Anda di halaman 1dari 28

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I  PENDAHULUAN
1.1.Latar belakang
1.2.Rumusan masalah
1.3.Tujuan penullisan
BAB II PEMBAHASAN
            2.1. Pengertian amal
            2.2. Ilmu dan amal shaleh
            2.3 .Ilmu dan amal seperti dua mata uang
2.4. Pengertian ilmu dan kedudukan ilmu
2.5. Pengertian amal shaleh
2.6. Hubungan ilmu dan amal shaleh
2.7. Beramal dengan ilmu
2.8. Hal-hal yang berfokus pada ilmu11
2.9. Amalan yang tak terputus pahalanya11
2.10.Keutamaan menuntut ilmu
BAB III  PENUTUP
            3.1. Kesimpulan
            3.2. Saran
            3.3. Daftar pustaka
BAB  I
PENDAHULUAN

1.1.         Latar Belakang
Amal dalam bahasa Indonesia berarti perbuatan baik atau buruk. Dari sini
terlihat, bahwa istilah amal dan perbuatan sudah sulit dibedakan.Dalam
pemakaian sehari-hari, kedua kata itu dipandang sebagai kata kembar yang
mempunyai satu arti, sehingga keduanya sering dimajemukkan dalam ungkapan
"amal perbuatan”.
Menurut Ragib Al-lsfahani (wafat 502 H/ 108 M), seorang ahli bahasa dari
kalangan Ahlus Sunah wal Jamaah, antara amal dan perbuatan yang merupakan
terjemahan dari al-fi'l, disamping ada persamaannya, terdapat perbedaan
mendasar. Menurutnya, perbuatan dapat dihubungkan dengan insan (manusia),
hayawanat (binatang-binatang), dan nabat (tumbuh- tumbuhan), baik yang
diperbuat berdasarkan ilmu pengetahuan, maupun tidak, dan baik yang diperbuat
dengan sengaja (al-qasd) maupun tidak.
Sedangkan istilah amal hanya boleh dihubungkan dengan manusia.Oleh sebab
itu, mendefinisikan amal sebagai "suatu perbuatan yang dilakukan berdasarkan
ilmu pengetahuan, pilihan sendiri, dan dilakukan dengan sengaja atau niat."Hal ini
hanya diperoleh dari manusia karena hewan dan tumbuh-tumbuhan atau benda-
benda mati lainnya tidak mungkin melakukan suatu perbuatan dengan ilmu dan
niat.Inilah pengertian amal yang dimaksud oleh fukaha.

1.2.         Rumusan  Masalah.
a.       Apa itu pengertian dari amal?
b.      Bagaimana hubungan antara amal shaleh dan ilmu ganjaran ?
c.       Amalan apa saja yang pahalanya akan terus mengalir saat seseorang telah
meninggal?
d.      Apa keutamaan orang yang menuntut ilmu/ berilmu?

1.3.          Tujuan penulisan.
a.       Memahami tentang pengertian amal shaleh.
b.      Dapat mengetahui bahwa ilmu dan amal adalah suatu kesatuan yang tak
dapat di pisahkan.
c.       Mengetahui tentang apa saja keutamaan orang yang menuntut ilmu dan
amalan apa saja yang pahalanya terus menerus mengalir.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1.  Pengertian   Amal
Amal (dari bahasa Arab: ‫ ) َع َم َل‬berarti mengamalkan, berbuat, bekerja.
Kata ini sering dipertukarkan dengan sedekah.
Imam Bukhari rahimahullah meriwayatkan di dalam Shahihnya :
Qutaibah menuturkan kepada kami dari Hisyam bin Urwah dari ayahnya dari
Aisyah -radhiyallahu’anha-, dia berkata, “Amal yang paling disukai oleh
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah yang dikerjakan secara terus
menerus oleh pelakunya.” (HR. Bukhari dalam Kitab ar-Riqaq)
Muhammad bin Ar’arah menuturkan kepadaku. Dia berkata; Syu’bah
menuturkan kepada kami dari Sa’d bin Ibrahim dari Abu Salamah dari
Aisyah radhiyallahu’anha, dia berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
pernah ditanya, ‘Amal apakah yang paling dicintai Allah?’. Maka beliau
menjawab,”Yaitu yang paling kontinyu, meskipun hanya sedikit.”Beliau juga
bersabda, “Bebanilah diri kalian dengan amal-amal yang mampu untuk kalian
kerjakan.” (HR. Bukhari dalam Kitab ar-Riqaq)
Kedua hadits di atas menunjukkan kepada kita bahwa :
1.      Penetapan sifat mahabbah bagi Allah
2.      Amalan satu dengan yang lainnya memiliki perbedaan keutamaan di sisi
Allah
3.      Amal yang paling Allah cintai adalah amalan yang dikerjakan secara
kontinyu
4.      Apa yang dicintai oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam -dalam
pandangan syari’at- maka hal itu menunjukkan bahwa Allah ta’ala juga
mencintai perkara tersebut
5.      Manusia memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam mengerjakan
amalan
6.      Dalam memilih amalan -sunnah- maka hendaknya seorang
memperhatikan kemampuannya agar bisa kontinyu dalam
mengerjakannya, lebih baik sedikit tapi kontinyu daripada banyak namun
terhenti.
7.      Hadits ini menganjurkan agar seorang hamba istiqomah dalam beramal
dan mengikhlaskan amalnya karena Allah dan sesuai dengan tuntunan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
8.      Amal salih merupakan sebab datangnya kecintaan Allah
9.      Seorang mukmin hendaknya mencitai apa yang dicintai oleh Allah dan
Rasul-Nya, sebagaimana dia juga harus membenci segala perkara yang
dibenci oleh Allah dan Rasul-Nya
10.  Hadits ini menunjukkan keutamaan sabar di dalam ketaatan
11.  Hadits ini menunjukkan pentingnya menjaga motivasi dan semangat
dalam beramal supaya bias kontinyu
12.  Hadits ini menunjukkan perlunya targhib/dorongan dan tarhib/ancaman
dalam menjaga stabilitas keimanan
13.  Hadits ini juga menunjukkan bahwa amal termasuk bagian dari iman
14.  Allah tidak membebankan sesuatu kepada hamba-Nya melainkan sesuai
dengan batas kemampuannya
15.  Dan faidah lainnya yang belum saya ketahui, wallahu a’lam. Wa
shallallahu ‘ala Nabiyyina Muhammadin wa ‘ala aalihi wa sallam.
Walhamdu lillahi Rabbil ‘alamin.

2.2.  Ilmu dan Amal shaleh


Memiliki Ilmu saja tidak cukup, karena setiap muslim tidak akan
menghasilkan manfaat bagi orang lain, jika ilmu hanya disimpan untuk
dirinya sendiri. Lantas apa yang harus kita lakukan sebagai seorang muslim
yang memiliki ilmu agar ilmu yang kita miliki tidak menjadi sia-sia dan dan
hilang begitu saja? Disinilah letaknya perlunya mengamalkan setiap ilmu
yang kita punya.
Amal menurut pandangan islam merupakan perbuatan baik yang
mendatangkan pahala bagi yang mengerjakannya. Amal adalah terkait dengan
tindak tanduk, prilaku yang menghubungkan manusia dengan manusia
lainnya, manusia dengan hewan, dan manusia dengan lingkungannya.
Amal pun terbagi menjadi dua; amal baik dan amal buruk. Setiap amal
yang dilakukaan oleh setiap muslim akan dimintai pertanggungjawabannya di
yaumil akhir kelak.Amal pun merupakan bekal yang dibawa oleh manusia ke
kehidupan abadi. Amal dapat menjerumuskan dan menyelamatkan manusia,
tergantung pada amal apa yang mereka kerjakan semasa hidupnya.Lantas
seperti apakah amal yang dapat diterima oleh Allah SWT? Pertanyaan ini
dapat terjawab amal yang berlandaskan kepada ilmu, karena hakekatnya ilmu
harus berbuahkan amal. Ibarat pohon rindang yang subur menghasilkan buah-
buah yang baik. Buah tersebut dapat dinikmati oleh lingkungan yang ada
disekitar pohon tersebut.

