C DENGAN
FRAKTUR FEMUR 1/3 DISTAL DI RUANG
KHOTIJAH RUMAH SAKIT ROEMANI
SEMARANG
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN ..........................................................................
D. Sistematika Penulisan................................................................
A. Definisi ......................................................................................
B. Etiologi ......................................................................................
D. Pathway .....................................................................................
11
A. Pengkajian .................................................................................
11
18
19
D. Intervensi ..................................................................................
19
E. Implementasi .............................................................................
21
F. Evaluasi .....................................................................................
26
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sepanjang tahun 2000 terjadi berbagai kecelakaan lalu lintas (lalin) di
negara kita, mulai dari kasus yang besar sampai yang terkecil. Semua itu
dikarenakan arus lalu lintas yang semakin padat sehingga membawa dampak
positif dan negatif. Dampak yang negatif dan besar misalnya: kecelakaan
terbakarnya bus Giri Indah di Jawa Tengah yang menyebabkan 26
penumpannya tewas terpanggang. Terakhir tabrakan truk dan bus di
Purbalingga yang menewaskan 9 orang (Bina Dikankes, 39 April 2001).
Adapun kerugian-kerugian dari kecelakaan baik kendaraan atau jatuh dari
suatu ketinggian selain kematian juga harga benda dan fisik. Kerusakan pada
fisik dapat dilihat seperti luka bakar, kecacatan, dan biasanya yang paling
umum adalah patah tulang. Patah tulang dapat mengenai ekstremitas atas dan
juga ekstremitas bawah, pada esktremitas bawah terutama fraktur femur.
Fraktur femur terbuka maupun tertutup akibat kecelakaan lalu lintas atau jatuh
dari suatu ketinggian harus selalu diperhatikan, terutama pada fraktur terbuka
adalah kemungkinan terkontaminasi oleh mikro organisme yang dapat
menimbulkan infeksi. Oleh karena itu perawatan yang baik dan pengobatan
yang tepat serta segera sangat diperlukan untuk menghindari komplikasi yang
lebih parah. Perawatan pada fraktur femur membutuhkan waktu yang relatif
lama untuk kembali seperti semula keadaan semula karena akibat terjadinya
fraktur maka suplai darah tidak adekuat yang menjadikan problem dalam
penyambungan atau penyatuan suatu fraktur (Engram, 1998).
Bila dilihat dari pemeriksaan fisik di suatu fraktur femur akan ditemukan
gejala-gejala seperti : nyeri pada lokasi fraktur fremur terutama nyeri tekan
dan pembengkakan. Jika fraktur terbuka, maka ujung patahan dapat terlihat di
dalam luka, juga mengalami gangguan fungsi atau kehilangan daya gerak pada
ekstremitas yang fraktur, rasa gemertak juga dirasakan ketika ujung tulang
digerakkan (Anderson, 1997). Spasme otot, tampak pucat dan tidak ada nadi
pada bagian distal pada lokasi fraktur bila aliran darah arteri terganggu
(Engram, 1998).
1. Wawancara
Pengumpulan data dengan cara bertanya secara langsung pada klien,
keluarga klien, dokter atau kesehatan lain yang ikut merawat dan
mengobati klien selama melakukan keperawatan.
2. Observasi
Metode pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan secara
langsung terhadap klien serta ikut dalam memberikan asuhan keperawatan
selama melakukan asuhan keperawatan.
3. Studi Dokumentasi
Dengan mempelajari catatan medik, catatan keperawatan yang
berkaitan dengan kasus selama asuhan keperawatan.
4. Studi Kepustakaan
Dengan mempelajari buku-buku atau literatur-literatur yang
berkaitan dengan judul karya tulis ilmiah selama pembuatan karya tulis
ilmiah.
D. SISTEMATIKA PENULISAN
Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini menggunakan penulisan yang terdiri
dari beberapa bab :
Bab satu, Pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, tujuan
penulisan, metode dan teknik penulisan, serta sistematika penulisan.
Bab dua, Konsep dasar yang meliputi pengertian, etiologi, patofisiologi,
pathways, masalah dan diagnosa keperawatan, tujuan dan fokus intervensi.
