Anda di halaman 1dari 6

Perkuliahan 5

PKDST
Wellem Fridz Galla

DATA PENYELESAIAN ALIRAN DAYA

Penyelesaian aliran daya dimulai dari suatu diagram segaris (single line diagram) system
tenaga dimana ada input data yang diperlukan untuk penyelesaian dengan program komputer
maupun dengan perhitungan secara manual. Input data terdiri dari data bus, data saluran
transmisi, data transformator.

Ke Bus
Bus k lain
Pk Qk

+ PGk QGk PLk QLk

Gen Load
Vk = Vk/k

Gambar 6.1 Variabel-variabel suatu bus

Pada Gambar 6.1 menunjukan bahwa ada empat variable pada setiap bus yaitu ;
magnitude tegangan V, sudut phasa , daya real P, dan daya reaktif Q yang di suplai ke bus
tersebut. Pada setiap bus dua dari variable ini ditentukan sebagai data input dan dua variable
lainnya dihitung. Agar lebih jelas yang dikirim oleh bus dibedakan dalam bentuk daya
generator dan beban yaitu :

P = PG − PL
(6.1)
Q = QG − QL
Dalam penyelesaian aliran daya bus-bus dalam system tenaga dikategorikan dalam tiga
tipe bus yaitu :
a. Slack bus atau swing bus (bus penampung), dalam suatu system hanya ada satu saja
swing bus yaitu sebagai bus referensi, dimana variable tegangan dan sudut phasanya
diketahui, misalnya swing bus adalah bus 1 maka yang diketahui adalah V11 ,
bisanya ditentukan 100 per unit (pu) sebagai data input. P1 dan Q1 dihitung untuk
bus ini.
b. Laod bus (bus beban), bus yang Pk dan Qk sebagai data input, dan penyelesaian aliran
daya untuk menentukan Vk dan k.
c. Voltage bus (bus tegangan), bus yang Pk dan Vk sebagai dat input, dan penyelesaian
aliran daya untuk menentukan Qk dan k. Bus ini adalah bus-bus generator, bus yang
ada kapasitor shunt dan bus yang terhubung dengan tap-changer transfornator.

1. Persamaan Aliran Daya

Dari rangkaian suatu system tenaga diperoleh persamaan simpul dengan menggunakan
YBus sebagai berikut :

I = Ybus V (6.2)

dimana I adalah vector N dari sumber arus yang diinjeksikan pada setiap bus dan V adalah
vector N tegangan bus. Untuk bus k persamaan ke-k dalam persamaan (6.2) adalah :
N
I k =  YknVn (6.3)
n =1

Daya kompleks yang dikirin ke bus k adalah :

S k = Pk + jQk = Vk I k* (6.4)
Penyelesaian aliran daya dengan metode Gauss-Seidel didasarkan pada persamaan simpul
(6.2), dimana setiap sumber arus Ik dihitung dari persamaan (6.3) sebagi berikut :

*
N 
Pk + jQk = Vk YknVn  k = 1,2, … , N (6.5)
 n =1 

Dengan notasi berikut ini :

Vn = Vne j n
k = 1,2, … , N (6.6)
Ykn = Ykne j kn

maka persamaan (6.5) menjadi :

N
Pk + jQk = Vk  Ykn Vn e j (  k −  n −  kn ) (6.7)
n =1

pemisahan bagian real dan imajiner pada persamaan (6.7) adalah:

N
Pk = Vk  Ykn Vn cos(  k −  n − kn )
n =1
N
k = 1,2, … , N (6.8)
Qk = Vk  Ykn Vn sin(  k −  n − kn )
n =1

Penyelesaian aliran daya dengan Newton-Raphson didasarkan pada persamaan non-linear


(6.8).

