Halaman Judul
Halaman Judul
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar belakang
1.2.Rumusan masalah
1.3.Tujuan penullisan
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian amal
2.2. Ilmu dan amal shaleh
2.3 .Ilmu dan amal seperti dua mata uang
2.4. Pengertian ilmu dan kedudukan ilmu
2.5. Pengertian amal shaleh
2.6. Hubungan ilmu dan amal shaleh
2.7. Beramal dengan ilmu
2.8. Hal-hal yang berfokus pada ilmu11
2.9. Amalan yang tak terputus pahalanya11
2.10.Keutamaan menuntut ilmu
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan
3.2. Saran
3.3. Daftar pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Amal dalam bahasa Indonesia berarti perbuatan baik atau buruk. Dari sini
terlihat, bahwa istilah amal dan perbuatan sudah sulit dibedakan.Dalam
pemakaian sehari-hari, kedua kata itu dipandang sebagai kata kembar yang
mempunyai satu arti, sehingga keduanya sering dimajemukkan dalam ungkapan
"amal perbuatan”.
Menurut Ragib Al-lsfahani (wafat 502 H/ 108 M), seorang ahli bahasa dari
kalangan Ahlus Sunah wal Jamaah, antara amal dan perbuatan yang merupakan
terjemahan dari al-fi'l, disamping ada persamaannya, terdapat perbedaan
mendasar. Menurutnya, perbuatan dapat dihubungkan dengan insan (manusia),
hayawanat (binatang-binatang), dan nabat (tumbuh- tumbuhan), baik yang
diperbuat berdasarkan ilmu pengetahuan, maupun tidak, dan baik yang diperbuat
dengan sengaja (al-qasd) maupun tidak.
Sedangkan istilah amal hanya boleh dihubungkan dengan manusia.Oleh sebab
itu, mendefinisikan amal sebagai "suatu perbuatan yang dilakukan berdasarkan
ilmu pengetahuan, pilihan sendiri, dan dilakukan dengan sengaja atau niat."Hal ini
hanya diperoleh dari manusia karena hewan dan tumbuh-tumbuhan atau benda-
benda mati lainnya tidak mungkin melakukan suatu perbuatan dengan ilmu dan
niat.Inilah pengertian amal yang dimaksud oleh fukaha.
1.2. Rumusan Masalah.
a. Apa itu pengertian dari amal?
b. Bagaimana hubungan antara amal shaleh dan ilmu ganjaran ?
c. Amalan apa saja yang pahalanya akan terus mengalir saat seseorang telah
meninggal?
d. Apa keutamaan orang yang menuntut ilmu/ berilmu?
1.3. Tujuan penulisan.
a. Memahami tentang pengertian amal shaleh.
b. Dapat mengetahui bahwa ilmu dan amal adalah suatu kesatuan yang tak
dapat di pisahkan.
c. Mengetahui tentang apa saja keutamaan orang yang menuntut ilmu dan
amalan apa saja yang pahalanya terus menerus mengalir.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Amal
Amal (dari bahasa Arab: ) َع َم َلberarti mengamalkan, berbuat, bekerja.
Kata ini sering dipertukarkan dengan sedekah.
Imam Bukhari rahimahullah meriwayatkan di dalam Shahihnya :
Qutaibah menuturkan kepada kami dari Hisyam bin Urwah dari ayahnya dari
Aisyah -radhiyallahu’anha-, dia berkata, “Amal yang paling disukai oleh
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah yang dikerjakan secara terus
menerus oleh pelakunya.” (HR. Bukhari dalam Kitab ar-Riqaq)
Muhammad bin Ar’arah menuturkan kepadaku. Dia berkata; Syu’bah
menuturkan kepada kami dari Sa’d bin Ibrahim dari Abu Salamah dari
Aisyah radhiyallahu’anha, dia berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
pernah ditanya, ‘Amal apakah yang paling dicintai Allah?’. Maka beliau
menjawab,”Yaitu yang paling kontinyu, meskipun hanya sedikit.”Beliau juga
bersabda, “Bebanilah diri kalian dengan amal-amal yang mampu untuk kalian
kerjakan.” (HR. Bukhari dalam Kitab ar-Riqaq)
Kedua hadits di atas menunjukkan kepada kita bahwa :
1. Penetapan sifat mahabbah bagi Allah
2. Amalan satu dengan yang lainnya memiliki perbedaan keutamaan di sisi
Allah
3. Amal yang paling Allah cintai adalah amalan yang dikerjakan secara
kontinyu
4. Apa yang dicintai oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam -dalam
pandangan syari’at- maka hal itu menunjukkan bahwa Allah ta’ala juga
mencintai perkara tersebut
5. Manusia memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam mengerjakan
amalan
6. Dalam memilih amalan -sunnah- maka hendaknya seorang
memperhatikan kemampuannya agar bisa kontinyu dalam
mengerjakannya, lebih baik sedikit tapi kontinyu daripada banyak namun
terhenti.
