dipakai ialah:
tabel atau daftar dan grafik atau diagram.
Macam-macam daftar yang dikenal:
a. daftar baris kolom,
b. daftar kontingensi,
c. daftar distribusi frekuensi.
Sedangkan diagram yang akan diuraikan disini ialah:
a.
b.
c.
d.
e.
f.

diagram batang,
diagram garis,
diagram lambang atau diagram simbul,
diagram pastel dan diagram lingkaran,
diagram peta atau kartogram,
diagram pencar dan diagram titik.

2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Beberapa Contoh Daftar Statistik


Diagram Batang
Diagram Garis
Diagram Lingkaran dan Diagram Pastel
Diagram Lambing
Diagram Peta
Diagram Pencar

BAB III
DAFTAR DISTRIBUSI FREKUENSI DAN GRAFIKNYA

1. Pendahuluan
Sebelum dipelajari bagaimana cara membuat daftar distribusi frekuensi, akan dijelaskan
dulu istilah-istilah yang dipakai.
Dalam daftar distribusi frekuensi, banyak objek yang dikumpulkan dalam kelompokkelompok berbentuk a b, yang disebut kelas interval. Kedalam kelas interval a b
dimasukkan semua data yang bernilai mulai dari a sampai dengan b.
Urutan kelas interval disusun mulai dari data terkecil terus kebawah sampai nilai data
terbesar. Berturut-turut mulai dari atas, diberi nama kelas interval pertama, kelas interval
kedua, . . . . , kelsa interval terakhir. Ini semua ada dalam kolom kiri. Kolom kanan berisikan
bilangan-bilangan yang menyatakan berapa buah data terdapat dalam tiap kelas interval. Jadi,
kolom ini berisikan frekuensi, disingkat dengan f. Misalnya, f = 2 untuk kelas interval
pertama, atau ada dua orang mahasiswa yang mendapat nilai ujian paling rendah 31 dan
paling tinggi 40.
Bilangan-bilangan di sebelah kiri kelas interval disebut ujung bawah dan bilanganbilangan di sebelah kanannya disebut ujung atas. Ujung-ujung bawal kelas interval pertama,
kedua, . . . . , terakecil dari data terakhir ialah 31, 41, . . . . , 91 sedangkan ujung-ujung
atasnya berturut-turut 40, 50, . . . . , 100. Selisih positif antara tiap dua ujung bawah berurutan
disebut panjang kelas interval. Dalam tabel 3.1, panjang kelasnya disingkat dengan p, adalah
10, jadi p = 10 dan semuanya sama.
Selain dari ujung kelas interval ada lagi yang biasa disebut batas kelas interval. Ini
bergantung pada ketelitian data yang digunakan. Jika data dicatat teliti hingga satuan, maka
batas bawah kelas sama dengan ujung bawah dikurangi 0,5. Batas atasnya didapat dari
ujung atas ditambah 0,5. Untuk perhitungan nanti, dari tiap kelas interval biasa diambil
sebuah nilai sebagai wakil dari kelas itu. Yang digunakan disini ialah tanda kelas interval
yang didapat dengan menggunakan aturan:
Tanda kelas = 1/2 (ujung bawah + ujung atas)
Contoh: Kelas interval pertama adalah 30 40 dengan frekuensi f = 2. Ujung bawah kelas =
31, ujung atas = 40. Adapun bataw bawah kelas = 30,5 dan batas atas kelas = 40,5. Tanda
kelasnya = 1/2(31+40) = 35,5.
2. Membuat Daftar Distribusi Frekuensi
Perhatikan nilai ujian statistika untuk 40 orang mahasiwa berikut ini:

Untuk membuat daftar distribusi frekuensi dengan panjang kelas yang sama, kita lakukan
sebagai berikut.
a. Tentukan rentang, ialah data terbesar dikurangi data terkecil.
b. Tentukan banyak kelas interval yang diperlukan. Banyak kelas sering biasa diambil
paling sedikit 5 kelas dan paling banyak 15 kelas, dipilih menurut keperluannya. Cara lain
cukup bagus untuk n berukuran besar n 200 misalnya, dapat menggunakan aturan
Sturges, yaitu:
Banyak kelas = 1 + (3,3) log 80
= 1 + (3,3) (1,9031) = 7,2802
Kita bisa membuat daftar distribusi frekuensi dengan banyak kelas 7 atau 8 buah.
c. Tentukan panjang kelas interval p. Dengan rumus:
rentang
p = banyak kelas
Harga p diambil dengan ketelitian satuan data yang digunakan. Jika data berbentuk
satuan, ambil harga p teliti sampai satuan. Untuk data hingga satu decimal, p ini juga
diambil hingga satu desimal, dan begitu seterusnya.
Untuk contoh kita, maka jika banyak kelas diambil 7, didapat:
64
p = 7 = 9,14 dan dari sini kita bias ambil p = 9 atau p = 10
d. Pilih ujung kelas interval pertama. Untuk ini bias diambil sama dengan data terkecil atau
nilai data yang lebih kecil dari data terkecil tetapi selisihnya harus kurang dari panjang
kelas yang telah ditentukan. Selanjutnya, daftar diselesaikan dengan menggunakan hargaharga yang telah dihitung.
e. Dengan p = 10 dan memulai data dengan data yang lebih kecil dari data terkecil, diambil
31, maka kelas pertama berbentuk 31 40, kelas kedua 41 50 dan seterusnya.
Sebelum daftar sebenarnya dituliskan, ada baiknya dibuat daftar penolong yang berisikan
kolom tabulasi. Kolom ini merupakan kumpulan deretan garis-garis miring pendek, yang
banyaknya sesuai dengan banyak data yang terdapat dalam kelas interval yang bersangkutan.
Dengan mengambil banyak kelas 7, panjang kelas 10 dan dimulai dengan ujung kelas
pertama sama dengan 31, seperti dijelaskan dalam e, kita peroleh daftar penolong seperti di
bawah ini.
NILAI UJIAN
31 - 40
41 - 50
51 - 60

TABULASI

FREKUENSI

Setelah ditukiskan dalam bentuk yang lazim dipakai, hasilnya seperti tertera dalam Tabel
31.
Jika ujung bawah kelas pertama diambil sama dengan data terkecil, yakni 35, maka
tabelnya menjadi seperti dalam Tabel 3.2 berikut ini.
NILAI UJIAN
31 - 40
41 - 50
51 - 60

JUMLAH
Tabel 3.1 dan 3.2 kedua-duanya dapat digunakan. Tetapi dalam Tabel 3.2, kelas interval
terakhir, yakni kelas 95-104, melebihi nilai yang biasa diberikan, ialah 100. Karenanya, Tabel
3.1 yang lebih baik digunakan.
Dari penyusunan kelas-kelas interval di atas, dapat dilihat bahwa ujung bawah kelas yang
satu berbeda dari ujung atas kelas sebelumnya.
Jadi tidak benar jika dibuat kelas-kelas seperti dalam du contoh di bawah ini.
35 45

31 41
41 51

Atau

45 55

51 61

55 65

dst.

dst.

Perbedaan antara ujung bawah dalam sebuah kelas dengan ujung atas kelas sebelumnya
adalah satu jika data dicatat hingga satuan, sepersepuluh atau 0,1 jika data dicatat hingga satu
desimal, seperseratus jika data dicatat hingga dua desimal dan begitu seterusnya.
Dalam kedua Tabel di atas, Tabel 3.1 dan Tabel 3.2, kelas-kelas intervalnya sama panjang
dan tertutup. Mungkin saja membuat daftar dengan panjang kelas interval yang berlainan dan
terbuka.

UMUR TAHUN

kurang dari 15

2,456

15 sampai 20

4,075

20 sampai 30

3,560

30 sampai 40

3,219

40 dan lebih

4,168

Jumlah

17,478

Kelas terbuka terjadi pada kelas pertama dan atau kelas terakhir. Kelas terbuka ini dibuat
apabila tidak cukup banyak pengamatan yang akan terdapat jika interval itu dibuat tertutup
dan jika data ekstrim tidak diketahui atau tak perlu diperhatikan.
3. Distribusi Frekuensi Relatif dan Kumulatif
4. Histogram Dan Poligon Frekuensi
5. Model Populasi

BAB IV
UKURAN GEJALA PUSAT DAN UKURAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Pendahuluan
Rata-rata atau Rata-rata Hitung
Rata-rata Ukur
Rata-rata Harmonik
Modus
Median
7. Kuartil, Desil dan Persentil

Anda mungkin juga menyukai