Askep Fraktur Berdasarkan Kategori Sub Kategori Sdki Slki Siki
Askep Fraktur Berdasarkan Kategori Sub Kategori Sdki Slki Siki
OLEH :
A. Definisi
Fraktur femur adalah rusaknya kontinuitas tulang pangkal paha yang dapat disebabkan oleh
trauma langsung, kelelahan otot, kondisi-kondisi tertentu seperti degenerasi tulang/ osteoporosis.
B. Etiologi
Tulang bersifat relatif rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas untuk
menahan tekanan. Fraktur dapat terjadi karena :
1) Trauma
Sebagian fraktur terjadi karena kekuatan yang tiba-tiba dan berlebih yang dapat berupa
pemukulan, penghancuran, penekanan, pemuntiran/penarikan. Bila terjadi kekuatan langsung
tulang bisa patah pada tempat yang terkena, jaringan lemak juga pasti rusak.
2) Pemukulan
Menyebabkan fraktur melintang dan kerusakan pada kulit.
3) Penghancuran.
Menyebabkan fraktur komunitif disertai kerusakan jaringan lemak yang luas. Bila terkena
kekuatan tak langsung dapat mengalami fraktur pada tempat yang jauh dari tempat yang
terkena kerusakan jaringan lemak ditempat fraktur mungkin tidak ada.
4) Kelelahan/tekanan berulang-ulang.
Retak dapat terjadi pada tulang, misal: pada logam/benda lain akibat tekanan berulang-ulang.
Keadaan ini dapat terjadi pada tibia/fibula, radius/ ulna. Biasanya pada olahragawan/atlit
(bola volley, senam, bola basket).
5) Kelemahan abnormal pada tulang (fraktur patologis).
Fraktur dapat terjadi oleh tekanan yang normal, kalau tulang itu lemah (tumor) atau sangat
rapuh (osteoporosis) penderita kanker/infeksi
6) Fraktur stress/fatique fracture akibat peningkatan drastis tingkat latihan.
C. Tanda dan Gejala
Manifestasi klinis fraktur adalah nyeri, hilangnya fungsi, deformitas, pemendekan
ekstrimitas, krepitus, pembengkakan local, dan perubahan warna.
1. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang di imobilisasi, spasme
otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai alamiah yang di rancang untuk
meminimalkan gerakan antar fragmen tulang.
2. Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian tak dapat digunakan dan cenderung bergerak tidak
alamiah bukan seperti normalnya, pergeseran fraktur menyebabkan deformitas, ekstrimitas
yang bias di ketahui dengan membandingkan dengan ekstrimitas yang normal. Ekstrimitas
tidak dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot bergantung pada integritas
tulang tempat melekatnya otot.
3. Pada fraktur panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi otot yang
melekat diatas dan dibawah tempat fraktur.
4. Saat ekstrimitas di periksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang yang dinamakan
krepitus yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu dengan yang lainya.
5. Pembengkakan dan perubahan warna local pada kulit terjadi sebagai akibat dari trauma dan
perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini biasanya baru terjadi setelah beberapa jam atau
hari setelah cedera. Tidak semua tanda dan gejala tersebut terdapat pada setiap fraktur.
Kebanyakan justru tidak ada pada fraktur linear atau fisur atau fraktur impaksi (permukaan
patahan saling terdesak satu sama lain). Bergantung pada gejala, tanda fisik, dan pemeriksaan
sinar-x pasien.Biasanya pasien mengeluhkan mengalami cedera pada daerah tersebut.
D. Klasifikasi Fraktur
Klasifikasi Fraktur dapat dibagi menjadi beberapa bagian, diantaranya :
1. Klasifikasi Etiologis
a. Fraktur traumatic.
b. Fraktur Patologis, yaitu fraktur yang terjadi pada daerah-daerah tulang yang telah menjadi
lemah oleh karena tumor atau proses patologik lainnya (infeksi dan kelainan bawaan) dan
dapat terjadi secara spontan atau akibat trauma ringan.
c. Fraktur Beban (Kelelahan), yaitu fraktur yang terjadi pada orang-orang yang baru saja
menambah tingkat aktivitas merka atau karena adanya stress yang kecil dan berulang-ulang
pada daerah tulang yang menopang berat badan.
