id
TESIS
0leh :
MOCHAMAD SUBHAN
NIM: S831002024
PROGRAM PASCASARJANA
2011
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN
NIM : S 831002024
Ditinjau dari Motivasi Belajar dan Kemampuan Awal Siswa (Studi Kasus pada
Gasal Tahun Pelajaran 2010/2011) adalah betul-betul karya saya sendiri. Hal-hal
yang bukan karya saya, dalam tesis ini di beri tanda sitasi dan ditunjukkan dalam
daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya
bersedia menerima sanksi akademis berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya
Mochamad Subhan
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan karunia dan
Ditinjau dari Motivasi Belajar dan Kemampuan Awal Siswa (Studi Kasus pada
Pokok Bahasan Gerak Harmonik Kelas XI di SMA Negeri 1 Klaten Semester Gasal
Tahun Pelajaran 2010/2011) “. Tesis ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu
Dalam penyusunan tesis ini penulis tidak dapat berkerja sendiri tanpa bantuan
dari beberapa pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih yang tak terhingga
kepada :
1. Prof. Drs. Suranto, M.Sc, Ph.D, selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas
2. Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Sains
Surakarta yang telah memberikan bekal ilmu dan pengetahuan kepada penulis.
7. Drs. Widiyarto, M.Pd, selaku kepala sekolah SMA Negeri 1 Klaten yang telah
8. Kepala sekolah SMA Negeri 2 Klaten, yang telah memberikan tempat untuk
9. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu yang telah membantu
secara langsung maupun tidak langsung sehingga semua berjalan lancar hingga
imbalan yang lebih baik dari Allah SWT. Penulis sudah berusaha semaksimal
mungkin menyusun tesis ini tetapi sebagai insan biasa yang tak luput dari kekurangan
maka apabila masih ada kesalahan dan kekurangan dalam tesis ini, penulis mohon
maaf sebesar-besarnya. Penulis selalu terbuka jika ada kritik dan saran dalam tulisan
ini.
Mochamad Subhan
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
PERNYATAAN………………………………………………………………….. iv
KATA PENGANTAR……………………………………………………………. v
ABSTRAK…………………………………………………………………….... xviii
ABSTRACT……………………………………………………………...………. xx
ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
1. Belajar .................................................................................................. 13
b. Pembelajaran ................................................................................... 15
5. Metode Demonstrasi………………………………………………….. 30
D. Hipotesis ................................................................................................... 55
commit to user
A. Tempat danWaktu Penelitian ................................................................... 56
x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
1. Populasi Penelitiaan................................................................................ 56
1. Rancangan Penelitian.............................................................................. 58
2. Variabel Penelitian................................................................................ 60
1. Teknik Dokumentasi............................................................................... 63
2. Teknik Angket......................................................................................... 64
3. Teknik Tes................................................................................................ 64
1. Uji Validitas........................................................................................... 67
2. Uji Reliabilitas....................................................................................... 69
xi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2. Uji Hipotesis.......................................................................................... 74
commit to user
2. Hipotesis Kedua .............................................................................. 106
xii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
A. Kesimpulan............................................................................................... 114
B. Implikasi................................................................................................... 116
C. Saran-Saran............................................................................................... 117
commit to user
xiii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Halaman
4.2 Jumlah Siswa Dengan Kemampuan Awal Tinggi dan Rendah ………………. 80
xiv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
4.14. Hasil Uji Homogenitas Prestasi Kognitif Ditinjau Dari Motivasi Belajar ……93
4.15. Hasil Uji Homogenitas Prestasi Belajar Ditinjau Dari Kemampuan Awal …. 94
4.16. Hasil Uji Homogenitas Prestasi Belajar Ditinjau Dari Metode, *MB, dan KA.95
4.17. Hasil GLM Prestasi Kognitif Ditinjau Dari Metode, *MB, dan KA ………… 97
4.18. Hasil GLM Prestasi Afektif Ditinjau Dari Metode, *MB, dan KA ………….. 99
4.19. Hasil uji lanjut antar sel (dengan Metode Turkey) …………………………..100
commit to user
xv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
4.9. Hasi Uji Lanjut Anava Pengaruh Metode Pembelajaran Terhadap Prestasi
4.10. Hasil Uji Lanjut Anava Pengaruh Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Kognitif
……………………………………………………………………………….102
commit to user
xvi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
4.11. Hasil Uji Lanjut Anava Pengaruh Kemampuan Awal Terhadap Prestasi Kognitif
……………………………………………………………………………….103
commit to user
xvii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
12. Indikator, Kisi-kisi dan Angket Prestasi Ranah Afektif .................................. 168
commit to user
20. Data Tes Kemampuan Awal ............................................................................ 208
xviii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
21. Hasil Uji Validitas, Reliabilitas, Derajat Kesukaran dan Daya Beda Tes
22. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Angket Motivasi Belajar ......................... 211
23. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Angket Afektif Siswa .............................. 213
24. Hasil Uji Validitas, Reliabilitas, Derajat Kesukaran dan Daya Beda Tes
25. Hasil Uji Lanjut Kemampuan Kognitif dengan Metode Turkey …………… 217
commit to user
xix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
Kata kunci: problem based learning, eksperimen, demonstrasi, motivasi belajar dan
kemampuan awal, kognitif, afektif, gerak harmonik.
commit to user
xvii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
commit to user
xviii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
begitu pesat, kadang tidak sebanding dengan perkembangan sumber daya manusia.
Oleh karena itu, dunia pendidikan tentunya harus responsif terhadap berbagai
perkembangan tersebut. Jika hal ini tidak segera dipikirkan, maka bukan tidak
mungkin jika pendidikan di negeri ini akan tertinggal jauh dari bangsa lain.
Indonesia (RI) nomor 20 tahun 2003 pada bab II pasal 3 yang menjelaskan bahwa
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
Kurikulum terakhir yang digunakan pada saat ini adalah Kurikulum Tingkat
commit to user
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Satuan Pendidikan (KTSP), yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi sekolah.
fondasi belajar ke dalam lima pilar, yaitu : (a) belajar untuk beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa; (b) belajar untuk memahami dan menghayati; (c)
belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif; (d) belajar untuk
hidup bersama dan berguna untuk orang lain; dan (e) belajar untuk membangun dan
menemukan jati diri melalui proses yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.
minimal pencapaian kompetensi pada setiap aspek penilaian mata pelajaran yang
harus dikuasai oleh siswa yang idealnya adalah 75%. Namun demikian kriteria
ketuntasan ini dapat lebih rendah atau lebih tinggi dari 75% tergantung dari
ketuntasan minimal yaitu: kompleksitas, daya dukung, intake dan esensial. Karena
semua kompetensi dasar itu esesial, maka pertimbangan yang perlu diperhatikan
hanyalah ketiga komponen yang lain. Kompleksitas adalah tingkat kesulitan dan
kerumitan setiap kompetensi dasar yang harus dicapai oleh siswa. Yang dimaksud
dengan daya dukung adalah ketersediaan tenaga, sarana dan prasarana pendidikan
peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
prakarsa, kreatifitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan
berdaya saing global berdasarkan nilai-nilai luhur bangsa, Dengan demikian SMA
Negeri 1 Klaten mempunyai tanggung jawab yang cukup berat yaitu meningkatkan
tujuan umum tersebut, siswa SMA Negeri 1 Klaten dalam pelajaran fisika harus
dapat mencapai nilai KKM 75. Pencapaian nilai fisika meliputi aspek kognitif,
aspek afektif dan psikomotor. Siswa dituntut tidak hanya mampu menghafal teori,
tetapi juga berpikir ilmiah, mandiri, kreatif serta aktif memecahkan masalah
untuk menemukan solusi. Dari kegiatan yang diikuti, salah satunya OSN fisika
SMA N 1 Klaten baru bisa berhasil di tingkat kabupaten. Hal ini berarti menunjukkan
bahwa SMA N 1 Klaten yang berstatus RSBI masih harus meningkatkan kualitas
Siswa SMA Negeri 1 Klaten berasal dari lingkungan keluarga yang keadaan
ekonominya beragam. Bagi siswa yang berasal dari lingkungan orang tua yang
ekonominya kuat, hidup di lingkungan kota, pergaulan di SMP cukup luas, mendapat
perkembangan tekhnologi global seperti mengakses internet dan audio visual lain
tentu memiliki tingkat kreativitas olah pikir yang cukup cemerlang dibandingkan
commit to user
siswa yang berasal dari lingkungan yang ekonominya lemah. Hal tersebut juga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
menjadi sebab terdapatnya perbedaan siswa satu dengan lainnya dalam hal :
kondisi awal, motivasi belajar, kemampuan awal, gaya belajar, sikap ilmiah dan
perbedaan tersebut belum menjadi perhatian guru. Bagi siswa yang memiliki
kemampuan awal tinggi akan lebih mudah dalam mempelajari materi pelajaran
berikutnya yang tingkatnya lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang memiliki
mengetahui terlebih dahulu tingkat kemampuan awal siswanya, dengan cara memberi
pertanyaan atau tes awal. Demikian pula dengan tingkat motivasi belajar siswa,
sebelum proses belajar mengajar dimulai guru harus bisa membangkitkan motivasi
belajar fisika dengan cara menunjukkan kegunaan fisika dalam kehidupan sehari-hari
bisa melalui pemutaran video, slide atau kegunaan alat-alat yang prinsip kerjanya
pembelajaran, padahal kondisi awal , motivasi belajar, dan kemampuan awal siswa
sangat bervariasi. Dan kondisi yang bervariasi bagi siswa yang satu dengan lainnya
diri siswa tersebut, bisa menjadi sebab tidak optimalnya prestasi belajar fisika siswa.
berlangsung secara klasikal dan hanya bergantung pada buku teks dengan metode
tersebut terjadi karena banyak guru IPA yang kurang memahami hakikat fisika.
Materi fisika memiliki aspek produk, proses, dan sikap ilmiah, yang satu dengan
sains, sehingga siswa hanya dijejali dengan teori-teori yang harus dihafalkan saja,
bertumpu pada apa yang ditetapkan dan diberikan oleh guru dan belum berorientasi
pada bagaimana memperkaya pengalaman siswa, sehingga siswa lebih bersifat pasif
Kondisi tersebut terbalik dengan model pembelajaran fisika yang benar, yaitu
terfokus pada pemberian pengalaman belajar langsung kepada siswa. Guru sebagai
Untuk mengatasi hal tersebut guru harus bisa merubah kebiasaan mengajarnya
yang berpusat pada siswa, media dan metode pembelajaran yang variatif dan
yang diberikan dengan metode pembelajaran yang digunakan. Hal ini terjadi karena
metode yang dapat melibatkan siswa secara aktif sesuai dengan pola pembelajaran
fisika adalah metode eksperimen dan demonstrasi. Kedua metode tersebut memberi
kesempatan kepada siswa untuk terlibat langsung secara aktif dalam proses
pertanyaan. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan Van Joolingen, De Jong, &
mereka sendiri karena keterlibatannya dalam proses ilmiah yang mendorong siswa
percobaan memberikan hasil yang tegas dan tidak ada ambiguitas tentang prediksi
suatu teori. Penerimaan materi pelajaran oleh siswa akan menjadi jelas jika diperjelas
dengan adanya demonstrasi. Dari kedua metode ini siswa memperoleh pengalaman
harmonik, siswa dapat menemukan sendiri jawaban atas persoalan pada materi /teori
Pada pelajaran fisika di kelas XI, banyak materi yang satu dengan lainnya
commit to user
saling berkaitan, seperti materi gerak melingkar, elastisitas, dan hukum Hooke
dengan getaran harmonik. Materi ajar tersebut berkaitan erat, elastisitas membahas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
tentang pengaruh pemberian gaya pada benda (pegas), seperti adanya sifat elastisitas
benda, pertambahan panjang pegas, dan batas elastisitas benda. Sifat-sifat ini sangat
diperlukan dalam materi getaran. Suatu benda dapat bergetar dan berisolasi, karena
adanya pengaruh dari gaya yang bekerja pada benda tersebut. Gerak harmonik juga
banyak guru yang belum mampu menunjukan adanya keterkaitan pada materi-materi
tersebut.
hasil belajar. Hasil belajar dapat dinyatakan dalam bentuk prestasi. Gagne
mengelompokkan hasil belajar menjadi lima macam. Hasil belajar yang dimaksud
Keterampilan intelektual ini dapat meliputi persepsi, ialah hasil mental dari
belajar dan berpikir seseorang dalam arti yang seluas-luasnya, termasuk kemampuan
informasi verbal; informasi verbal juga disebut pengetahuan verbal sebagai salah
satu hasil belajar di sekolah. Pengetahuan untuk mencari dan mengolah sendiri
nilai; kemampuan ini berhubungan dengan arah serta intensitas emosional yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
dimiliki oleh seseorang. Diharapkan berperan di dalam pembentukkan sikap dan nilai
seperti menghormati orang lain, kesediaan bekerja sama, tanggung jawab atau
Taksonomi hasil belajar Gagne sesuai dengan hakikat IPA yaitu produk,
proses, dan sikap ilmiah. Hasil belajar dalam penelitian ini, berusaha
mengakomodasi kelima kemampuan hasil belajar yang disebutkan dalam teori Bruner
dalam tiga ranah, yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Untuk itu, setting
kondisi belajar agar ketiga ranah tersebut dapat berkembang. Dalam penilaian hasil
belajar selama ini, banyak guru yang belum menyertakan ketiga aspek tersebut,
B. Identifikasi Masalah
1. SMA Negeri 1 Klaten merupakan salah satu sekolah yang berstatus RSBI
tepat, variatif, kreatif, dan inovatif. Beberapa metode yang dapat dipilih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
berbedanya kondisi awal siswa dalam hal motivasi, kemampuan awal, gaya
5. Guru cenderung memberikan penilaian hanya pada aspek kognitif saja, padahal
psikomotor.
6. Ada berbagai materi fisika diajarkan pada siswa kelas XI, seperti Gerak
berkaitan namun keterkaitan antara materi yang satu dengan yang lain
C. Pembatasan Masalah
3. Motivasi belajar siswa merupakan dorongan yang kuat dan merasakan adanya
commit to user
kebutuhan maupun minat terhadap pembelajaran fisika dibatasi tinggi dan rendah
10
untuk mengetahui pengetahuan awal siswa dalam mempelajari materi yang akan
D. Rumusan Masalah
Masalah pokok yang akan dikaji dalam penelitian ini, dirumuskan sebagai
berikut :
2. Apakah ada pengaruh tingkat motivasi belajar tinggi dan rendah terhadap prestasi
belajar fisika?
3. Apakah ada pengaruh kemampuan awal siswa tinggi dan rendah terhadap
6. Apakah ada interaksi antara motivasi belajar dan kemampuan awal siswa
11
E. Tujuan Penelitian
2. Pengaruh tingkat motivasi belajar tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar
fisika.
3. Pengaruh kemampuan awal siswa tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar
fisika.
belajar fisika.
6. Interaksi antara motivasi belajar dan kemampuan awal siswa terhadap hasil
belajar fisika.
F. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis
maupun praktis.