Bab tiga, Tinjauan kasus yang menguraikan proses keperawatan, perencanaan,
pelaksanaan dan intervensi.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. DEFINISI
Fraktur adalah rusaknya kontinuitas tulang, yang diakibatkan oleh
tekanan eksternal yang lebih besar dari yang dapat diserap oleh tulang. Bila
fraktur mengubah posisi tulang, struktur yang ada disekitarnya (otot, tendon,
saraf dan pembuluh darah) juga mengalami kerusakan. Cidera traumatic
paling banyak menyebabkan fraktur. Fraktur patologis terjadi tanpa trauma
pada tulang yang lemah karena dimineralisasi yang berlebihan (Carpenito,
1999).
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang
dan atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh ruda paksa (Manjoer,
2000).
B. ETIOLOGI
Fraktur dapat terjadi karena kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian
atau jatuh di kamar mandi pada orang tua, penganiayaan, tertimpa benda berat,
kecelakaan pada kerja oleh karena mesin atau karena trauma olah raga
(Rasjad, 1999).
Patah tulang juga bisa disebabkan oleh penyakit seperti osteoporosis.
Osteoporosis terjadi karena kecepatan resorpsi tulang melebihi kecepatan
pembentukan tulang. Sebagai akibatnya, tulang menjadi keropos secara cepat
dan rapuh sehingga mengalami patah tulang karena trauma minimal dan
bahkan stress normal (Carpenito, 1999).
C. GAMBARAN KLINIK
Riwayat trauma, nyeri lokal dan semakin nyeri bila digerakkan, baik
pada gerakan aktif maupun pasif serta mengalami gangguan fungsi gerak pada
ekstremitas yang fraktur, deformitas (kelainan bentuk seperti penonjolan yang
abnormal, rotasi dan pemendekan). Terasa krepitasi bila fraktur Digerakkan,
krepitasi timbul oleh pergeseran atau beradunya ujung-ujung tulang. Gerakan
tidak normal misalnya pertengahan femur dapat digerakkan. Ini adalah bukti
paling penting adanya fraktur yang membuktikan putusnya kontinuitas
tulang sesuai dengan definisi fraktur (Reksoprodjo, 1995).
D. PATHWAY
Etiologi
Trauma (langsung atau tidak langsung), patologi
Fraktur (terbuka atau tertutup)
Kehilangan integritas
tulang
Ketidakstabilan posisi
fraktur, apabila organ
fraktur digerakkan
Fragmen tulang yang patah
menusuk organ sekitar
Gangguan rasa
nyaman nyeri
Sindroma kompartemen
keterbatasan aktifitas
Defisit perawatan diri
Resiko tinggi
infeksi
Kerusakan neuromuskuler
Gangguan fungsi
organ distal
Gangguan mobilitas fisik
E. PENATALAKSANAAN MEDIS
Pengobatan fraktur tertutup biasa konservatif atau opertif.
1. Terapi konservatif terdiri dari
a. Proteksi saja, untuk fraktur dengan kedudukan baik
b. Mobilisasi saja tanpa reposisi. Misalnya pemasangan gips pada fraktur
inkomplit dan fraktur tanpa kedudukan baik.
c. Reposisi tertutup dan fiksasi dengan gips. Reposisi dapat dalam
anastesi umum atau lokal.
d. Traksi untuk reposisi secara berlebihan
2. Terapi operatif, terdiri dari :
a. Reposisi terbuka, fiksasi eksterna
b. Reposisi tertutup dengan control radiologist diikuti interna
Terapi operatif dengan reposisi anatomis diikuti dengan fiksasi interna.
Tindakan pada fraktur terbuka harus dilakukan secepat mungkin. Penundaan
waktu dapat mengakibatkan komplikasi infesi. Waktu yang optimal untuk
bertindak sebelum 6-7 jam. Berikan toksoid, anti tetanus serum (ATS) atau
tetanus human globidin. Berikan anti biotic untuk kuman gram positif dan
negatif dengan dosis tinggi. Lakukan pemeriksaan kultur dan resistensi kuman
dari dasar luka fraktur terbuka. Teknik debridemen adalah sebagai berikut :
a. Lakukan narcosis umum atau anastesi lokal bila luka ringan dan kecil.
b. Bila luka cukup luas, pasang dulu torniket (pompa atau Esmarch)
c. Cuci seluruh eksterimitas selaam 5-10 menit kemudian lakukan
pencukuran. Luka diirigasi dengan cairan NaCl steril atau air matang 5-10
menti sampai bersih.
d. Lakukan tindakan desinfeksi dan pemasangan duk
e. Eksisi luka lapis demi lapis, subkutis, fasia. Eksisis otot yang tidak vital
dan buang tulang-tulang kecil yang tidak melekat pada periosteum.