Ilmu dan amal adalah dua hal yang selalu dipertentangkan orang,
mana yang lebih penting diantara keduanya. Tanpa ilmu, tindakan tak lebih
dari aktivitas fisik yang tak bernilai. Sementara, sebagian yang lain
mengatakan bahwa amallah yang lebih utama. Sebab, penilaian dilakukan
terhadap amal bukan kepada sesuatu yang belum dilakukan.

Amal Shaleh terdiri dari dua kata yaitu amal dan shaleh. Amal artinya
melakukan/melakukan/membuat sedangkan Shaleh artinya segala sesuatu
yang bersifat baik dan berguna atau dapat diartikan sebagai kebaikan-
kebaikan yang yang dilakukan menurut perintah-perintah dan larangan-
larangan yang ditentukan oleh Allah SWT. Dari itu, amal shaleh berarti
melaksanakan perintah-perintah dan menjauhi larangan-larangan Allah SWT
yang terkandung didalam islam. Manakala islam adalah agama diturunkan
oleh Allah SWT kepada manusia hanya dengan satu cara yaitu melalui ilmu.
Dengan ilmu kita bisa banyak belajar mengenai berbagai hal yang kita
perlukan.

Pengertian amal dalam pandangan Islam adalah setiap amal shaleh


atau setiap perbuatan kebijakan yang diridhoi oleh Allah SWT. Dengan
demikian, amal dalam Islam tidah hanya terbatas pada ibadah tetapi,
sebagaimana ilmu dalam Islam tidak hanya terbatas pada ilmu fikih dan
hukum-hukum agama. Ilmu ini mencakup semua yang bermanfaat bagi
manusia seperti ilmu agama,ilmu alam,ilmu sosial dan lain-lain. Ilmu-ilmu ini
jika dikembangkan dengan benar dan baik maka akan memberikan dampak
positif bagi peradaban manusia. Misalnya, perkembangan sains akan
memberikan kemudahan dalam lapangan praktikal manusia. Demikian juga
ilmu-ilmu sosial akan memberikan penyelesaian untuk pemecahan-
pemecahan masalah di dalam masyarakat. Jadi , mengiringi ilmu dengan amal
merupakan keharusan. Ilmu tanpa diiringi amal maka hanya akan berupa
konsep-konsep saja. Oleh karena itu, amal shaleh merupakan pelaksanaan
perintah-perintah dan menjauhi larangan-larangan Allah SWT yang
merupakan sesuatu yang semestinya diiringkan beserta ilmu.

2.3.   Ilmu dan Amal  Seperti Dua sisi Mata  Uang

Sebagaimana dijelaskan dalam paragraph sebelumnya, ilmu tanpa


amal tidak akan bermanfaat apa-apa jika tidak ditunaikan. Ibarat pohon
rindang yang tak menghasilkan buah, hidupnya hanya sebagai pajangan,
dapat dipandang tapi tidak dapat dirasakan bagaimana kenikmatan rasa buah
pohon tersebut.  Begitu pula dengan amal tanpa ilmu akan sia-sia. Sama
dengan melakukan pekerjaan yang tidak ada nilainya. Sayang sekali bukan?
Kita sudah bersusah payah beramal, namun tidak diterima oleh Allah SWT.
 “Dan janganlah engkau turut apa-apa yang engkau tidak ada ilmu padanya,
sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya akan ditanya,”
(Al-Isra: 36).
Melakukan segala sesuatu tentulah berlandaskan syari’at dan hukum
yang telah diajarkan di dalam Islam agar kita tidak termasuk hamba Allah
yang merugi. Banyak yang beramal, namun tidak berlandaskan ilmu, tidak
mau menggali, mencari tau, sehingga mereka hanya mendapatkan keletihan
saja dari setiap amal yang mereka kerjakan. Maka keduanya menjadi satu
kesatuan yang tidak bisa diurai dan dipisahkan satu-persatu. Keduanya
menyatu ibarat dua sisi mata uang yang masih dalam logam atau kertas yang
sama.
 Dalam sebuah hadist Ar-ba’in (5) dijelaskan bahwa :
“ Barang siapa yang mengada-ngadakan sesuatu yang baru dalam urusan
agama kami ini, yang tidak kami perintahkan, niscaya ia tertolak”. (HR.
Imam Bukhari dan Muslim)

“Barang siapa mengerjakan sesuatu amal yang tidak ada dasar dari kami,
maka ia tertolak”.(HR.Muslim)
Jika kita merenungkan hadis ini, dapat dianalogikan kepada sebuah
kasus. Ibarat seorang pelayan restoran yang sedang melayani para tamunya.
Menu yang dipesan adalah A, ternyata yang dibuatkan adalah B. Apa yang
akan terjadi? Pastilah tamu tersebut marah, karena tidak sesuai dengan
pesanannya, ia akan kecewa, dampaknya pada restoran adalah tamu tersebut
tidak mau membayar pesanan yang salah, bahkan ia tidak akan mau datang
lagi pada restoran yang telah membuatnya kecewa. Itu adalah contoh
sederhana saja yang dapat kita ambil dalam keseharian kita. Apalagi, jika kita
beribadah kepada Allah Swt. Rob yang telah menciptakan kita.
Orang yang senantiasa menyelaraskan antara ilmu dan amal akan
memperoleh keberkahan dan semakin meningkat ilmunya. Ilmunya semakin
terasah, karena selalu berbagi dengan orang lain. Selain itu, orang yang terus-
menerus mengamalkan ilmunya akan mendapatkan kemuliaan di sisi Allah
SWT. Sebagai mana firman-NYA:

“… Niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di


antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat.” (Qs Al-
Mujadilah:11)
            Bahkan dalam  hadist lainpun ditegaskan bahwa ilmu dan amal
merupakan sedekah disisi Allah dengan belajar dan mengajarkannya kembali
kepada orang yang belum memahami.
“Sedekah yang paling utama adalah seorang muslim belajar suatu ilmu,
kemudian mengajarkannya kepada saudara muslim lainnya”. (Riwayat Ibnu
Majah).
Allah SWT telah menurunkan pedoman yang dapat dipelajari oleh
manusia dengan memberikan Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad Saw untuk
diajarkan kepada umatnya.Segala sesuatu yang berkaitan dengan kehidupan
manusia, telah tertulis didalamnya. Namun hanya orang-orang yang berusaha
menggali Ilmulah yang mampu memperoleh pengetahuan dari Al-Qur’an.
Jika kita lihat penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya siang dan
malam terdapat tanda-tanda kebesaran Allah SWT bagi hamba-hambanya
yang berfikir. (QS. 21:33 ). Hal ini pun dapat menjadi pedoman buat kita
sebagai pembelajaran, bagaimana Allah mengajarkan manusia untuk saling
bersinergi dengan alam dengan cara amal nyata. Alam yang diciptakan Allah
SWT juga dapat menjadi sumber pengetahuan bagi manusia.
Segala pedoman telah ada buat kita , untuk mengarungi kehidupan ini.
Namun, tetap saja manusia lupa, lalai dan mengedepankan hawa nafsunya.
Berbuat sekehendak hati tanpa memperhatikan adat dalam mengamalkan
pengetahuan yang telah mereka dapatkan.

Hakikat Ilmu adalah amal. Ilmu dan amal adalah dua hal yang saling
menyatu, saling bersinergi satu dengan yang lainnya. Jika salah satu pincang,
maka rusaklah sistem ibadah manusia, bahkan tertolak, sebagaimana yang
dijelaskan dalam hadist Rasulullah ;” Barang siapa yang mengerjakan suatu
amal yang tidak ada dasar dari kami, maka ia tertolak” (HR: Muslim).
Pentingnya memahami hadist Rasulullah ini adalah ketika kita mengerjakan
amal ibadah kepada Allah Swt. tentulah ada ilmunya. Ilmu yang telah
diajarkan oleh Rasulullah. Baik berhubungan dengan akidah, syariat dan
mua’amalah.
Setiap muslim tentu tidak ingin, jika seluruh amal ibadahnya menjadi sia-sia.
Oleh karena itu, manasia dituntut untuk terus-menerus belajar sampai ajal
menjemput kita. Bagaimana sholat yang benar, puasa yang benar. Serta
ibadah-ibadah lainnya yang telah dicontohkan dan diajarkan oleh Rasulullah
saw. Jika ingin mencari keselamatan dan kebahagian dunia dan akhirat? Maka
selaraskanlah ilmu dan amal. Wallauhu A’lam. (Tamat) (Elvira Suryani)
2.4.   Pengertian Ilmu dan Kedudukan Ilmu dalam Islam
Sebelum membahas hubungan ilmu dan amal shaleh akan dijelaskan
terlebih dahulu mengenai pengertian ilmu dan amal shaleh. Ilmu merupakan
kata yang berasal dari bahasa Arab, masdar dari ‘alima-ya’lamu yang berarti
tahu atau mengetahui. Ilmu dalam bentuk jamaknya adalah ‘ulum yang
artinya adalah memahami sesuatu dengan hakikatnya, dan itu berarti
keyakinan dan pengetahuan. Ilmu mengandung arti pengetahuan, tapi
pengetahuan dengan ciri-ciri khusus yaitu yang disusun secara sistematis.
Ilmu menempati kedudukan yang sangat penting dalam Islam, hal ini terlihat
dari banyaknya ayat al-Qur’an yang memandang orang berilmu dalam posisi
yang tinggi dan mulia disamping hadis-hadis nabi yang yang banyak memberi
dorongan bagi umatnya untuk terus menuntut ilmu. Dalam sebuah ayat al-
Qur’an dikatakan, “Dan janganlah engkau turut apa-apa yang engkau tidak
ada ilmu padanya,sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati,
semuanya akan ditanya,” (Al-Isra : 36). Ayat al-Qur’an tersebut menjelaskan
bahwa ilmu merupakan dasar dari segala tindakan manusia. Karena, tanpa
ilmu segala tindakan manusia menjadi tidak terarah,tidak benar, dan tidak
bertujuan. Dan Allah SWT berfirman dalam al-Qur’an surat Al Mujadalah
ayat 11 yang artinya “Allah meninggikan beberapa derajat (tingkatan) orang-
orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang berilmu (diberi
ilmu pengetahuan) dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.
Ayat tersebut menunujukkan dengan jelas bahwa orang yang beriman dan
berilmu akan memeperoleh kedudukan yang tinggi. Keimanan yang dimiliki
seseorang akan menjadi pendorong untuk untuk menuntut ilmu dan ilmu yang
dimiliki seseorang akan membuat dia sadar bahwa betapa kecilnya manusia
dihadapan Allah, sehingga akan tumbuh rasa kepada Allah SWT bila
melakukan hal-hal yang dilarangNya.

Ilmu merupakan bagian dari wahyu Allah SWT yang diberikan


kepada para NabiNya pada awal-awal bangkitnya peradaban manusia di muka
bumi ini. Ilmu ini kemudian disebarluaskan oleh para pengikut nabi itu agar
manusia mengerti,serta dapat menggunakan dan mengembangkannya sebagai
‘alat’ untuk menjalankan tugas kekhalifahannya. Agama menyediakan tolak
ukur kebenaran ilmu (benar,salah),bagaimana ilmu diproduksi (baik,buruk),
dan tujuan-tujuan ilmu (manfaat,merugikan). Selebihnya adalah hak manusia
untuk memikirkan dinamika internal ilmu. Ilmu yang lahir dari induk agama
harus menjadi ilmu yang objektif. Artinya, suatu ilmu tidak dirasakan oleh
pemeluk agama lain,non agama, dan anti-agama sebagai norma, tapi sebagai
gejala keilmuan yang objektif semata. Meyakini latar belakang agama yang
menjadi sumber ilmu atau tidak, tidak menjadi masalah, ilmu yang berlatar
belakang agama adalah ilmu yang objektif, bukan agama menuju moralitas.
Maka, objektifikasi ilmu adalah ilmu dan orang beriman untuk seluruh
manusia, tidak hanya untuk orang beriman saja.  

2.5. Pengertian Amal Shaleh


Kemudian Amal Sholeh, dua rangkaian kata ini sering kita temui
karena berkaitan dengan agama. Amal itu sendiri adalah melakukan segala
sesuatu untuk menghasilkan sesuatu. Dan shaleh berarti segala sesuatu segala
sesuatu yang bersifat baik dan berguna. Jika kedua makna tersebut amal
shaleh berarti melakukan sesuatu untuk menghasilkan sesuatu yang sifatnya
baik,menguntungkan dan berguna. Terdapat beberapa janji-janji Allah SWT
kepada mereka yang beriman dan beramal shaleh. Diantaranya ialah
keuntungan dunia dan akhirat, nikmat surga, penghapusan dan pengampunan
dosa-dosa, diberi petunjuk dan panduan,dikurniakan derajat yang
tinggi,dianugerahkan kekuasaan, mendapat rezeki yang mulia (berkat),
dibalas dengan pahala yang secara berterusan, dicurahkan rahmat dan
dilepaskan daripada kegelapan hidup kepada cahaya. Amal shaleh yang amat
disukai oleh Allah SWT adalah amal-amal yang telah diwajibkan kepada
manusia untuk dilaksanakan misalnya seperti shalat lima waktu. Allah SWT
senang bila hambaNya menambah amal-amal shaleh dalam rangka
mendekatkan diri kepadanya akan tetapi Ia juga tidak senang bila hambaNya
melalaikan amal yang wajib karena amal yang lain walaupun itu adalah amal
shaleh. Allah SWT tidak akan menghendaki orang yang melaksanakan shalat
sunnah semalam penuh akan tetapi lalai pada shalat yang wajib karena
bangun tidur terlalu siang. Selanjutnya, amal shaleh Allah SWT setelah amal-
amal wajib adalah amal yang bisa dirasakan manfaatnya bagi hambaNya yang
lain. Menuntut ilmu merupakan suatu hal yang akan memberikan manfaat
yang besar bagi setiap umat manusia. Dengan ilmu kita dapat mengetahui hal-
hal yang kita tidak tahu dan kita dapat menjalankan amal shaleh seperti yang
diperintahkan oleh Allah SWT.   

