Anda di halaman 1dari 2

ABSTRAK

Corynebacteria adalah bakteri yang biasanya disebut sebagai kontaminan karena berada di kulit
manusia normal dan membran mukosa. Namun, sekarang dikenal sebagai patogen oportunistik.
Corynebacteria dapat menjadi patogen pada pasien immunocompromise dan yang mempunyai
riwayat keganasan. Peneliti meyajikan kasus bakteremia yang jarang terjadi disebabkan resisten
multidrug corynebacterium striatum pada pria berusia 52 tahun dengan sirosis. Pasien juga
mengalami selulitis di ekstremitas bawah yang diduga menjadi port de entrydari bakteri ini.

PENDAHULUAN

Corynebacterium merupakan bakteri aerob,dan gram positif. Corynebacterium juga biasa ditemukan
pada kulit normal dan membran mukosa sehingga disebut kontaminan. Ada banyak laporan tentang
munculnya corynebacterium sebagai patogen oportunistik pada pasien yang immunocompromised,
memiliki keganasan atau yamg sedang sakit kritis. Ada beberapa laporan kasus infeksi nosokomial
yang disebabkan corynebacterium striatum terkait infeksi pada luka, serta infeksi ini baru diketahui
sebagai patogen nosokomial yang resisten terhadap beberapa obat. Baru diketahui sekarang ini
bahwa corynebacterium striatum muncul sebagai bakteri pathogen pada pasien yang
imunocompromised atau imunokompeten. Peneliti menyajikan kasus pasien imunokompeten
dengan bloodstream infection disebabkan corynebacterium striatum yang berhubungan dengan
selulitis

CASE REPORT

Seorang pria berusia 52 tahun datang ke IGD karena perubahan status mental dan letargi.
Pasien mempunyai riwayat penyalahgunaan heroin intravena (IV) sebelumnya dan pernah
mengonsumisi methadone, memiliki riwayat hepatitis kronis dengan sirosis hati bersamaan dan
pansitopenia , hipotiroidisme, perifer vaskular disease dengan vena stasis kronik pada ekstremitas
bawah dan hipertensi essensial. Pada pemeriksaan fisik, tanda vital menunjukkan suhu tubuhnya
39,6 oC, denyut nadi 106 x/menit dan frekuensi pernapasan 22 x/menit . pasien lesu dan minim
respon terhadap ransangan verbal, dan responsif terhadap ransangan yang menyakitkan. Terdapat
murmur sistolik di apeks jantung. Terdapat Vena stasis kronik di kedua ekstremitas bawah dengan
eritema bilateral yang hangat saat disentuh. Pada tibia anterior sinistra terdapat 3 ulkus jaringan
bergranulasi tanpa eksudat.

Hasil laboratorium menujukkan Hb 9.2 g/dL, jumlah trombosit 26.000 /mL, jumlah leukosit
5.700 /mL. Tes fungsi hati dbn. Ammonia level 105 mmol/L dan asam laktat 2,7 mmol/L. Toksikologi
urin positif untuk metadon dan kadar alkohol dalam darah negatif. Hasil X-ray dbn. CT scan otak dbn,
CT scan tanpa kontras pada abdomen dan pelvis konsisten dengan sirosis hati dan hipertensi portal.
Pasien dirawat karena sepsis sekunder dan selulitis ekstremitas bawah dan diduga juga megalami
ensefalopati hepatik. Penatalaksanannya adalah dengan ceftriaxone 1 g 1xsehari, laktulosa 20 g
setiap 6 jamdan rifaximin 550 mg setiap 12 jam di IGD. Setelah itu diberi vankomisin 1500 mg setiap
8 jam dan klindamisin IV 60 mg setiap 8 jam. Pada hari kedua perawatan, karena kekhawatiran
terjadi bakteremia dengan listeriosis, dosis antibiotik diubah menjadi vankomisin 1500 mg setiap 8
jam bersamaan dengan ampisilin 2000 mg setiap 4 jam dan klindamisin dihentikan. Setelah
diidentifikasi organisme tersebut sebagai corynebacterium striatum. Kultur darah berulang
menghasilkan patogen yang sama pada 28 jam dalam 2 botol. Kultur darah di kirim ke laboratorium
untuk memisahkan spesiasi dan pengujian kerentanan untuk kultur darah. Tingkat amonia pasien
menjadi normal, namun pasien masih tampak lesu. Kemudian dilakukan EKG transthoracic, lalu EKG
transesofageal dan menunjukkan vegetasi katup yang normal. Pengobatan dialihkan ke daptomisin
500 mg setiap hari pada hari ke lima dan pasien tidak membaik. Dalam dua hari sejak perubahan ini,
status klinis pasien meningkat secara signifikan. Pasien menyelesaika total 18 hari perawatan terapi
antimikrobial.

DISKUSI

Corynebacterium striatum adalah corynebacterium nondiphtherial, gram positif, katalase positif,


mempunyai spora nonmotil dan berbentuk batang. Dan biasanya berkoloni di kulit dan mukosa
manusia. Dalam beberapa kasus yang terjadi, mikroorganisme ini telah ditemukan sebagai bakteri
patogen. Laporan kasus menunjukkan corynebacterium striatum dikaitkan dengan peningkatan
patogenisitas. Pasien ini mengalami bacteremia ad causa C. Striatum dan menyebabkan bakteremia
persisten sehingga menunjukkan bahwa organisme ini bersifat patogen. Corynebacterium juga
dikenal sebagai the true pathogen ketika diisolasi beberapa sampel dari perangkat medis yang steril.
Hal itu bisa dikaitkan dengan adanya bakteremia, endokarditis dengan kerusakan katup, meningitis,
infeksi saluran kemih, infeksi saluran pernapasan dan adanya luka di kulit. Sementara data
menunjukkan bahwa terdapat tingkat resistensi yang tinggi terhadap banyak agen antimikroba,
vankomisin, linezolid dan daptomisin

Anda mungkin juga menyukai