Anda di halaman 1dari 161

PENGARUH PENGGUNAAN ALAT PERAGA DAKON

TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA

Oleh :

AHMAD SOBARI
NIM: 103017027221

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDATULLAH
JAKARTA
1432 H / 2011 M
ABSTRAK

Ahmad Sobari. Pengaruh Penggunaan Alat Peraga Dakon Terhadap Hasil


Belajar Matematika. Skripsi. Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Jakarta, 2011.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan rata-rata hasil belajar


matematika siswa antara yang diajar menggunakan alat peraga Dakon dengan
yang diajar tanpa menggunakan alat peraga dakon. Metode penelitian yang
digunakan adalah metode quasi eksperimen dengan desain penelitian Two Group
Randdomized Subject Post Test Only. Penelitian dilaksanakan di MI Nurul Falah
Kota Tangerang. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan
teknik cluster random sampling. Instrumen yang diujikan berupa tes pilihan
ganda. Teknis analisis data dalam penelitian ini menggunakan uji t. Namun
sebelum digunakan uji t, dilakukan uji prasyarat analisis yaitu dengan uji
Liliefors untuk menguji normalitas, uji Fisher untuk menguji homogenitas.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa terdapat pengaruh yang
signifikan antara rata-rata hasil tes belajar matematika siswa yang menggunakan
alat peraga Dakon dengan rata-rata hasil tes belajar matematika siswa tanpa
menggunakan alat peraga dakon.

Kata kunci : Alat Peraga, Dakon, Hasil Belajar Matematika


ABSTRACT

Ahmad sobari. Effect of Tool Use On the Results Viewer Dakon Learning
Mathematics. Thesis. Departement of Mathematics Education and Teacher
Training Faculty Tarbiyah Jakarta Islamic State University, 2011.

This study aims to determine the average difference in learning outcomes among
students who are taught mathematics using props Dakon with that taught
without using props dakon. The method used is the method of quasi experimental
research design with Two Group Randdomized post subject test Only. The
experiment was conducted in MI. Nurul falah Tangerang City. The sampling
technique in this study using cluster random sampling technique. The instrument
was tested in the form of multiple choice tests. Technical analysis of the data in
this study using the test t. However, before using the test t, a prerequisite test
is to test Liliefors analysis to test the normality, the fisher test to test
homogeneity. Based on research result it is concluded that a significant
difference between the avarage test result of student who learn mathematics
using props Dakon with an average of test result without the mathematics
learning.

Keywords: Equipment Exhibit, Dakon, Mathematics Learning Results


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT. Yang Maha Kuasa atas segala daya
dan upaya manusia, rahmat dan hidayah-Nya yang selalu tercurah pada hamba-
hamba-Nya tak terkecuali pada penulis yang teraplikasikan dalam pikiran, energi
dan kemampuan diri penulis sehingga penulis akhirnya dapat menyelesaikan
pekerjaan yang sulit dan penuh dinamika yaitu penulisan skripsi yang merupakan
tugas yang harus diselesaikan untuk meraih Strata Satu (SI) pada Jurusan
Pendidikan Matematika, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Selama penulisan skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa tidak


sedikit kesulitan dan hambatan yang dialami. Namun, berkat kerja keras, doa,
dan kesungguhan hati serta dukungan dari berbagai pihak untuk penyelesaian
skripsi ini, semua dapat teratasi. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan terimakasih
kepada:

1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Maifalinda Fatra, M.Pd, Ketua Jurusan Pendidikan Matematika
sekaligus Dosen Pembimbing Akademik serta Dosen Pembimbing II yang
penuh kesabaran dan keikhlasan membimbing selama masa perkuliahan.
3. Bpk. Drs. H. M. Ali Hamzah, M.Pd, sebagai Dosen Pembimbing I yang
penuh kesabaran dan keikhlasan dalam membimbing penulis selama
penyusunan skripsi ini.
4. Seluruh Dosen Jurusan Pendidikan Matematika UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang telah memberikan segudang ilmu yang tak ternilai harganya.
5. Bpk. Abu Salam, S.Pd.I., selaku kepala sekolah MI Nurul Falah Kota
Tangerang yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan
penelitian di sekolah tersebut.

i
6. Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
beserta Staf yang telah memberikan fasilatas berupa kemudahan dalam
meminjam buku.
7. Teristimewa untuk kedua orang tuaku ayahanda Mustahil dan ibunda
Manawiyah (Alm) yang telah bekerja keras memberikan dukungan secara
moril dan materil demi melihat anaknya menjadi sarjana. Ketulusan dengan
penuh kasih sayang dan motivasi mereka, penulis dapat menuntut ilmu dan
menyelesaikan skripsi seperti sekarang ini. Semoga Allah membalas
kebaikan dan cinta yang mereka berikan kepada penulis. Kakak-kakakku:
Jamilah, Hj. Marhumah, Ahmad Hudori, Marjuki, Mahfudin, Mukharomah,
Hasan Basri, Hambali, yang telah memberi support kepada penulis dan
dengan canda tawa. Semoga Allah memberikan balasan terindah.
8. Someone teman special mencari dan menunggu inaspirasi, Terimakasih atas
pengertian dan motivasinya.
9. Sahabat-sahabat tersayang; Dofir, Rafli, Malkan, E-bot, Hanafie, Hadie,
Emon, Teh Min, Sukron, dan Ruri (terimakasih atas kebersamaannya selama
ini), serta semua teman-teman Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan
2003, kelas A dan B terima kasih atas kebersamaannya, dukungan, bantuan
dan motivasinya. Tiada hal terindah kecuali mengenang masa kita berjuang
bersama di kampus.
Akhirnya, segala kebenaran hanya milik-Nya, semoga skripsi ini membawa
manfaat bagi khalayak ramai dan akademisi dan senantiasa Allah membalas jasa
kebaikan mereka di atas dengan balasan yang setimpal. Amin ya rabb al-Alamin.

Jakarta, Februari 2011

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................. iii
DAFTAR TABEL ......................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. viii

BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................ 6
C. Pembatasan Masalah ............................................................... 6
D. Perumusan Masalah ................................................................ 7
E. Tujuan Penelitian .................................................................... 7
F. Kegunaan Hasil Penelitian ...................................................... 7
BAB II : LANDASAN TEORITIK, KERANGKA BERFIKIR DAN
PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Landasan Teoritik .................................................................... 9
1. Belajar dan Pembelajaran Metematika .............................. 9
a. Pengertian Belajar ........................................................ 9
b. Teori Belajar ................................................................ 12
c. Pengertian dan Karekateristik Matematika .................. 16
d. Metode Ekspositori ..................................................... 19
e. Hasil Belajar Matematika ........................................... 21
f. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ....... 24
2. Media dan Alat Peraga ...................................................... 25
a. Alat Dakon Secara Umum .......................................... 29
b. Aplikasi Dakon dalam Pembelajaran Matematika ...... 31

3. Konsep FPB dan KPK ....................................................... 33


4. Hasil Penelitian yang Relevan .......................................... 34

iii
B. Kerangka Berfikir .................................................................... 35
C. Hipotesis Penelitian ................................................................. 37

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN


A. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................... 38
B. Metode Penelitian .................................................................... 38
C. Populasi dan Tehnik Pengambilan Sampel ............................. 39
D. Variabel Penelitian .................................................................. 39
E. Instrumen Pengumpulan Data ................................................. 40
F. Teknik Analisis Data ............................................................... 46
G. Hipotesis Statiistik .................................................................. 49

BAB IV : HASIL PENELITIAN


A. Deskripsi Data ......................................................................... 50
B. Pengujian Hipotesis ................................................................. 57
C. Pembahasan Hasil Penelitian .................................................. 61
D. Keterbatasan Penelitian ........................................................... 62

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan ............................................................................. 63
B. Saran ........................................................................................ 64

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 65


LAMPIRAN LAMPIRAN ......................................................................... 67

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Langkah-langkah Pembelajaran Metode Ekspositori .................. 20


