Daerah variable dari gen Ab rantai L juga mirp dengan H tteapi tidak ada D. Jadi Ada 35
VJ
Rantai CH dibedakan lagi menjadi 5
yaitu γ (IgG), α (IgA), δ (IgD), ε(IgE)
dan μ (IgM)
Rantai CL dibedakan lagi menjadi
lamda (λ) dan Kappa (κ)
Digesti (pemotongan) molekul Ab dengan enzim
Dengan Papain
3 Fragmen
2 Fab dan Fc
Fab (Antigen Binding)
Fc (Kristalisasi pd keadaan beku)
Dengan Pepsin
2 F(ab`)
Fc : memotong ikatan disulfida)
Dengan mercaptoethanol
2 rantai pendek (light chains) yang identik
2 rantai panjang (heavy chains) yang identik
KLAS Imunoglobulin
Imunoglobulin G (IgG)
Daerah variable dari gen Ab rantai L juga mirp dengan H tteapi tidak ada D. Jadi Ada 35
VJ
Penghitungan keragaman
Perkembangan sel B
Peripheral
Perk sel B Stem cell proB awal proB akhir Pre B besar
Reseptor
Pre-B
terekpresi
Daerah Variable dari gen H antibodi mengandung ratusan potong gen yang berbeda
yang dikelompokan menjadi Variable ( 1-45), Diversisity (D1-20) dan Junction (J 1-6)
Daerah variable dari gen Ab rantai L juga mirp dengan H tteapi tidak ada D. Jadi Ada 35
VJ
Rekombinasi gen H
VARIABLE REGION
Misal ada 2 limfosit yang berbeda mengambil segmen
yang berbeda sehingga menciptakan daerah variabel
yang khas untuk setiao antigen .
Misalnya yang 1 khas untuk antigen 1 dan yang 2 khas
untuk antigen 2.
Pembentukan IgM dari DNA menjadi mRNA dan protein
Keragaman antibodi
light chains: 40 V x 5 J = 200
light chains: 30 V x 4 J = 120
- H chains: 40 VH x 27 DH x 6JH = 6,480
- 320 rantai L x 6480 rantai H = 2.1 x 106
Keragaman Ig setelah sel B terpapar
antigen
Reseptor sel B (BCR)
Figure 4-4
IgH
IgD expression
chain
Antigen-binding sites of IgM & IgD are identical: B cell is still “clonal”
Ekpansi klonal
Setiap sel B membawa BCR yang khas untuk setiap
epitop pada molekul antigen.
Pengaturan
kembali DNA
Terjadi setelah
terpapar
VDJ
sitokin sel TH
mennetukan
Hanya terjadi
pada rantai H Ketika terpapar antigen sel B naïve akan
berkembang menjadi sel plasma dan
menghasilkan ab. Molekul Ig pada permukaan
sel B/BCR (igD atau IgM) berubah menjadi Ab
(lepas dari sel B) dengan isotype IgG3, IgG1
IgA2 dst dan ini disebut class switching.
Ig Heavy chain class (isotype) switching
m g e a
VDJ
55 kb
T cell help
(cytokines, CD40L)
IgG+
antigen memory
cell
IgM+ naive
B cell
IgG
secreting
plasma cell
Antibody Class Switching
Class switching in immunoglobulin heavy chain genes
Beda ABMo dan PAb
POLIKLONAL. MONOKLONAL.
Epitop
B
Antibodi poliklonal
B
Dalam kekebalan spesifik, hanya sel T dan B yang berikatan
dengan antigen dari agen penyakit tertentu.
POLIKLONAL. MONOKLONAL.
B
Antibodi poliklonal (Antiserum)
B
lAntibodi monoklonal
B B B B B B B B
Teknik hibridoma
- Sel B dapat bermutasi menjadi sel tumor yang
disebut sel mieloma
- Sel mieloma bersifat imortal dan akan tumbuh
secara tidak terbatas in vitro
- Fusi sel B yang menghasilkan antibodi dengan
sel mieloma akan menghasilkan sel tumor yang
menhasilkan antibodi dan dapat ditumbuhkan
in vitro secara tidak terbatas. Sel ini disebut sel
hibridoma
B Limfosist B menghasilkan antibodi
tetapi tidak dapat tumbuh secara
in vitroture
M M
M M Tumbuh secara
Sel mieloma M tidak terbatas tetapi
M M
M M tidak menghasilkan
antibodi
Monoclonal antibodies
Produksi antibodi
Beberapa jenis hewan Skema pembuatan antibodi
yang dipakai unutuk monklonal yang
menghasilkan antibodi
memproduksi antibodi monoklonal
Tahapan Pembuatan antibodi monoklonal
Imunisasi
Step 1:mencit
mencit yang dipilih adalah mencit Balb/C
ANTIGEN + ADJUVANT
(emulsification)
Ab titer Ab tinggi
Setelah
beberapa
minggu (6-8
minggu)
Titer antibodi dalam serum diperiksa
dengan - ELISA / Flow cytometery)
rendah tinggi
2 minggu
BOOST BOOST
beberapa kali siap dipakai)
sampai titer ab
tinggi
Penyiapan sel myeloma
+ 8 - Azaguanine
Myeloma
Sel Tumor asal limfosit
PEG
FUSI
Limfosit asal SEL MYELOMA
limpa Feeder Cells
Growth Medium
1. TUMBUHKAN
SEL DALAM
MEDIA HAT
SEL HYBRIDOMA
2. SKRINING
HYBRIDOMA
ELISA
KLONING HIBRIDOMA DENGAN PENGENCERAN
TERBATAS
PRODUKSI mAb
Tissue Mouse
Culture Ascites
Method Method
Pembuatan AbMo dalam jumlah besar
In vitro cultivation
Uji imunohistokimia
Menggunakan AbMo
1.Dapat mendeteksi antigen
JDV pada jaringan atau dalam
PBMC pada saat demam
2.Antigen pada PBMC mulai
hari ke-3 pascainfeksi
3.Diharapkan dapat
menentukan jenis sel yang
terinfeksi
AbMo dapat dilabel dengan FAT
untuk pemeriksaan antigen dengan
FAT langsung
Melacak virus yang tombuh pada kultur sel
Melacak virus yang terdapat pada
sapel biologis seperti tinja
IgM Capture Assay untuk melacak
IgM terhadap penyakit tetrtentu
Tumor diagnosis
in vitro in vivo
99mTc-mAb
Affinity chromatography:
Figure 6.24
Affintity chromatography - protein elution profile
From http://ntri.tamuk.edu/fplc/pursammat.html
Potensi penggunaan Abmo untuk terapi
kanker
Figure 6.23d