2.6.Hubungan Ilmu dan Amal Shaleh


Pada dasarnya Ilmu dan amal adalah satu, amal tanpa ilmu bukanlah
amal dan ilmu tanpa amal bukanlah ilmu,sebagaimana dikatakan oleh Ja’far
al-Shadiqa ra. Al-Qur’an  juga mengatakan bahwa kalimat al-Thayyibah
(ilmu dan makrifah) kepada Allah yang akan sampai kepada-Nya,sementara
amal shaleh tak ubahnya sebagai roket pendorong yang menghampirkan hal-
hal tersebut kepada Allah SWT. Tentu saja, tanpa ilmu, tak ada yang akan
dibawa oleh sang roket, sementara tanpa amal,ilmu bersangkutan akan tetap
berada di landas pacu. Tentang mana yang lebih dulu yang harus diraih, ilmu
atau amal dapat dikatakan bahwa dengan ilmulah seseorang dapat melakukan
amal. Dengan demikian, ilmu harus diraih terlebih dahulu, baru dengannya
dapat melakukan amal. Akan tetapi, ilmu yang sesungguhnya adalah
pemberian dari Allah SWT. Oleh karena itu, perlu syarat-syarat yang
diperlukan, syarat tersebut adalah ketakwaan. Dan ketakwaan merupakan
jenis amal. Sehingga, dengan demikian, amallah yang harus tersedia terlebih
dahulu agar seseorang dapat memperoleh ilmu.   

Ilmu merupakan aspek teoritis dari pengetahuan. Dengan pengetahuan


inilah manusia melakukan perbuatan amalnya. Jika manusia memiliki ilmu
tapi miskin amalnya, maka ilmu tersebut akan menjadi sia-sia. Jelas akan sia-
sia sekali kita beramal beribadah, sementara sifat dan perilaku tercela masih
juga dipelihara dalam diri, dan hal ini disebabkan oleh kurangnya ilmu dalam
beramal khususnya ilmu yang berhubungan dengan apa yang sedang kita
lakukan dalam proses ibadah. Ilmu  dan amal adalah dua komponen yang
harus berlandaskan pada keinginan untuk merealisasikan amaliah, ilmu dan
amal tidak dapat dipisahkan, kehilangan salah satu dari keduanya akan
menimbulkan kesalahan demi kesalahan bahkan kesesatan.  Dalam beberapa
riwayat dijelaskan mengenai hubungan antara ilmu dan amal. Imam Ali Abi
Thalib berkata, “Ilmu adalah pemimpin amal dan amal adalah pengikutnya.
“Demikian juga dengan perkataan Rasulullah saw, “Barang siapa beramal
tanpa ilmu maka apa yang dirusaknya jauh lebih banyak dibandingkan yang
diperbaikinya. Dari riwayat tersebut maka jika orang itu berilmu maka ia
harus diiringi dengan amal. Amal ini akan mempunyai nilai jika dilandasi
dengan ilmu, begitu juga dengan ilmu akan mempunyai nilai atau makna jika
diiringi dengan amal. Keduanya tidak dapat dipisahkan dalam perilaku
manusia. Sebuah perpaduan yang saling melengkapi dalam kehidupan
manusia yaitu setelah berilmu lalu beramal.

Ilmu yang tidak dilanjutkan dengan perbuatan, mungkin kita dapat


menyebutnya sebagai pengetahuan teoritis. Namun, apa faedahnya ilmu
teoritis jika kita tidak menerjemahkannya kedlam ilmu praktik, dan kemudian
meneruskannya menjadi perbuatan yang mendatangkan hasil. Jika ilmu tidak
dipraktikan maka akan  memberikan dampak yang negatif. Padahal,kaedah
islam menekankan bahwa ilmu senantiasa menyeru pada amal perbuatan.
Keduanya tidak ubahnya sebagai dua benda yang senantiasa bersama dan
tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Jika amal memenuhi seruan ilmu maka
umat akan menjadi baik dan berkembang. Namun jika tidak, maka ilmu akan
meninggalkan amal perbuatan, dan dia akan tetap tinggal tanpa faedah
apapun. Jika demikian nilai apa yang dimiliki seorang manusia yang memiliki
segudang teori dan pengetahuan namun tidak mempraktikannya dalam dunia
nyata. Pertalian ilmu dengan amal tidak hanya dituntut dari parapelajar agama
dan para ahli yang mendalami suatu ilmu, melainkan juga dituntut dari setiap
orang, baik yang memiliki ilmu sedikit ataupun banyak. Namun, tentunya
orang-orang yang berilmu memiliki tanggung jawab yang lebih besar dalam
hal ini karena mereka memiliki kemampuan yang lebih. Allah SWT
berfirman didalam surat Ash-Shaff ayat 2-3 , “Wahai orang-orang yang
berfirman, mengapa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.
Sungguh besar murka Allah SWT, kamu mengatakan apa-apa yang kamu
tidak kerjakan.  
Jika kita memperhatikan ayat-ayat al-Qur’an niscaya kita akan menemukan
bahwa al-Qur’an senantiasa menggandengkan ilmu dengan amal. Makna ilmu
diungkapkan dalam bentuk kata iman pada banyak tempat,dengan pengertian
bahwa iman adalah ilmu atau keyakinan. Diantaranya ialah “Demi waktu
ashar, sesungguhnya manusia berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang
yang beriman dan beramal shaleh, dan saling menasehati dalam kebenaran
dan kebijakan.” (Al-‘Ashr :1-3). Dalam ayat lain dikatakan “Sesungguhnya
orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka adalah surga
Firdaus menjadi tempat tinggal.” (Al-Kahfi :107). Demikian juga dengan ayat
“Orang-orang yang beriman dan beramal shaleh, bagi mereka kebahagiaan
dan tempat kembali yang baik.” (Ar-Ra’d :29). Ayat-ayat tersebut
menjelaskan tentang betapa ilmu dan amal saleh memiliki kaitan yang erat
yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Karena keduanya bagai dua
keping mata uang yang saling memberi arti. Inilah yang sejalan dengan
ucapan Imam Ali Abi  Thalib, ”Iman dan amal adalah dua saudara yang
senantiasa beriringan dan dua sahabat yang tidak terpisahkan. Allah tidak
akan menerima salah satu dari keduanya kecuali disertai sahabatnya.”

2.7.Beramal dengan Ilmu


Kita dapat beramal dengan ilmu dengan menggunakan dasar
pemikiran, perasaan dan perlaksanaan.
 Pemikiran
Kita harus mengakui ajaran Islam yang tidak hanya menangani persoalan
rohani saja tetapi juga persoalan politik/pengurusan kehidupan.