12
diharapkan
c. Dengan eksperimen dan demonstrasi siswa tidak selalu bergantung pada guru,
akan tetapi lebih pada usaha dan daya kreatifitas mereka secara optimal.
motivasi belajar, dan kemampuan awal siswa terhadap prestasi belajar fisika
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB II
A. Kajian Teori
dan pendewasaan manusia. Adapun proses-proses itu timbul sebagai gejala perilaku
dan upaya manusia, di atas perilaku individual sosial memenuhi kebutuhan dasar
kehidupan agar lebih bermakna dan bernilai. Pendidikan dimulai di keluarga atas
kelompok anak-anak mulai dari kelompok kecil sampai rombongan relatif besar
mendidik secara makro dan menjadi pengganti orang tua. Pendidikan dalam arti
mendidik (educating) dimulai dari relasi pergaulan manusia, termasuk kualitas belajar
dan mendidik diri sendiri sebagai humanisasi dalam interaksi internal menjadi dasar
dari relasi pendidikan dan interaksi edukatif dalam arti luas (hominisasi dan
antara guru dengan siswa. Isi pendidikan dan bahan ajar terdiri dari problem nyata
yang aktual di masyarakat. Siswa diajak menghayati nilai-nilai sosial budaya dan
1. Belajar
commit to user
Pada dasarnya manusia yang sedang belajar yaitu orang yang sedang melakukan
13
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
14
aktivitas baik fisik maupun mental untuk mencapai suatu hasil yang diinginkan.
Aktivitas itu sendiri dilakukan sejak manusia dilahirkan hingga akhir hayatnya. Di
sepanjang hayatnya manusia tak pernah lepas dari proses belajar ini, dalam skala
yang berbeda, sesuai dengan tingkatan dan lingkungan dimana proses belajar tersebut
berlangsung.
a. Pengertian Belajar
materi pelajaran. Mereka yang beranggapan demikian biasanya akan cepat bengga
sebagian informasi yang terdapat dalam buku teks atau yang diajarkan guru. Di
samping itu, ada pula sebagian orang yang memandang belajar sebagai latihan belaka
seperti yang tampak pada latihan membaca dan menulis. Untuk menghindari
bahwa belajar adalah suatu proses adaptasi (penyesuaian tingkah laku) yang
result of practice and experience “ (Belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku
commit to user
yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman). Rumusan keduanya
15
(dalam Muhibbin Syah, 2001:61) dalam bukunya The Psychology of Learning and
whih can affect the organism’s behavior” (Belajar adalah suatu perubahan yang
terjadi dalam diri organisme, manusia atau hewan, disebabkan oleh pengalaman yang
that occurs as result of experience (Belajar ialah perubahan yang relatif menetap
yang terjadi dalam segala macam/keseluruhan tingkah laku atau organisme sebagai
relatif langgeng sebagai hasil latihan yang diperkuat). “Jadi belajar adalah kegiatan
atau pengalaman”.
b. Pembelajaran
terlepas dari peranan guru sebagai pengajar dan siswa yang menerima pelajaran,
sehingga terjadi proses belajar mengajar atau dikenal sebagai proses pembelajaran
commit to user
yang melibatkan siswa dan guru sebagai bagian dari komponen-komponennya. Proses
pembelajaran adalah sesuatu yang terorganisasi, seperti yang disebutkan oleh Davis,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
16
melibatkan berbagai komponen yang meliputi orang, benda, fasilitas, peralatan yang
mengalami interaksi untuk mencapai suatu tujuan. Secara umum pembelajaran dapat
berarti serangkaian aktivitas yang diprogramkan sehingga terjadi proses belajar bagi
Tercapainya tujuan belajar tidak terlepas dari model mengajar yang diterapkan
oleh pengajar/guru. Salah satu model dasar mengajar yang dikembangkan oleh
Umpan balik
Umpan Balik
1) Tujuan pembelajaran
commit
dasarnya merupakan rumusan tentang to user tingkah laku yang akan dimiliki
bentuk-bentuk
siswa setelah melakukan proses belajar, atau setelah mengikuti proses pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
17
yang akan diajarkan. Kemampuan awal siswa sebelum mulai mempelajari suatu
Dengan mengetahui kemampuan awal, guru dapat menetapkan dari mana harus
pengetahuan atau keterampilan yang telah dimiliki, yang lebih rendah dari apa yang
sebagai entry behavior bersifat individual. Secara umum entry behavior mempunyai
kemiripan dengan readiness (kesiapan). David Ausubel, 1975 (dalam Asra, 2008:87)
performance (penampilan) yang sudah harus dimiliki siswa sebelum memulai suatu
harus dimiliki sebelum dia mulai membaca (De Cecco & Crawford, 1977:50).
Mengenal entry behavior dapat dilakukan dengan cara wawancara atau tes awal dan
analisis pembelajaran. Tes awal (pre test) yang dilakukan guru dapat menjadi alat
commit to user
mengenal entry behavior. Tes awal harus sama dengan yang akan digunakan dalam
post test. Sebab merupakan alat pengukur pencapaian tujuan. Penguasaan atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
18
digunakan dan kegiatan yang dilakukan; b) alat dan media yang akan digunakan; c)
penilaian terhadap sejauh mana proses pembelajaran dapat mencapai tujuan. Hal ini
penting sebagai umpan balik dalam melihat tujuan, pengenalan siswa maupun
dapat diterapkan dalam pembelajaran secara umum perlu menempuh strategi tertentu.
Strategi ini didasarkan pada pandangan umum tentang rangkaian peristiwa dalam
2. Teori-teori Belajar
Teori belajar memiliki beberapa pandangan, dapat ditinjau dari aspek individu
dan masyarakat. Belajar dari aspek individu merupakan salah satu upaya untuk
baik. Sedangkan belajar dari segi masyarakat merupakan kunci dalam pemindahan
19
a. Teori Konstruktivisme
pembelajaran dari pada guru atau instruktur. Teori ini berpandangan bahwa siswa
yang berinteraksi dengan berbagai obyek dan peristiwa sehingga mereka memperoleh
dan memahami pola-pola penanganan terhadap obyek dan peristiwa tersebut. Di sini
konstruksi mental. Belajar juga dipengaruhi oleh konteks, keyakinan, dan sikap
siswa. Dalam proses pembelajarannya para siswa didorong untuk menggali dan
Dalam teori belajar kognitif, belajar merupakan suatu proses terpadu yang
struktur kognitif baru, atau untuk mengubah pemahaman dan struktur kognitif lama.
Memperoleh pemahaman berarti menangkap makna atau arti dari sebuah obyek atau
suatu situasi yang dihadapi. Sedangkan struktur kognitif adalah persepsi atau
kognitif baru, atau untuk mengubah pemahaman dan struktur kognitif lama yang
commit to user
dimiliki seseorang, maka proses belajar sepatutnya dilakukan secara aktif, melalui
20
dipandang sebagai proses pengolahan informasi yang meliputi tiga tahap, yaitu
menyimpan dan menemukan hubungan antara pengetahuan yang telah ada. Teori
Belajar kognitif ini dikembangkan oleh beberapa orang ahli seperti Wallace, Engel
dan Mooney, Jean Piaget, serta Jerome S. Bruner (Depdiknas, 2004:8). Menurut
Wallace, Engel dan Mooney teori belajar kognitif memiliki empat postulat, yaitu (A)
belajar diikat dengan pengalaman belajar sehari-hari; (B) penyelesaian masalah lebih
baik daripada hanya menghafal; (C) transfer akan terjadi jika pembelajarannya
berlangsung pada konteks yang sama dengan aplikasinya; (D) pembelajaran harus
dipengaruhi oleh faktor dalam yaitu predisposisi biologis dan faktor luar.
siswa, maka teori pembelajaran yang digunakan hendaknya memperhatikan tiga hal
yang merupakan acuan untuk menentukan srategi pembelajaran yang tepat, yaitu
dikenal dengan nama teori pentahapan (stage theory). Model mengajar dari rumpun
commit to user
pemrosessan informasi dapat digunakan dalam mengajarkan konsep (Joice & Weil,
1972). Ada empat proses utama yang terlibat dalam pengolahan informasi, yaitu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
21
dan lupa (forgetting) sasarannya ialah orang yang bersangkutan, yaitu penyebab
belajar atau agen-agen lingkungan yang bertindak terhadap suatu organisma. Ada dua
hal yang terlibat dalam pengolahan informasi, yaitu (1) siswa yang aktif memproses,
tertentu. Dalam konteks belajar, jenjang proses kognitif dimulai dari belajar yang
paling sederhana, yaitu keterampilan motorik, belajar sikap, dan belajar informal
strategi kognitif, belajar konsep, dan belajar pemecahan masalah. Dalam perspektif
teori kognitif, belajar konsep di samping berjenjang juga bersyarat. Jenjang belajar
konsep mulai dari yang paling sederhana, yaitu belajar membedakan, menuju ke
yang kompleks, yaitu belajar konsep konkrit dan belajar prinsip. Hasil belajar yang
lebih kompleks, juga dapat menjadi prasyarat untuk belajar pemecahan masalah.
Berdasarkan pemaparan teori-teori belajar tersebut di atas, teori belajar yang relevan
dengan pengajaran IPA dewasa ini adalah teori kognitif, antara lain dikemukakan
berbeda dalam berpikir. Hal yang diperoleh dalam satu peringkat merupakan dasar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
22
interaksi yang konstan antara individu dengan lingkungannya sehingga terjadi dua
proses yaitu organisasi dan adaptasi. Organisasi merupakan suatu proses penataan
segala sesuatu yang ada di lingkungan sehingga dikenal oleh individu. Sedangkan
lingkungannya. Adaptasi terjadi dalam dua bentuk yaitu asimilasi dan akomodasi.
akomodasi adalah proses Individu mengubah dirinya agar bersesuaian dengan apa
akomodasi dan dikendalikan oleh prinsip keseimbangan. Pada masa bayi dan anak-
anak pengetahuan bersifat subyektif dan akan berkembang menjadi obyektif apabila
bahwa belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan
dengan obyek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dibantu
dengan pertanyaan atau masalah dari guru. Guru harus banyak memberikan
rangsangan kepada siswa agar mau aktif berinteraksi dengan lingkungan. mencari dan
23
tahap perkembangan ini siswa sudah dapat diajak untuk berpikir rasional dan
rasional juga harus dikembangkan cara berpikir imajiner. Dalam pembelajaran fisika
berbasis masalah melalui metode demonstrasi dan eksperimen siswa perlu dilatih
Menurut Gagne dalam Slameto (2003 : 13) “Belajar adalah 1) suatu proses
Dalam pemrosesan informasi terjadi antara kondisi internal dan eksternal”. Kondisi
internal adalah keadaan di dalam diri individu yang diperlukan untuk mencapai hasil
pembelajaran dan proses kognitif yang terjadi dalam individu selama proses belajar
dari pemrosesan informasi yang berupa kecakapan manusia terdiri dari informasi
bentuk bahasa yang memadai sehingga dapat dikomunikasikan kepada orang lain.
Kemampuan ini diperoleh sebagai hasil belajar di sekolah dari kata-kata yang
diucapkan seseorang, televisi, radio dan media lainnya. Pengetahuan untuk mencari
commit to user
dan mengolah informasi sendiri. Kecakapan intelektual adalah kecakapan individu
24
keterampilan internal yang diperlukan dalam belajar, mengingat, dan berpikir agar
menjadi aktivitas yang efektif. Kemampuan ini termasuk mengatur cara belajar dan
memecahkan masalah atau sering disebut dengan self management behaviour. Sikap
berperan dalam pembentukan sikap dan nilai seperti menghormati orang lain,
hasil pembelajaran yang berupa pergerakan yang dikontrol oleh otot dan fisik.
langkah eksperimen dan demonstrasi dalam berbagai jalan agar fenomena alam yang
di lingkungan siswa benar-benar dapat difahami sebagai gejala alam biasa dengan
terlepas dengan peristiwa alam, maka perlu dilakukan dengan tahapan pemahaman
yang diperoleh ini digunakan untuk membuat aturan, kaidah, dan lain sebagainya.
25
yang dapat ditempuh agar siswa memiliki kelima kecakapan tersebut. Kegiatan
merupakan salah satu model pembelajaran inovatif yang mengkondisikan siswa untuk
belajar aktif. Wina Sanjaya (2007: 214) menuliskan “ SPBM (Strategi Pembelajaran
Learning adalah Suatu proses pembelajaran yang diawali dari masalah-masalah yang
mengidentifikasi suatu masalah, baik yang dihadapi secara nyata maupun telaah
kebutuhan belajar yang diperlukan agar mereka dapat memecahkan masalah tersebut.
commit to user
Sementara menurut Wik.Ed (http;//wik.ed.uiue.edu/index.php/Learning) berpendapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
26
merupakan pembelajaran yang berpusat pada siswa. Siswa dalam proses belajar
dihadapkan pada berbagai masalah dari dunia nyata dan diharapkan siswa bisa
masalah dari dunia nyata sebagai bahan pemikiran bagi siswa dalam memecahkan
27
masalah adalah sebagai sarana untuk mendorong siswa berpikir secara berbeda
tentang belajar mandiri dan tanggung jawab. Hal positif yang didapat dari mayoritas
Permasalahan yang dihadapi siswa adalah masalah yang nyata, otentik dan
tingkat berpikir siswa. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh David H Jonassen &Woei Hung (2008: 21-22), menyatakan bahwa tingkat
dengan tingkat kesulitan yang tepat pada peserta didik akan sesuai kesiapan
kognitifnya, sementara tingkat kesukaran masalah yang tidak tepat akan melebihi
28
siswa untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tepat; dan 9) PBL
kelemahan antara lain :1) jika siswa tidak memiliki minat dan motivasi yang tinggi
untuk memecahkan masalah maka siswa akan enggan untuk mencoba; 2) terbatasnya
dan keunggulan yang terdapat pada pembelajaran berbasis masalah di atas siswa
diajak untuk menentukan masalah yang berkaitan dengan materi gerak harmonik
melakukan kegiatan secara langsung untuk memperoleh data secara konkrit melalui
4. Metode Eksperimen
pengecekan bahwa teori yang sudah dibicarakan itu memang benar”. Sedangkan
menurut Roestiyah (2001: 80) “metode eksperimen adalah salah satu metode
commit to user
pembelajaran yang menekankan siswa untuk melakukan suatu percobaan tentang
29
hasil pengamatan tersebut disampaikan ke kelas dan dievaluasi oleh guru. Tujuan dari
penggunaan metode ini adalah agar siswa mampu mencari dan menemukan sendiri
yang akan diamati; 2) merumuskan tujuan yang jelas tentang kemampuan apa yang
ditempuh, materi pelajaran yang diperluas, variabel yang perlu diamati dan hal yang
sehingga tidak mudah percaya pada sesuatu yang belum pasti kebenarannya, dan
lebih aktif berpikir dan berbuat, hal tersebut sangat sesuai dengan tujuan kegiatan
pembelajaran modern yang menghendaki siswa untuk lebih banyak aktif belajar
30
membuktikan sendiri kebenaran suatu teori sehingga akan mengubah sikap mereka
kelemahan, antara lain : 1) memerlukan peralatan, bahan dan atau sarana eksperimen
yang mencukupi bagi setiap siswa atau sekelompok siswa. Bila hal ini tidak terpenuhi
belajar (berupa informasi, fakta atau data) yang salah atau menyimpang. Dengan
tersebut dapat diantisipasi dengan cara menyiapkan peralatan dan bahan yang
5. Metode Demonstrasi
pendekatan visual agar siswa dapat mengamati proses, informasi, peristiwa, maupun
alat dalam proses pembelajaran fisika”. Sedangkan menurut Syaiful Bahri Djamarah
dan Aswan Zain (2002:102) “Metode demonstrasi adalah cara penyajian bahan
commit to user
pelajaran dengan meragakan atau mempertunjukkan kepada siswa suatu proses,
situasi, atau benda tertentu yang sedang dipelajari, baik sebenarnya ataupun tiruan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
31
yang sering disertai dengan penjelasan lisan”. Dari beberapa pendapat tersebut dapat
proses terjadinya suatu peristiwa atau benda agar dapat diketahui dan dipahami oleh
peserta didik secara nyata atau tiruannya. Dengan metode demonstrasi, proses
penerimaan siswa terhadap pelajaran akan lebih berkesan secara mendalam sehingga
membentuk pengertian dengan baik dan sempurna. Siswa juga dapat mengamati dan
tidak hanya menunjukkan proses ataupun alatnya tetapi juga disertai banyak
pertanyaan yang mengajak siswa berpikir dan menjawab persoalan yang diajukan.