Pertahankan frakmen-frakmen tulang besar yang perlu untuk stabilitas.
f. Luka fraktur terbuka selalu dibiarkan terbuka dan kalau perlu ditutup satu
minggu kemudian setelah edema menghilang atau dapat juga hanya dijahit
situasi bila luka tidak terlalu lebar (Mansjoer, 2000).
Traksi reduksi tertutup dengan menggunakan gibs atau fiksasi luar (alatalat dari logam yang dipasang dengan tulang menggunakan pen) reduksi
terbuka dengan menggunakan, skrup, plat, kawat atau jarum (Engram, 1999).
F. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan frakmen tulang,
spasme otot dan cidera pada jaringan lunak (Doenges, 1999).
2. Gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan berkurangnya
aliran darah akibat adanya trauma jaringan atau tulang (Tucker, 1998).
3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler
fraktur dan cidera pada jaringan sekitar (Tucker, 1998).
4. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya patahan
primer, kerusakan kulit, trauma jaringan (Doenges, 1999).
5. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan fraktur terbuka (Doenges,
1999).
G. FOKUS INTERVENSI
1. Nyeri berhubungan dengan frakmen tulang, spasme otot dan cidera pada
jaringan lunak (Doenges, 1999).
Tujuan :
Nyeri berkurang atau hilang.
Kriteria hasil :
Pasien menyatakan nyeri berkurang dan dapat dikontrol, ekspresi wajah
tenang.
Intervensi :
a. Kaji lokasi intensitas dan tipe nyeri gunakan peringkat nyeri
b. Pertahankan imobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring
c. Bantu dan ajarkan metoda alternatif penatalaksanaan rasa nyeri
d. Beri posisi yang nyaman sesuai dengan toleransi klien
e. Berikan lingkungan yang nyaman dan berikan dorongan untuk
melakukan aktifitas segera
10
11
Intervensi :
a. Observasi kulit untuk adanya iritasi robekan
b. Kaji keadaan luka terhadap adanya tanda-tanda infeksi (tumor, dolor,
kolor, rubor).
c. Lakukan perawatan luka.
d. Kaji keluhan peningkatan nyeri atau rasa terbakar atau adanya edema.
e. Observasi luka adanya krepitasi, perubahan warna kulit kecoklatan
f. Observasi bau drainase yang tidak enak
g. Kolaborasi :
Berikan antibiotik sesuai indikasi.
5. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan fraktur terbuka (Doenges,
1999)
Tujuan :
Ketidaknyamanan hilang.
Kriteria hasil :
Mencapai penyembuhan luka sesuai waktu.
Intervensi :
a. Kaji kulit untuk luka terbuka adanya benda asing, kemurahan dan
perdarahan
b. Ubah posisi dengan sering bila memungkinkan
c. Observasi untuk potensial area yang tertekan
d. Letakkan bantalan Pelindung di bawah kaki dan di atas tonjolan tulang
e. Palpasi jaringan yang diplester tiap hari dan catat adanya nyeri tekan.
f. Beri bantalan atau Pelindung dari busa.
12
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. C DENGAN
FRAKTUR FEMUR 1/3 DISTAL DI RUANG KHOTIJAH
RUMAH SAKIT ROEMANI SEMARANG
A. PENGKAJIAN (15 Februari 2006)
1.1 Identitas Pasien
Nama
: Ny. C
Umur
: 28 tahun
Jenis Kelamin
: Wanita
Pendidikan
: SLTA
Pekerjaan
: Swasta
Agama
: Islam
Suku Bangsa
: Jawa Indonesia
Alamat
No Register
: 170797
Tgl Masuk
: 13 Februari 2006
: Tn. A
Umur
: 30 tahun
Pekerjaan
: Swasta
Agama
: Islam
Alamat
13
14
15
c. Pola Eliminasi
Sebelum sakit :
Pasien buang air besar (BAB) 2 kali per hari tanpa ada gangguan.
Pasien buang air kecil (BAK) kurang lebih 3-4 kali sehari warna
kuning, jernih tidak ada gangguan.
