PARASITOLOGI VETERINER
JUDUL:
NEMATODA ASCARIDIDA PADA BABI
Oleh:
Kelompok B3
I Gusti Ngurah Jagad Anom Ksatriya 2009511043
Angelica Ramadya Putri Candrianisa 2009511058
Titi Humairah Bahtiar 2009511073
(lengkap tanpa disingkat)
Babi merupakan reservoir berbagai agen penyakit parasit, salah satunya infeksi berbagai
parasit yang menyerang pencernaan. Hasil yang ditemukan yaitu spesies parasit dari golongan
Nematoda Ascaridida pada saluran cerna babi. Golongan Nematoda Ascaridida yang ditemukan
adalah Ascaris suum. Dari ini perlu dilakukan perbaikan manajemen pemeliharaan dan perbaikan
sanitasi lingkungan, khususnya di sekitar kandang babi yang ada di pedesaan yang masih
menggunakan sistem tradisional.
Kata Kunci : Reservoir, Babi, Nematoda Ascaridida
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan tugas Parasitologi Veteriner I dengan judul “Nematoda
Ascaridida pada Babi”
Tugas ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Parasitologi Veteriner I. Pada
kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan tugas ini baik berupa pikiran dan tenaga.
Kami menyadari bahwa paper ini belum sempurna. Oleh karena itu, kami menerima
dengan senang hati apabila ada kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Akhir kata
semoga paper ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca.
Hormat kami,
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
BAB III
PEMBAHASAN
Babi adalah hewan ternak yang memiliki daya pertumbuhan dan perkembangan
yang cepat dan dipelihara untuk tujuan tertentu. Dalam beternak babi diperoleh
beberapa keuntungan, selain sebagai sumber protein juga dapat meningkatkan
pendapatan peternak itu sendiri. Produksi babi merupakan bagian penting dalam
menunjang perekonomian banyak negara. Populasi babi terus meningkat dari tahun ke
tahun terkait meningkatnya konsumsi masyarakat akan daging babi.
Namun tetap saja akan ada kegagalan yang harus dihadapi oleh peternak. Salah
satu kegagalan pada peternakan babi adalah masalah penyakit, diantaranya adalah
masalah penyakit parasit yang menginfeksi intestinal.
Sistem pemeliharaan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap
status kesehatan babi yang dipelihara. Sistem pemeliharaan yang kurang bagus akan
mendukung perkembangan agen penyakit. Babi yang dipelihara secara tradisional masih
memiliki sistem perkandangan yang buruk seperti kandang babi kotor, berair dan tidak
memperhatikan gizi makanan untuk ternak babi tersebut.Ternak babi yang dipelihara
pada kandang tradisional dengan lantai tanah akan sangat rentan terinfeksi penyakit
parasit, baik dari golongan protozoa maupun helminth.
Kejadian infeksi parasit terjadi akibat sistem pemeliharaan babi yang masih
bersifat tradisional sehingga mudah terkena penyakit. Faktor lain misalnya manajemen
pemeliharaan yang masih kurang baik dan sanitasi kandang yang buruk dapat
meningkatkan risiko infeksi.
Salah satunya adalah cacing yang merupakan penyakit parasit yang dapat
menginfeksi babi. Cacing yang berada pada usus halus menimbulkan gangguan nafsu
makan dan pertumbuhan. Umumnya infeksi parasit usus menyerang ternak muda yang
dipelihara dengan kurang baik. Beberapa cacing nematoda yang menginfeksi usus halus
babi yaitu Trichinella spiralis, Ascaris suum, Trichostrongylus axei, Strongyloides
ransomi, Globocephalus sp.
Gangguan pertumbuhan akan berlangsung lama sehingga mengakibatkan
menurunnya produksi. Gejala klinis dari babi yang terinfeksi cacing yaitu bulu rontok
dan badan lemas, diare, anemia, dan semakin lama menjadi kurus bahkan dapat
menyebabkan kematian. Penularan dapat terjadi melalui air minum, pakan, uterus,
kolostrum, puting susu yang tercemar, dan keadaan kandang yang tidak bersih. Tempat
penyerapan sari-sari makanan adalah di usus halus dan sangat berperan penting dalam
penyerapan nutrisi untuk pertumbuhan babi. Luka yang diakibatkan oleh cacing pada
usus halus dapat menyebabkan sistem penyerapan menjadi tidak sempurna.