2. Klasifikasi Klinis
a. Fraktur Tertutup (simple Fraktur), adalah fraktur dengan kulit yang tidak tembus oleh
fragmen tulang, sehingga tempat fraktur tidak tercemar oleh lingkungan.
b. Fraktur Terbuka (compound Fraktur), adalah fraktur dengan kulit ekstremitas yang terlibat
telah ditembus, dan terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar. Karena
adanya perlukaan kulit.
Fraktur terbuka dibagi atas 3 derajat, yaitu :
Derajat I
1) Luka kurang dari 1 cm.
2) Kerusakan jaringan lunak sedikit tidak ada tanda luka remuk.
3) Fraktur sederhana, transversal, obliqatau kumulatif ringan.
4) Konstaminasi ringan.
Derajat II
1) Laserasi lebih dari 1 cm.
2) Kerusakan jaringan lunak, tidak luas, avulse.
3) Fraktur komuniti sedang.
Derajat III
Terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas meliputi struktur kulit, otot dan neurovascular
serta kontaminasi derajat tinggi.
3. Klasifikasi Radiologis
a. Lokalisasi : diafisal, metafisial, intra-artikuler, fraktur dengan dislokasi.
b. Konfigurasi :F. Transversal, F.Oblik, F. Spinal, F. Segmental, F. Komunitif (lebih dari dua
fragmen), F. Avulse, F. Depresi, F. Epifisis.
c. Menurut Ekstensi : F. Total, F. Tidak Total, F. Buckle atau torus, F. Garis rambut, F.
greenstick.
d. Menurut hubungan antara fragmendengan fragmen lainnya : tidak bergeser, bergeser
(bersampingan, angulasi, rotasi, distraksi, over riding, impaksi)
E. Pemeriksaan Penunjang
1. X-ray : untuk menentukan luas/lokasi fraktur.
2. Scan tulang untuk memperlihatkan fraktur lebih jelas, mengidentifikasi kerusakan jaringan
lunak.
3. Arteriogram, dilakukan untuk memastikan ada tidaknya kerusakan vaskuler.
4. Hitung darah lengkap, homokonsentrasi mungkin meningkat, menurun pada perdarahan:
peningkatan leukosit sebagai respon terhadap peradangan.
5. Kretinin : trauma otot meningkatkan beban kretinin untuk klirens ginjal.
6. Profil koagulasi : perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, tranfusi atau cedera hati.
F. Penatalaksanaan umum
1. Rekognisi (Pengenalan).
Riwayat kecelakaan, derajat keparahan, harus jelas untuk menentukan 5usculos dan tindakan
selanjutnya. Contoh, pada tempat fraktur tungkai akan terasa nyeri sekali dan bengkak.
Kelainan bentuk yang nyata dapat menentukan diskontinuitas integritas rangka.
