• Brust, J. Current Diagnosis and Treatment Neurology 2nd ed. McGrawHill Co, Inc; 2012
• Perdossi. Buku Ajar Neurologi Klinis. Jakarta: Gajah Mada University Press; 2015
EDH SDH SAH
Pecahnya arteri meningea meda dan Ekstravasasi darah ke
Robeknya bridging vein
sinus venosus ruang subarachnoid
Akut :
• Lucid interval (+) • gejala timbul dalam 72 jam seteleh trauma
• Kesadaran semakin menurun • penurunan kesadaran sesaat setelah trauma,
• Late hemiparese kontralateral lesi sebagian terjadi koma pada saat tiba di rumah sakit,
• Pupil anisokor dan sebagian akan mengalami hilang kesadaran
• Babinsky (+) kontralateral lesi untuk kedua kalinya setelah lucid interval. • Hilangnya
• Fraktur daerah temporal • false localizing sign yaitu terjadinya dilatasi pupil kesadaran,
ipsilateral dan hemiparesis kontralateral • nyeri kepala berat,
• perubahan status
Jika terjadi EDH fossa posterior Kronik : mental yang cepat.
• Lucid interval tidak jelas gejala dalam 21 hari setelah terjadinya trauma. Hal ini • kaku kuduk
• Fraktur kranii oksipital lebih sering terjadi pada pasien usia diatas 50 tahun.
• Kehilangan kesadaran cepat Sekitar 25-50% tidak ada riwayat terjadinya trauma
• Gangguan serebellum, batang otak, kepala. Hampir 50% pasien memiliki riwayat konsumsi
dan pernafasan alcohol atau epilepsy dan terjadinya trauma sering
• Pupil isokor terlupakan
Gambaran hiperdens
akibat perdarahan yang
Gambaran hiperdens bentuk bikonveks Gambaran hiperdens bentuk seperti bulan sabit terjadi pada ruang
subarakhnoid
Perdossi. Konsensus nasional penanganan trauma kapitis dan trauma spinal. 2006
Atmadja, A. S. 2016. Indikasi Pembedahan pada Trauma Kapitis. CDK-236 vol 43 no 1.
DERAJAT KESADARAN GCS
tidak ada penurunan Pingsan <30 menit Pingsan >30 menit – 24 jam Pingsan >24 jam
kesadaran
Amnesia pasca trauma (-) Amnesia pasca trauma <1 jam Amnesia pasca trauma 1 – 24 Amnesia pasca trauma > 7
jam hari
Deficit neurologis (-) Tidak ada lesi operatif GCS 12 tapi ada lesi operatif Deficit neurologis (+)
intracranial (deficit neurologis +)
Tidak ada komosio cerebri Adanya komosio cerebri Penurunan kesadran progresif
Sakit kepala atau nyeri Adanya trauma kepala tembus atau saat
Coagulopati
kepala palpasi teraba fraktur depresi pada cranii
Kejang
Adanya fraktur terbuka pada kepala
Mekanisme trauma yang berat
Tidak ada riwayat trauma
Usia < 2 tahun atau > 65 tahun
Brust, J. Current Diagnosis and Treatment Neurology 2nd ed. McGrawHill Co, Inc; 2012
GAMBARAN CT-SCAN
Perdossi. Konsensus nasional penanganan trauma kapitis dan trauma spinal. 2006
MANAGEMENT INTENSIVE
CARE Peningkatan TIK
Normalnya TIK adalah < 15 mmHg atau 20 cmH2O. Tujuan manajemen TIK
setelah trauma kepala adalah untuk mempertahankan TK < 20 mmHg dan
tekanan perfusi serebral (CPP) > 60 mmHg.
Protocol untuk peningkatan TIK:
- CT-Scan ulang dan operasi pengangkatan massa intracranial atau kerusakan
ventrikel
- Sedasi IV
- Infus pressor jika CPP <70 mmHg atau penuruna tekanan darah jika CPP >110
mmHg
Brust, J. Current Diagnosis and Treatment Neurology 2nd ed. McGrawHill Co, Inc; 2012
MANAGEMENT INTENSIVE
CARE Peningkatan TIK
Normalnya TIK adalah < 15 mmHg atau 20 cmH2O. Tujuan manajemen TIK setelah trauma kepala adalah
untuk mempertahankan TK < 20 mmHg dan tekanan perfusi serebral (CPP) > 60 mmHg.
Protocol untuk peningkatan TIK:
- CT-Scan ulang dan operasi pengangkatan massa intracranial atau kerusakan ventrikel
- Sedasi IV
- Infus pressor jika CPP <70 mmHg atau penuruna tekanan darah jika CPP >110 mmHg
- Manitol 0,25 – 1 gram/kgBB IV selama 2 – 6 jam jika dibutuhkan, atau 7,5 – 23,4% larutan hipertonik 0,5 –
2 ml/kgBB selama 20 menit
- Hiperventilasi dengan kadar PCO2 30 – 35 mmHg
- Terapi pentobarbital dosis tinggi (5 – 20 mmg/kgBB, maintain dengan 1 – 4mg/kgBB/jam)
- Hipotermi sistemik pada 33oC
Brust, J. Current Diagnosis and Treatment Neurology 2nd ed. McGrawHill Co, Inc; 2012
MANAGEMENT INTENSIVE
- CARE
JALAN NAPAS pasien tidak sadar harus di intubasi ETT dan ventilasi mekanik,
pertahankan pCO2 35 – 40 mmHg dan pO2 90 – 100 mmHg
Brust, J. Current Diagnosis and Treatment Neurology 2nd ed. McGrawHill Co, Inc; 2012
MANAGEMENT INTENSIVE CARE
- Nutrisi 50 – 100% lebih dari normal
- Suhu harus normal, jika naik sedikit dapat mengakibatkan eksaserbasi trauma dan iskemik otak
- Normoglikemia pasien dengan hiperglikemi dapat diberikan insulin kontinu
- DVT Pasien dengan trauma kepala yang tidak dapat bergerak dan terpasagn kateter IV memiliki risiko
tinggi untuk DVT ekstremitas atas dan bawah dan tromboemolisme paru. Diberikan heparin SC 5000 IU
setiap 8 jam atau LMWH, diberikan 48 jam setelah trauma atau operasi walaupun adanya perdarahan
intracranial.
- Profilaksis ulkus gaster Profilaksis dengan pantoprazole 40 mg IV atau PO perhari; famotidine 20 mg
IV atau PO setiap 12 jam; sukralfat 1 gram PO setiap 6 jam.
- Profilaksis Vasospasme setelah Subarakchnoid Hematom nimodipine 60 mg PO setiap 6 jam.
- Profilaksis Kejang phenytoin atau fosphenitoin 15 – 20 mg/kgBB loading dose, lalu 300 mg/hari
Brust, J. Current Diagnosis and Treatment Neurology 2nd ed. McGrawHill Co, Inc; 2012
Terimakasih