 Perasaan
Kita suka dan senang dengan kesyumulan Islam. Kita bermanis muka dengan
mereka yang memperkatakan dan memperjuangkan supaya terlaksananya
Islam yang syimul bukan sebaliknya bermasam muka, mencemooh dan lebih
parah lagi jika menghalang perjuangan ini seperti yang telah dilakukan Abu
Jahal, Abu Lahab dan musyirikin terhadap Rasulullah saw dan para
sahabatnya.
 Perlaksanaan
Kita harus berusaha melaksanakan Islam yang syumul dengan menegakkan
khilafah. Jika khilafah tidak ada pada masa ini, kita semestinya bersama
dengan jemaah. Langkah yang semestinya kita lakukan untuk menjadi hamba
yang mulia adalah dengan menjadikan diri kita muslim yang berilmu dan
beramal shaleh.
Beramal tanpa berilmu sangat tidak rasional bagaikan kapal yang diombang
ambingkan gelombang ditengah samudera luas sementara keinginan untuk
cepat sampai ke daratan sangatlah tinggi, maka hanya mukzizat Allahlah yang
paling berperan ketika itu. Begitu juga dalam kehidupan ini, ibadah bukan
hanya sekedar berdiri, rukuk, maupun sujud dalam shalat saja. Namun, setiap
dirii akan dituntut untuk melaksanakan apa sesungguhnya hikmah dibalik
perintah shalat itu , begitu juga ibadah-ibadah lainnya selain menunaikannya
dengan ikhlas perealisasian dari hikmah yang terkandung didalamnya harus
menjadi prioritas utama dan tidak bisa di kesampingkan sama sekali. Jelasnya
raihlah keinginan dunia akhirat itu sebanyak-banyaknya dan imbangi ilmu itu
dengan amaliah ikhlas dan penuh kekhusyukkan. Intinya manusia dapat
menilai dan melakukan sesuatu dengan cermat dan hati-hati dan tidak ada
kebajikan dalam ibadah kecuali diiringi dengan tafakur,tawakal, maupun
perbuatan makruf lainnya.
Orang yang selalu menggunakan ilmu dan pemikiran akan menghasilkan
ladang amal dan akan selalu menjaga amalannya itu dari perbuatan-perbuatan
tercela dalam hidup bersosialisasi dalam masyarakatnya. Sedangkan orang
yang beramal tanpa dilandasi ilmu dan pemikiran, jelas akan diombang
ambingkan oleh hawa nafsu sehingga akan melahirkan kerugian dan kesia-
siaan dalam amaliah tersebut.
2.8.  Hal-hal yang Berfokus pada Hubungan Ilmu dan Amal
Shaleh
Hubungan ilmu dengan amal dapat difokuskan pada dua hal. Pertama,
ilmu adalah pemimpin dan pembimbing amal perbuatan. Amal boleh lurus
dan berkembang bila didasari dengan ilmu. Berbuat tanpa didasari
pengetahuan tidak ubahnya dengan berjalan bukan dengan di jalan yang
benar, tidak mendekatkan pada tujuan melainkan menjauhkan. Dalam semua
aspek kegiatan manusia harus disertai dengan ilmu, baik itu yang berupa amal
ibadah maupun amal perbuatan lainnya. Sedangkan kedua, sesungguhnya
ilmu dan amal saling beriringan. Barangsiapa berilmu maka dia harus
berbuat, baik itu ilu yang berhubungan dengan masalah ibadah maupun ilmu-
ilmu yang lain. Tidak ada faedahnya ilmu yang tidak diamalkan. Amal
merupakan buah dari ilmu, jika ada orang yang memiliki ilmu tapi tidak
berilmu maka seperti pohon yang tidak menghasilkan manfaat bagi
penanamnya. Begitu pula tidak ada manfaatnya ilmu fikih yang dimiliki oleh
fakih jika dia tidak mengubahnya menjadi perbuatan. Begitu juga, tidak
faedahnya teori-teori atau penemuan-penemuan yang ditemukan seorang
ilmuwan jika tidak diubah menjadi perbuatan nyata. Karena wujud dari
pengetahuan itu adalah amal dan karya nyatanya.

2.9.   Amalan yang Tak Putus Pahalanya


Amal Jariyah adalah sebutan bagi amalan yang terus mengalir
pahalanya, walaupun orang yang melakukan amalan tersebut sudah
wafat.Amalan tersebut terus memproduksi pahala yang terus mengalir
kepadanya.
Hadis tentang amal jariyah yang populer dari Abu Hurairah menerangkan
bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Apabila anak Adam (manusia) wafat,
maka terputuslah semua (pahala) amal perbuatannya kecuali tiga macam
perbuatan, yaitu sedekah jariah, ilmu yang bermanfaat, dan anak saleh yang
mendoakannya" (HR. Muslim).
Selain dari ketiga jenis perbuatan di atas, ada lagi beberapa macam perbuatan
yang tergolong dalam amal jariah.
Dalam riwayat lain, Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya
diantara amal kebaikan yang mendatangkan pahala setelah orang yang
melakukannya wafat ialah ilmu yang disebarluaskannya, anak saleh yang
ditinggalkannya, mushaf (kitab-kitab keagamaan) yang diwariskannya,
masjid yang dibangunnya, rumah yang dibangunnya untuk penginapan orang
yang sedang dalam perjalanan. sungai yang dialirkannya untuk kepentingan
orang banyak, dan harta yang disedekahkannya” (HR. Ibnu Majah).
Di dalam hadis ini disebut tujuh macam amal yang tergolong amal
jariah sebagai berikut.
1. Menyebarluaskan ilmu pengetahuan yang bermanfaat, baik melalui
pendidikan formal maupun nonformal, seperti diskusi, ceramah, dakwah, dan
sebagainya. Termasuk dalam kategori ini adalah menulis buku yang berguna
dan mempublikasikannya.
2. Mendidik anak menjadi anak yang saleh. Anak yang saleh akan selalu
berbuat kebaikan di dunia. Menurut keterangan hadis ini, kebaikan yang
dipeibuat oleh anak saleh pahalanya sampai kepada orang tua yang
mendidiknya yang telah wafat tanpa mengurangi nilai/pahala yang diterima
oleh anak tadi.
3. Mewariskan mushaf (buku agama) kepada orang-orang yang dapat
memanfaatkannya untuk kebaikan diri dan masyarakatnya.
4. Membangun masjid. Hal ini sejalan dengan sabda Nabi SAW,
”Barangsiapa yang membangun sebuah masjid karena Allah walau sekecil
apa pun, maka Allah akan membangun untuknya sebuah rumah di surga”
(HR. al-Bukhari dan Muslim).
Orang yang membangun masjid tersebut akan menerima pahala seperti pahala
orang yang beribadah di masjid itu.
5. Membangun rumah atau pondokan bagi orang-orang yang bepergian untuk
kebaikan. Setiap orang yang memanfaatkannya, baik untuk istirahat sebentar
maupun untuk bermalam dan kegunaan lain yang bukan untuk maksiat, akan
mengalirkan pahala kepada orang yang membangunnya.

6. Mengalirkan air secara baik dan bersih ke tampat-tempat orang yang


membutuhkannya atau menggali sumur di tempat yang sering dilalui atau
didiami orang banyak. Setelah orang yang mengalirkan air itu wafat dan air
itu tetap mengalir serta terpelihara dari kecemaran dan dimanfaatkan orang
yang hidup maka ia mendapat pahala yang terus mengalir.
Semakin banyak orang yang memanfaatkannya semakin banyak ia menerima
pahala di akhirat.
Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa membangun sebuah sumur lalu
diminum oleh jin atau burung yang kehausan, maka Allah akan memberinya
pahala kelak di hari kiamat.” (HR. Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Majah).
7. Menyedekahkan sebagian harta. Sedekah yang diberikan secara ikhlas akan
mendatangkan pahala yang berlipat ganda.

2.10.   KEUTAMAAN MENUNTUT ILMU AGAMA

1. Menuntut ilmu adalah jalan menuju surga.

Setiap Muslim dan Muslimah ingin masuk Surga.Maka, jalan untuk masuk
Surga adalah dengan menuntut ilmu syar’i. Sebab Rasulullah shallallaahu
‘alaihi wa sallam bersabda,

ْ‫ َو َمن‬،‫ ِة‬:‫و ِم ا ْلقِيَا َم‬:


ْ :َ‫ب ي‬ َ :‫ةً ِمنْ ُك‬:َ‫هُ ُك ْرب‬:‫س هللاُ َع ْن‬
ِ ‫ر‬: ِ ‫ َر‬:‫س عَنْ ُمؤْ ِم ٍن ُك ْربَةً ِمنْ ُك‬
َ َّ‫ نَف‬،‫ ُّد ْنيَا‬:‫ب ال‬ َ َّ‫َمنْ نَف‬
ُ‫ستَ َرهُ هللا‬َ ،‫سلِ ًما‬ ْ ‫ستَ َر ُم‬َ ْ‫ َو َمن‬،‫س َر هللاُ َعلَ ْي ِه فِي ال ُّد ْنيَا َو ْاآل ِخ َر ِة‬َّ ‫ َي‬،‫س ٍر‬
ِ ‫ُم ْع‬ ‫س َر َعلَى‬َّ َ‫ي‬
َ ْ‫ َو َمن‬،‫ع َْو ِن ا ْل َع ْب ِد َما َكانَ ا ْل َع ْب ُد فِي ع َْو ِن أَ ِخي ِه‬
‫سلَ َك‬ ‫فِي‬ ُ‫ َوهللا‬،‫فِي ال ُّد ْنيَا َو ْاآل ِخ َر ِة‬
‫ت‬ِ ‫و‬::ُ‫ت ِمنْ بُي‬ ٍ ‫و ٌم فِي بَ ْي‬: ْ ‫ا‬::‫ َو َم‬،‫سهَّ َل هللاُ لَهُ بِ ِه طَ ِريقًا إِلَى ا ْل َجنَّ ِة‬
ْ :َ‫ َع ق‬:‫اجتَ َم‬ َ ،‫س فِي ِه ِع ْل ًما‬ ُ ‫طَ ِريقًا يَ ْلتَ ِم‬
‫ َو َحفَّ ْت ُه ُم‬،ُ‫ ة‬:‫يَ ْت ُه ُم ال َّر ْح َم‬: ‫ش‬
ِ ‫ َو َغ‬،ُ‫س ِكينَة‬َّ ‫ إِاَّل نَ َزلَتْ َعلَ ْي ِه ُم ال‬،‫سونَهُ بَ ْينَ ُه ْم‬ َ ‫هللاِ يَ ْتلُونَ ِكت‬
ُ ‫َاب هللاِ َويَتَدَا َر‬
ْ ُ‫ لَـ ْم ي‬،ُ‫ َو َمنْ بَطَّأ َ ِب ِه َع َملُه‬،ُ‫ َو َذ َك َر ُه ُم هللاُ فِي َمنْ ِع ْن َده‬،ُ‫ا ْلـ َمالَئِ َكة‬
َ َ‫س ِر ْع ِب ِه ن‬
.ُ‫سبُه‬

“Barangsiapa yang melapangkan satu kesusahan dunia dari seorang


mukmin, maka Allah melapangkan darinya satu kesusahan di hari
Kiamat.Barangsiapa memudahkan (urusan) atas orang yang kesulitan
(dalam masalah hutang), maka Allah memudahkan atasnya di dunia dan
akhirat. Barangsiapa menutupi (aib) seorang muslim, maka Allah menutupi
(aib)nya di dunia dan akhirat. Allah senantiasa menolong hamba selama
hamba tersebut senantiasa menolong saudaranya.Barangsiapa yang meniti
suatu jalan untuk mencari ilmu, maka Allah memudahkan untuknya jalan
menuju Surga. Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah Allah
(masjid) untuk membaca Kitabullah dan mempelajarinya di antara mereka,
melainkan ketenteraman turun atas mereka, rahmat meliputi mereka,
Malaikat mengelilingi mereka, dan Allah menyanjung mereka di tengah para
Malaikat yang berada di sisi-Nya. Barangsiapa yang lambat amalnya, maka
tidak dapat dikejar dengan nasabnya.”
 [Hadits shahih: Diriwayatkan oleh Muslim (no. 2699), Ahmad (II/252, 325),
Abu Dawud (no. 3643), At-Tirmidzi (no. 2646), Ibnu Majah (no. 225), dan
Ibnu Hibban (no. 78-Mawaarid), dari Shahabat Abu Hurairah radhiyallaahu
‘anhu. Lafazh ini milik Muslim.. Jaami’ul ‘Uluum wal Hikam (II/297) dan
Qawaa’id wa Fawaa-id minal Arba’iin an-Nawawiyyah (hal. 316-317).]

Di dalam hadits ini terdapat janji Allah ‘Azza wa Jalla bahwa bagi orang-


orang yang berjalan dalam rangka menuntut ilmu syar’i, maka Allah akan
memudahkan jalan baginya menuju Surga.

“Berjalan menuntut ilmu” mempunyai dua makna:


 Menempuh jalan dengan artian yang sebenarnya, yaitu berjalan kaki
menuju majelis-majelis para ulama.
 Menempuh jalan (cara) yang mengantarkan seseorang untuk mendapatkan
ilmu seperti menghafal, belajar (sungguh-sungguh), membaca, menela’ah
kitab-kitab (para ulama), menulis, dan berusaha untuk memahami (apa-apa
yang dipelajari). Dan cara-cara lain yang dapat mengantarkan seseorang
untuk mendapatkan ilmu syar’i.
2. Ilmu akan mengangkat derajat manusia.

Allah berfirman

ُ ‫ َل‬:‫ح هَّللا ُ لَ ُك ْم ۖ َوإِ َذا قِي‬


‫زُوا‬:‫انش‬ َ ‫ ُحوا يَ ْف‬:‫س‬
ِ :‫س‬ َ ‫س فَا ْف‬ ِ ِ‫س ُحوا فِي ا ْل َم َجال‬ َّ َ‫يَا أَيُّ َها الَّ ِذينَ آ َمنُوا إِ َذا قِي َل لَ ُك ْم تَف‬
‫ت ۚ َوهَّللا ُ بِ َما تَ ْع َملُونَ َخبِي‬ ٍ ‫شزُوا يَ ْرفَ ِع هَّللا ُ الَّ ِذينَ آ َمنُوا ِمن ُك ْم َوالَّ ِذينَ أُوتُوا ا ْل ِع ْل َم َد َر َجا‬ ُ ‫فَان‬

Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-


lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi
kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka
berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.
Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Mujadilah[58]:
11)
Al Hafizh menjelaskan, “Ada yang mengatakan tentang tafsirannya adalah:
Allah akan mengangkat kedudukan orang beriman yang berilmu
dibandingkan orang beriman yang tidak berilmu. Dan pengangkatan derajat
ini menunjukkan adanya sebuah keutamaan…” (Fathul Bari, 1/172). Beliau
juga meriwayatkan sebuah ucapan Zaid bin Aslam mengenai ayat yang
artinya, “Kami akan mengangkat derajat orang yang Kami kehendaki.” (QS.
Yusuf [12]: 76). Zaid mengatakan, “Yaitu dengan sebab ilmu.” (Fathul Bari,
1/172)

3. Ilmu adalah tameng dari jeratan iblis.

Imam ibnul jauzi berkata: “Ketahuilah bahwa jeratan iblis pertama kali
kepada manusia adalah memalingkan mereka dari menuntut ilmu, hal ini
disebabkan karena ilmu adalah cahaya, sehingga jika iblis mampu memadamkan
cahaya tersebut maka iblis akan bisa memangsa orang-orang yang tidak memiliki
ilmu dalam kegelapan dengan sangat mudah”. (Talbis Iblis:309)
4. Ilmu adalah amalan yang memiliki pahala tanpa terputus
‫ه‬::‫ع عمل‬::‫ إذا مات ابن آدم انقط‬: ‫عن أبي هريرة رضى هللا عنه أن رسول هللا صلى هللا عليه وسلم قال‬
‫ صدقة جارية أو علم ينتفع يه أو ولد صالح يدعو له‬:‫إال من ثالث‬

Dari Abu Huroirah, Rosulullah bersabda : “Jika manusia meninggal dunia,


maka semua amalannya akan terputus kecuali tiga amalan : Shodaqoh
Jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, dan anak sholeh yang berdo’a kebaikan
baginya”. (HR. Muslim no. 1631)

5. Ilmu adalah cahaya penerang bagi kehidupan manusia.

ۚ ‫ج ِّم ْن َها‬ َ ‫ت لَ ْي‬


ٍ ‫س بِ َخا ِر‬ ُّ ‫س َك َمن َّمثَلُهُ فِي ال‬
ِ ‫ظلُ َما‬ ِ ‫أَ َو َمن َكانَ َم ْيتًا فَأ َ ْحيَ ْينَاهُ َو َج َع ْلنَا لَهُ نُو ًرا يَ ْم‬
ِ ‫شي بِ ِه فِي النَّا‬
َ‫َك ٰ َذلِ َك ُزيِّنَ لِ ْل َكافِ ِرينَ َما َكانُوا يَ ْع َملُون‬

Dan apakah orang yang sudah mati kemudian dia Kami hidupkan dan Kami
berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat
berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang
keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar
dari padanya? Demikianlah Kami jadikan orang yang kafir itu memandang
baik apa yang telah mereka kerjakan.(Al-An’am:122)

Mati disini adalah mati hatinya dengan kesyirikan, kesesatan, kejahilan, dan
maksiat. Cahaya disini adalah cahaya ilmu dari agama Islam dan Al-Qur’an.