Oleh karena itu, demonstrasi yang baik selalu diawali dengan pertanyaan-pertanyaan
dari guru, dengan demikian siswa akan berpikir dan membuat hipotesis ataupun ide
mereka pikirkan dan jawaban itu sama dengan yang siswa amati. Guru tertap dapat
mengajukan pertanyaan selama proses demonstrasi berlangsung dan juga pada akhir
mengembangkan gagasan mereka dan selalu aktif berpikir. Dengan demikian siswa
tidak hanya melihat tetapi juga aktif memikirkan, mengolah proses itu di dalam
pelaksanaan, antara lain : a) siswa diberi penjelasan yang cukup, sehingga siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
32
pertanyaan; c) siswa diharuskan membuat catatan atas hasil yang didapatkan dari
pembelajaran di kelas karena ada beberapa keuntungan yang diperoleh, antara lain: 1)
dengan demonstrasi, perhatian siswa dapat lebih terpusatkan pada pelajaran yang
sedang diberikan; 2) dapat mengatasi keterbatasan jumlah alat dan bahan praktikum
karena dengan metode demonstrasi jumlah alat dan bahan yang diperlukan relatif
lebih sedikit dibandingkan pada metode eksperimen; 3) waktu yang diperlukan untuk
kerugian atau kelemahan, antara lain metode ini memerlukan ketrampilan guru secara
khusus. Karena tanpa ditunjang dengan hal itu, pelaksanaan demonstrasi akan tidak
efektif. Selain itu, metode demonstrasi memerlukan kesiapan dan perencanaan yang
percobaan, diskusi, dan pemecahan masalah maka metode demonstrasi cocok jika
demonstrasi, guru tidak mengedepankan teori-teori dalam diri siswa tetapi siswa yang
secara aktif melakukan pengamatan langsung. Hal ini sesuai dengan teori Bruner
33
6. Motivasi Belajar
Motivasi pada dasarnya merupakan dorongan yang muncul dari dalam diri
sendiri untuk berkelakuan. Dorongan itu sendiri pada umumnya diarahkan untuk
mencapai suatu tujuan. Tidak jarang kita mendengar istilah motif atau dorongan
yang dikaitkan dengan keberhasilan. Yang lebih dikenal dengan istilah motif
dorongan yang cukup tinggi untuk meraih ketercapaian hasil belajar. Sedangkan
dorongan yang timbul adalah tingkah laku untuk melaksanakan kegiatan belajar.
Dorongan atau tenaga tersebut merupakan gerak jiwa dan jasmani untuk berbuat. Jadi
motif merupakan suatu driving force yang menggerakkan manusia untuk bertingkah-
laku, dan didalam perbuatannya itu mempunyai tujuan tertentu. Setiap tindakan yang
semangat yang cukup besar terhadap seseorang untuk berperilaku dan dapat
memberikan arah dalam belajar. Motivasi pada dasarnya merupakan suatu keinginan
yang harus dipenuhi yang akan muncul jika ada rangsangan kebutuhan maupun minat
terhadap sesuatu.
Motivasi belajar adalah Sesuatu yang mendorong siswa untuk berperilaku yang
yang tinggi. Tanpa motivasi belajar, siswa tidak akan bisa belajar. Oleh karena itu,
bagi seorang siswa motivasi untuk belajar pada umumnya timbul karena adanya
rangsangan. Untuk lebih jelas tentang motivasi, berikut pengertian motivasi menurut
commit to user
beberapa ahli manajemen sumber daya manusia, yaitu : a) Mc Donald (1959)
34
bahwa motivasi adalah suatu perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang
ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. ; b) Hudojo
(1988: 106), motivasi adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan timbulnya dan
dapat timbul dari dalam diri individu (motivasi intrinsik) dan dapat timbul dari luar
diri siswa/motivasi ekstrinsik; d) Barelson dan Steiner dalam Koontz (2001: 115),
motivasi sebagai suatu keadaan dalam diri seseorang (innerstate) yang mendorong,
arah tujuan. Dari beberapa kutipan di atas maka dapat disimpulkan bahwa motivasi
pembelajaranpun siswa memerlukan suatu motivasi. Motivasi bisa datang dari luar
dan dari dalam diri siswa sendiri. Motivasi yang datang dari luar sering disebut
dengan motivasi ekstrinsik, sedangkan motivasi yang berasal dari dalam disebut
motivasi intrinsik. Motivasi (berasal dari dalam maupun dari luar siswa) memiliki
peranan yang penting dalam pembelajaran, baik dalam proses maupun pencapaian
hasil. Seorang siswa yang memiliki motivasi tinggi, pada umumnya mampu meraih
bersemangat ketika siswa yang dihadapi memiliki semangat yang tinggi dalam
commit to user
belajar. Motivasi belajar setiap orang, satu dengan yang lainnya, bisa jadi tidak
sama. Biasanya, hal itu bergantung dari yang diinginkan orang yang bersangkutan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
35
penuh semangat; 3) memiliki rasa penasaran atau rasa ingin tahu yang cukup tinggi;
memiliki rasa percaya diri; 6) memiliki daya konsentrasi yang tinggi; 7) kesulitan
dianggap sebagai tantangan yang harus dihadapi; 8) memiliki kesabaran dan daya
diharapkan bisa lebih dini mengetahui seberapa besar motivasi belajar yang dimiliki
7. Kemampuan Awal
sebagaimana yang telah diterapkan dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar,
perlu diketahui kemampuan awal yang dimilikinya. Hal ini perlu dilakukan
mengingat siswa yang belajar di sekolah tidak datang tanpa berbekal apapun sama
Kemampuan awal setiap siswa tidak sama. Kemampuan awal ini menggambarkan
kesiapan siswa dalam menerima pelajaran yang akan disampaikan guru. Kemampuan
awal yang dimiliki siswa merupakan salah satu pondasi bagi perencanaan dan
merupakan salah satu prasyarat untuk mengikuti pembelajaran yang lebih tinggi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
36
Guru harus mengetahui sejauhmana siswa telah menguasai materi yang akan
diberikan. Dengan mengetahui hal tersebut, guru akan dapat merancang pembelajaran
dengan lebih baik, sehingga tidak akan menimbulkan kebosanan bagi siswa yang
sudah memiliki pengetahuan tentang materi yang akan diajarakan. Hal tersebut
model, maupun metode pembelajaran yang tepat dalam proses belajar mengajar.
Dalam proses pembelajaran, siswa akan lebih mudah memahami dan menerima
materi kelanjutannya, jika proses belajar didasarkan pada materi yang sudah
diketahui, sehingga kemampuan awal yang dimiliki oleh siswa akan berpengaruh
terhadap prestasi belajar siswa. Kemampuan awal yang cukup akan sangat besar
Wawancara atau pemberian tes awal (pre test) dapat digunakan untuk
Menurut kamus lengkap Bahasa Indonesia (2006: 428) prestasi adalah hasil
baik yang dicapai (dari yang telah dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya). Pengertian
atau angka nilai yang diberikan oleh guru. Dari definisi di atas dapat disimpulkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
37
bahwa prestasi belajar fisika adalah hasil yang diperoleh setelah terjadi proses
pembelajaran fisika. Bentuk prestasi belajar dapat digambarkan dengan nilai tes atau
angka nilai yang diberikan kepada siswa. Prestasi belajar dapat dilihat dari
yang bersifat tetap. Perubahan ini dapat berupa pengalaman baru atau penyempurnaan
Menurut Revisi Taksonomi Bloom, hasil belajar terdiri dari tiga ranah
menafsirkan suatu materi pembelajaran yang sudah dipelajari ke dalam situasi baru
terhadap sesuatu berdasarkan pada maksud atau kriteria tertentu; f) membuat (create)
bentuk gerakan tertentu dalam melakukan suatu kegiatan, sebagai respon dari
rangsangan yang datang kepada dirinya yang ditampilkan dalam bentuk gerakan-
38
sejumlah anggota badan untuk melakukan suatu pekerjaan; c) pola-pola respon dan
respon baru dalam mencapai rangsangan tersebut. 3) Aspek afektif (penilaian pada
meliputi : a) sikap siswa dalam mengikuti pelajaran; b) minat yang tinggi dalam
mengikuti pelajaran.
berhasil baik apabila dapat menghasilkan prestasi belajar yang baik pula. Prestasi
belajar mempunyai beberapa fungsi utama, antara lain: 1) Prestasi belajar sebagai
indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai siswa; 2) Prestasi
belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu siswa; 3) Prestasi belajar sebagai
dalam belajar bidang tertentu saja tetapi juga berfungsi sebagai indikator kualitas
mengetahui prestasi belajar siswa, baik kognitif, afektif, maupun psikomotor karena
dapat menjadi umpan balik bagi guru dalam melaksanakan proses pembelajaran.
commit to user
Dengan demikian, guru dapat membuat evaluasi pembelajaran demi keberhasilan
pembelajaran tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
39
9. Hakekat Fisika
Fisika merupakan salah satu bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam atau dikenal
dan fenomena alam yang diperoleh dari hasil pemikiran dan penyelidikan ilmuwan
ilmiah. Definisi ini memberi pengertian bahwa sains merupakan cabang pengetahuan
yang dibangun berdasarkan pengamatan dan klasifikasi data, dan biasanya disusun
aplikasi penalaran matematis dan analisis data terhadap gejala-gejala alam. Dengan
demikian, pada hakikatnya sains atau fisika merupakan ilmu pengetahuan tentang
gejala alam yang dituangkan berupa fakta, konsep, prinsip dan hukum yang teruji
kebenarannya dan melalui suatu rangkaian kegiatan dalam metode ilmiah. Sains
memiliki dua sisi yaitu sebagai proses dan sisi lain sebagai produk. Proses sains
mengembangkan gagasan. Suatu teori pada mulanya berupa gagasan imajinatif dan
gagasan itu akan tetap sebagai gagasan imajinatif selama belum bisa menyajikan
sejumlah bukti. Penggunaan bukti sangat pokok dalam kegiatan sains termasuk fisika.
menyatakan bahwa fisika merupakan salah satu cabang IPA yang mendasari
perkembangan teknologi maju dan konsep hidup harmonis dengan alam. Sebagai
ilmu yang mempelajari fenomena alam, fisika juga memberikan pelajaran yang baik
kepada manusia untuk hidup selaras berdasarkan hukum alam. Pengelolaan sumber
commit to user
daya alam dan lingkungan serta pengurangan dampak bencana alam tidak akan
berjalan secara optimal tanpa pemahaman yang baik tentang fisika. Adapun tujuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
40
dari pembelajaran fisika adalah agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai
berikut: a. membentuk sikap positif terhadap fisika dengan menyadari keteraturan dan
keindahan alam serta mengagungkan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa; b. memupuk
sikap ilmiah yaitu jujur, obyektif, terbuka, ulet, kritis dan dapat bekerjasama dengan
menggunakan konsep dan prinsip fisika untuk menjelaskan berbagai peristiwa alam
pengetahuan, dan sikap percaya diri sebagai bekal untuk melanjutkan pendidikan
pada jenjang yang lebih tinggi serta mengembangkan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa fisika adalah pengetahuan
yang mempelajari kejadian-kejadian bersifat fisik yang mencakup proses, produk dan
sikap ilmiah bersifat siklik dan saling berhubungan. Produk merupakan kumpulan
pengetahuan dapat berupa fakta, konsep, prinsip hukum dan teori. Proses merupakan
terbentuk saat melakukan proses, misalnya obyektif dan jujur pada saat
commit to user
mengumpulkan dan menganalisis data.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
41
benda di sekitar titik keseimbangan. Contohnya: sebuah benda yang berayun, sebuah
bola yang diletakkan di dalam mangkok diberi sedikit simpangan dari posisi
Gambar 2.2, menunjukkan bola yang bergerak kembali ke arah bawah menuju titik
keseimbangan karena adanya gaya pemulih (restoring force). Gaya pemulih berupa
bola
bola berpindah berpindah
gaya restoring
Contoh gerak harmonik dalam sehari-hari antara lain: ayunan sederhana dan
B
A B O
O
A
commit to user
Gambar 2.3a ayunan sederhana Gambar 2.3b getaran pegas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
42
Dari gambar 2.3a dan 2.3b di atas, yang dimaksud dengan gerak harmonik adalah
gerak bolak-balik suatu benda yang melalui titik setimbangnya secara periodik karena
adanya gaya pemulih, yaitu dari O-A-O-B-O. Secara periodik berarti memiliki selang
waktu bolak balik yang tetap. Waktu gerak bolak-balik itu disebut periode (T).
melingkar beraturan pada salah satu sumbunya. Pada sumbu x untuk gerak harmonik
arah horizontal atau pada sumbu y untuk gerak harmonik arah vertikal. Gambar 2.4a.
menunjukkan posisi benda melakukan gerak harmonik pada setiap saat sebagai hasil
dari proyeksi benda yang melakukan gerak melingkar beraturan, mula-mula partikel
berada di titik P dan posisi sudut awal δ, Pl adalah proyeksi P pada sumbu y. partikel
dengan titik itu sendiri. Kemudian partikel bergerak ke bawah menuju S proyeksinya
mempunyai nilai nol. Kemudian partikel bergerak ke bawah dan mencapai titik
dari titik kesetimbangan dan akhinya mencapai titik Q yang proyeksinya Q1. Jadi,
Karena merupakan proyeksi pada sumbu y, maka persamaan posisi partikel setelah
y = r sin (θ + δ)
43
Gambar 2.4
a. Posisi benda pada gerak melingkar
b. Grafik fungsi sinus
Grafik y sebagai fungsi t ditunjukkan pada gambar 2.4 (b) yang merupakan
grafik fungsi sinus. Dengan demikian besaran-besaran yang berlaku dalam gerak
melingkar juga berlaku dalam gerak harmonik, yaitu periode (T), frekuensi (f), dan
f= =j (2.2b)
dari gambar 2.3. di atas dapat dilihat simpangan maksimum pada gerak
vy = v cos (θ + δ)
44
.
Demikian juga percepatan sesaat ay dapat diperoleh dari percepatan sentripetal ar =
.
ay = - sin (θ + δ) = - ω2 A sin (ωt + δ)
= - ω2y (2.4)
Tanda negatif dipilih karena arah percepatan yang searah sumbu y ke bawah.
Karena cos (ωt + δ) berharga antara -1 dan +1, maka harga kecepatan
percepatannya, ay = ± j A.
Pada getaran pegas, gaya pemulih itu berasal dari gaya elastis pegas seperti berikut.
F=−ky (2.5)
Dari persamaan 2.4 dan 2.5 dapat ditentukan periode dan frekuensi getaran.
F =−ky
m a = −ky
m (−ω2y) = −k y
ω=√
j
Dengan substitusi ω = diperoleh periode getaran:
j
=√
T=2 √ (2.6)
dan f = = (2.7)
j
Dari persamaan 2.6 dan 2.7 dapat diketahui bahwa periode T dan frekuensi f getaran
commit
pegas hanya dipengaruhi massa beban to user pegas.
dan konstanta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
45
Bandul Matematis
Bandul matematis / ayunan sederhana adalah contoh lain dari benda yang
sudut sebesar θ, maka bila dilepas bandul tersebut akan bergerak balik ke titik
setimbangnya. Hal ini terjadi karena pada bandul bekerja gaya pemulih yang
diberikan oleh komponen gaya gravitasi pada bandul dengan arah garis singgung
dapat dikatakan bahwa komponen gaya tangensial adalah gaya pemulih yang
dinyatakan sebagai:
N
Ft = -mg sin θ = m N (2.8)
lingkaran yang jari-jarinya L, karena s = Lθ, maka persamaan 2.8 dapat ditulis
N J
sebagai: = - sin θ (2.8a)
N
46
dan energi kinetik. Jumlah energi potensial dan energi kinetik disebut energi
mekanik. Besarnya energi potensial adalah energi yang dimiliki gerak harmonik
Ep = ½ ky2
Energi kinetik adalah energi yang dimiliki oleh benda yang melakukan gerak
Ek = ½ mv2
Ek = ½ m2 A2 cos2 t
Ek = ½ kA2cos2t (2.11)
Em = Ep + Ek
½ kA2(sin2 t + cos2t)
Em = ½ kA2
Besarnya energi mekanik dari suatu benda yang melakukan gerak harmonik
sederhana adalah tetap, sehingga berlaku kekekalan energi mekanik yang dapat
commit to user
dituliskan:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
47
Em1= Em2
(y = A). Sementara itu, energi kinetik akan minimum saat simpangan maksimum (y =
berbasis masalah dan dapat dijadikan bahan kajian bagi penelitian ini antara lain:
penelitian tersebut, penelitian ini akan melanjutkan penelitian yang dilakukan Sriani
dapat lebih meningkatkan prestasi belajar fisika, variabel tersebut yaitu motivasi
48
dapat lebih meningkatkan prestasi belajar fisika dan menambah ranah penilaian tidak
3. Penelitian yang dilakukan oleh Johannes Strobel and Angela van Barneveld, 2009
fisika.
4. Penelitian yang dilakukan oleh Kun-Yuan Yang - Jia-Sheng Heh, 2007. Hasil
penelitian ini akan dilakukan pembelajaran dengan pendekatan PBL dengan metode
fisika.
mengemukakan pendapat dan berusaha mendengarkan pendapat orang lain serta mau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
49
bekerja sama antara siswa Asia dan Eropa. berkaitan dengan penelitian tersebut
dalam penelitian ini akan dilakukan pembelajaran dengan pendekatan PBL dengan
harapan siswa selain berani mengemukakan pendapat, bekerja sama, juga mampu
6. Penelitian yang dilakukan oleh Jason Ravitz, 2003. Pada penelitian tersebut
metode lain (metode tradisional: ceramah, diskusi). Pada penelitian ini akan
siswa dapat lebih meningkatkan bekerja sama, mampu berpikir kritis, analitis,
sistematis, dan logis untuk memecahkan masalah dan meningkatkan prestasi belajar
fisika.
7. Penelitian yang dilakukan oleh Zafer Tanel dan Mustafa Erol dari Buca, 2009.
lebih efektif dalam mengingat pengetahuan yang dipelajari dari pada metode
eksperimen dan demonstrasi, agar siswa dapat lebih aktif, dapat meningkatkan kerja
sama dan dapat membuktikan sendiri kebenaran dari teori yang diterima.
C Kerangka Berpikir
50
Salah satu materi pembelajaran fisika di SMA adalah gerak harmonis, dimana
karateristik dari materi tersebut dapat diamati secara kongkrit namun persamaan
materi ini kongkrit, maka dalam pelaksanaan pembelajaran materi tersebut diperlukan
yang berpusat pada aktivitas siswa. Metode eksperimen adalah salah satu metode
metode ilmiah dalam menghadapi masalah sehingga tidak mudah percaya pada
sesuatu yang belum pasti kebenarannya, dan tidak mudah percaya kata orang,
sebelum ia membuktikan kebenarannya; b) siswa lebih aktif berpikir dan berbuat, hal
menghendaki siswa untuk lebih banyak aktif belajar sendiri dengan bimbingan guru;
teori sehingga akan mengubah sikap mereka yang tahayul atau peristiwa-peristiwa
yang tidak masuk akal. Disamping keunggulannya, metode eksperimen juga memiliki
commit to user
beberapa kelemahan, antara lain : a) memerlukan peralatan, bahan dan atau sarana
eksperimen yang mencukupi bagi setiap siswa atau sekelompok siswa. Bila hal ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
51
tidak terpenuhi maka akan mengurangi kesempatan siswa untuk dapat melakukan
perolehan hasil belajar (berupa informasi, fakta atau data) yang salah atau
menyimpang.
dengan meragakan atau mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi, atau
benda tertentu yang sedang dipelajari, baik sebenarnya ataupun tiruan, yang sering
sebagai berikut : a) perhatian siswa dapat lebih terpusatkan pada pelajaran yang
sedang diberikan; b) dapat mengatasi keterbatasan jumlah alat dan bahan praktikum
karena dengan metode demonstrasi jumlah alat dan bahan yang diperlukan relatif
lebih sedikit dibandingkan pada metode eksperimen; c) waktu yang diperlukan untuk
memerlukan ketrampilan guru secara khusus. Karena tanpa ditunjang dengan hal itu,
kesiapan dan perencanaan yang matang untuk memperoleh hasil yang optimal.
eksperimen dan demonstrasi berbasis masalah terhadap prestasi belajar fisika siswa.
Teori pembelajaran yang mendukung penggunaan metode ini adalah teori Piaget,
karena di dalam proses pembelajaran terjadi adaptasi, dalam dua bentuk yaitu
52
Motivasi belajar adalah sesuatu yang mendorong siswa untuk berperilaku yang
tinggi; b) penuh semangat; c) memiliki rasa penasaran atau rasa ingin tahu yang
cukup tinggi; d) mampu “jalan sendiri” ketika guru meminta siswa mengerjakan
sesuatu; e) memiliki rasa percaya diri; f) memiliki daya konsentrasi yang tinggi; g)
kesulitan dianggap sebagai tantangan yang harus dihadapi; h) memiliki kesabaran dan
daya juang yang tinggi. Dengan demikian, untuk siswa yang tidak memiliki ciri-ciri
di atas, guru harus memotivasi siswa dengan cara menunjukkan manfaat dan
kegunaan fisika dalam teknologi dan keseharian, dapat melalui pemutaran video
tentang manfaat kegunaan fisika dalam teknologi ataupun menunjukkan alat-alat yang
motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar fisika, karena dalam keadaan
yang tinggi. Tanpa motivasi belajar, siswa tidak akan bisa belajar. Oleh karena itu,
bagi seorang siswa motivasi untuk belajar pada umumnya timbul karena adanya
rangsangan.
harus dimiliki siswa adalah teori-teori yang mendasari gerak harmonik, yaitu gerak
commit to user
melingkar dan elastisitas. Kemampuan yang didapat siswa dari pengalaman belajar
53
berikutnya. Jika siswa sudah memiliki kemampuan awal tinggi maka dalam proses
awal tersebut menjadi kemampuan baru sesuai dengan tujuan yang harus dicapai.
Sebaliknya, jika kemampuan awal siswa rendah maka siswa tersebut akan mengalami
kesulitan dan memerlukan waktu yang lama untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Memperhatikan hal tersebut, maka diduga ada pengaruh kemampuan awal tinggi dan
belajar fisika.
Salah satu keunikan tersebut tercermin pada perbedaan cara dari masing-masing
siswa untuk mendapatkan informasi lewat belajar. Karena setiap individu siswa
memiliki cara balajar dan motivasi belajar yang tidak sama maka diperlukan metode
yang aktif dan mempunyai motivasi belajar tinggi seharusnya diajarkan dengan
metode eksperimen. Sedangkan siswa yang kurang aktif dan mempunyai motivasi
agar siswa lebih mudah dan lebih senang untuk belajar memproses informasi dari
lingkungannya. Jika siswa merasa lebih mudah dan senang untuk belajar maka hasil
belajar yang diperoleh juga akan lebih baik. Dengan demikian, diduga ada hubungan
54
pemilihan metode pembelajaran saja, tetapi juga harus mengetahui kemampuan awal
yang telah dimiliki siswa. Siswa yang sudah memiliki kemampuan awal yang tinggi
pada materi yang akan diajarkan tidak akan menemukan kesulitan dalam proses
Sehingga diduga ada interaksi yang erat antara metode pembelajaran dengan
yang dimiliki siswa tersebut, karena motivasi belajar yang berasal dari dalam diri
siswa (intrisik) dan tanpa paksaan mampu menguasai emosi siswa untuk belajar
secara mandiri dengan sadar, sedangkan motivasi yang berasal dari luar diri siswa
(ekstrinsik) mampu menopang keberhasilan motivasi belajar yang berasal dari dalam
diri siswa sehingga pencapaian prestasi belajar fisika dapat maksimal. Kemampuan
awal siswa dalam menguasai bahan ajar gerak melingkar dan elastisitas yang baik
tidak terlepas dari motivasi belajar yang dimiliki oleh siswa. Prestasi belajar fisika
dapat maksimal (tinggi) jika berasal dari siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi
dan kemampuan awal yang tinggi juga. Dengan demikian diduga ada interaksi antara
motivasi belajar dan kemampuan awal siswa terhadap prestasi belajar fisika siswa.
disampaikan sebelumnya. Penelitian ini menggunakan tiga variabel bebas dan satu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
55
terhadap variabel terikat. Interaksi antar ketiga variabel bebas terhadap variabel
terikat juga telah dibahas sebelumnya. Dengan berpijak pada hal tersebut di atas maka
dapat dinyatakan bahwa diduga ada interaksi antara metode pembelajaran, motivasi
D. Hipotesis
Berdasarkan uraian kajian teori dan kerangka berpikir di depan, maka dalam
2. Ada pengaruh tingkat motivasi belajar tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar
fisika.
3. Ada pengaruh kemampuan awal siswa tinggi dan rendah terhadap prestasi
belajar fisika.
6. Ada interaksi antara motivasi belajar dan kemampuan awal siswa terhadap hasil
belajar fisika.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
7. Pelaksanaan Penelitian v
Pembimbingan Bab III
8. v v v
Dan pengolahan data
v v v v v v v
9 Penulisan laporan
10 Ujian kompre v
1. Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMA Negeri 1 Klaten
commitdari
tahun pelajaran 2010/2011 yang terdiri to user
7 kelas program IPA dengan jumlah
56
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
57
siswa sebanyak 216 siswa. Adapun rincian jumlah siswa pada masing-masing kelas
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti ( Suharsini Arikunto,
kemudian kelompok tersebut tercemin dalam sampel. Dalam penelitian ini sampel
diambil 2 kelas, dari tujuh kelas yang ada di SMA Negeri 1 Klaten kelas XI Program
IPA tahun pelajaran 2010/2011, dengan jumlah keseluruhan 63 sampel yang terdiri
Sampel dibagi menjadi dua kelas yaitu kelas eksperimen I berjumlah 32 siswa,
commit to dengan
kelompok eksperimen II diberi pembelajaran user metode demonstrasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
58
C. Metode Penelitian
(2006:3) “eksperimen adalah suatu cara untuk mencari hubungan sebab akibat antara
dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan mengeliminasi atau
segala segi yang relevan dan hanya berbeda dalam hal pemberian perlakuan.
juga ditinjau dari motivasi belajar dan kemampuan awal siswa. Hasil dari perlakuan
kedua kelompok tersebut dibandingkan manakah yang lebih baik dan tepat
demonstrasi.
1. Rancangan Penelitian
eksperimen dan demonstrasi berbasis masalah (PBL) terhadap prestasi belajar fisika
59
mengetahui pengaruh antara suatu variabel terhadap variabel lainnya. Penelitian ini
masalah dan metode demonstrasi berbasis masalah. Pada penelitian ini, motivasi
belajar siswa dikategorikan menjadi motivasi belajar tinggi dan rendah. Kemampuan
awal siswa dikategorikan menjadi kemampuan awal tinggi dan rendah. Berkaitan
dengan hal tersebut maka penelitian ini mempergunakan rancangan faktorial design 2
(A1) (A2)
Rendah (B2) A 1 B2 A2 B2
Rendah (C2) A1 C2 A2 C2
Tabel 3.3 di atas menunjukkan tata letak rancangan penelitian. Variabel bebas
bebas tersebut antara lain: metode pembelajaran (A), motivasi belajar (B), dan
Keterangan :
60
2. Variabel Penelitian
Budiyono (2009:4). Dalam variabel terdapat variasi antara konstruk atau sifat yang
satu dengan yang lain. Penelitian ini menggunakan 3 macam variabel meliputi
a) Variabel Bebas
1) Definisi Operasional
Metode pembelajaran adalah suatu cara atau langkah yang dilakukan guru
dalam usahanya untuk membelajarkan siswa atau peserta didik guna meningkatkan
proses pembelajaran yang efektif sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan
baik. (a) Metode eksperimen adalah metode pembelajaran yang menekankan siswa
commit
untuk melakukan percobaan dengan to user dan membuktikan sendiri secara
mengalami
langsung sesuatu yang dipelajari; (b) Metoda demonstrasi adalah cara penyajian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
61
bahan ajar kepada peserta didik dengan meragakan atau mempertunjukkan suatu
proses, baik sebenarnya ataupun tiruan, yang sering disertai dengan penjelasan lisan.
2) Indikator
demonstrasi, untuk tercapainya ketuntasan belajar fisika pada materi gerak harmonik.
