BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Visi, Misi , kebijakan
A. SUMBER DAYA
B. PENGADAAN BAHAN PUSTAKA
C. Pengolahan Bahan Pustaka
D. Statistik
BAB IV PENUTUP
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
A. SUMBER DAYA
Sumber daya perpustakaan sekolah di SMP Negeri 2 Pasirian meliputi :
2.1 Pendanaan dan Anggaran Perpustakaan Sekolah
Dalam merencanankan anggaranperpustakaan sekolah komponen rencana
anggaran mencakup:
• biaya pengadaan sumberdaya baru ( buku, terbitan berkala/majalah biaya
keperluan promosi ( poster)
• biaya pengadaan alat tulis kantor (ATK) dan keperluan administrasi
• biaya berbagai aktivitas pameran dan promosi
Sebagai ketentuan umum, anggaran material perpustakaan sekolah paling
sedikit adalah5% biaya per murid dalam sistim persekolahan, tidak termasuk untuk
belanja gaji danupah, pengeluaran pendidikan khusus, anggaran transportasi serta
perbaikan gedung dansarana lain.
Biaya untuk tenaga perpustakaan dimasukkan di dalam
anggaranperpustakaan dengan memperhatikan bahwa pada saat menghitung biaya
tenagauntuk perpustakaan, maka pustakawan sekolah perlu dilibatkan. Jumlah uang
yang tersediauntuk ketenagaan berkaitan erat dengan isu penting, seperti berapa
lama jam bukaperpustakaan dapat diselenggarakan dan standar serta bentuk
layanan yang dapat diberikan.
Proyek khusus dan perkembangan lainnya seperti kebutuhan rak baru memerlukan
permintaan anggaran tersendiri.
Penggunaan anggaran harus direncanakan secara cermat untuk keperluan setahun
serta
berkaitan dengan kerangka kerja kebijakan.Laporan tahunan hebdaknya dapat
memberikan
gambaran bagaimana anggaran telah digunakan serta kejelasan apakah jumlah uang
yang
10
digunakan untuk perpustakaan telah mencukupi untuk tugas perpustakaan serta
mencapai
sasaran kebijakan.
Pustakawan sekolah harus mengetahui secara jelas pentingnya anggaran yang
cukup untuk
perpustakaan, dan perlu menyampaikan ke manajemen senior karena perpustakaan
melayani seluruh komunitas sekolah. Untuk meningkatkan anggaran perpustakaan
sekolah,
berikut ini perlu menjadi bahan pertimbangan:
• besaran tenaga perpustakaan sekolah dan koleksi perpustakaan dapat dijadikan
tolok ukur pencapaian akademik
• murid yang mencapai nilai lebih tinggi dari standar ujian pada umumnya berasal
dari sekolah yang mempunyai tenaga perpustakaan, buku dan terbitan
berkala/majalah dan bahan pandang-dengar yang lebih banyak dibandingkan
sekolah lainnya, tanpa memandang faktor lain seperti faktor ekonomi.
Salah satu cara yang efektif untuk menembus pembatas dan penghalang
komunikasi antara perpustakaan dan penggunanya adalah dengan jalan
mengadakan kegiatan perpustakaan yang melibatakan staf perpustakaan dan
pengguna. Beberapa macam kegiatan yang dapat dilakukan untuk promosi antara
lain dengan peningkatan diri para petugas perpustakaan yaitu dengan berusaha
tampil penuh percaya diri, berpandangan positif, dan berpakaian dengan sopan
dan rapi.
Pendekan pada guru dilakukan dengan cara proaktif, membuat daftar buku
yang ada di perpustakaan berkenaan dengan tiap mata pelajaran dan diberikan
kepada masing-masing guru sesuai dengan mata pelajarannya, meminta daftar
buku yang diperlukan guru-guru dalam menunjang pengajaran mereka
Pendekatan dengan pihak pemimpin dengan cara membuat perencanaan jangka
pendek (1 tahun) yang berkualitas dengan argumentasi yang kuat dan diajukan
kepada kepala sekolah, membuat laporan pembangunan perpustakaan secara
periodik (perkuartal, persemeter, atau pertahun, mengajukan kepada kepala
sekolah agar mewajibkan anak didik mengikuti kelas perpustakaan satu jam
pelajaran dalam satuminggu.
Selain itu petugas juga memberikan pelayanan yang baik agar kepuasan
pengguna tercapai yaitu dengan memelihara penantaan buku yang rapi agar buku
mudah didapat, membiasakan diri agar biasa berdisiplin dengan waktu,
melaksanakan tugas dengan penuh tanggung jawab. Kegiatanpenunjang
perpustakaan yang lain adalah membuat poster, membuat pamflet, mengadakan
pameran buku
Pengadaan bahan pustaka adalah salah satu dari kegiatan pelayanan teknis
pada suatu perpustakaan dalam usaha untuk memberikan informasi yang
dibutuhkan oleh para pengguna sesuai dengan perkembangan zaman. Melalui
kegiatan pengadaan bahan pustaka tersebut, perpustakaan berusaha menghimpun
bahan pustaka yang akan dijadikan koleksi perpustakaan baik itu koleksi seperti
buku, majalah, jurnal, surat kabar, brosur dan koleksi non cetak seperti kaset,
audio visual, mikrofilm, mikrofis, piringan hitam, video kaset, CD-ROM dan lain-
lain.
Menurut Sutarno (2006: 174) “Pengadaan atau akuisisi koleksi bahan
pustaka merupakan proses awal dalam mengisi perpustakaan dengan sumber-
sumber informasi”.
Beberapa pengertian pengadaan yang dikemukakan oleh para ahli antara
lain:
1. Menurut pendapat Sumantri, (2002: 29) Pengadaan bahan pustaka atau koleksi
adalah proses menghimpun dan menyeleksi bahan pustaka yang akan dijadikan
koleksi, hendaknya koleksi harus relevan dengan minat dan kebutuhan peminjam
serta lengkap dan aktual.
2. Menurut Darmono, (2001: 57) Pengadaan bahan pustaka merupakan rangkain
dari kebijakan pengembangan koleksi akhirnya akan bermuara pada kegiatan
pengadaan bahan pustaka.
3. Menurut Sulistyo-Basuki (2001:27) pengadan bahan pustaka merupakan konsep
yang mengacu kepada prosedur sesudah kegiatan pemilihan untuk memperoleh
dokumen, yang digunakan untuk menggembangkan dan membina koleksi atau
himpunan dokemun yang diperukan untuk memenuhi kebutuhan informasi serta
mencapai sasaran unit informasi.
Dari uraian beberapa penggertian pengadaan bahan pustaka yang
dikemukan oleh para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa pengadaan bahan
pustaka adalah rangkaian kegiatan untuk menghimpun dan menyeleksi bahan
pustaka yang sekaligus berdasarkan peraturan kebijakan pengadaan bahan
pustaka sehingga dapat memenuhi bahan pustaka yang diminati oleh
penggujungnya. (Lasa Hs. 2007. Manajemen Perpustakaan Sekolah. Yogyakarta:
Pinus Book Publisher)
Pengadaan bahan pustaka adalah upaya meningkatkan kualitas dan
kuantitas bahan pustaka.Upaya peningkatan kualitas bahan pustaka dilakukan
dengan mengadakan bahan pustaka yang belum dimiliki atau yang terbaru sesuai
dengan perkembangan ilmu, pengetahuan, dan teknologi, Sebaliknya peningkatan
kuantitas bahan pustaka adalah upaya peningkatan jumlah bahan pustaka agar
kebutuhan warga sekolah dapat dipenuhi.
Adapun beberapa metode dalam pengadaan bahan pustaka di SMP
NEGERI 2 Pasirian adalah sebagai berikut :
1) Pembelian, untuk meringankan biaya pembelian, kita melakukan pembelian
di bursa buku-buku bekas atau menelusuri pameran-pameran buku karena
pameran buku biasanya memberikan diskon besar-besaran, kesempatan
seperti ini dimanfaatkan sebaik-baiknya bagi pengelola perpustakaan.
2) Tukar-menukar, kita melakukan kerja sama dengan perpustakaan yang lain
dengan tukar-menukar koleksi dengan cara peminjaman jangka panjang.
Sehingga pemustaka bisa memanfaatkan koleksi dari perpustakaan yang
lain.
3) Hadiah, untuk mendapatkan buku secara cuma-cuma/ hadiah, maka
perpustakaan dan pustakawan pro aktif bekerja sama dalam mencari
unit kerja atau instansi atau LSM mana yang dapat menghadiahkan buku-
bukunya bagi keperluan perpustakaan.
4) Sumbangan, perpustakaan dan pustakawan pro aktif mencari perpustakaan
yang akan mengadakan penyiangan koleksi, sehingga bisa membuat
permohonan buku-buku hasil penyiangan tersebut bisa disumbangkan dan
dimanfaatkan oleh perpustakaan kita.
5) Kerjasama, kita bisa mendapatkan bahan pustaka dengan melakukan
kerjasama, misalnya dengan penerbit dan penulis dengan mendapatkan
harga buku-buku yang serendah-rendahnya dengan kualitas yang sama
dengan buku yang bagus dan mahal.
Inventarisasi
Inventarisasi merupakan kegiatan pencatatan bahan pustaka yang telah
diputuskan menjadi milik perpustakaan.Pencatatan ini penting agar pengelola
perpustakaan maupun orang yang berkepentingan dengan perpustakaan
mengetahui jumlah koleksi yang dimiliki, rekam jejak dari pengadaan koleksi
tersebut, dan agar tertib administrasi. Beberapa kegiatan atau pekerjaan dalam
inventarisasiadalah sebagai berikut:
(1) Pemeriksaan. Pemeriksaan bahan pustaka dapat dimulai dari memeriksa
kondisi bentuk fisiknya apakah baik atau cacat, kesesuaian antara jumlah judul
dan eksemplar yang dipesan dengan yang diterima, serta kelengkapan isinya
apakah ada halaman yang kosong dan apakah kualitas pencetakannya sudah
sesuai.
(2) Pengelompokkan. Pengelompokkan dilakukan dengan mengelompokkan
bahan pustaka yang telah diperiksa tadi ke dalam bidang-bidang umum, misalnya
dikelompokkan berdasarkan judul.Hal ini bertujuan agar memudahkan pekerjaan
selanjutnya, seperti penelusuran sementara ataupun pengontrolan.
(3) Pengecapan. Pengecapan stempel kepemilikan dan stempel inventaris
dilakukan atas bahan pustaka yang dikelompokkan tadi, pada halaman atau bagian
tertentu dari bahan pustaka tersebut.Pada umumnya, minimal tiga cap kepemilikan
dibubuhkan pada setiap bahan pustaka.Misalnya pada halaman judul, halaman
tertentu di tengah-tengah (contohnya dicap di halaman 17 atau 27 pada bahan
pustaka), dan halaman terakhir.Sedangkan, satu cap inventaris dibubuhkan pada
setiap halaman judul.
(4) Pencatatan. Semua bahan pustaka yang masuk ke perpustakaan atau yang
telah diputuskan menjadi milik perpustakaan harus dicatat pada buku, baik itu
buku induk atau langsung dicatat di komputer.Pencatatan ini dapat dipisahkan
menurut jenis bahan informasinya.Sebagai contoh, inventaris buku paket, buku
fiksi/non fiksi, majalah, CD, referensi, jurnal, peta/atlas, dan
sebagainya.Informasi-informasi pada bahan pustaka yang harus dicatat pada buku
induk atau komputer minimal terdiri dari nomor urut, tanggal pencatatan, nomor
inventaris, asal bahan pustaka, pengarang, judul, impresum, dan keterangan
tambahan.
Klasifikasi
Klasifikasi adalah penggolongan atau pengelompokkan buku berdasarkan subyek
atau isi bahan pustaka yang bersangkutan. Dengan dasar ini maka bahan pustaka
yang subyeknya sama akan berdekatan atau berada pada rak yang sama apapun
bentuk bahan pustaka tersebut (Yusuf dan Suhendra, 2005:40). Dengan demikian,
klasifikasi ini berguna untuk mempermudah pengguna maupun pustakawan dalam
penelusuran informasi atau pencarian bahan pustaka di rak.
Sistem klasifikasi yang paling banyak digunakan di perpustakaan sekolah adalah
sistem klasifikasi persepuluhan DDC (Dewey Decimal Classification). Sistem ini
mengelompokkan bahan pustaka berdasarkan subyek dengan notasi angka
persepuluhan.Pengelompokkan pertama disebut kelas utama dengan 10 kelompok
(000-900).Kemudian, masing-masing kelompok pada kelas utama ini dibagi lagi
menjadi subyek yang lebih kecil yang disebut divisi (000-990).Dari subyek yang
kecil ini, dibagi lagi menjadi subyek yang lebih kecil yang disebut subdivisi (000-
999).Subdivisi ini dapat dibagi lagi menjadi pembagian yang lebih rinci yang
disebut bagan lengkap.Bagi perpustakaan sekolah disarankan cukup menggunakan
buku Pengantar Klasifikasi Persepuluhan Dewey yang disusun oleh Towa
Hamakonda dan JNB Tairas sebagai pedoman pengklasifikasian.
Katalogisasi
Katalogisasi adalah proses pembuatan daftar pustaka (buku, majalah, CD,
film mikro dan sebagainya) milik suatu perpustakaan. Daftar ini berfungsi untuk
mencatat koleksi yang dimiliki, membantu proses temu kembali, dan
mengembangkan standar-standar bibliografi internasional (Lasa Hs, 2007:129).
Bentuk daftar pustaka ini bermacam-macam, seperti katalog cetakan, katalog
berkas, katalog kartu, maupun katalog elektronik yang lazim disebut sebagai
OPAC (Online Public Acces Catalog).Masing-masing bentuk katalog ini memiliki
kelebihan dan kekurangannya.
Seiring dengan perkembangan teknologi informasi dan untuk efisiensi
efektivitas proses temu kembali, sebaiknya bentuk katalog pada perpustakaan
sekolah menggunakan katalog elektronik (OPAC). Perangkat lunak untuk
katalogisasi dalam bentuk elektronik bermacam-macam dan tiap perangkat lunak
memiliki kelebihan dan kekurangannya.Sesuai dengan kemampuan perpustakaan
sekolah pada umumnya, disarankan menggunakan perangkat lunak WINISIS yang
dikembangkan oleh UNESCO atau perangkat lunak SLiMS yang dikembangkan
oleh Pusat Informasi dan Humas Departemen Pendidikan Nasional Republik
Indonesia. Kelebihan kedua perangkat lunak tersebut antara lain adalah tersedia
secara gratis di internet dan tidak membutuhkan spesifikasi komputer yang
berat/canggih. Selain itu, kedua perangkat lunak tersebut terbukti reliabel telah
digunakan oleh banyak perpustakaan-perpustakaan di Indonesia.
Shelving
Shelving adalah kegiatan penjajaran koleksi ke dalam rak/tempat koleksi
berdasarkan sistem tertentu. Kegiatan ini merupakan langkah terakhir dari proses
pengolahan bahan pustaka. Tujuannya agar koleksi dapat ditemukan dengan
mudah dan dapat dikenali oleh pengguna atau pustakawan.
Sistem penjajaran koleksi ke dalam rak ada dua macam:
(1) Berdasarkan jenis, yaitu disusun berdasarkan jenis koleksi dalam bidang
apapun dijadikan satu susunan. Sistem ini cocok untuk penjajaran koleksi
referensi.
(2) Berdasarkan sandi pustaka atau call number, yaitu disusun berdasarkan urutan
nomor kelas sesuai dengan tata susunan koleksi. Sistem ini cocok untuk
penjajaran koleksi buku teks.
Dalam penjajaran buku ini perlu diperhatikan hal-hal berikut:
(1) rak tidak diisi penuh untuk memudahkan penambahan dan pergeseran,
(2) digunakan standar buku,
(3) buku tidak disusun berlapis atau ditumpuk,
(4) rak hendaknya mudah dipindahkan,
(5) dan desain rak hendaknya disesuaikan agar sirkulasi udara baik
D. STATISTIK
3.2 Pengolahan
Tgl No inv Pengarang Judul Cet/jil Impresum Asal Bahasa Harga Klas
b) Klasifikasi
Klasifikasi merupakan kegiatan pengelompokan bahan pustaka di
perpustakaan menurut golongan atau kelas tertentu dengan menggunakan
sistem tertentu yang sudah baku. Pengelompokan ini dilakukan untuk
mempermudah petugas perpustakaan dan pemustaka dalam memilih buku
yang diinginkan. Untuk perpustakaan sekolah lazim digunakan sistem
klasifikasi persepuluhan Dewey atau biasa disebut Dewey Decimal
Classification (DDC). Sistem klasifikasi DDC yang akan dipaparkan disini
adalah sistem DDC edisi ringkas terjemahan Towa P Hamakonda yang telah
disederhanakan sesuai kondisi di Indonesia.
Kelas utama dalam DDC adalah sebagai berikut
000 Karya umum
100 Filsafat dan Psikologi
200 Agama
300 Ilmu-ilmu Sosial
400 Bahasa
500 Ilmu-ilmu Murni (Pasti/Alam)
600 Ilmu-ilmu terapan (Teknologi)
700 Kesenian, Hiburan, Olahraga
800 Kesusasteraan
900 Geografi dan Sejarah Umum
Untuk lengkapnya dapat dilihat pada Bagan klasifikasi DDC edisi ringkas
Unsur pokok DDC antara lain indeks relatif dan tabel pembantu,
Cara pemberian klasifikasi
(1) Penentuan Subyek
Sebelum kita memberikan nomor klasifikasi maka pengklasifikasi harus
menentukan subyek bahan pustaka yang akan diberikan nomor klasifikasi.
Subyek bahan pustaka bisa dilihat dari judul koleksi, apabila belum dapat
ditentukan maka dicari dari kata pengantarnya, atau dibaca bab pendahuluan
dan seterusnya sampai subyek koleksi dapat ditemukan.
Judul Subyek
Matematika kelas VII matematika
Biologi kelas VII Biologi
d) Kelengkapan
Kelengkapan buku difungsikan dalam pelayanan diantaranya yaitu:
Nomor panggil atau label buku yang ditempel pada punggung buku
Kantong kartu untuk meletakkan kartu buku ditempel pada bagian
dalam kulit buku sebelah belakang.
Kartu buku yang berisi keterangan pengarang, judul, nomor induk,
klasifikasi, nama peminjam dan tanggal kembali.
Slip kembali berisi tentang tanggal kembali dan nama/nomor
peminjam
3.3 PEMANFAATAN PERPUSTAKAAN
Peranan perpustakaan di dalam pendidikan amatlah penting, yaitu untuk
membantu terselenggaranya pendidikan dengan baik.Dengan demikian sasaran
dan tujuan operasional dari perpustakaan sekolah adalah untuk memperkaya,
mendukung, memberikan kekuatan dan mengupayakan penerapan program
pendidikan yang memenuhi setiap kebutuhan siswa, disamping itu mendorong dan
memungkinkan tiap siswa mengoptimalkan potensi mereka sebagai pelajar
(http://maunglib.wordpress.com). Penyelenggaraan perpustakaan sekolah bukan
hanya untuk menyimpan bahan-bahan pustaka, tetapi dengan adanya
penyelenggaraan perpustakaan sekolah diharapkan dapat membantu murid-murid
dan guru menyelesaikan tugas-tugas dalam proses belajar mengajar. Oleh sebab
itu segala bahan pustaka yang dimiliki perpustakaan sekolah dapat menujang
proses belajar mengajar, maka dalam pengadaan bahan pustaka
mempertimbangkan kurikulum sekolah, serta selera para pembaca yang dalam hal
ini adalah murid-murid. Perpustakaan sekolah sebagai perangkat perlengkapan
pendidikan mempunyai tugas: menyerap dan menghimpun informasi guna
kegiatan belajar mengajar.
1. Mewujudkan suatu wadah pengetahuan dengan administrasi dan organisasi
yang sesuai sehingga memudahkan penggunanya
2. Menyediakan sumber-sumber rujukan yang tepat guna untuk kegiatan
konsultasi bagi pengajar dan pelajar
3. Menyediakan bahan-bahan yang bermanfaat bagi kegiatan rekresi yang
berkaitan dengan bidang budaya dan dapat meningkatkan selera,
mengembangkan daya kreatif
4. Melaksanakan layanan perpustakaan yang sederhana, mudah dan menarik
sehingga pengajar dan pelajar tertarik dan dapat menjadi terbiasa dalam
menggunakan perpustakaan
5. Pusat layanan bahan pustaka bagi siswa dan guru.
6. Memberikan bimbingan membaca Perpustakaan sekolah tampak bermanfaat
apabila benar-benar memperlancar pencapaian tujuan proses belajar mengajar
di sekolah.
Indikasi manfaat tersebut tidak hanya berupa tinginya prestasi siswa, tetapi
lebih jauh lagi, antar lain adalah siswa mampu mencari, menemukan, menyaring
dan menilai informasi, siswa terbiasa belajar mandiri, siswa terlatih kearah
tanggung jawab, siswa selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, dan sebagainya. Oleh karena itu, seorang pustakawan dituntut tidak
boleh hanya sekadar menjadi penjaga buku, tetapi juga harus memiliki rasa
kepedulian terhadap keberadaan buku yang menjadi koleksi perpustakaan.Ia
mengatakan dari rasa kepedulian dan kecintaan terhadap pekerjaan yang
digelutinya itu diharapkan akan melahirkan generasi-generasi muda yang akan
merasa kurang lengkap hari-harinya, tanpa menikmati bacaan-bacaan di
perpustakaan. Dalam pengelolaan perpustakaan ke depan perlu dipersiapkan
sumber daya manusia yang handal dan ditunjang sistem teknologi informasi yang
mumpuni. Namun, selain itu, hal lain yang dinilai juga dapat membangkitkan
minat pelajar untuk ke perpustakaan adalah dengan mengadakan pembelajaran di
luar kelas, namun, memanfaatkan perpustakaan sebagai ruangan belajar selain
kelas biasanya.
3.4 Aplikasi TI
Informasi di perpustakaan tidak hanya terbatas kepada buku dan jurnal ilmiah
saja. Banyak koleksi perpustakaan yang dibaca dengan menggunakan komputer
Pada tahap ini akan dijelaskan mengenai hasil dari langkah-langkah yang
telahdilakukan oleh kelompok pada saat observasi dan penerapan aplikasi SliMS
diPerpustakaan SMPN 7 Bandung. Ketika akan menerapkan software atau
aplikasiharuslah kita menganalisis keadaan Perpustakaan SMP Negeri 7 Bandung,
apakahfasilitas mendukung penerapan IT di perpustakaan. Setelah penulis analisis
ternyataterdapat beberapa kondisi yang ada di Perpustakaan SMP Negeri 7
Bandungdiantaranya sebagai berikut.
1.
Gambaran kondisi, fasilitas dan juga perangkat keras pendukung yangada di
Perpustakaan SMP Negeri 7 Bandung
Sebelum kami melakukan implementasi software SLiMS kami
melakukanobservasi awal Perpustakaan SMP Negeri 7 Bandung. Setelah kami
analisis danmelakukan wawancara dengan Ibu Novi selaku pengelola
perpustakaan di
10 |
L a p o r a n O b s e r v a s i
P e n e r a p a n S L i M S
perpustakaan Perpustakaan SMP Negeri 7 Bandung, kami mendapati bahwa perp
ustakaan tersebut masih melakukan semua kegiatan dengan konvensional,mulai
dari proses pemijaman buku, pengembalian buku, dan kegiatan pengelolaan
lainnya.Walaupun kagiatan perpustakaan masih dilakukan secara
konvensional,tetapi Perpustakaan SMP Negeri 7 Bandung mempunyai fasilitas
yang cukupmemadai, yakni mempunyai beberapa 4 unit komputer, 1 unit
komputer di ruang pengolahan dan 3 unit komputer di ruang
baca. Tetapi sangat disayangkan, saatkami melakukan observasi hanya komputer
yang berada di ruang pengolahanlahyang dapat digunakan. Sedangkan 3 unit
komputer lainnya masih belum dapatdigunakan oleh pemustaka, menurut
penuturan Ibu Novi komputer yang beradadi ruang baca masih belum dapat
digunakan karena belum ada aliran listrikuntuk menyalakan komputer
tersebut.Setelah melihat kondisi fasilitas yang ada, kami mencoba untuk
berbicaradan memberi saran kepada Ibu Lia selaku kordinator perustakaan dan
Ibu Noviselaku staf pengelola perpustakaan untk menerapkan sistem informasi
di perpustakaan. Awalnya Ibu Lia dan Ibu Novi bingung karena Ibu Lia dan Ibu N
ovi belum mempunyai basik untuk membuat sistem otomasi perpustakaan,tetapi
kami menjelaskan bahwa dalam penerapannya akan dibantu olehkelompok.
Mendengar penjelasan hal itu Ibu Lia dan Ibu Novi pun setujudengan menerapkan
otomasi perpustakaan, khususnya menerapkan aplikasiSliMS di Perpustakaan
SMP Negeri 7 Bandung. Selain itu, kami jugamenjelaskan beberapa keuntungan
dengan menerapkan aplikasi SliMS itusendiri, diantaranya adalah dapat
mempermudah dan mempercepat
pekerjaan pustakawan. selain itu, dapat membuat data baik data buku ataupun data
pengguna menjadi lebih terorganisir dan terintegrasi pada sistem.Melihat hal
tersebut akhirnya kelompok memutuskan untuk menginstalkankomputer yang
berada di ruang pengolahan saja. Setelah kami lihat, ternyatakomputer yang
berada di ruang pengolahan masih menggunakan sistem operasi
„windows xp‟. Melihat hal itu, kami tetap men
coba untuk menginstalkan aplikasi
SliMS, tetapi pada saat kami melakukkan penginstallan aplikasi „xampp‟
(aplikasi untuk membuat
database
SLiMS) ternyata sangat lama, dan membuat
komputer „sangat berat‟. Melihat hal itu, kami menyimpulkan bahwa sistem
oper
asi „windows xp‟ kurang mendukung untuk penginstallan „xampp‟,sebenarnya
tidak hanya untuk menginstalkan „xampp‟ saja tetapi untuk
penginstallan aplikasi SliMS juga dirasa akan sulit, dan juga untuk kemudahan pe
ngelola dalam menjalankan komputer dikemudian hari. Mendapati kesulitn
dalam hal penginstallan aplikasi „xampp‟, akhirnya kelompok beserta pihak
Perpustakaan SMP Negeri 7 Bandung meminta bantuan kepada guru TIK yangada
di sekolah tersebut untuk menginstallkan
„w
indows 7
‟
di komputer tersebut
Sebagai pusat sumber belajar perpustakaan sekolah ini memiliki 3.547 eksemplar
bahan koleksi buku, yang terdiri dari macam-macam buku yang dibutuhkan
dalam proses belajar mengajar maupun buku-buku bersifat hiburan. Selain dari
koleksi berbentuk buku, perpustakaan sekolah ini juga memiliki bahan koleksi
non buku sebanyak 102 seperti globe, peta dan alat peraga lainnya.Semua
koleksi yang ada di perpustakaan SD Negeri 23 Painan Utara diharapkan dapat
dimanfaatkan oleh murid maupun guru dalam mendapatkan informasi dan ilmu
pengetahuan.Pemanfaatan perpustakaan sekolah sebagi pusat sumber belajar di
SD Negeri 23 Painan Utara ini belum berjalan optimal.Hal ini dapat di simpulkan
dari kondisi perpustakaan yang sepi pengunjung yang terlihat dalam buku
kunjungan perpustakaan. Berdasarkan hasil observasi dengan memperhatikan
data yang terdapat dalam buku kunjungan perpustakaan SD Negeri 23 Painan
Utara, dapat diketahui bahwa dari 538 orang masyarakat sekolah, yang hanya
berkunjung ke perpustakaan sekolah rata-rata paling banyak adalah 40 orang
murid setiap bulannya. Sementara saat dilakukan wawancara murid mengatakan
bahwa penyebab jarangnya kunjungan mereka ke perpustakaan adalah karena
koleksi tidak menarik (buku lama), waktu pelayanan perpustakaan yang singkat
dan Jurnal Ilmu Informasi Perpustakaan dan Kearsipan Vol. 1, No. 1,
September2012, Seri B 146 bersamaan dengan waktu istirahat, guru tidak pernah
menyarankan untuk memanfaatkan perpustakaan. Dari kalangan tenaga guru
(guru) dan staf pegawai sekolah hanya sekitar satu sampai empat orang setiap
bulannya.Saat dilakukan wawancara, guru memiliki pernyataan yang berbeda
terkait dengan rendahnya kunjungan mereka ke perpustakaan.Di antaranya
adalah keterbatasan waktu yang di miliki guru, letak ruangan perpustakaaan
yang tidak strategis karena ruangan perpustakaan terletak di belakang sekolah,