3. Retensi (Immobilisasi).
Upaya yang dilakukan untuk menahan fragmen tulang sehingga kembali seperti semula
secara optimal. Setelah fraktur direduksi, fragmen tulang harus diimobilisasi, atau di
pertahankan dalam posisi kesejajaran yang benar sampai terjadi penyatuan.Imobilisasi dapat
dilakukan dengan fiksasi eksterna atau interna. Metode fiksasi eksterna meliputi pembalutan,
gips, bidai, traksi kontinu, pin, dan 5uscul gips, atau fiksator eksterna. Implan logam dapat di
gunakan untuk fiksasi intrerna yang brperan sebagai bidai interna untuk mengimobilisasi
fraktur.Fiksasi eksterna adalah alat yang diletakkan diluar kulit untuk menstabilisasikan
fragmen tulang dengan memasukkan dua atau tiga pin metal perkutaneus menembus tulang
pada bagian proksimal dan distal dari tempat fraktur dan pin tersebut dihubungkan satu sama
lain dengan menggunakan eksternal bars. Teknik ini terutama atau kebanyakan digunakan
untuk fraktur pada tulang tibia, tetapi juga dapat dilakukan pada tulang femur, humerus dan
pelvis. Prinsip dasar dari 5uscul ini adalah dengan menggunakan pin yang diletakkan pada
bagian proksimal dan distal terhadap daerah atau zona trauma, kemudian pin-pin tersebut
dihubungkan satu sama lain dengan rangka luar atau eksternal frame atau rigid bars yang
berfungsi untuk menstabilisasikan fraktur. Alat ini dapat digunakan sebagai temporary
treatment untuk trauma 6usculoskeletal atau sebagai definitive treatment berdasarkan lokasi
dan tipe trauma yang terjadi pada tulang dan jaringan lunak.
4. Rehabilitasi.
Mengembalikan aktifitas fungsional semaksimal mungkin untuk menghindari atropi atau
kontraktur.Bila keadaan memungkinkan, harus segera dimulai melakukan latihan-latihan
untuk mempertahankan kekuatan anggota tubuh dan mobilisasi.
G. Pathway
Studi Kasus ;
Sdr. E berusia 17 tahun dibawa ke RSUA tanggal 1 Maret 2015 pada jam 14.23 WIB
oleh keluarganya. Pasien mengatakan pada tanggal 17 Juli 2014 yang lalu pasien pernah jatuh
dari sepeda motor, kemudian pasien dibawa ke tukang pijat oleh keluarganya. Setelah dibawa
ke tukang pijat kaki pasien tidak kunjung sembuh tetapi tambah parah, kaki membengkak.
Kemudian dilakukan operasi pada tanggal 2 Maret 2015. Pada tanggal 6 Maret 2015 pasien
mengatakan nyeri, skala nyeri 7 sehingga pola tidur pasien terganggu dari 7 – 8 jam sehari
menjadi 5 – 6 jam sehari, ekspresi wajah tampak meringis kesakitan, bingung saat di tanya
perawatan luka post operasi. Dari hasil pemeriksaan tanda – tanda vital didapatkan TD :
110/70 mmHg, N : 88 x/menit, S : 36,5oC, RR = 20 x / menit. Luka operasi sepanjang 20 cm,
jumlah jahitan 20, luka tampak basah tidak PUS, leukosit 8000H/mm 3, tampak ada sianosis,
pasien mengatakan dalam beraktivitas tidak bisa mandiri dan membutuhkan bantuan orang
lain dan alat. Dalam berjalan pasien masih menggunakan tongkat, personal hygiene kurang,
aktivitas pasien dibantu keluarga.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA SDR E
DENGAN DIAGNOSA MEDIS MAL UNION FRAKTUR FEMUR SINISTRA OP KE 8
DI RUMAH SAKIT UMUM AIRLANGGA
TANGGAL 6 MARET 2015
B. RIWAYAT KEPERAWATAN
1. Riwayat penyakit sekarang :
Ekstremitas bawah mengalami patah tulang, kemudian pasien dibawa ke tukang pijat oleh
keluarganya. Setelah dibawa ke tukang pijat kaki pasien tidak kunjung sembuh tetapi
tambah parah, kaki membengkak. Kemudian dilakukan operasi pada tanggal 2 Maret 2015.
Pada tanggal 6 Maret 2015 pasien mengatakan nyeri, skala nyeri 7 sehingga pola tidur
pasien terganggu dari 7 – 8 jam sehari menjadi 5 – 6 jam sehari, ekspresi wajah tampak
meringis kesakitan, bingung saat di tanya perawatan luka post operasi dan pasien
mengalami sianosis. Dari hasil pemeriksaan tanda – tanda vital didapatkan TD : 110/70
mmHg, N : 88 x/menit, S : 36,5oC, RR = 20 x / menit. Luka operasi sepanjang 20 cm,
jumlah jahitan 20, luka tampak basah tidak PUS, leukosit 8000H/mm 3, pasien mengatakan
dalam beraktivitas tidak bisa mandiri dan membutuhkan bantuan orang lain dan alat. Dalam
berjalan pasien masih menggunakan tongkat, personal hygiene kurang, aktivitas pasien
dibantu keluarga.
2. Riwayat penyakit sebelumnya:
Pasien sebelumnya tidak pernah mempunyai riwayat penyakit patah tulang seperti ini dan
pasien juga belum pernah dirawat di Rumah Sakit, tidak mempunyai riwayat penyakit
menular dan keturunan seperti DM, Hipertensi, TBC, Hepatitis, dll
4. Genogram :
Tidak ada
- Warna sputum
Kuning Coklat Kental B erdarah
Kehijauan
- Bentuk leher Ada pembengkakan Tidak ada pembengkakan
- Warna integritas
Normal Abnormal
- Pembesaran kelenjar tiroid
Ya Tidak
- Bentuk dada
Normal Pigeont Chest
Barrel Chest Funnel Chest
- Pengembangan paru
Simetris Asimetris
- Pernafasan
Dyspnea Gasping Orthopnea
DO :
Nadi Meningkat (>150x / menit)
Menurun (<50x/menit)
Nadi : 88x / menit
Suara jantung S1 S2 S3 S4
Akral
Hangat kering merah (HKM)
Pucat Basah
Turgor kulit
Menurun Normal
Jumlah ……….
MASALAH KEPERAWATAN :
DO :
Pola makan Frekuensi : 3 x/hari
Porsi : 1/2 piring Jenis makanan : Nasi, ikan, sayur, buah
Flatus Ya Tidak
Masalah Keperawatan
SUB KATEGORI ELIMINASI
DS :
DO :
Hesitansi Urgensi Disuria
Gangguan berkemih
Inkontinensia Urin
Hematuria Nokturia
Jari-jari meregang
Tangan mengenggam
Sulit menggerakkan tangan dan kaki
Tidak ada kelainan
Ya Tidak
- Nyeri saat bergerak
Ya Tidak
- Kekakuan sendi
Ya Tidak
- Tremor
Ya Tidak
- Fisik lemah
Ya Tidak
- Kontraktur
- Parase Ya Tidak
- Paralise Ya Tidak
- Hemiparase Ya Tidak
- Frekuensi jantung meningkat Ya Tidak
- Gangguan tidur Insomnia Narkolepsi
Hipersomnia Parasomnia
Sleep apnea Sleep paralisis
MASALAH KEPERAWATAN :
DO :
Isokor Unisokor
Pupil
Ya Tidak
Sindrom horner
Koma
GCS Nilai : .......................
Gelisah Ya Tidak
Tersedak Ya Tidak
Batuk saat makan dan minum - Ya Tidak
Hematemesis (Muntah darah)
Jumlah : .........................
Odinofagia Ya Tidak
Ya Tidak
Bruksisme (Gertakan gigi)
MASALAH KEPERAWATAN
SUB KATEGORI REPRODUKSI DAN SEKSUALITAS
DS :
Pasien mengatakan Aktivitas seksual berubah
Pasien mengatakan hubungan seksual tidak memuaskan
Pasien mengatakan adanya perubahan peran seksual
Pasien mengatakan nafsu seksual berubah
Pasien mengatakan adanya perubahan ketertarikan pada pasangan
Pasien mengatakan bahwa dirinya akan melakukan persalinan di rumah sakit / bidan
Pasien mengatakan selalu menjaga pola hidup ketika hamil
Pasien mengatakan perilaku seksual berubah
Lain – lain, ………….
Pasien mengatakan ada perasaan takut akan terjadi cedera ulang pada dirinya
Terbakar
Ekstremitas Atas,................................................
Terus menerus
Area rectum
Berlebihan Sedikit
Produksi saliva
MASALAH KEPERAWATAN
DO :
Perasaan kecemasan
Cemas Mudah tersinggung
Menyendiri Ketegangan
Bicara pelan
Ketegangan Lesu Mudah menangis
Bangun dengan lesu
Kurangnya minat Tampak sedih
Perasaan Depresi
Perilaku menyerang Bicara sendiri
Gejala Otonom
Mulut kering Muka merah
Jari gemetar Nafas cepat
MASALAH KEPERAWATAN
DDDST : …………..
- Nafsu makan menurun
anoreksia Hiperphagia
- Mudah marah
YA TIDAK
- Lesu YA TIDAK
Toileting
YA TIDAK
- Prematuritas
Porsi Makan Mabis
- Ketidakadekuatan nutrisi Nafsu Makan Meningkat
Nafsu Makan Menurun
YA TIDAK
- Keterlambatan perawatan prenatal
akromegali
YA TIDAK
- Penyakit kronis
- Infeksi
YA TIDAK
- Efek samping terapi
YA TIDAK
- Ekonomi lemah
YA TIDAK
- Pross infeksi maternal
YA TIDAK
- Kelainan genetic/congenital
YA TIDAK
MASALAH KEPERAWATAN :
KATEGORI PERILAKU
SUB KATEGORI KEBERSIHAN DIRI
DS :
Pasien menolak di lakukan perawatan diri
Pasien menanyakan masalah yang di hadapi
Pasien mengekspresikan keinginan untuk mengelola masalah kesehatan dan pencegahannya
Pasien mengekspresikan tidak adanya hambatan yang berarti dalam mengintegrasikan program
yang di tetapkan untuk mengatasi masalah kesehatan
Pasien mampu menggambarkan berkurangnya fakto resiko terjadinya masalah kesehatan
Pasien menunjukan perilaku upaya peningkatan kesehatan
Pasien menolak menjalani perawatan dan pengobatan
Pasien menolak mengikuti anjuran
Pasien mengungkapkan tidak memahami masalah kesehatan yang di derita
Pasien mengungkapkan kesulitan menjalankan perawatan dan pengobatan yang di tetapkan
DO :
- Kemampuan personal hygiene
Mandi Mandiri Bergantung pada orang
Masalah Keperawatan
DEFISIT PERAWATAN DIRI
DS :
Pemberantasan jentik
Tidak merokok
berinteraksi
Merasa mampu bertanggung jawab
tanggung jawabnya
Mampu memenuhi kebutuhan dasar
secara mandiri
Tidak sanggup memenuhi kebutuhan
dasarnya
Perilaku mudah diatur
MASALAH KEPERAWATAN
KATEGORI RELASIONAL
SUB KATEGORI INTERAKSI SOSIAL
DS :
Pasien merasa tidak nyaman dengan situasi sosial
Pasien merasa sulit menerima atau mengkomunikasikan perasaan
Pasien merasa sulit mengungkapkan kasih sayang
Keluarga tidak mampu mengungkapkan perasaan secara leluasa
Pasien mengatakan merasa ingin sendirian
Pasien mengatakan merasa tidak aman di tempat umum
Pasien mengatakan merasa berbeda dengan orang lain
Pasien mengatakan merasa asyik dengan pikiran sendiri
Pasien mengatakan merasa tidak mempunyai tujuan yang jelas
Pasien mengatakan keinginan untuk meningkatkan peran untuk menjadi orang tua
Anak / anggota keluarga mengexpresikan kepuasan dengan lingkungan rumah
Anak / anggota keluarga mengungkapkan harapan yang realistis
Pasien / keluarga mengexpresikan keinginan untuk meningkatkan dinamika keluarga
Keluarga mengatakan khawatir klien akan kembali di rawat dirumah sakit
Keluarga mengatakan khawatir tentang kelanjutan perawatan klien
Keluarga mengatakan khawatir tentang ketidak mampuan pemberi asuhan dalam merawat klien
Pasien / keluarga mengungkapkan kepuasaan dengan bayi
Lain- lain : ............................