Salah satu jenis cacing yang menginfeksi sistem pencernaan adalah jenis
nematoda yang bersifat parasit pada manusia dan hewan. Salah satu penyakit parasit
yang dapat menginfeksi usus babi adalah cacing ascaris. Ascariasis merupakan penyakit
infeksi yang disebabkan oleh cacing Ascaris sp.
Pada ternak babi, ascariasis disebabkan oleh infeksi cacing Ascaris suum yang
hidup sebagai parasit di dalam usus halus, terutama pada babi muda. Infeksi oleh parasit
usus pada babi, selain dapat mengakibatkan gangguan kesehatan, juga dapat merugikan
peternak dari segi ekonomi.
3.2. Nematoda Ascaridida pada Babi
Panjang cacing betinanya 20-49 cm dengan diameter 3-6 mm, dengan vulva
terletak di sekitar 1/3 panjang tubuh dari ujung anterior. Alat kelaminnya terdapat pada
sepertiga bagian anterior tubuh. Cacing betina mengeluarkan telur 1-1,6 juta setiap hari
di dalam usus dan keluar bersama tinja.
Telur cacing berukuran 55-75 x 35-50 µm, mempunyai dinding yang tebal serta
mempunyai ciri khas yaitu bagian luarnya dilapisi oleh albumin yang tidak rata
sehingga membentuk tonjolan yang bergerigi. Telurnya tidak bersegmen ketika sampai
di tanah, dan membutuhkan 13-18 hari untuk menjadi infektif di bawah kondisi optimal,
atau 31-40 hari pada 18-20 C. Stadium infektif Ascaris suum yaitu larva stadium kedua
yang masih di dalam kulit telur.
Ascaris suum memiliki siklus hidup langsung. Ascaris suum dewasa dapat
bertahan hidup selama sembilan bulan sampai satu tahun di dalam usus halus babi.
4.1 Kesimpulan
Dalam beternak babi diperoleh beberapa keuntungan. Namun tetap saja akan ada kegagalan
yang harus dihadapi oleh peternak. Salah satu kegagalan pada peternakan babi adalah masalah
penyakit. Salah satunya adalah cacing yang merupakan penyakit parasit yang dapat menginfeksi
babi.
Pada ternak babi, askariasis disebabkan oleh infeksi cacing ascaris suum yang hidup sebagai
parasit di dalam usus halus. Cacing ascaris summ dapat menghambat pencernaan protein dengan
mengeluarkan zat penghambat yaitu tripsin, yang mengakibatkan babi mengalami kelesuan dan
menjadi lebih rentan terinfeksi penyakit. Ascaris suum memiliki siklus hidup langsung. Ascaris
suum dewasa dapat bertahan hidup selama sembilan bulan sampai satu tahun di dalam usus halus
babi.
Tingkat prevalensi cacing ascaris suum pada babi sangat dipengaruhi oleh kontaminasi
pakan oleh telur cacing infektif. Telur cacing yang tertelan akan menetas di usus halus dan menjadi
larva. Larva tersebut tidak akan langsung menjadi dewasa melainkan akan melakukan migrasi di
dalam tubuh inangnya. Larva akan menembus dinding usus dan masuk ke dalam pembuluh limfe,
melalui sirkulasi darah portal menuju ke hati. Larva akan ditemukan di dalam hati tiga hari setelah
babi terinfeksi, kemudian menuju jantung lalu ke paru-paru dan setelah itu akan menuju alveoli,
bronchiolus. Dari bronchiolus larva akan naik ke trachea sampai epiglotis, dan turun melalui
oesophagus ke usus halus dan menjadi dewasa.
1.2. Saran
Mengingat tingginya angka prevalensi infeksi ascaris suum pada babi dan sangat beresiko
bagi kesehatan ternak babi dan manusia sendiri, maka disarankan untuk meningkatkan kesadaran
masyarakat akan pentingnya kesehatan lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN