Anda di halaman 1dari 2

Scrofuloderma: 

a diagnostic challenge
Abstrak : TBC kulit adalah bentuk langka dari TBC extrapulmonary, yang terdiri dari 1-2% kasus.
Disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis atau turunan terkait, ia juga menyebabkan beberapa gejala
klinis dan juga gejala dermatosis kronis lainnya serta menyebabkan tertundanya diagnosis. Dilaporkan,
ada sebuah kasus scrofuloderma, yang diagnosis dan pengobatannyadibuat enam tahun setelah
timbulnya penyakit.
Keywords: Delayed diagnosis; Diagnosis, differential; Mycobacterium   tuberculosis; Tuberculosis, cutaneous
; Tuberculosilymph node 

Di Brazil, rata-rata ada 10.800 kasus TB extrapulmonary pertahun yang dilaporkan dari tahun
2012 hingga tahun 2015. Rata-rata terjadi 227 kasus TB kutis yang dilaporkan setiap tahunnya. Cutaneous
tuberculosis dapat disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis, M.Bovis, or the Calmette-Guerin
bacillus (BCG). Scrofuloderma dan Lupus Vulgaris adalah bentuk yang paling umum, tetapi kejadian os-
cillates menurut lokasi geografis dan kelompok umur. Presentasi klinis yang bervariasi sesuai dengan
bakteri yang ada (multibacillary atau paucibacillary), reaktivitas PPD, sensitisasi inang sebelumnya dan
status imun, jalur akuisisi eksogen atau endogen dan respo jaringan terhadap infeksi. 5 bentuk klinis yang
diuraikan adalah tuberculosis verrucosa cutis, chancre tuberkulosis, lupus vulgaris, scrofuloderma, TB
buatan, abses TB metastatik, dan TBC milier. Skrofuloderma merupakan infeksi kulit yang berkaitan
dengan tuberkulosis, yang berhubungan dengan ganglion perifer tuberculosis (bentuk ekstrapulmoner
yang paling umum terjadi pada pasien TBC dengan HIV-positif dan juga pada anak-anak), TBC tulang,
sendi atau testis. Gambaran klinis ditandai dengan adanya nodul subkutan, tidak nyeri, dan tumbuh
lambat yang kemudian akan menjadi ulkus dan saluran fistula dengan drainase serosa, purulent atau
caseosa. Perubahannya itu berbahaya dan dapat disertai keluarnya cairan yang bernanah, ulkus kronis,
terjadi atrofi ataupun dapat sembuh spontan. Cervical lymph node merupakan yang paling banyak
terganggu. Tetapi terkadang ada keterkaitan dengan aksila, inguinalis serta pra dan pasca aurikular,
submandibular, epitroklear dan kelenjar getah bening oksipital. Diagnosis banding meliputi abses bakteri,
hidradenitis supurativa, mikobakteriosis atipikal, sporotrichosis, sifilis gusi dan aktinomikosis. Meskipun
secara tradisional diklasifikasikan sebagai bentuk dari multibacillary, sedangkan paucibacillary
merupakan lesi yang paling lama dan skin test tuberkulin biasanya sangat reaktif. Temuan histopatologis
seperti terdapat granulomatosa infiltrat yang terkait dengan nekrosis caseosa dan terdapat basil tahan
asam.
Kami melaporkan sebuah kasus seorang pria berusia 25 tahun mengeluh adanya nodul erimatosa
yang tidak nyeri di daerah supraklavikula kanan dengan onset enam tahun yang sebelumnya hanya
ulserasi sekitar 30 hari dan kemudian berubah menjadi fistula yang persisten. Nodul lain yang serupa juga
muncul di daerah infraklavikula kanan setelah tiga bulan. Didiagnosis pioderma gangrenosum, tetapi
pengobatan menggunakan prednison dan dapson tidak berhasil. Setelah empat bulan, nodul dan fistula
lainnya muncul di aksila, supraklavikula kiri, dan parasternal kanan, dengan sekresi purulen yang
persisten (Gambar 1 dan 2A). Kasus ini seperti hidradenitis supurativa dengan antiseptik dan tetrasiklin
oral. Tetapi tanpa perbaikan. Pasien dirawat karena terdapat massa tumor eritematosa yang fluktuatif
tanpa panas lokal, berukuran sekitar 4 x 3 cm di daerah seviks kiri (Gambar 2 B). Pasien tidak mengalami
batuk kronis, penurunan berat badan, demam atau keluhan lainnya. Pemeriksaan tambahan menunjukkan
tidak ada kelainan pada rontgen dada depan dan lateral, test kulit PPD berukuran 25 x 24 mm (Gambar 3),
dan apus sekresi positif untuk basil tahan asam yang diperoleh dari massa di serviks. Bakterioskopi dan
kultur bakteri jamur anaerob negatif. Regimen pengobatan terdiri dari rifampisin, isoniazid, pirazinamid,
dan etambutol selama dua bulan, diikuti rifampisin dan isoniazid selama empat bulan, dengan clinical
remision (Gambar 4)
Bekas luka atrofik di daerah supraklavikula
bilateral dan di aksila kanan. Fistula purulen
di daerah parasternal kanandan aksila
kanan

A. fistula purulent di aksila kiri. B.


Tumor eritematosa dengan
pengukuran massa kira-kira
4 cm x 3 cm
daerah serviks kiri

Hasil tes kulit


tuberkulin, 25mm x
24mm

A - Tidak adanya

sekresi bernanah dan

fistula sembuh di sebelah kiri

aksila setelah perawatan

B. Keterlibatan

massa tumor setelah enam

bulan perawatan

Anda mungkin juga menyukai