dan keadaan koleksi yang kurang menarik.Berikut frekuensi kunjungan
perpustkaan dari bulan Januari 2012 sampai bulan Mei 2012.Grafik 1.Frekuensi
kunjungan perpustakaan dari kalangan murid Dari grafik diatas dapat diketahui
bahwa jumlah kunjungan peserta didik ke perpustakaan masih rendah. Pada
bulan Mei peserta didik yang berkunjung ke perpustakaan kurang dari tiga puluh
orang, bulan April sebanyak empat puluh orang, bulan Maret juga kurang dari
tiga puluh orang, bulan Februari sekitar 31 orang dan pada bulan Januari juga
sekitar 31 orang. Grafik 2.Frekuensi kunjungan guru Berdasarkan grafik 2 diatas,
dapat diketahui bahwa kunjungan pendidik dan staf pegawai setiap bulannya
rata-rata paling banyak empat orang saja.Pada bulan Mei pengunjung dari
kalangan pendidik berjumlah empat orang, April dua orang, Maret empat orang,
Februari tiga orang, dan Januari sebnyak empat orang.Sementara untuk layanan
peminjam dapat dikategorikan atas tiga jenis, yaitu pelayanan peminjaman
tahunan, layanan peminjaman biasa dan layanan peminjaman khusus.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi, diketahui dalam lima bulan terakhir
(Januari, Februari, Maret, April, Mei) tidak ada murid yang memanfaatkan
layanan peminjaman buku secara biasa, untuk peminjaman khusus rata-rata
berkisar sebanyak satu sampai tiga kelas perbulan. Untuk pengguna yang 0 50
Jan … Feb … Maret April Mei Jumlah kunjungan peserta didik setiap bulan jumlah
kunjungan peserta didik setiap bulan 0 5 Jan … Fe … Maret April Mei Kunjungan
pendidik dan staf pegawai Kunjungan Pendidik Pemanfaatan Perpustakaan
Sekolah sebagai Pusat Belajar – Rio Novriliam, Yunaldi 147 meminjam bahan
koleksi perpustakaan secara pinjaman tahunan, pada tahun 2012 tercatat
seluruh guru dan staf pegawai sebanyak 28 orang, semua guru tanpa kecuali
diberikan pinjaman buku pegangan sesuai dengan mata pelajaran yang diajar.
Untuk pelayanan tidak langsung seperti pembinaan minat baca, promosi
perpustakaan belum dilakukan.Menurut hasil observasi dan wawancara, dari 26
tenaga guru yang ada hanya tiga orang saja yang sering menganjurkan dan
mengajak muridnya untuk berkunjung keperpustakaan.Minimnya kunjungan
masyarakat sekolah ke perpustakaan untuk memanfaatkan perpustakaan
sekolah sebagai pusat sumber informasi, perlu untuk diperhatikan demi
kemajuan SD Negeri 23 Painan Utara. Berdasarkan hasil observasi dan
wawancara, dapat diketahui beberapa alasan kurangnya murid SD Negeri 23
Painan utara dalam pemanfaatan perpustakaan sekolah sebagai pusat sumber
belajar karena kurang baiknya penyelenggaraan perpustakaan, diantaranya
disebabkan oleh beberapa hal. Pertama, Waktu pelayanan perpustakan yang
terlalu singkat, yaitu hanya dibuka pada waktu istirahat (09.00 – 09.30 WIB)
karena kurangnya tenaga pengolah perpustakaan. Sampai saat ini pengolah
perpustakaan hanya seorang guru yang memilki jadwal mengajar yang padat,
sehingga hanya mampu melayani pengguna perpustakaan ketika proses belajar
mengajar di dalam kelas terhenti. Kedua, Koleksi yang ada tidak menarik, koleksi
sudah lama.Ketiga, Rendahnya kesadaran murid dan motivasi guru kepada murid
dalam memanfaatkan perpustakaan sebagai pusat sumber belajar terlihat dari
jarang adanya guru yang memberi saran memanfaatkan perpustakaan,
pembinaan minat baca ataupun kerjasama dengan para guru yang masih rendah.