7. Hadits ini menganjurkan agar seorang hamba istiqomah dalam beramal
dan mengikhlaskan amalnya karena Allah dan sesuai dengan tuntunan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
8. Amal salih merupakan sebab datangnya kecintaan Allah
9. Seorang mukmin hendaknya mencitai apa yang dicintai oleh Allah dan
Rasul-Nya, sebagaimana dia juga harus membenci segala perkara yang
dibenci oleh Allah dan Rasul-Nya
10. Hadits ini menunjukkan keutamaan sabar di dalam ketaatan
11. Hadits ini menunjukkan pentingnya menjaga motivasi dan semangat
dalam beramal supaya bias kontinyu
12. Hadits ini menunjukkan perlunya targhib/dorongan dan tarhib/ancaman
dalam menjaga stabilitas keimanan
13. Hadits ini juga menunjukkan bahwa amal termasuk bagian dari iman
14. Allah tidak membebankan sesuatu kepada hamba-Nya melainkan sesuai
dengan batas kemampuannya
15. Dan faidah lainnya yang belum saya ketahui, wallahu a’lam. Wa
shallallahu ‘ala Nabiyyina Muhammadin wa ‘ala aalihi wa sallam.
Walhamdu lillahi Rabbil ‘alamin.
Ilmu dan amal adalah dua hal yang selalu dipertentangkan orang,
mana yang lebih penting diantara keduanya. Tanpa ilmu, tindakan tak lebih
dari aktivitas fisik yang tak bernilai. Sementara, sebagian yang lain
mengatakan bahwa amallah yang lebih utama. Sebab, penilaian dilakukan
terhadap amal bukan kepada sesuatu yang belum dilakukan.
Amal Shaleh terdiri dari dua kata yaitu amal dan shaleh. Amal artinya
melakukan/melakukan/membuat sedangkan Shaleh artinya segala sesuatu
yang bersifat baik dan berguna atau dapat diartikan sebagai kebaikan-
kebaikan yang yang dilakukan menurut perintah-perintah dan larangan-
larangan yang ditentukan oleh Allah SWT. Dari itu, amal shaleh berarti
melaksanakan perintah-perintah dan menjauhi larangan-larangan Allah SWT
yang terkandung didalam islam. Manakala islam adalah agama diturunkan
oleh Allah SWT kepada manusia hanya dengan satu cara yaitu melalui ilmu.
Dengan ilmu kita bisa banyak belajar mengenai berbagai hal yang kita
perlukan.
“Barang siapa mengerjakan sesuatu amal yang tidak ada dasar dari kami,
maka ia tertolak”.(HR.Muslim)
Jika kita merenungkan hadis ini, dapat dianalogikan kepada sebuah
kasus. Ibarat seorang pelayan restoran yang sedang melayani para tamunya.
Menu yang dipesan adalah A, ternyata yang dibuatkan adalah B. Apa yang
akan terjadi? Pastilah tamu tersebut marah, karena tidak sesuai dengan
pesanannya, ia akan kecewa, dampaknya pada restoran adalah tamu tersebut
tidak mau membayar pesanan yang salah, bahkan ia tidak akan mau datang
lagi pada restoran yang telah membuatnya kecewa. Itu adalah contoh
sederhana saja yang dapat kita ambil dalam keseharian kita. Apalagi, jika kita
beribadah kepada Allah Swt. Rob yang telah menciptakan kita.