6. Ilmu adalah warisan para Nabi.

ً ‫ا ِر‬:‫ ُع أَ ْجنِ َحتَ َه‬:‫َض‬


‫ا‬:‫ض‬ َ ‫ـجنَّ ِة َوإِنَّ ا ْلـ َمالَئِ َكةَ لَت‬
َ ‫ا إِلَى ا ْل‬::ً‫ ِه طَ ِر ْيق‬:ِ‫لَ َك هللاُ ب‬:‫س‬
َ ‫ا‬::‫ ِه ِع ْل ًم‬:‫ب فِ ْي‬ ُ ُ‫سلَكَ طَ ِر ْيقًا يَ ْطل‬ َ ْ‫َمن‬
ِ ِ‫ض ُل ا ْل َعال‬
‫ـم َعلَى‬ ْ َ‫ض َحتَّى ا ْلـ ِح ْيتَانُ فِى ا ْلـ َما ِء َوف‬ ِ ‫س َما ِء َو ْاألَ ْر‬ َّ ‫ستَ ْغفِ ُر لِ ْل َعالِ ِـم َمنْ فِى ال‬ ِ ِ‫لِطَال‬
ْ َ‫ب ا ْل ِع ْل ِم َوإِنَّهُ لَي‬
‫ا‬::‫ إِنَّ ا ْل ُعلَ َما َء ُه ْم َو َرثَةُ ْاألَ ْنبِيَا ِء لَـ ْم َي ِرثُوا ِد ْينَا ًرا َوالَ ِد ْر َه ًما َوإِنَّ َم‬.‫ب‬
ِ ‫سائِ ِر ا ْل َك َوا ِك‬َ ‫ض ِل ا ْلقَ َم ِر َعلَى‬ ْ َ‫ا ْل َعابِ ِد َكف‬
.‫ظ َوافِ ٍر‬ ٍّ ‫َو َرثُوا ا ْل ِع ْل َم فَ َمنْ أَ َخ َذهُ أَ َخ َذ بِ َح‬

“Barangsiapa yang berjalan menuntut ilmu, maka Allah mudahkan jalannya


menuju Surga. Sesungguhnya Malaikat akan meletakkan sayapnya untuk
orang yang menuntut ilmu karena ridha dengan apa yang mereka lakukan.
Dan sesungguhnya seorang yang mengajarkan kebaikan akan dimohonkan
ampun oleh makhluk yang ada di langit maupun di bumi hingga ikan yang
berada di air. Sesungguhnya keutamaan orang ‘alim atas ahli ibadah seperti
keutamaan bulan atas seluruh bintang.Sesungguhnya para ulama itu pewaris
para Nabi.Dan sesungguhnya para Nabi tidak mewariskan dinar tidak juga
dirham, yang mereka wariskan hanyalah ilmu.Dan barangsiapa yang
mengambil ilmu itu, maka sungguh, ia telah mendapatkan bagian yang
paling banyak.”[Hadits shahih: Diriwayatkan oleh Ahmad (V/196), Abu
Dawud (no. 3641), at-Tirmidzi (no. 2682), Ibnu Majah (no. 223), dan Ibnu
Hibban (no. 80 al-Mawaarid), lafazh ini milik Ahmad, dari Shahabat Abu
Darda’ radhiyallaahu ‘anhu. dishohihkan oleh Syaikh Albani dalam Al-
Misykah:212]

7. Majelis ilmu adalah taman surga.

Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ِّ ‫ق‬
.‫الذ ْك ِر‬ ُ َ‫ ِحل‬:‫ـجنَّ ِة؟ قَا َل‬
َ ‫اض ا ْل‬ ْ َ‫ـجنَّ ِة ف‬
ُ ‫ يَا َر‬:‫ قَالُ ْوا‬،‫ارتَ ُع ْوا‬
ُ َ‫س ْو َل هللاِ َما ِري‬ ِ ‫إِ َذا َم َر ْرتُ ْم بِ ِريَا‬
َ ‫ض ا ْل‬

“Apabila kalian berjalan melewati taman-taman Surga, perbanyaklah


berdzikir.”Para Shahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah yang
dimaksud taman-taman Surga itu?”Beliau menjawab, “Yaitu halaqah-
halaqah dzikir (majelis ilmu).” sesungguhnya Allah memiliki para malaikat
yang tugasnya terbang untuk mencari majelis-majelis ilmu.Jika mereka telah
mendapatkanya maka mereka akan duduk untuk menaungi majelis tersebut”.
[Hadits hasan: Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi (no. 3510), Ahmad (III/150)
dan lainnya, dari Shahabat Anas bin Malik radhiyallaahu ‘anhu. At-Tirmidzi
berkata, “Hadits ini hasan.” Lihat takhrij lengkapnya dalam Silsilah ash-
Shahiihah (no. 2562).]

‘Atha' bin Abi Rabah (wafat th. 114 H) rahimahullaah berkata, “Majelis-


majelis dzikir yang dimaksud adalah majelis-majelis halal dan haram,
bagaimana harus membeli, menjual, berpuasa, mengerjakan shalat, menikah,
cerai, melakukan haji, dan yang sepertinya.” [Disebutkan oleh al-Khatib al-
Baghdadi dalam al-Faqiih wal Mutafaqqih (no. 40).Lihat kitab al-‘Ilmu
Fadhluhu wa Syarafuhu (hal. 132). ]

Ketahuilah bahwa majelis dzikir yang dimaksud adalah majelis ilmu, majelis
yang di dalamnya diajarkan tentang tauhid, ‘aqidah yang benar menurut
pemahaman Salafush Shalih, ibadah yang sesuai Sunnah Nabi shallallaahu
‘alaihi wa sallam, muamalah, dan lainnya.

8. Jihad dengan ilmu merupakan jihad yang besar.

‫فَاَل تُ ِط ِع ا ْل َكافِ ِرينَ َو َجا ِه ْدهُم بِ ِه ِج َهادًا َكبِي ًرا‬


Maka janganlah kamu mengikuti orang-orang kafir, dan berjihadlah
melawan mereka dengannya (Al-Qur’an) dengan jihad yang besar. (Al-
Furqon:52)
Syaikh Al-Utsaimin berkata: “Tidak diragukan lagi bahwa menuntut ilmu
termasuk amalan yang paling mulia, bahkan itu adalah bagian dari jihad
dijalan Allah, apalagi pada zaman kita sekarang, zaman dimana bid’ah
tersebar luas di masyarakat, kebodohan terhadap agama yang sangat merata
bahkan banyak yang berfatwa dengan kebodohan, dan juga banyak
perdebatan dalam agama tanpa dasar ilmu. Tiga sebab inilah yang
mengharuskan kepada setiap pemuda untuk semangat dalam menuntut ilmu
agama”. (Kitabul Ilmi:23)
9. Orang yang berilmu adalah penegak agama Allah sampai
hari kiamat
Dari Mu’awiyah, bahwa Rosulullah bersabda: “Barang siapa yang
dikehendaki kebaikan oleh Allah maka niscaya ia akan difahamkan dalam
agama, dan aku hanyalah orang yang membagi sedangkan yang memberi
adalah Allah, dan senantiasa akan ada diantara umatku ini yang tegak diatas
perintah Allah sampai hari kiamat dan orang-orang yang menyilisihi mereka
tidak akan mencelakakan mereka”.(H.R Bukhori)

Imam Bukhori ketika membawakan hadits ini berkata: “Mereka (yang tegak
diatas perintah Allah) adalah Ahlul Ilmi”. Dikesempatan yang lain beliau
mengatakan: “Mereka adalah Ahlul Hadits”.
Maka Syaikh Albani mengumpulkan kedua perkatan Imam Bukhori ini
dengan mengatakan: “Tidak ada berbedaan antara ucapan beliau ini dengan
ucapan sebelumnya separti yang sudah nampak, karena Ahlul ilmi adalah
Ahlul hadits, dan setiap orang bertambah wawasannya dalam hadits maka
akan bertambah pula ilmunya lebih dari pada orang yang kurang
pengetahuannya terhadap hadits”. (As-Shohihah:1/542)

Setiap penuntut ilmu yang dianugerahi pemahaman oleh Allah dalam perkara
agama dan setiap alim yang telah dibukakan akalnya oleh Allah, hendaknya
memanfaatkan ilmu yang telah diberikan Allah kepadanya, memanfaatkan
setiap kesempatan yang memungkinkan untuk berdakwah, sehingga dengan
begitu ia bisa menyampaikan apa yang diperintahkan Allah, mengajarkan
syari'at Allah kepada masyarakat, mengajak mereka kepada kebaikan dan
mencegah mereka dari kemungkaran, menerangkan kepada mereka hal-hal
yang masih samar terhadap mereka di antara perkara-perkara yang diwajibkan
atas mereka atau diharamkan Allah atas mereka.

10. Ilmu bagaikan air hujan yang Allah turunkan ke bumi.


Abu Musa Al-Asy'ari Radhiyallahu Anhu yang berkata, bahwa
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa SalIam bersabda,
"Sesungguhnya perumpamaan petunjuk dan ilmu yang diutus Allah kepadaku
seperti hujan yang membasahi bumi. Ada bumi yang subur yang menerima
air kemudian menumbuhkan rumput yang banyak.Ada bumi yang keras yang
menahan air kemudian dengannya Allah memberi manfaat kepada
manusia.Mereka meminum dari air ter-sebut, memberi minum hewan
ternaknya, dan bercocok tanam. Hujan juga membasahi bumi yang lain,
yaitu lembah yang tidak mampu menahan air dan menumbuhkan rumput.
Demikianlah perumpamaan orang yang memahami agama Allah kemudian
mendapat manfaat dari apa yang aku diutus dengannya. la belajar dan
mengajar. Dan itulah perumpamaan orang yang tidak bisa diangkat
kedudukannya oleh petunjuk Allah, dan tidak menerima petunjuk Allah yang
aku diutus dengannya." (Diriwayatkan Al-Bukhari, dan Muslim).
Pertama, orang yang mampu menghapal ilmu dan memahaminya.Mereka
memahami makna-maknanya, mengeluarkan hukum-hukumnya, hikmah-
hikmahnya, dan manfaat-manfaatnya.Mereka seperti tanah yang menerima air
kemudian menumbuhkan rumput yang banyak.Pemahamannya terhadap
agama, dan istimbath hukum adalah seperti tumbuhnya rumput dengan air.
Kedua, orang yang mampu menghapal ilmu, menjaganya, menyebar-kannya,
dan mengendalikannya, namun tidak mampu memahami makna-maknanya,
mengeluarkan hukum², hikmah², dan manfaat² dari ilmu tersebut.Mereka
seperti orang yang mampu membaca Al-Qur'an, menghapalnya,
memperhatikan makharijul huruf (tempat ke-luarnya huruf), dan harakat-nya,
namun tidak dianugerahi pemahaman khusus oleh Allah, seperti dikatakan
Ali Radhiyallahu Anhu, "Kecuali pemahaman yang diberikan Allah kepada
hamba-Nya di dalam Kitab-Nya."
Ketiga, orang-orang yang tidak mendapatkan sedikit pun ilmu; baik hapalan,
atau pemahaman, atau periwayatan.Mereka seperti tanah lembah yang tidak
bisa menumbuhkan tumbuh-tumbuhan dan menahan (menyimpan) air.Mereka
adalah kelompok orang-orang celaka.
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Dengan perspektif kesepaduan ilmu dan amal, maka akan memberikan


perkembangan ke arah perbaikan dalam kehidupan masyarakat. Masyarakat
akan berlomba-lomba dalam memberikan amal saleh satu sama lain. Imam
Ali Abi Thalib berkata, “Jangan sampai ilmumu menjadi kebodohan dan
keyakinanmu menjadi keraguan. Jika engkau berilmu, maka beramallah, dan
jika engkau yakin maka majulah”. Dengan ilmu yang benar serta amal shaleh
masyarakat bergerak dari kebodohan menuju kepintaran, dari ketertinggalan
menuju kemajuan dan dari kehancuran menuju kebangkitan. Allah SWT
menempatkan orang yang berilmu dan beramal shaleh sesuai dengan ilmunya
pada derajat yang paling tinggi. Jelasnya, Allah yang memiliki segala sesuatu
dan Maha Pemberi pasti memuliakan derajat orang-orang yang didalam
dirinya terdapat tiga hal yaitu keimanan yang kokoh, ilmu pengetahuan yang
bermanfaat dan selalu melakukan amal shaleh, sabar, ikhlas, dan selalu
bertawakal padaNya. Ilmu adalah landasan iman, hakekat pencarian ilmu
pengetahuan pada diri manusia sesungguhnya adalah dalam rangka mengenal
Alllah SWT dengan segala konsekuensinya.Dan hubungan antara ilmu dan
amal shaleh tidak dapat dipisahkan karena dua hal tersebut saling
mempengaruhu satu sama lain.

3.2. Saran

Semoga apa yang telah di sampaikan dalam makalah ini dapat


barmanfaat terutama dalam pengembangan kepribadian serta lebih giat dalam
meningkatkan amal shaleh dan ilmu..Sebaiknya dalam membuat makalah
tentunya mencari informasi dari berbagai sumber.Agar materi yang di
sampaikan dapat lebih akurat.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an Alkarim

Fajar.(2010). Keutamaan orang yang berilmu.

            Diakses dari: http://www.kabutfajar.wordpress.com

Indah, suci.(2012). Kewajiban menuntut ilmu dan beramal shaleh.

            Diakses
dari:  http://www.google.co.id/http://sucikias.blogspot.com

            Pada: 16 Desember 2012.

Libra,doni.(2012).Makalah Studi Islam tentang Amal Shaleh.

            Diakses dari: http://donielibra.wordpress.com

            Pada: 17 Desember 2012

Taslaman,carner.(2012). Miracle of  the Qur’an. Bandung: mizan

Tim Dosen PAI Universitas Jambi.(2012).Pendidikan Agama Islam di

Universitas jambi.jambi:universitas jambi

            Pratama, yovi.(2009). Kewajiban menuntut ilmu karena termasuk


amalan shaleh.

                        Diakses dari: http://www.yovipratama.blogspot.com

                        Pada: 15 Desember 2012

Anda mungkin juga menyukai