DO :
- Kenyamanan dengan situasi sosial Nyaman Tidak nyaman
- Dapat berkomunikasi dengan orang lain Ya Tidak
- Responsif atau Ada ketertarikan dengan Ada Tidak ada
orang lain
- Sulit mengungkapkan perasaan Sulit Tidak sulit
- Mengalami Kecemasan Ya Tidak
- Kontak mata Ada Tidak ada
- Perilaku sesuai usia Ya Tidak
- Berbicara dan mendengar Mampu Tidak mampu
- Gangguan komunikasi Afasia Disfasia Apraksia
Nilai : 36,5o C
- Kulit merah
Ya Tidak
- Kejang
Ada Tidak
Tonik Atonik Klonik
Mioklonik
- Menggigil
Ya Tidak
- Akrosianosis
Ya Tidak
- Hipoglikemia (<60-70 mg/dL)
Ya Tidak
- Tanda Hipoksia
Ya Tidak
Nilai : ........................
Napas pendek dan cepat
Detak jantung cepat
Warna kulit kebiruan
Lemas linglung/ bingung
Kehilangan kesadaran
Rasa seperti dicekik
-Piloreksi Ya Tidak
-Vasokontriksi Ya Tidak
-Kutismemorata (Neonatus) Ya Tidak
Baik Tidak baik
- Keadaan luka operasi
- Riwayat alergi
Ada, ……………..
- Riwayat perilaku menyimpang
Ada. ……………
- Riwayat gangguan psikologis
Penganiayaan masa anak – anak
Riwayat bunuh diri
Remaja homoseksual
Gangguan psikiatrik
Penyalahgunaan zat
- Masalah social
Berduka Kesepain
Isolasi social
- Riwayat Cedera Post traumatic stress disorder ( PTSD)
- Perubahan fungsi kognitif Ya Tidak
Skor MMSE : ………….
Skor 27 – 30 : kognitif normal
Skor 21 – 26 : dimensia ringan
Skor 10 – 20 : Dimensia sedang / moderat
- Perubahan psikomotor Skor < 10 : dimensia berat
- Kelainan tulang belakang Skor indeks Katz : …….
- Jumlah paritas Lordosis Kifosis Skoliosis
- Riwayat kehamilan
Jumlah ……
Hamil ke …..
Ukuran janin …….
- Riwayat Pembedahan
Gangguan janin ……
- Tanda infeksi
Ya Tidak
Panas Nyeri
Perubahan fungsi
Penyakit : …………..
- Gangguan kepribadian Ya Tidak
- Perilaku kekerasan Ada Tidak
- Cedera Otak Ada Tidak
- Dehidrasi Ya Tidak
Masalah Keperawatan :
Keterangan : Kata dan kalimat yang diberikan tebalkan adalah hasil dari pengkajian
yang dilakukan
D. PENGKAJIAN FISIK
Head to toe
a) Kepala : Mesochepal.
b) Rambut : Kutang bersih, hitam tidak mudah dicabut.
c) Mata : Simetris, konjungtiva tidak anemis, tidak mengalami gangguan penglihatan.
d) Hidung : Simetris, tidak ada polip.
e) Telinga : Simetris, tidak ada serumen, tidak ada gangguan
pendengaran.
f) Wajah : Ekspresi wajah tampak meringis kesakitan, tegang, dan bingung.
g) Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada peningkatan JVP
h) Paru – paru
Inspeksi : Ictus simtetris ka/ki
Palpasi : Vocal fremitus ka/ki sama
Perkusi : Sonor ka/ki
Auskultasi : Tidak ada wheezing, tidak ada romchi
i) Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba pada iga 4 dan 5
Perkusi : Pekak
Auskultasi : Teratur, tidak ada murmur
j) Abdomen
Inspeksi : Perut datar
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan pada daerah abdomen
Perkusi : Tympani
Auskultasi : Bunyi persitaltik 14 x / menit
k) Genetalia : Tidak terpasang DC, bersih.
l) Anus : Tidak ada hemoroid
m) Ekstremitas
Atas : Tidak ada oedema, terpasang infus RL 120 tetes/menit pada tangan kiri, tidak ada
lesi, CRT 2 detik.