3) Simbol
b) Variabel Moderator
1) Definisi Operasional
Motivasi adalah suatu keadaan atau kondisi yang mendorong, merangsang atau
Kemampuan awal adalah kemampuan yang telah dimiliki peserta didik sebelum
commit to user
memulai pembelajaran. Manfaat mengetahui kemampuan awal: 1. guru memperoleh
gambaran yang lengkap dan terperinci tentang kemampuan awal para siswa, yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
62
berfungsi sebagai prasyarat (prerequisite) bagi bahan baru yang akan disampaikan, 2.
memperoleh gambaran tentang luas dan jenis pengalaman yang telah dimiliki oleh
yang lebih relevan dan memberi contoh serta ilustrasi yang tidak asing bagi siswa.
2) Indikator
Data skor yang diperoleh dari hasil angket motivasi belajar dan tes kemampuan
awal.
3) Simbol
tinggi diberi simbol B1, sedangkan kategori rendah diberi simbol B2. Variabel
moderator kemampuan awal diberi simbol C. Kemampuan awal tinggi diberi simbol
c) Variabel Terikat
Variabel terikat pada penelitian ini adalah prestasi belajar fisika pada materi
Gerak harmonik.
1) Definisi Operasional
Prestasi belajar fisika adalah hasil belajar yang diperoleh siswa setelah
2) Indikator
Prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai siswa yang berupa seperangkat
commit to user
pengetahuan atau keterampilan, setelah siswa tersebut mengalami proses belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
63
Prestasi belajar fisika dalam penelitian ini meliputi dua aspek, yaitu aspek kognitif
dan afektif.
a. Aspek kognitif adalah domain belajar yang dapat dilihat melalui kemampuan
b. Aspek afektif adalah perilaku yang merupakan aktualisasi yang banyak berkaitan
dengan aspek nilai, perasaan, minat, sikap, dan emosi seseorang yang muncul saat
3) Simbol
bulat, i = j = k = 1 atau 2
Data yang diungkap dalam penelitian dapat berupa fakta, pendapat, dan
kemampuan. Metode pengumpulan data dari ketiga jenis data tersebut berbeda satu
dengan yang lain. Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data tersebut antara
lain berupa teknik dokumentasi, teknik angket, dan teknik tes. Teknik-teknik tersebut
1. Teknik Dokumentasi
64
2. Teknik Angket
yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan
tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui. Dalam penelitian ini, angket
digunakan untuk mengetahui motivasi belajar siswa, kemampuan awal, dan prestasi
belajar fisika siswa pada ranah afektif. Bentuk angket yang digunakan berupa angket
tertutup dengan empat alternatif jawaban. Sebelum angket ini digunakan untuk
3. Teknik Tes
Tes adalah sejumlah pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan
dimiliki individu atau kelompok. Teknik tes ini digunakan untuk memperoleh data
prestasi belajar fisika siswa pada ranah kognitif. Bentuk soal tes berupa tes objektif
pilihan ganda dengan lima alternatif jawaban dan hanya ada satu jawaban yang benar.
Soal-soal tersebut disesuaikan dengan kisi-kisi soal yang telah disusun berdasarkan
pada silabus dan indikator yang terdapat pada setiap kompetensi dasar. Sebelum
diujikan pada sampel penelitian, terlebih dahulu soal tes diujicobakan untuk
menentukan validitas dan reliabilitas yang pada akhirnya dapat digunakan untuk
F. Instrumen Penelitian
commit to user
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan peneliti dalam
mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
65
arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah. Berdasarkan
pengambilan data.
Agar proses pembelajaran dapat berjalan lancar dan kondusif sesuai dengan
rencana dan hasil yang diharapkan maka perlu adanya instrumen pembelajaran dalam
a. Silabus yaitu rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran dengan
tema tertulis yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pelajaran,
indikator, teknik penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar yang dikembangkan
prosedur dan manajemen pembelajaran untuk mencapai satu atau lebih kompetensi
dasar yang ditetapkan dalam standar isi yang dijabarkan dalam silabus (lampiran 2
dan 3).
c. Lembar Kegiatan Siswa (LKS) adalah alat bantu dalam kegiatan pembelajaran
agar pelaksanaanya dapat berjalan lancar dan efektif (lampiran 4). Validitas
instrumen pelaksanaan penelitian telah disetujui oleh tim ahli yaitu pembimbing 1
dan pembimbing 2
a. Angket
commit to user
Penelitian ini menggunakan angket tertutup dalam bentuk skala sikap atau
66
deskriptif. Angket tertutup ini digunakan untuk mengungkap data tentang variabel
kategori, yaitu motivasi belajar tinggi dan motivasi belajar rendah. Selain itu, angket
juga digunakan untuk mengungkap data tentang prestasi belajar siswa dalam ranah
afektif.
b. Tes
siswa pada ranah kognitif. Tes prestasi belajar kognitif siswa dalam penelitian ini
terdiri dari 25 soal pilihan ganda dengan skor dikotomi, jika jawaban benar skor 4,
dan jika salah skor 0, sehingga skor maksimal 100 dan skor minimal 0.
Dalam penelitian, data mempunyai kedudukan yang paling tinggi karena data
hasil penelitian. Sedang benar tidaknya data, tergantung dari baik tidaknya instrumen
pengumpulan data.
Instrumen yang baik memenuhi 5 kriteria, yaitu: (1) validitas, yaitu sejauh
mana data yang ditampung pada suatu tes atau kuesioner akan mengukur yang ingin
diukur; (2) reliabilitas, yaitu sejauh mana suatu hasil pengukuran relatif konsisten
apabila alat ukur digunakan berulang kali; (3) sensitivitas, yaitu kemampuan suatu
instrumen untuk melakukan diskriminasi; (4) objektivitas, yaitu data yang diisikan
commit to user
pada kuesioner terbebas dari penilaian yang subjektif; dan (5) fisibilitas, yaitu
berkenaan dengan teknis pengisian kuesioner serta penggunaan sumber daya dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
67
waktu. Sebelum digunakan, instrumen penelitian ini akan diuji dengan uji validitas
dan uji reliabilitas yang diujicobakan kepada responden populasi peserta didik kelas
1. Uji Validitas
atau kesahihan butir soal instrumen. Instrumen yang dimaksud antara lain: angket
motivasi belajar, angket prestasi afektif, tes kemampuan awal, dan tes kognitif. Suatu
instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen
yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah (Arikunto, 2006: 168). Uji
mampu mencerminkan isi sesuai dengan hal dan sifat yang diukur.
nSxy - (SxSy )
rxy =
(nSx 2
)(
- (Sx ) 2 nSy 2 - ( Sy ) 2 )
Keterangan: rxy = Korelasi product moment
n = jumlah sampel
y = skor total
Uji validitas adalah uji tentang kemampuan suatu angket sehingga benar-
benar dapat mengukur apa yang ingin diukur. Sebuah instrumen dikatakan valid jika
commit to user
mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
68
yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas menunjukkan sejauh mana data
yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang validitas yang dimaksud.
Jika r (korelasi), dengan item tersebut valid. Besarnya r tiap butir pertanyaan
adalah 0,361. Jika Korelasi sudah lebih besar dari 0,361 maka pertanyaan yang dibuat
dikatagorikan valid. Tabel 3.4 menampilkan ringkasan hasil uji validitas instrumen
pengambilan data.
No Jenis Instrumen Jumlah Jumlah Item Valid Jumlah Item Tidak Valid
Item
2. Angket Afektif 15 15 -
Berdasarkan tabel 3.4 di atas, dari 28 item angket motivasi belajar terdapat 25
item valid dan 3 item tidak valid. Item yang valid semua digunakan sebagai
instrumen pengambilan data, sedangkan 3 ítem yang tidak valid di drop, Dengan
b. Angket Afektif
Berdasarkan tabel 3.4 di atas, dari 15 item angket afektif semua valid. Item
yang valid semua digunakan sebagai instrumen pengambilan data, Dengan demikian
69
Berdasarkan tabel 3.4 di atas, semua soal valid berjumlah 25 soal, sehingga
2. Uji Reliabilitas
mengetahui sejauh mana instrument dapat memberikan hasil pengukuran yang dapat
memiliki tingkat keajegan dalam mengukur, apabila instrumen tersebut pada subyek
yang berbeda akan memberikan hasil yang relatif sama. Uji reliabilitas tes
menggunakan rumus Kuder-Richardson (K-R 20), untuk tes prestasi sebagai berikut:
æ n öæ S - å pq ö
2
r11 = ç ÷çç ÷÷
è n - 1 øè S2 ø
Uji reliabilitas angket menggunakan rumus Alpha Cronbach, untuk angket berikut :
æ k öæç å s i ö÷
2
r11 = ç ÷ 1- 2 ÷
è k - 1 øçè s t ø
n = k = banyak item
70
motivasi belajar 0,848 termasuk kriteria tinggi, reliabilitas tes kemampuan awal
0,847 termasuk kriteria tinggi, reliabilitas instrumen angket angket afektif 0.796
termasuk kriteria tinggi. tes prestasi kognitif 0.821 termasuk kriteria tinggi.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa instrumen angket dan tes
memiliki tingkat keajegan yang tinggi dalam mengukur, karena memberikan hasil
“Daya beda adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa
yang memiliki kemampuan tinggi (pandai) dengan siswa yang memiliki kemampuan
commit(2010:30).
rendah (kurang pandai),” Widha Sunarno to user Rumus yang digunakan adalah:
BA - BB
D=
JA - JB
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
71
keterangan :
BA: banyaknya siswa kelompok atas yang menjawab soal dengan benar
BB: banyaknya siswa kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar
Butir soal yang baik adalah yang memiliki indeks daya beda antara 0,4 sampai
Hasil uji daya beda tes prestasi dengan memenuhi kriteria valid dapat dilihat
Berdasarka tabel 3.6 dapat diperoleh hasil dari 25 item instrumen tes prestasi
belajar, 14 item kriteria daya beda baik, 24 item kriteria daya beda cukup.
yang menunjukkan sukar atau mudahnya suatu soal. Indeks kesukaran dihitung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
72
.
dengan rumus: P=
:2
Hasil uji taraf kesukaran tes prestasi dengan memenuhi kriteria valid dapat
Berdasarkan tabel 3.7 diperoleh hasil bahwa dari 25 item instrumen tes
prestasi belajar, 6 item soal mudah, 14 item soal sedang, 5 item soal sukar, distribusi
tingkat kesukaran instrumen tes yang baik harus mengikuti bentuk kurva normal.
Karena soal dengan kategori mudah jumlahnya lebih banyak dari soal dengan
kategori sukar, maka langkah yang harus ditempuh adalah memilih soal kategori
mudah untuk kemudian dinaikkan tingkat kesukarannya menjadi soal dengan kategori
commit
sedang. Tujuannya agar distribusi soal to user
dengan tingkat kesukaran mudah, sedang, dan
73
Dalam penelitian ini teknik analisis dengan anava tiga jalan isi sel tidak sama.
Untuk dapat menggunakan anava harus dilakukan uji prasyarat analisis meliputi uji
a. Uji Normalitas
Uji normalitas untuk mengetahui apakah sampel penelitian berasal dari populasi
yang berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dalam penelitian ini mengguna
kan Ryan- Joiner normality test dengan bantuan program Minitab 15 dengan taraf
signifikasi α = 0,05. Jika probabilitas (sig) > α, maka Ho diterima artinya data
berdistribusi normal. Jika probabilitas (sig) < α , maka Ho ditolak artinya data tidak
normal.
b. Uji Homogenitas.
1) Hipotesis
H0 : populasi homogen
2) Taraf signifikansi
3) Keputusan uji
74
4) Uji statistik yang digunakan adalah Uji Barlett dan Uji Levene. Untuk dua level,
(å v )ln (å v S / å v ) - å v ln S
2 2
i
B=
i i i i i
1 + {å (1 / v ) - 1 / å v }/{3(k - 1)}
i i
Dimana
( )
nj
S i = å xij - x / (ni - 1)
2
j =i
(N - k )å ni (vij - vi )2
L=
(k - 1)åå (vij - vi )2
Jika uji homogenitas terpenuhi, maka uji analisis variansi (anava) dapat
dilakukan.
2. Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji anava tiga jalan dan
uji lanjut anava jika antar metode pembelajaran, motivasi belajar, dan kemampuan
diajukan ditolak atau tidak ditolak. Rancangan uji hipotesis ini terdiri dari tiga
variabel bebas yang meliputi metode pembelajaran, motivasi belajar, dan kemampuan
awal siswa. Metode pembelajaran yang digunakan adalah eksperimen (A1) dan
commit to user
demonstrasi (A2). Motivasi belajar siswa dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
75
motivasi belajar tinggi (B1) dan motivasi belajar rendah (B2). kemampuan awal siswa
dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu kategori tinggi (C1) dan kategori rendah
(C2). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah prestasi belajar fisika siswa pada
aspek kognitif dan afektif. Tata letak data penelitian terdistribusi seperti pada tabel
3.8.
Masing-masing sel atau kotak pada tabel 3.8 di atas berisi lambang yang
tinggi dan kemampuan awal tinggi terhadap prestasi kognitifnya. Artinya, pada sel
eksperimen (A1), memiliki motivasi belajar tinggi (B1), dan kemampuan awal tinggi
(C1). Sel kedua dengan lambang A2 B1 C1 mengandung pengertian bahwa pada sel
commit to user
tersebut terdapat kelompok siswa yang dibelajarkan dengan metoda pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
76
demonstrasi(A2), memiliki motivasi belajar tinggi (B1), dan kemampuan awal tinggi
Seperti pada tabel 3.8, masing-masing sel atau kotak pada tabel 3.9 juga berisi
ketiga variabel terhadap prestasi afektif. Sel pertama dengan lambang A1B1C1
tinggi dan kemampuan awal tinggi terhadap prestasi afektifnya. Artinya, pada sel
eksperimen (A1), memiliki motivasi belajar tinggi (B1), dan kemampuan awal tinggi
(C1). Sel kedua dengan lambang A2 B1 C1 mengandung pengertian bahwa pada sel
demonstrasi (A2), memiliki motivasi belajar tinggi (B1), dan kemampuan awal tinggi
berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
77
1) Menentukan hipotesis
belajar siswa
H0,B : Tidak ada Pengaruh tingkat motivasi belajar tinggi dan rendah terhadap
H0,C : Tidak ada pengaruh kemampuan awal siswa tinggi dan rendah terhadap
H0,AB : Tidak ada interaksi antara metode pembelajaran dengan motivasi belajar
H0,AC : Tidak ada interaksi antara metode pembelajaran dengan kemampuan awal
H0,BC : Tidak ada interaksi antara motivasi belajar dan kemampuan awal siswa
H0,ABC : Tidak ada interaksi antara metode pembelajaran, motivasi belajar dan
H1,B : Ada Pengaruh tingkat motivasi belajar tinggi dan rendah terhadap prestasi
belajar siswa.
commit to user
H1C : Ada pengaruh kemampuan awal siswa tinggi dan rendah terhadap prestasi
belajar siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
78
H1,AB : Ada Interaksi antara metode pembelajaran dengan motivasi belajar terhadap
H1,AC : Ada Interaksi antara metode pembelajaran dengan kemampuan awal siswa
H1,BC : Ada Interaksi antara motivasi belajar dan kemampuan awal siswa terhadap
Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan Analisis Variansi (Anava) tiga
terjadinya kesalahan analisis. Pada uji hipotesis ini, taraf signifikansi (α) yang
Keputusan uji hipotesis ditentukan dengan kriteria: jika p-value< 0,05 maka
Uji lanjut anava merupakan tindak lanjut jika menujukkan bahwa H0 ditolak.
Tujuan dari uji lanjut anava adalah untuk melakukan pengecekan terhadap rerata
commit to user
setiap pasangan kolom, baris, dan pasangan sel sehingga diketahui bagian mana
sajakah terdapat rerata yang berbeda. Uji lanjut anava dilakukan dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
79
menggunakan uji T pada program software Minitab 15 untuk menguji hipotesis ada
perbedaan ketuntasan belajar, dan Analisis of Means pada program minitab untuk
menguji hipotesis ada interaksi dalam bentuk grafik. Penggunaan program tersebut
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB IV
Hasil Penelitian
A. Deskripsi Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini terdiri dari data siswa yang meliputi:
data kemampuan awal, data motivasi belajar siswa, data prestasi belajar aspek kognitif,
dan data prestasi belajar aspek afektif. Berikut ini disajikan deskripsi masing-masing
data penelitian.
Tabel 4.2 Jumlah Siswa yang Mempunyai Kemampuan Awal Tinggi dan Rendah
commit to user
80
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
81
18
16
14
12
10 Tinggi
8 Rendah
6
4
2
0
Metode Eksperimen Metode Demonstrasi
Dari tabel 4.1 yang menunjukkan deskripsi data kemampuan awal dapat dilihat
nilai tertinggi kemampuan awal siswa antara kelas eksperimen dan kelas demonstrasi.
kelas eksperimen nilai tertinggi lebih rendah dari pada kelas demonstrasi yaitu 80 dan
85, sedangkan untuk nilai terendahnya kelas eksperimen lebih tinggi dari pada kelas
demonstrasi yaitu 40 dan 35. Perbedaan lainnya adalah nilai rata-rata, kelas
eksperimen 61,75 sedangkan kelas demonstrasi 62,06. Hal ini menunjukkan kedua
Adapun tabel 4.2 dan gambar 4.1 menunjukkan jumlah siswa yang mempunyai
kemampuan awal tinggi dan rendah pada kelas eksperimen dan kelas demonstrasi.
Untuk kemampuan awal tinggi kelas eksperimen lebih kecil dibandingkan kelas
demonstrasi, tetapi untuk kemampuan awal rendah kelas eksperimen lebih besar
kelas eksperimen disajikan pada tabel 4.3, sedangkan distribusi frekuensi kemampuan
82
6
Frequency
0
46.5 52.5 58.5 64.5 70.5 76.5
K.A wal (Eksp)
Berdasarkan tabel 4.3 dan gambar 4.2 terlihat kemampuan awal kelas
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
83
6
Frequency
0
50 55 60 65 70 75
K.A wal (Demo)
Berdasarkan tabel 4.4 dan gambar 4.3 dapat dilihat kemampuan awal kelas
84
22
20
18
16
14
12 Tinggi
10 Rendah
8
6
4
2
0
Metode Eksperimen Metode Demonstrasi
Berdasarkan tabel 4.5 dan gambar 4.4 di atas, dapat dilihat bahwa pada kelas
metode eksperimen, siswa dengan motivasi belajar tinggi 17 siswa dan motivasi belajar
rendah 15 siswa. Pada kelas metode demonstrasi, siswa dengan motivasi belajar tinggi
Data prestasi belajar siswa diambil setelah pembelajaran fisika tentang materi
commit to user
gerak harmonik berakhir. Dalam penelitian ini, data yang diambil meliputi dua ranah,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
85
yakni ranah kognitif dan ranah afektif. Deskripsi data prestasi belajar masing-masing
a.Ranah Kognitif.
Deskripsi data prestasi belajar siswa ranah kognitif dapat ditunjukkan pada tabel
4.6. berikut :
Berdasarkan tabel 4.6 dapat ditunjukkan prestasi belajar fisika kelas eksperimen
memiliki nilai tertinggi 92 lebih tinggi dibanding kelas demonstrasi yaitu 84,
sedangkan nilai terendah kelas eksperimen 60 lebih tinggi dibanding nilai kelas
demonstrasi yaitu 52. Disamping itu kelas eksperimen memiliki nilai rata-rata 78.25
lebih tinggi dibanding kelas demonstrasi yaitu 66.42. Jadi prestasi belajar fisika
Adapun distribusi frekuensi prestasi belajar fisika pada kelas eksperimen disajikan pada
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
86
H i s to g r a m o f K o g A 1
No r m a l
9 M e an 78.25
S tD e v 8.912
8 N 32
6
Frequency
0
6 2 .5 6 8 .5 7 4 .5 8 0 .5 8 6 .5 9 2 .5
Ko g A 1
Berdasarkan tabel 4.6 dan gambar 4.5 di atas terlihat bahwa prestasi belajar
dengan frekuensi tertinggi terdapat pada interval 78 – 83 yaitu 8 siswa. Nilai tertinggi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
87
Hi s to gr a m of K og A2
Nor m al
9 M ean 69.42
S tD ev 9.095
8 N 31
6
Frequency
0
54.5 60.5 66.5 72.5 78.5 84.5
Ko g A 2
Berdasarkan tabel 4.8 dan gambar 4.6 di atas terlihat bahwa prestasi belajar
b. Ranah Afektif
commit
Pada penilaian afektif digunakan to user nilai dari 1 sampai dengan 4.
rentangan
88
sebagian besar salah, 3 = sebagian besar benar, 4 = sepenuhnya benar. Deskripsi data
prestasi belajar siswa ranah afektif pada kelompok eksperimen dapat ditunjukkan pada
Berdasarkan tabel 4.9 dapat ditunjukkan prestasi belajar fisika ranah afektif kelas
eksperimen memiliki nilai tertinggi 86 lebih tinggi dibanding kelas demonstrasi yaitu
85, sedangkan nilai terendah kelas eksperimen dan kelas demonstrasi sama yaitu 64.
Disamping itu kelas eksperimen memiliki nilai rata-rata 76.13 lebih tinggi dibanding
kelas demonstrasi yaitu 75.29. Jadi prestasi belajar fisika menggunakan metode
prestasi belajar fisika ranah afektif pada kelas eksperimen disajikan pada tabel 4.10,
Tabel 4.10 Distribusi frekuensi Prestasi Belajar Ranah Afektif Metode ksperimen
Interval Tengah Interval Frekuensi % frekuensi
0 (%)
64 - 67 65.5 2 6.25
68 - 71 69.5 6 18.75
72 - 75 73.5 7 21.88
76 - 79 77.5 7 21.88
80 - 83 81.5 5 15.63
84 - 87 85.5 5 15.63
Jumlah 32 100
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
89
Tabel 4.11 Distribusi frekuensi Prestasi Belajar Ranah Afektif Metode Demonstrasi
Interval Tengah Interval Frekuensi % frekuensi
0 (%)
64 - 67 65.5 2 6.45
68 - 71 69.5 6 19.35
72 - 75 73.5 9 29.03
76 - 79 77.5 7 22.58
80 - 83 81.5 4 12.90
84 - 87 85.5 3 9.68
Jumlah 31 100
Dari tabel 4.10 dan 4.11 di atas dapat dilihat nilai prestasi belajar gerak harmonis
pada kelas eksperimen ranah afektif berdistribusi paling banyak pada interval kelas 72
– 79, sedangkan pada kelompok demonstrasi berdistribusi paling banyak pada interval
72 - 75. Hal ini menunjukkan distribusi prestasi belajar fisika pada ranah afektif untuk
kedua distribusi frekuensi prestasi belajar fisika ranah afektif disajikan histogram pada
His togr a m of A fk A1
No rm a l
9 M ean 76.13
S tD ev 5.890
8 N 32
6
Frequency
0
65.5 69.5 73.5 77.5 81.5 85.5
A fk A 1
90
H is tog r a m o f A f k A 2
No r m a l
M ean 75.29
9 S tD ev 5.605
N 31
8
6
Frequency
0
65.5 69.5 73 .5 77 .5 81.5 85.5
A fk A 2
Gambar 4.8 Histogram Prestasi Belajar Ranah Afektif Kelas Metode Demonstrasi
Dari gambar 4.7 dan 4.8 dapat dilihat kedua kurva memiliki puncak yang sama.
Hal ini menunjukkan bahwa prestasi belajar fisika ranah afektif baik kelas eksperimen
maupun kelas demostrasi sama sama berdistribusi pada tingkatan rendah , dan kurva
mendekati normal. Dari gambar tersebut di atas dapat peroleh informasi bahwa
1. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk megetahui apakah sampel berasal dari populasi
yang berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas yang dimaksud adalah data hasil
belajar fisika kemampuan kognitif setelah menerima materi gerak harmonis dengan
berbasis masalah. Uji normalitas tujuannya adalah untuk mengevaluasi Null hypothesis
(H0) yang menyatakan “ data mengikuti distribusi normal “.Jika p-value ( nilai p) pada
commit to user
hasil uji lebih besar dari pada taraf signifikansi, maka menerima Null hypothesis (H0),
dan kesimpulannya data yang diuji mengikuti distribusi normal. Pada penelitian ini uji
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
91
normalitas yang digunakan adalah Ryan- Joiner normality test. Sedangkan taraf
signifikansi yang digunakan adalah 0,05. Uji normalitas dilakukan pada tiap kolom,
baris dan sel desain faktorial sehingga jumlah keseluruhan terdapat 14 hasil uji
normalitas pada tiap ranah prestasi belajar. Hasil uji normalitas pada masing-masing
p- value
No Keputusan
Kriteria Kelompok Kognitif Afektif
commit
belajar kognitif untuk seluruh kriteria to userlebih besar dari 0,100 ( p- value
kelompok
>0,100). Karena nilai tersebut lebih besar dari taraf signifikansi, yaitu 0,05, maka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
92
keputusan ujinya adalah tidak menolak H0. Berarti data prestasi belajar kognitif siswa
pada tiap–tiap kelompok berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Dari tabel
4.12 di atas harga p-value pada prestasi belajar afektif siswa pada tiap- tiap kelompok
2. Uji Homogenitas.
populasi yang homogen atau tidak homogen. Pada uji homogenitas, jika p-value lebih
besar dari pada nilai alpha α, maka menerima H0 ( null Hyphothesis ) yang menyatakan
bahwa variansi sampel sama atau homogen. Pada penelitian ini akan dibandingkan
variansi antara sampel yang diberi pembelajaran dengan metode eksperimen dan yang
Tabel 4.13 Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Prestasi Belajar Fisika Metode
Eksperimen dan Demonstrasi berbasis masalah
Informasi yang diberikan pada tabel 4.13. menunjukkan harga p-value besarnya
0,910 atau nilai ini lebih besar dari 0,05. Oleh karena itu hipotesis nol (null hypothesis)
diterima, maka kesimpulannya adalah tidak ada perbedaan variansi prestasi belajar
commit to user
kognitif pada sampel, atau sampel memenuhi kriteria homogen. Dari hasil uji dapat
93
statistik tidak terdapat perbedaan atau dianggap sama. Untuk memperjelas dan
mempertegas hasil uji homogenitas prestasi belajar fisika yang diberi pembelajaran
dengan metode eksperimen dan metode demonstrasi berbasis masalah maka dapat
Pada gambar tampak jelas bahwa DotPlot dan Box Plot memperlihatkan sebaran
prestasi belajar kognitif antara metode eksperimen dan demonstrasi berbasis masalah
tidak jauh berbeda, p-value besarnya 0,910 atau nilai ini lebih besar dari 0,05. Oleh
karena itu hipotesis nol (null hypothesis) diterima, maka kesimpulannya adalah tidak
ada perbedaan variansi prestasi belajar kognitif pada sampel, atau sampel memenuhi
kriteria homogen. Untuk prestasi belajar afektif, harga p-value besarnya 0,787 atau
nilai ini lebih besar dari 0,05. Oleh karena itu hipotesis nol (null hypothesis) diterima,
maka kesimpulannya adalah tidak ada perbedaan variansi prestasi belajar afektif pada
sampel, atau sampel memenuhi kriteria homogen. Untuk memperjelas hasil uji dapat
Selanjutnya uji homogenitas prestasi belajar fisika ditinjau dari motivasi belajar
Tabel 4.14 Hasil Uji Homogenitas Prestasi Belajar Ditinjau dari Motivasi Belajar
Tinggi dan Rendah
Informasi yang diberikan pada tabel 4.14 . memberikan kesimpulan dari hasil uji
commit to user
adalah varian dari prestasi belajar kognitif siswa motivasi belajar tinggi dan motivasi
belajar rendah secara statistik tidak terdapat perbedaan atau dianggap sama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
94
memperjelas hasil uji homogenitas prestasi belajar kognitif yang ditinjau dari motivasi
belajar tinggi dan rendah. Pada gambar yang tertera pada lampiran nampak jelas
motivasi belajar tinggi dan motivasi belajar rendah yang tidak berbeda jauh, p-value
besarnya 0.295 atau nilai ini lebih besar dari 0,05. Sehingga menerima null hypothesis,
maka kesimpulannya adalah tidak ada perbedaan variansi prestasi belajar kognitif pada
siswa motivasi belajar tinggi dan motivasi belajar rendah secara statistik atau dapat
dianggap sama atau sampel memenuhi kriteria homogen. Begitu pula untuk p-value
pada prestasi belajar afektif yang besarnya 0,387 atau nilai ini lebih besar dari 0,05.
Sehingga menerima null hypothesis (hipotesis nol), maka kesimpulannya adalah tidak
ada perbedaan variansi prestasi belajar afektif pada sampel, atau sampel memenuhi
kriteria homogen. Untuk memperjelas hasil uji homogenitas prestasi belajar afektif
yang ditinjau dari motivasi belajar tinggi dan rendah dapat dilihat pada lampiran 17
Pada uji homogenitas prestasi belajar fisika ditinjau dari kemampuan awal tinggi
Tabel 4.15 Hasil Uji Homogenitas Prestasi Belajar Ditinjau dari Kemampuan
Awal Tinggi dan Rendah
KA Tinggi dan
1.32 0,447 Homogen 1.25 0,542 Homogen
KA Rendah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
95
Informasi yang diberikan pada tabel 4.15 . memberikan kesimpulan dari hasil uji
adalah varian dari prestasi belajar kognitif siswa kemampuan awal tinggi dan
kemampuan awal rendah secara statistik tidak terdapat perbedaan atau dianggap sama.
memperjelas hasil uji homogenitas prestasi belajar kognitif yang ditinjau dari
kemampuan awal tinggi dan rendah. Pada gambar yang tertera pada lampiran nampak
jelas DotPlot dan BoxPlot sama-sama memperlihatkan sebaran antara prestasi belajar
kemampuan awal tinggi dan kemampuan awal rendah yang tidak berbeda jauh, p-value
besarnya 0,447 atau nilai ini lebih besar dari 0,05. Sehingga menerima null hypothesis,
maka kesimpulannya adalah tidak ada perbedaan variansi prestasi belajar kognitif pada
siswa kemampuan awal tinggi dan kemampuan awal rendah secara statistik atau dapat
dianggap sama atau sampel memenuhi kriteria homogen. Begitu pula untuk p-value
pada prestasi belajar afektif yang besarnya 0,542 atau nilai ini lebih besar dari 0,05.
Sehingga menerima null hypothesis (hipotesis nol), maka kesimpulannya adalah tidak
ada perbedaan variansi prestasi belajar afektif pada sampel, atau sampel memenuhi
kriteria homogen. Untuk memperjelas hasil uji homogenitas prestasi belajar afektif
yang ditinjau dari kemampuan awal tinggi dan rendah dapat dilihat pada lampiran 17.
Tabel 4.16 Hasil Uji Homogenitas Prestasi Belajar pada Metode Pembelajaran,
Motivasi Belajar (MB) dan Kemampuan awal ( KA)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
96
Pada tabel 4.16 menunjukkan bahwa p-value untuk prestasi belajar kognitif
sebesar 0,951, yang berarti harga p-value lebih besar dari 0,05. Dengan demikian
diperoleh keputusan bahwa H0 diterima, hal ini menunjukkan bahwa data prestasi
awal sampel- sampel dalam penelitian berasal dari populasi yang homogen. Pada tabel
4.16 menunjukkan bahwa p-value untuk prestasi belajar afektif sebesar 0,976 yang
berarti harga p-value lebih besar dari 0,05. Dengan demikian diperoleh keputusan
bahwa H0 diterima, hal ini menunjukkan bahwa data prestasi belajar afektif ditinjau
kemampuan awal sampel-sampel dalam penelitian berasal dari populasi yang homogen.
Untuk memperjelas tentang hasil uji pada tabel 4.16 dapat dilihat lampiran 16
tentang hasil uji homogenitas kognitif antar sel dan gambar 17 tentang hasil uji
C. Pengujian Hipotesis
analisis terpenuhi. Data-data yang diperoleh dari hasil penelitian yang berupa nilai
berbasis masalah yang ditinjau dari motivasi belajar dan kemampuan awal dianalisa
dengan analisis variansi 2 x 2 x 2 dengan isi sel tidak sama, dengan bantuan software
minitab 15 menggunakan GLM (General Linier Model), dilanjutkan uji lanjut untuk H0
commit
yang ditolak. Perhitungan uji analisis to user
variansi tiga jalan frekuensi sel tidak sama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
97
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran. Hasil perhitungan analisis variansi tiga jalan
Tabel 4.17 Hasil GLM untuk Prestasi Belajar Kognitif Ditinjau dari Metode
Pembelajaran, Motivasi Belajar dan Kemampuan Awal
prestasi belajar fisika sebesar 0,000 atau lebih kecil dari 0,05 berarti H0 yang
menyatakan ‘tidak ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang diajar dengan
berarti ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang diajar dengan metode
Dari tabel 4.17 terlihat bahwa p-value untuk motivasi belajar terhadap prestasi
belajar sebesar 0,000 atau lebih kecil dari 0,05 berarti H0 yang menyatakan tidak ada
perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi dan
rendah’ ditolak, berarti ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki
commit untuk
Dari tabel 4.17 terlihat bahwa p-value to userkemampuan awal terhadap prestasi
belajar sebesar 0,000 atau lebih kecil dari 0,05 berarti H0 yang menyatakan ‘ tidak ada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
98
perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi dan
rendah’ ditolak, berarti ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki
Dari tabel 4.17 terlihat bahwa p-value interaksi antara metode pembelajaran
sebesar 0,022 atau lebih kecil dari 0,05, berarti H0 yang menyatakan bahwa ‘tidak ada
belajar terhadap prestasi belajar ditolak, berarti ada interaksi antara metode
prestasi belajar.
Dari tabel 4.17 terlihat bahwa p-value interaksi antara pembelajaran fisika
kemampuan awal terhadap prestasi belajar sebesar 0,668 atau lebih besar dari 0,05,
terhadap prestasi belajar diterima, berarti tidak ada interaksi pembelajaran metode
Dari tabel 4.17 terlihat bahwa p-value interaksi antara motivasi belajar dan
kemampuan awal sebesar 0,374 atau lebih besar dari 0,05 berarti H0 yang menyatakan
bahwa tidak ada interaksi antara motivasi belajar dan kemampuan awal terhadap
prestasi belajar diterima, berarti tidak ada interaksi antara motivasi belajar dengan
commit
kemampuan awal siswa terhadap prestasi to user
belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
99
Dari tabel 4.17 terlihat bahwa p-value interaksi antara metode pembelajaran
terhadap prestasi belajar sebesar 0,867 atau lebih besar dari 0,05, berarti H0 yang
diterima, berarti tidak ada interaksi antara metode pembelajaran ( eksperimen maupun
Tabel 4.18 Hasil GLM untuk prestasi belajar afektif ditinjau dari metode
pembelajaran , motivasi belajar dan kemampuan awal
Model (A)
1 10.97 10.61 10.61 0.32 0.572
Motivasi belajar (B)
1 78.43 94.84 94.84 2.88 0.095
Dari tabel 4.18 terlihat bahwa p-value untuk pembelajaran berbasis masalah
sebesar p-vaue 0.572 atau lebih besar dari 0,05, ini berarti tidak ada pengaruh prestasi
eksperimen dan demonstrasi . Pada hasil perhitungan yang kedua diperoleh harga p-
value 0.095 atau lebih besar dari 0,05, ini berarti tidak ada pengaruh prestasi belajar
commit to user
afektif antara siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi maupun rendah. Pada
hasil perhitungan yang ketiga diperoleh harga p-value 0.264 atau lebih besar dari 0,05,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
100
ini berarti tidak ada pengaruh prestasi belajar afektif antara siswa yang memiliki
Pada hasil perhitungan keempat, kelima, keenam dan ketujuh, diperoleh harga p-
value di atas 0,05. Ini berarti sama sekali tidak ada interaksi, baik interaksi antara
motivasi belajar dan kemampuan awal siswa, interaksi antara pembelajaran berbasis
Pada nilai p-value yang lebih kecil dari 0,05 untuk uji hipotesis (H0 ditolak),
maka dilakukan analisis lanjutan dengan metode Turkey dan uji means ( analysis of
Tabel 4.19 Hasil Uji Lanjut Antar Sel (dengan metode Turkey)
101
motivasi belajar, dan interaksi metode pembelajaran dan motivasi belajar H0-nya
ditolak, maka perlu dilakukan uji lanjut untuk melihat perbedaan yang terjadi untuk
setiap kategori. Uji lanjut yang digunakan adalah metode Turkey. Interaksi metode
eksperimen dan motivasi belajar tinggi dengan metode demonstrasi dan motivasi
belajar rendah dengan metode demonstrasi dan motivasi belajar rendah menghasilkan a
= 0,0001. Interaksi metode demonstrasi dan motivasi belajar tinggi dengan metode
eksperimen dan motivasi belajar tinggi dengan metode eksperimen dan motivasi belajar
0,5048. Interaksi metode eksperimen dan motivasi belajar rendah dengan metode
U ji L a n ju t A n a v a A n t a r a A 1 d e n g a n A 2
A lp h a = 0 .0 5
8 0 .0
7 7 .5
7 6 .5 5
7 5 .0
Mean
7 3 .9 0
7 2 .5
7 1 .2 6
7 0 .0
1 2
M e t o d e P e m b e l (A )
commit to user
Gambar 4.9 Hasil Uji Lanjut Anava Pada Pembelajaran Fisika berbasis masalah
melalui metode (A1 dengan A2) terhadap prestasi belajar kognitif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
102
Dari grafik terlihat bahwa rata-rata (mean) kognitif pada metode eksperimen (1)
berada pada posisi atas dibanding metode demonstrasi (2). Hal ini menunjukkan
bahwa pembelajaran fisika berbasis masalah dengan metode eksperimen lebih baik
2) Uji Lanjut Anava Pada Motivasi Belajar Siswa (B1 dengan B2).
U ji L a n ju t A n a v a A n t a r a B 1 d e n g a n B 2
A lp h a = 0 . 0 5
78
77
7 6 .8 2 5
76
75
Mean
74 7 3 .9 0 5
73
72
71 7 0 .9 8 5
70
1 2
M o t iv s B lj ( B )
Gambar 4.10 Hasil uji lanjut Anava motivasi belajar terhadap prestasi
belajar kognitif.
Dari grafik terlihat bahwa rata-rata (mean) kognitif pada motivasi belajar tinggi
(1) berada pada posisi atas dibanding motivasi belajar rendah (2). Hal ini menunjukkan
bahwa siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi mempunyai prestasi yang lebih
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
103
U ji L a n ju t A n a v a A n ta r a C 1 d e n g a n C 2
A lp h a = 0 .0 5
78
7 6 .4 8 0
76
Mean
74 7 3 .9 0 5
72
7 1 .3 3 0
70
1 2
K .A w a l (C )
Dari grafik terlihat bahwa rata-rata (mean) kognitif pada kemampuan awal tinggi
(1) berada pada posisi atas dibanding kemampuan awal rendah (2). Hal ini
prestasi yang lebih baik dibanding dengan siswa yang mempunyai kemampuan awal
rendah.
U ji L a n ju t A n a v a A n t a r S e l A B
A lp h a = 0 . 0 5
80
7 8 .9 8
75
7 3 .9 0
Mean
70
6 8 .8 3
65
60
11 12
commit to user 2 1 22
S el A B
104
Dari Grafik terlihat bahwa rata-rata kognitif metode Eksperimen pada siswa yang
mempunyai motivasi belajar tinggi (11) dan metode demonstrasi pada motivasi belajar
rendah mempunyai perbedaan yang sangat signifikan terhadap sel yang lain (12, 21).
D. PEMBAHASAN
1. Hipotesa pertama
Berdasarkan tabel 4.17 hasil analisis variansi General Linier Model (GLM)
diperoleh harga p-value 0,000 atau lebih kecil dari 0,05, ini berarti hipotesis nol
ditolak atau hipotesis alternatif diterima, hal ini menunjukkan terdapat pengaruh
faktor ekstern yang berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Dua metode
pula terhadap prestasi belajar, meskipun pembelajaran yang digunakan sama yaitu
berbasis masalah.
hasilnya lebih baik pengaruhnya dari pada demonstrasi terhadap penguasaan gerak
harmonis. Hal ini dapat dijelaskan bahwa pembelajaran yang baik adalah pembelajaran
yang dapat mengaktifkan siswa menemukan konsep. Pada penelitian ini menggunakan
pembelajaran fisika berbasis masalah yang diharapkan siswa untuk menemukan konsep
sendiri. Hal ini sesuai dengan teori belajar penemuan yang dikemukakan oleh Bruner
105
diterbitkan pada tahun 2008 diperoleh hasil bahwa “ ada pengaruh yang sangat
lebih efektif dalam mengingat pengetahuan yang dipelajari dari pada metode
konvensional.
berbasis masalah dengan metode eksperimen dalam satu kelas berjumlah 32 siswa dan
Sedangkan metode demonstrasi dalam satu kelas berjumlah 31 siswa, mereka melihat
dan mengamati percobaan yang dilakukan oleh guru / perwakilan kelompok. Kedua
pembelajaran ini siswa dibimbing oleh guru dan disediakan Lembar Kerja Siswa
mengisi LKS dan berdiskusi dengan anggota kelompoknnya sendiri untuk membuat
kesimpulan tentang gerak harmonis. Adapun pada siswa yang diberi pembelajaran
fisika berbasis masalah dengan metode demonstrasi mereka menemukan konsep gerak
harmonis dengan melihat percobaan yang dilakukan oleh guru / perwakilan kelompok
dan mereka mengisi LKS dari hasil demontrasi. Siswa hanya melihat guru / perwakilan
kelompok merangkai alat dan mengambil data dari dari hasil demonstrasi yang
dilakukan oleh guru / perwakilan kelompok. Hal ini menyebabkan siswa kelompok
demonstrasi kurang aktif dalam proses pembelajaran. Data yang diperoleh siswa diolah
commit Dengan
dan dianalisa untuk membuat kesimpulan. to user demikian dapat dikatakan bahwa
pembelajaran fisika berbasis masalah metode eksperimen siswa lebih aktif dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
106
yang dilakukan oleh guru / perwakilan kelompok , sehingga pemahaman tentang gerak
harmonis pada kelompok eksperimen lebih tinggi dari pada kelompok demonstrasi.
Dari hasil analisis data dan hasil analisis proses pembelajaran yang berlangsung
berbasis masalah menggunakan metode eksperimen lebih baik dari pada pembelajaran
siswa pada materi gerak harmonis. Hal ini sesuai dengan harapan dan keinginan dari
peneliti.
Berdasarkan tabel 4.18 hasil analisis variansi General Linier Model (GLM)
diperoleh harga p-value 0,572 atau lebih besar dari 0,05, hal ini menunjukkan tidak
2. Hipotesa Kedua
Berdasarkan tabel 4.17 hasil analisis variansi General Linier Model (GLM)
diperoleh harga p-value 0,000 atau lebih kecil dari 0,05, ini berarti hipotesis nol
ditolak atau hipotesis alternatif diterima, hal ini menunjukkan terdapat pengaruh
motivasi belajar siswa kategori tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar kognitif
siswa. Motivasi adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan apa yang
memberikan energi bagi seseorang dan apa yang memberikan arah bagi aktivitasnya.
Motivasi kadang-kadang dibandingkan dengan mesin dan kemudi pada mobil. Energi
commit
dan arah inilah yang menjadi inti dari to user
konsep tentang motivasi. Motivasi merupakan
sebuah konsep yang luas (diffuse), dan seringkali dikaitkan dengan faktor-faktor lain
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
107
yang mempengaruhi energi dan arah aktivitas manusia, misalnya minat (interest),
kebutuhan (need), nilai (value), sikap (attitude), aspirasi, dan insentif (Gage & Berliner,
1984). Dengan pengertian istilah motivasi seperti tersebut di atas, kita dapat
mendefinisikan motivasi belajar siswa, yaitu apa yang memberikan energi untuk
belajar bagi siswa dan apa yang memberikan arah bagi aktivitas belajar siswa. dari
gambar 4.10 terlihat bahwa rata-rata (mean) kognitif pada motivasi belajar tinggi (1)
berada pada posisi atas dibanding motivasi belajar rendah (2). Hal ini menunjukkan
bahwa siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi mempunyai prestasi yang lebih
baik dibanding dengan siswa yang mempunyai motivasi belajar rendah. Siswa dengan
motivasi belajar tinggi sangat sesuai dengan pembelajaran fisika berbasis masalah,
karena siswa tersebut memiliki kemampuan berpikir kritis, analitis, sistematis, dan
logis untuk memecahkan masalah melalui keterlibatan mereka dalam pengalaman nyata
dan menjadi pembelajar yang mandiri. Hal ini sesuai dengan pendapat Bruner yang
Berdasarkan tabel 4.18 hasil analisis variansi General Linier Model (GLM)
diperoleh harga p-value 0,095 atau lebih besar dari 0,05, hal ini menunjukkan tidak
ada pengaruh motivasi belajar siswa tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar afektif
siswa.
3. Hipotesa Ketiga
Berdasarkan tabel 4.17 hasil analisis variansi General Linier Model (GLM )
diperoleh harga p-value = 0.000, lebih kecil dari 0.05 sehingga hipotesis nol ditolak dan
commit to user
hipotesis alternatif diterima, maka terdapat pengaruh kemampuan awal siswa tinggi dan
rendah tehadap prestasi belajar kognitif siswa. Dari gambar 4.11 terlihat bahwa rata-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
108
rata (mean) kognitif pada kemampuan awal tinggi (1) berada pada posisi atas dibanding
kemampuan awal rendah (2). Hal ini menunjukkan bahwa siswa yang mempunyai
kemampuan awal tinggi mempunyai prestasi yang lebih baik dibanding dengan siswa
yang mempunyai kemampuan awal rendah. Hasil ini sesuai pendapat David Ausubel
(1975) dan harapan peneliti dimana semakin tinggi kemampuan awal yang dimiliki
Kemapuan awal adalah semua pengetahuan yang telah ada dalam diri seseorang
pengetahuan yang baru tersebut. Apabila pengalaman baru dari proses belajar sesuai
dengan baik dan dapat diterima dengan mudah oleh siswa. Dalam hal ini berarti siswa
oleh guru dibandingkan dengan siswa yang mempunnyai kemampuan awal rendah.
Kemampuan awal dalam penelitian ini adalah materi gerak melingkar dan elastisitas
yang sangat berkaitan dengan gerak harmonis. Siswa yang memiliki pemahaman
tentang gerak melingkar dan elastisitas bagus ternyata akan lebih mudah dalam
Berdasarkan tabel 4.18 hasil analisis variansi General Linier Model (GLM )
diperoleh harga p-value = 0.264, lebih besar dari 0.05 ini menunjukkan tidak ada
pengaruh kemampuan awal siswa tinggi dan rendah tehadap prestasi belajar afektif
109
4. Hipotesa Keempat
Berdasarkan tabel 4.17 hasil analisis variansi General Linier Model (GLM )
diperoleh harga p-value 0,022 atau lebih kecil dari 0,05, sehingga hipotesis nol ditolak
dan hipotesis alternatif diterima, maka terdapat interaksi antara metode pembelajaran
Hal ini menunjukkan bahwa siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi akan lebih
mudah mempelajari gerak harmonis daripada siswa yang memiliki motivasi belajar
Siswa dengan motivasi belajar tinggi memiliki kemampuan berpikir kritis, analitis,
sistematis, dan logis untuk memecahkan masalah melalui keterlibatan mereka dalam
dengan metode eksperimen siswa dituntut dapat menemukan bukti kebenaran dari teori
yang sedang dipelajarinya, siswa juga harus mampu mencari dan menemukan sendiri
percobaan sendiri, Roestiyah (2001: 80). Untuk keperluan ini diperlukan siswa yang
memiliki motivasi belajar tinggi. Data lain yang menunjukkan bahwa metode
eksperimen dengan motivasi belajar tinggi lebih baik daripada metode eksperimen
dengan motivasi belajar rendah yaitu pada tabel 4.19, di dapatkan nilai T-Value negatif
(-1,100), begitu pula dengan metode demonstrasi dengan motivasi belajar tinggi lebih
Berdasarkan tabel 4.18 hasil analisis variansi General Linier Model (GLM)
diperoleh harga p-value 0,318 atau lebih besar dari 0,05, hal ini menunjukkan tidak
commit masalah
ada pengaruh pembelajaran fisika berbasis to user menggunakan metode eksperimen
dan demonstrasi dengan motivasi belajar terhadap prestasi belajar afektif siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
110
5. Hipotesis kelima
Berdasarkan tabel 4.17 hasil analisis variansi General Linier Model (GLM )
diperoleh harga p-value 0,668 atau lebih besar dari 0,05, ini berarti hipotesis nol
diterima atau hipotesis alternatif ditolak, hal ini menunjukkan tidak terdapat interaksi
kemampuan awal terhadap prestasi belajar fisika. Hal ini bertentangan dengan teori
terjadi antara kondisi internal dan eksternal”. Sehingga siswa yang mempunyai
konsep gerak harmonis, kemampuan menarik kesimpulan dengan baik dari hasil
gravitasi bumi, sedangkan siswa yang memiliki kemampuan awal rendah kurang
yang diambil dari hasil percobaan di laboratorium. Jadi dapat ditarik kesimpulan siswa
yang mempunyai kemampuan awal tinggi dan diberi pembelajaran eksperimen dan
demonstrasi memperoleh prestasi belajar yang lebih tinggi dibanding dengan siswa
yang memiliki kemampuan awal rendah. Dengan kata lain, tidak ada interaksi antara
Berdasarkan tabel 4.14 hasil analisis variansi General Linier Model (GLM)
commit
diperoleh harga p-value 0,795 atau di to user
atas 0,05, ini berarti menunjukkan bahwa tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
111
6. Hipotesis keenam
Berdasarkan tabel 4.17 hasil analisis variansi General Linier Model (GLM )
diperoleh harga p-value 0,374 atau lebih besar dari 0,05, ini berarti hipotesis nol
diterima atau hipotesis alternatif ditolak, hal ini menunjukkan tidak terdapat interaksi
antara motivasi belajar dengan kemampuan awal siswa terhadap prestasi belajar . Hal
), “Belajar sebagai hasil konstruksi mental, juga dipengaruhi oleh konteks, keyakinan,
dan sikap siswa. Hal ini dapat dijelaskan, siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi
dan memperoleh prestasi belajar yang tinggi belum tentu memiliki kemampuan awal
yang tinggi. Begitu pula sebaliknya. Sehingga dapat ditarik kesimpulan, tidak ada
interaksi antara motivasi belajar dengan kemampuan awal siswa. Berdasarkan tabel
4.18 hasil analisis variansi General Linier Model (GLM) diperoleh harga p-value 0,276
atau di atas 0,05, ini berarti menunjukkan bahwa tidak ada interaksi antara motivasi
belajar dengan kemampuan awal siswa terhadap prestasi belajar afektif siswa.
Tidak adanya interaksi antara motivasi belajar dengan kemampuan awal siswa
terhadap prestasi belajar dapat dijelaskan sebagai berikut : siswa yang memiliki
motivasi belajar tinggi tidak selalu memiliki kemampuan awal tinggi, begitu juga
dengan siswa yang memiliki motivasi belajar rendah tidak selalu memiliki kemampuan
awal rendah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
112
7. Hipotesis ketujuh
Berdasarkan tabel 4.17 hasil analisis variansi General Linier Model (GLM )
diperoleh harga p-value 0,867 atau lebih besar dari 0,05, ini berarti hipotesis nol
diterima atau hipotesis alternatif ditolak, hal ini menunjukkan tidak terdapat interaksi
kemampuan awal terhadap prestasi belajar. Hal ini bertentangan dengan pendapat
Piaget dalam Mohammad Dalyono (2007: 37) “Perkembangan kognitif yang terbentuk
adalah melalui interaksi yang konstan antara individu dengan lingkungannya sehingga
terjadi dua proses yaitu organisasi dan adaptasi”. Tidak adanya interaksi antara metode
pembelajaran, motivasi belajar dan kemampuan awal siswa dapat dijelaskan sebagai
berikut : pada proses pembelajaran berapapun tingkat motivasi dan kemampuan awal,
siswa yang menerima pembelajaran dengan metode eksperimen akan memiliki prestasi
belajat kognitif yang lebih baik dari pada dengan menggunakan metode demonstrasi,
selain itu siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi tidak selalu memiliki
kemampuan awal tinggi, begitu juga dengan siswa yang memiliki motivasi belajar
rendah tidak selalu memiliki kemampuan awal rendah. Berdasarkan tabel 4.18 hasil
analisis variansi General Linier Model (GLM) diperoleh harga p-value 0,427 atau di
atas 0,05, ini berarti menunjukkan bahwa tidak ada interaksi antara metode
E. Keterbatasan Penelitian
commit to user
Meskipun penelitian ini telah direncanakan dengan optimal dan telah melalui
proses evaluasi namun tetap tidak dapat luput dari keterbatasan. Adapun beberapa hal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
113
yang menjadi keterbatasan dalam melaksanakan penelitian ini antara lain: 1) motivasi
belajar dan kemampuan awal siswa hanya dikategorikan ke dalam dua kelompok saja,
yaitu motivasi belajar dan kemampuan awal siswa tinggi dan rendah. Sedangkan
motivasi belajar dan kemampuan awal siswa kategori sedang tidak dilibatkan. Hal ini
melibatkan sebagian faktor dari keseluruhan faktor yang dapat mempengaruhi prestasi
belajar fisika siswa.; 3) metode dan pendekatan pembelajaran yang digunakan dalam
penelitian ini selain memiliki kelebihan, tentu juga memiliki kelemahan.; 4) siswa
masalah. Hal ini dapat mempengaruhi hasil penelitian dan prestasi belajar fisika; 5)
sistem analisis yang digunakan dalam penelitian ini masih univariat mestinya multi
variat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
114
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB V
A. Kesimpulan
sebagai berikut:
1. Dari hasil analisis data menggunakan anava tiga jalan diperoleh nilai rerata
kognitif yang lebih baik jika dibandingkan dengan siswa yang dibelajarkan dengan
2. Dari hasil uji lanjut anava dapat dijelaskan bahwa siswa yang mempunyai motivasi
belajar tinggi mempunyai rerata hasil belajar kognitif sebesar 76.825, lebih tinggi
3. Dari hasil uji lanjut anava dapat dijelaskan bahwa siswa yang mempunyai
kemampuan awal tinggi mempunyai rerata hasil belajar kognitif sebesar 76.486,
commit to user
lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang mempunyai kemampuan awal
114
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
115
rendah yakni 71.330. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh
4. Dari hasil uji hipotesis dapat dijelaskan bahwa siswa yang diberi pembelajaraan
fisika dengan metode eksperimen dan memiliki motivasi belajar tinggi mempunyai
rerata hasil belajar kognitif lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang diberi
yaitu sebesar 75,1 dan 71,4. Demikian juga dengan siswa yang diberi
rendah mempunyai rerata hasil belajar kognitif lebih tinggi dibandingkan dengan
motivasi belajar rendah yaitu sebesar 70,9 dan 60,0. Dari hasil tersebut
pembelajaran eksperimen dan memiliki motivasi belajar tinggi dan rendah berbeda
5. Dari hasil uji hipotesis diperoleh skor rerata kemampuan awal tinggi dan rendah
adalah 60,9 dan rerata prestasi kognitif untuk siswa yang diberi pembelajaran
dengan metode eksperimen adalah 73,1 sedangkan rerata prestasi kognitif untuk
siswa yang diberi pembelajaran dengan metode demonstrasi adalah 67,35 dengan
skor rerata kemampuan awal tinggi dan rendah adalah 61,29. Dari data tersebut
dapat dijelaskan bahwa siswa dengan kemampuan awal tinggi dan rendah yang
commit to user
diberi pembelajaran dengan metode eksperimen tidak berbeda secara signifikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
116
demikian, dapat diambil kesimpulan bahwa tidak ada interaksi antara metode
(rerata) prestasi kognitif siswa dengan motivasi belajar tinggi dan rendah dengan
kemampuan awal tinggi dan rendah tidak berbeda secara signifikan. Dengan
demikian, dapat diambil kesimpulan bahwa tidak ada interaksi antara motivasi
dan kemampuan awal, didapatkan 73,9. Nilai ini menunjukkan bahwa mean
(rerata) prestasi kognitif siswa dengan motivasi belajar tinggi dan rendah serta
kemampuan awal siswa tinggi dan rendah yang diberi pembelajaran dengan
metode eksperimen tidak berbeda secara signifikan dengan siswa yang diberi
1. Hasil uji hipotesis pada bab sebelumnya menunjukkan bahwa p-value untuk
metode pembelajaran sebesar 0,572 > α = 0,05. Hasil ini menunjukkan bahwa
mean (rerata) prestasi afektif siswa yang dibelajarkan dengan metode eksperimen
tidak berbeda secara signifikan dengan siswa yang diberi pembelajaran dengan
metode demonstrasi. Dengan demikian, dapat diambil kesimpulan bahwa tidak ada
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
117
2. Hasil uji hipotesis pada bab sebelumnya menunjukkan bahwa p-value untuk
motivasi belajar siswa sebesar 0,095 > α = 0,05. Hasil ini menunjukkan bahwa
mean (rerata) prestasi afektif siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi tidak
berbeda secara signifikan dengan siswa yang memiliki motivasi belajar rendah.
Dengan demikian, dapat diambil kesimpulan bahwa tidak ada pengaruh motivasi
3. Hasil uji hipotesis pada bab sebelumnya menunjukkan bahwa p-value untuk
kemampuan awal siswa siswa sebesar 0,264 > α = 0,05. Hasil ini menunjukkan
bahwa mean (rerata) prestasi afektif siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi
tidak berbeda secara signifikan dengan siswa yang memiliki kemampuan awal
rendah. Dengan demikian, dapat diambil kesimpulan bahwa tidak ada pengaruh
kemampuan awal tinggi dan kemampuan awal rendah terhadap prestasi afektif
siswa.
4. Hasil uji hipotesis pada bab sebelumnya menunjukkan bahwa p-value interaksi
antara metode pembelajaran dengan motivasi belajar siswa sebesar 0,318 > α =
0,05. Nilai ini menunjukkan bahwa mean (rerata) prestasi afektif siswa dengan
motivasi belajar siswa tinggi dan rendah yang diberi pembelajaran dengan metode
118
5. Hasil uji hipotesis pada bab sebelumnya menunjukkan bahwa p-value interaksi
antara metode pembelajaran dengan kemampuan awal siswa sebesar 0.795 > α =
0,05. Nilai ini menunjukkan bahwa mean (rerata) prestasi afektif siswa dengan
kemampuan awal tinggi dan rendah yang diberi pembelajaran dengan metode
6. Hasil uji hipotesis pada bab sebelumnya menunjukkan bahwa p-value interaksi
antara motivasi belajar siswa dengan kemampuan awal siswa sebesar 0,276 > α =
0,05. Nilai ini menunjukkan bahwa mean (rerata) prestasi afektif siswa dengan
motivasi belajar tinggi dan rendah tidak berbeda secara signifikan dengan siswa
yang memiliki kemampuan awal tinggi dan rendah. Dengan demikian, dapat
diambil kesimpulan bahwa tidak ada interaksi antara motivasi belajar siswa
7. Hasil uji hipotesis pada bab sebelumnya menunjukkan bahwa p-value interaksi
awal sebesar 0,427 > α = 0,05. Nilai ini menunjukkan bahwa mean (rerata) prestasi
afektif siswa dengan motivasi belajar tinggi dan rendah serta kemampuan awal
tinggi dan rendah diberi pembelajaran dengan metode eksperimen tidak berbeda
119
B. Implikasi
1. Implikasi Teoritis
2. Implikasi praktis
materi tersebut.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
120
materi bagi siswa terutama pertanyaan yang berkaitan dengan materi ajar
C. SARAN - SARAN
121
5. Guru harus memberi tes awal sebelum pembelajaran dimulai, bagi siswa yang
commit to user