Orang yang senantiasa menyelaraskan antara ilmu dan amal akan
memperoleh keberkahan dan semakin meningkat ilmunya. Ilmunya semakin
terasah, karena selalu berbagi dengan orang lain. Selain itu, orang yang terus-
menerus mengamalkan ilmunya akan mendapatkan kemuliaan di sisi Allah
SWT. Sebagai mana firman-NYA:
Hakikat Ilmu adalah amal. Ilmu dan amal adalah dua hal yang saling
menyatu, saling bersinergi satu dengan yang lainnya. Jika salah satu pincang,
maka rusaklah sistem ibadah manusia, bahkan tertolak, sebagaimana yang
dijelaskan dalam hadist Rasulullah ;” Barang siapa yang mengerjakan suatu
amal yang tidak ada dasar dari kami, maka ia tertolak” (HR: Muslim).
Pentingnya memahami hadist Rasulullah ini adalah ketika kita mengerjakan
amal ibadah kepada Allah Swt. tentulah ada ilmunya. Ilmu yang telah
diajarkan oleh Rasulullah. Baik berhubungan dengan akidah, syariat dan
mua’amalah.
Setiap muslim tentu tidak ingin, jika seluruh amal ibadahnya menjadi sia-sia.
Oleh karena itu, manasia dituntut untuk terus-menerus belajar sampai ajal
menjemput kita. Bagaimana sholat yang benar, puasa yang benar. Serta
ibadah-ibadah lainnya yang telah dicontohkan dan diajarkan oleh Rasulullah
saw. Jika ingin mencari keselamatan dan kebahagian dunia dan akhirat? Maka
selaraskanlah ilmu dan amal. Wallauhu A’lam. (Tamat) (Elvira Suryani)
2.4. Pengertian Ilmu dan Kedudukan Ilmu dalam Islam
Sebelum membahas hubungan ilmu dan amal shaleh akan dijelaskan
terlebih dahulu mengenai pengertian ilmu dan amal shaleh. Ilmu merupakan
kata yang berasal dari bahasa Arab, masdar dari ‘alima-ya’lamu yang berarti
tahu atau mengetahui. Ilmu dalam bentuk jamaknya adalah ‘ulum yang
artinya adalah memahami sesuatu dengan hakikatnya, dan itu berarti
keyakinan dan pengetahuan. Ilmu mengandung arti pengetahuan, tapi
pengetahuan dengan ciri-ciri khusus yaitu yang disusun secara sistematis.
Ilmu menempati kedudukan yang sangat penting dalam Islam, hal ini terlihat
dari banyaknya ayat al-Qur’an yang memandang orang berilmu dalam posisi
yang tinggi dan mulia disamping hadis-hadis nabi yang yang banyak memberi
dorongan bagi umatnya untuk terus menuntut ilmu. Dalam sebuah ayat al-
Qur’an dikatakan, “Dan janganlah engkau turut apa-apa yang engkau tidak
ada ilmu padanya,sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati,
semuanya akan ditanya,” (Al-Isra : 36). Ayat al-Qur’an tersebut menjelaskan
bahwa ilmu merupakan dasar dari segala tindakan manusia. Karena, tanpa
ilmu segala tindakan manusia menjadi tidak terarah,tidak benar, dan tidak
bertujuan. Dan Allah SWT berfirman dalam al-Qur’an surat Al Mujadalah
ayat 11 yang artinya “Allah meninggikan beberapa derajat (tingkatan) orang-
orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang berilmu (diberi
ilmu pengetahuan) dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.
Ayat tersebut menunujukkan dengan jelas bahwa orang yang beriman dan
berilmu akan memeperoleh kedudukan yang tinggi. Keimanan yang dimiliki
seseorang akan menjadi pendorong untuk untuk menuntut ilmu dan ilmu yang
dimiliki seseorang akan membuat dia sadar bahwa betapa kecilnya manusia
dihadapan Allah, sehingga akan tumbuh rasa kepada Allah SWT bila
melakukan hal-hal yang dilarangNya.