Bawah : Tidak ada oedema, akral tidak dingin, CRT 2 detik, terdapat luka post operasi,
panjang luka operasi 20 cm, terdapat 20 jahitan, keadaan lukanya basah, tidak ada PUS,
kesemutan.
n) Kulit : Turgor baik
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium
KIBC : 8.000 H/mm3
HGM : 14,4g/dl
PLT : 228.000 H/mm3
Pemeriksan post operasi tanggal 3 Maret 2015
Hb : 11,3 g/dl
3. Therapy
Cipro 2 x 500 mg diberikan secara oral
Asam mefenamat 2 x 50 mg secara oral
E. Analisa Data
Tabel Analisa Data
DO :
Ketidakbugaran fisik
-Fisik lemah
Gangguan Mobilitas
-Gerakan terbatas
Penurunan massa otot fisik
-Adanya jahitan Luka operasi
sepanjang 20 cm, jumlah jahitan 20
di fraktur sinistra Penurunan kekuatan otot
Keterlambatan perkembangan
Kekakuan sendi
kontraktur
Malnutrisi
Gangguan muskoskeletal
Gangguan neuromuscular
2 DS : Hambatan lingkungan
3 DS :
4 DS : Ketidakseimbangan antara
Kelemahan
DO :
5 DS :
DO : Gangguan psikologis
dibantu keluarga.
6 DS : Perubahan sirkulasi
DO : Neuropati perifer
Gangguan integritas
Luka operasi sepanjang 20 cm,
kulit/jaringan
jumlah jahitan 20, luka tampak
Perubahan pigmentasi
basah tidak PUS
Perubahan hormonal
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1x24 jam, maka Mobilitas Fisik
(L.05042) Meningkat, dengan kriteria hasil :
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1x24 jam, maka Pola Tidur (L.05045)
Membaik, dengan kriteria hasil :
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1x24 jam, maka Tingkat nyeri
(L.08066) Menurun, dengan kriteria hasil :
- Meringis : 2-5
- Sikap protektif : 3-5
- Gelisah : 2-5
- Diaphoresis : 2-5
- Anoreksia : 3-5
- Pupil dilatasi :-
- Muntah :-
- Mual :-
- Fokus : 2-5
- Fungsi berkemih :-
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1x24 jam, maka Toleransi Aktivitas
(L.05047) Meningkat, dengan kriteria hasil :
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1x24 jam, maka Perawatan Diri
(L.11103) Meningkat, dengan kriteria hasil :
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1x24 jam, maka Integritas kulit dan
jaringan (L.14125) Meningkat, dengan kriteria hasil :
- Elastisitas : 2-4
- Hidrasi :2-4
- Nyeri :1-5
- Perdarahan :3-5
- Kemerahan :3-5
- Hematoma : 3-5
- Nekrosis :1-3
- Abrasi kornea :-
- Sensasi : 3-5
- Tekstur :1-3
Modifikasi lingkungan
Batasi waktu tidur siang, jika perlu
Fasilitasi menghilangkan stress
sebelum tidur
Tetapkan jadwal tidur rutin
Lakukan prosedur untuk
meningkatkan kenyamanan
Sesuaikan jadwal pemberian obat dan/
atau tindakan untuk menunjang siklus
tidur-terjaga
Edukasi :
Edukasi :
Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri.
Jelaskan strategi meredakan nyeri.
Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri.
Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat.
Ajarkan teknik nonfarmakologis
unutuk mengurangi rasa nyeri.
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu
Edukasi :