Selama perawatan :
Dari hasil wawancara klien menyatakan buang air besar (BAB) pada
saat dikaji baru satu kali. Dari hasil wawancara klien menyatakan baru
buang air kecil (BAK) satu kali pada saat dikaji.
d. Aktifitas dan istirahat
Sebelum sakit :
Di rumah sakti dapat melakukan aktifitas sehari-hari tanpa ada
gangguan dan bantuan orang lain.
Selama di rumah sakit :
Pasien menyatakan tidak dapat melakukan aktifitasnya disebabkan
karena adanya fraktur femur. Pasien hanya bisa berbaring dan berdua
saja klien juga menyatakan bahwa dirinya mengalami ketergantungan
dalam memenuhi kebutuhan aktifitasnya.
e. Pola Istirahat dan Tidur
Sebelum sakit :
Dari hasil wawancara klien dapat tidur dan dengan nyaman tanpa ada
gangguan apa-apa kalau anak-anaknya sudah tidur. Pasien terbiasa
tidur 7-8 ham per hari, klien juga sering tidur siang bersama anakanaknya.
Selama dalam perawatan :
Dari hasil wawancara saat ini klien menyatakan bahwa kebutuhan
tidurnya terganggu. Klien juga tidak dapat tidur siang dengan pulas
karena ramainya pengunjung yang datang. Wajah klien kusut karena
kurang tidur.
16
17
: Baik
Kesadaran
: Compos mentis
Tekanan Darah
: 130/80 mmHg
Nadi
: 98 x/menit
Suhu
: 37 oC
Respiratori Rate
: 20 x/menit
Kepala
Mata
Telinga
: Simetris,
tidak
ada
cairan
keluar,
bersih,
cairan
keluar,
bersih,
pendengaranya baik.
Hidung
: Simetris,
tidak
ada
pendengaran baik.
Mulut
18
Leher
Dada
Abdumen
Genetalia
Ekstremitas Atas
: 12,9 $ 10 /mm
RBC
: 2,86 10 /mm
HGB
: 7,1 g/dl
HCT
: 22,1 %
MCV : 76 96 Lfm
DLT
: 198 10/mm
19
B. ANALISA DATA
No
Data
Etiologi
Problem
1. DO: terdapat luka bekas operasi Adanya luka bekas Gangguan rasa
sepanjang 10 cm, klien
operasi
nyaman /
sepanjang 10
nyeri
2006
cm
jam
09.00
WIB
melaporkan
rasa
wajah tegang.
DS: Klien
operasi.
DO: Pasien malas
aktivitas
banyak
pasien
lebih
bergerak Neuromuskuler,
bantu,
fraktur dan
mobilitas
banyak
cidera pada
fisik.
tiduran.
Pasien
Gangguan
jaringan
melaporkan
bila
sekitar.
berat
dan
kesemutan.
3.
luka
basah,
kemurahan
meningkat
tubuh (kulit)
Resiko tinggi
infeksi.
luka
lekosit
12,0
103
20
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.
2.
3.
D. INTERVENSI
Diagnosa Keperawatan
DX 1:
Tujuan dan
Kriteria Evaluasi
Tujuan:
Intervensi
1. Kaji keluhan nyeri /
ketidaknyamanan
insisi bedah.
keperawatan 3 x 24 jam
Ditandai dengan:
nyeri
berkurang
atau
2. Pertahankan
atau
tenang.
baring.
hilang. 3. Tinggalkan
mobilitas
ekstremitas
yang cidera
4. Anjurkan
klien
untuk
klien
untuk
21
DX 2:
Tujuan:
1. Anjurkan
klien
menggerakkan
berhubungan
yang
untuk
tunggal
cidera
secara
bertahap.
jaringan sekitar.
Ditandai dengan:
digerakkan.
pusing.
3. Ubah
posisi
secara
teratur.
kesemutan.
4. Anjurkan
DO:Aktivitas
banyak
minum
diet
keluarga,
pasien
banyak
tinggi
tiduran,
protein,
5. Bantu
edema.
perawat
an
DX 3:
pasien.