Perasaan
Kita suka dan senang dengan kesyumulan Islam. Kita bermanis muka dengan
mereka yang memperkatakan dan memperjuangkan supaya terlaksananya
Islam yang syimul bukan sebaliknya bermasam muka, mencemooh dan lebih
parah lagi jika menghalang perjuangan ini seperti yang telah dilakukan Abu
Jahal, Abu Lahab dan musyirikin terhadap Rasulullah saw dan para
sahabatnya.
Perlaksanaan
Kita harus berusaha melaksanakan Islam yang syumul dengan menegakkan
khilafah. Jika khilafah tidak ada pada masa ini, kita semestinya bersama
dengan jemaah. Langkah yang semestinya kita lakukan untuk menjadi hamba
yang mulia adalah dengan menjadikan diri kita muslim yang berilmu dan
beramal shaleh.
Beramal tanpa berilmu sangat tidak rasional bagaikan kapal yang diombang
ambingkan gelombang ditengah samudera luas sementara keinginan untuk
cepat sampai ke daratan sangatlah tinggi, maka hanya mukzizat Allahlah yang
paling berperan ketika itu. Begitu juga dalam kehidupan ini, ibadah bukan
hanya sekedar berdiri, rukuk, maupun sujud dalam shalat saja. Namun, setiap
dirii akan dituntut untuk melaksanakan apa sesungguhnya hikmah dibalik
perintah shalat itu , begitu juga ibadah-ibadah lainnya selain menunaikannya
dengan ikhlas perealisasian dari hikmah yang terkandung didalamnya harus
menjadi prioritas utama dan tidak bisa di kesampingkan sama sekali. Jelasnya
raihlah keinginan dunia akhirat itu sebanyak-banyaknya dan imbangi ilmu itu
dengan amaliah ikhlas dan penuh kekhusyukkan. Intinya manusia dapat
menilai dan melakukan sesuatu dengan cermat dan hati-hati dan tidak ada
kebajikan dalam ibadah kecuali diiringi dengan tafakur,tawakal, maupun
perbuatan makruf lainnya.
Orang yang selalu menggunakan ilmu dan pemikiran akan menghasilkan
ladang amal dan akan selalu menjaga amalannya itu dari perbuatan-perbuatan
tercela dalam hidup bersosialisasi dalam masyarakatnya. Sedangkan orang
yang beramal tanpa dilandasi ilmu dan pemikiran, jelas akan diombang
ambingkan oleh hawa nafsu sehingga akan melahirkan kerugian dan kesia-
siaan dalam amaliah tersebut.
2.8. Hal-hal yang Berfokus pada Hubungan Ilmu dan Amal
Shaleh
Hubungan ilmu dengan amal dapat difokuskan pada dua hal. Pertama,
ilmu adalah pemimpin dan pembimbing amal perbuatan. Amal boleh lurus
dan berkembang bila didasari dengan ilmu. Berbuat tanpa didasari
pengetahuan tidak ubahnya dengan berjalan bukan dengan di jalan yang
benar, tidak mendekatkan pada tujuan melainkan menjauhkan. Dalam semua
aspek kegiatan manusia harus disertai dengan ilmu, baik itu yang berupa amal
ibadah maupun amal perbuatan lainnya. Sedangkan kedua, sesungguhnya
ilmu dan amal saling beriringan. Barangsiapa berilmu maka dia harus
berbuat, baik itu ilu yang berhubungan dengan masalah ibadah maupun ilmu-
ilmu yang lain. Tidak ada faedahnya ilmu yang tidak diamalkan. Amal
merupakan buah dari ilmu, jika ada orang yang memiliki ilmu tapi tidak
berilmu maka seperti pohon yang tidak menghasilkan manfaat bagi
penanamnya. Begitu pula tidak ada manfaatnya ilmu fikih yang dimiliki oleh
fakih jika dia tidak mengubahnya menjadi perbuatan. Begitu juga, tidak
faedahnya teori-teori atau penemuan-penemuan yang ditemukan seorang
ilmuwan jika tidak diubah menjadi perbuatan nyata. Karena wujud dari
pengetahuan itu adalah amal dan karya nyatanya.