2. Penyelesaian Aliran Daya dengan Metode Gauss-Seidel

Persamaan simpul I = YbusV adalah suatu persamaan linear serupa dengan y = Ax. Data
bus untuk aliran daya terdiri dari Pk dan Qk untuk bus beban, atau Pk dan Vk untuk bus
tegangan, persamaan simpul tidak secara langsung cocok dengan format persamaan linear,
karena vector arus sumber I tidak diketahui dan sesungguhnya persamaan nonlinear. Untuk
setiap bus beban, Ik dapat dihitung dari persamaan (6.4) diperoleh :

Pk − jQk
Ik = (6.9)
Vk*

Dengan metode Gauss-Seidel, untuk persamaan simpul dengan Ik diatas, diperoleh :

1  Pk − jQk k −1 N

Vk (i + 1) =  *
Ykk  Vk (i)
−  Y V
kn n (i + 1) −  YknVn (i) (6.10)
n =1 n = k +1 

Persamaan (6.10) dapat digunakan dua kali selama setiap iterasi untuk bus beban,
pertama menggunakan Vk* (i ) , kemudian menggantikan Vk* (i ) dengan Vk* (i + 1) pada sisi

kanan persamaan (6.10). Untuk bus tegangan, Qk tidak diketahui tetapi dapat dihitung dari
persamaan (6.8) diperoleh :

N
Qk = Vk (i )  Ykn Vn (i ) sin[(  k (i ) −  n (i ) − kn ) (6.11)
n =1

Juga, QGk = Qk + QLk. Jika nilai QGk yang dihitung tidak melebihi batas (QGkmak atau
QGkmin) maka Qk digunakan dalam persamaan (6.10) untuk menghitung
Vk (i + 1) = Vk (i + 1)k (i + 1) . Magnitude Vk(i+1) diganti dengan Vk, yang merupakan data

input untuk bus tegangan. Gunakan persamaan (6.10) hanya untuk menghitung sudut k(i+1)
untuk bus tegangan. Jika nilai perhitungan memenuhi batas (QGkmak atau QGkmin) selama
beberapa iterasi, selanjutnya tipe bus diubah dari suatu bus tegangan ke suatu bus beban,
dengan QGk untuk harga batasannya. Pada kondisi ini peralatan pengontrol tegangan
(capacitor bank, static var system) tidak mampu mempertahankan Vk seperti yang ditentukan
oleh data input. Program aliran daya kemudian menghitung suatu harga baru untuk Vk .
Untuk swing bus, ditandai dengan bus 1, V1 dan 1 adalah input data. Sepertinya, tidak
dibutuhkan iterasi untuk bus 1. Setelah proses iterasi mencapai konvergen, setelah melalui
persamaan (6.8) dapat dibuat untuk menghitung P1 dan Q1.

3. Contoh Soal Dan Penyelesaiannya

Contoh 6.1 :
Gunakan metode Gauss-Seidel untuk menghitung V2, V4, dan V5 untuk satu kali iterasi, phasor
tegangan pada bus 2, 3, 4, dan 5 setelah itersai pertama. Harga awal sudut phasa adalah 00
dan harga awal magnitude tegangan 1,0 pu (kecuali pada bus 3, V3 = 1,05) untuk memulai
iterasi. Sbase = 100 MVA,
Vbase = 15 kV pada bus 1 & 3, dan 345 kV pada bus 2, 4, 5.

400 MVA 800 MVA


15/345 kV 345/15 kV
1 T1 5 4 3
T2 520 MW

400 MVA
15 kV   800 MVA
15 kV

40 MVar 80 MW

2
280 MVar 800 MW
Data Bus
V  PG QG PL QL QGmax QGmin
Bus Type Bus
pu deg pu pu pu pu pu pu
1 Slack 1.0 0 - - 0 0 - -
2 Load - - 0 0 8.0 2.8 - -
3 Voltage 1.05 - 5.2 - 0.8 0.4 4.0 -2.8
4 Load - - 0 0 0 0 - -
5 Load - - 0 0 0 0 - -

Data Saluran
Bus Max
to R’ X’ G’ B’ MVA
Bus pu pu pu pu pu
2-4 0.00900 0.100 0 1.72 12.0
2-5 0.00450 0.050 0 0.88 12.0
4-5 0.00225 0.025 0 0.44 12.0

Data Transformator
Max
Max
R X Gc Bm Tap
Trafo MVA
pu pu pu pu Setting
pu
pu
T1 0.00150 0.02 0 0 6.0 -
T2 0.00075 0.01 0 0 10.0 -

Anda mungkin juga menyukai