1. Observasi luka adanya
Tujuan:
Resiko
tinggi
berhubungan
diri
pust drainase
(kulit)
Kriteria hasil :
Ditandai dengan:
Tidak
DS: -
DO:Luka
bekas
sepanjang
balutan
ada
tanda-tanda 3. Anjurkan
kotor,
cm, normal,
tekanan
darah
tanda-tanda
basah,
untuk
cuci tangan.
klien
pemberian
antibiotic
Cefotaxime 2 x 500 gr
mm3
22
D. IMPLEMENTASI
Hari/
Tgl
Rabu
Waktu
15.00
15-2-06
No
Dx
I
Tindakan Keperawatan
Respon
TTD
mengatakan
mempertahankan istirahat
mau
mengikuti
anjuran perawat.
tiduran
cara
mengikuti
mendengarkan
musik.
2.Meningkatkan
dan
mau
anjuran
perawat.
S: Klien
mengatakan
duduk
bersandarkan dengan
3.Menganjurkan
dua bantal.
klien S: Klien
menyatakan
ingin mencoba.
O: Klien
tarik
nafas
sambil memejamkan
Kamis
16-2-06
07.30
III 1. Mengganti
alat
mata.
tenun S: Klien
: 37 oC
: 80 x/menit
RR : 20 x/menit
menyatakan
tidur
rapi,
bersih.
S: Klien
menyatakan
hasilnya.
O: TD : 130/80 mmHg
S
: 37 oC
N : 80 x/menit
RR : 20 x/menit
23
menyatakan
tiduran.
O: Klien
duduk
dengan
cara
menyatakan
mengucapkan terima
III 1. Menganjurkan
kasih.
klien S: Klien
menyatakan
sehabis
menjaga kebersihan.
dan
sebelum
makan.
makan O: Klien
Cefotaxime 2 x 500 gr
3. Memonitor
terima kasih.
obatnya ke dalam laci
meja.
tanda-tanda S: Klien
vital:
TD : 130/70 mmHg
menyimpan
menyatakan
hasilnya.
O: TD : 130/70 mmHg
: 367 oC
: 367 oC
: 84 x/menit
N : 84 x/menit
RR : 20 x/menit
24
Jumat
08.15
17-2 06
menyatakan
nyeri.
betadine).
operasi sepanjang 10
cm skala nyeri 4 dan
terdapat
lecet
sepanjang 2 cm.
klien S: Klien mau mengikuti
2. Menganjurkan
08.30
luka
anjuran perawat.
lebih nyaman.
O: Luka sepanjang 10 cm
sudah
mulut
2. Menganjurkan
anjuran perawat.
darah
hasilnya.
TD : 130/70 mmHg
S
: 365 oC
: 367 oC
: 84 x/menit
: 80 x/menit
RR : 20 x/menit
4. Mengkolaborasikan
pemberian anti biotic
Cefotaxime 2 x 500 gr
11.00
II
O: TD : 130/70 mmHg
1. Membantu
RR : 20 x/menit
S: Klien mengucapkan
terima kasih.
O: Klien menyatakan di
lebih nyaman.
25
miring
mau
anjuran perawat.
untuk
porsi
mengikuti
menghabiskan O: Klien
makan
ke
yang
langsung
memotong S: Klien
terima kasih.
mengucapkan
pendek
dan
bersih.
26
E. EVALUASI
1. Dx. I
S
: Lanjutkan intervensi 1, 2, 3, 5
2. Dx. II
S
: Lanjutkan intervensi 1, 2, 3, 5
3. Dx. III
S
: -
O : Luka bekas operasi sepanjang 10 cm, luka kering, tidak ada pusat
TD : 130/80 mmHg
N : 80 x/menit
Suhu : 367 oC
RR : 20 x/menit
: Lanjutkan intervensi 1, 2, 3, 5
27
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Jual, 1998, Aplikasi pada Praktek Klinik, Edisi 6, Penerbit Buku
Kedokteran, EGC, Jakarta.
Carpenito, Lynda Jual, Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 8, Penerbit Buku
Kedokteran, EGC, Jakarta.
Doenges, Marylin, E, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, EGC, Jakarta.
Enggram, Barbara, 1996, Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, volume
2, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta.
Henderson, M, A, 1997, Ilmu Bedah untuk Perawat, Alih Bahasa : Dr. Andry
Hartono, EGC, Jakarta.
Long, Barbara C, 1996, Perawat Medical Bedah (Suatu Pendekatan Proses
Keperawatan),
Alih
Bahasa
Yayasan
Ikatan
Alumni
Pendidikan
28