Setiap Muslim dan Muslimah ingin masuk Surga.Maka, jalan untuk masuk
Surga adalah dengan menuntut ilmu syar’i. Sebab Rasulullah shallallaahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
Allah berfirman
Imam ibnul jauzi berkata: “Ketahuilah bahwa jeratan iblis pertama kali
kepada manusia adalah memalingkan mereka dari menuntut ilmu, hal ini
disebabkan karena ilmu adalah cahaya, sehingga jika iblis mampu memadamkan
cahaya tersebut maka iblis akan bisa memangsa orang-orang yang tidak memiliki
ilmu dalam kegelapan dengan sangat mudah”. (Talbis Iblis:309)
4. Ilmu adalah amalan yang memiliki pahala tanpa terputus
ه::ع عمل:: إذا مات ابن آدم انقط: عن أبي هريرة رضى هللا عنه أن رسول هللا صلى هللا عليه وسلم قال
صدقة جارية أو علم ينتفع يه أو ولد صالح يدعو له:إال من ثالث
Dan apakah orang yang sudah mati kemudian dia Kami hidupkan dan Kami
berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat
berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang
keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar
dari padanya? Demikianlah Kami jadikan orang yang kafir itu memandang
baik apa yang telah mereka kerjakan.(Al-An’am:122)
Mati disini adalah mati hatinya dengan kesyirikan, kesesatan, kejahilan, dan
maksiat. Cahaya disini adalah cahaya ilmu dari agama Islam dan Al-Qur’an.
ِّ ق
.الذ ْك ِر ُ َ ِحل:ـجنَّ ِة؟ قَا َل
َ اض ا ْل ْ َـجنَّ ِة ف
ُ يَا َر: قَالُ ْوا،ارتَ ُع ْوا
ُ َس ْو َل هللاِ َما ِري ِ إِ َذا َم َر ْرتُ ْم بِ ِريَا
َ ض ا ْل
Ketahuilah bahwa majelis dzikir yang dimaksud adalah majelis ilmu, majelis
yang di dalamnya diajarkan tentang tauhid, ‘aqidah yang benar menurut
pemahaman Salafush Shalih, ibadah yang sesuai Sunnah Nabi shallallaahu
‘alaihi wa sallam, muamalah, dan lainnya.
Imam Bukhori ketika membawakan hadits ini berkata: “Mereka (yang tegak
diatas perintah Allah) adalah Ahlul Ilmi”. Dikesempatan yang lain beliau
mengatakan: “Mereka adalah Ahlul Hadits”.
Maka Syaikh Albani mengumpulkan kedua perkatan Imam Bukhori ini
dengan mengatakan: “Tidak ada berbedaan antara ucapan beliau ini dengan
ucapan sebelumnya separti yang sudah nampak, karena Ahlul ilmi adalah
Ahlul hadits, dan setiap orang bertambah wawasannya dalam hadits maka
akan bertambah pula ilmunya lebih dari pada orang yang kurang
pengetahuannya terhadap hadits”. (As-Shohihah:1/542)
Setiap penuntut ilmu yang dianugerahi pemahaman oleh Allah dalam perkara
agama dan setiap alim yang telah dibukakan akalnya oleh Allah, hendaknya
memanfaatkan ilmu yang telah diberikan Allah kepadanya, memanfaatkan
setiap kesempatan yang memungkinkan untuk berdakwah, sehingga dengan
begitu ia bisa menyampaikan apa yang diperintahkan Allah, mengajarkan
syari'at Allah kepada masyarakat, mengajak mereka kepada kebaikan dan
mencegah mereka dari kemungkaran, menerangkan kepada mereka hal-hal
yang masih samar terhadap mereka di antara perkara-perkara yang diwajibkan
atas mereka atau diharamkan Allah atas mereka.
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
3.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an Alkarim
Diakses
dari: http://www.google.co.id/http://sucikias.blogspot.com