Tabel 2 Desain Penelitian ........................................................................ 38
Tabel 3 Kisi-kisi Instrumen Penelitian .................................................... 40
Tabel 4 Interpretasi Tingkat Reabilitas Instrumen .................................. 44
Tabel 5 Interpretasi Nilai P ..................................................................... 45
Tabel 6 Interpretasi Nilai D ..................................................................... 46
Tabel 7 Hasil Uji Validitas, Indeks Kesukaran dan
Daya Pembeda Soal .................................................................... 50
Tabel 8 Statistik Deskriftif Kelas Eksperimen ........................................ 53
Tabel 9 Distribusi Frekuensi Nilai Tes Hasil Belajar Matematika Siswa
Kelas Eksperimen ........................................................................ 53
Tabel 10 Statistik Deskriftif Kelas Kontrol ............................................... 55
Tabel 11 Distribusi Frekuensi Nilai Tes Hasil Belajar Matematika Siswa
Kelas Kontrol ............................................................................. 55
Tabel 12 Paparan Hasil Belajar Matematika Kelas Eksperimen dan
Kelas Kontrol ............................................................................. 57
Tabel 13 Hasil Uji Normalitas data dengan Uji Liliefors .......................... 58
Tabel 14 Hasil Uji Homogenitas data dengan Uji Fisher ......................... 59
Tabel 15 Hasil Uji Hipotesis Dengan Statistik Uji t ................................ 60
Tabel 16 Nilai tes hasil belajar kelas eksperimen dan kontrol ................... 104
Tabel 17 Validitas tes hasil belajar mateatika ........................................... 105
Tabel 18 Perhitungan stanndar deviasi uji validitas .................................. 106
Tabel 19 Perhitungan hasil validitas instruen tes ...................................... 107
Tabel 20 Perhitungan reabilitas instrumen tes ........................................... 110
Tabel 21 Pehitungan daya pembeda soal kelas atas .................................. 112
Tabel 22 Pehitungan daya pembeda soal kelas bawah .............................. 113
Tabel 23 Hasli perhitungan daya pembeda instrumen tes ......................... 114

v
Tabel 24 Hasil perhitungan indeks kesukaran instrumen tes .................... 116
Tabel 25 Pehitungan uji normalitas kelompok eksperimen ...................... 124
Tabel 26 Pehitungan uji normalitas kelompok kontrol .............................. 125
Tabel-tabel lainnya

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Papan Dakon Secara Umum ....................................................... 30


Gambar 2 Papan Dakon pada Penelitian ..................................................... 31
Gambar 3 Bagan Kerangka Berfikir ........................................................... 36
Gambar 4 Histogram Frekuensi Nilai Tes Hasil Belajar Matematika Siswa
Kelas Eksperimen ....................................................................... 54
Gambar 5 Histogram Frekuensi Nilai Tes Hasil Belajar Matematika Siswa
Kelas Eksperimen ....................................................................... 56

vii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 RPP Kelas Eksperimen ....................................................... 67


Lampiran 2 RPP Kelas Kontrol .............................................................. 95
Lampiran 3 Kisi-kisi Instrumen Tes Hasil Belajar .................................. 100
Lampiran 4 Instrumen Tes Hasil Belajar ................................................ 101
Lampiran 5 Kunci Jawaban Instrumen Tes Hasil Belajar ...................... 103
Lampiran 6 Nilai Tes Hasil Belajar Kelas Eksperimen dan
Kelas Kontrol ...................................................................... 104
Lampiran 7 Perhitungan Validitas Instrumen Tes ................................. 105
Lampiran 8 Perhitungan Reabilitas Instrumen Tes ............................... 110
Lampiran 9 Perhitungan Daya Pembeda Instrumen Tes ....................... 112
Lampiran 10 Perhitungan Indeks Kesukaran Instrumen Tes ................... 116
Lampiran 11 Perhitungan Data Statistik Kelas Eksperimen dan
Kelas Kontrol ...................................................................... 118
Lampiran 12 Perhitungan Uji Normalitas Data Kelas Eksperimen dan
Kelas Kontrol ...................................................................... 124
Lampiran 13 Perhitungan Uji Homogenitas Data Kedua Kelompok ........ 126
Lampiran 14 Perhitungan Uji Hipotesis Penelitian .................................. 127
Lampiran 15 Lampiran Lainnya ............................................................... 129

viii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa
perubahan hampir di semua aspek kehidupan, dimana berbagai permasalahan
tersebut hanya dapat dipecahkan dengan upaya penguasaan dan peningkatan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain manfaat bagi kehidupan manusia di
satu sisi perubahan tersebut juga telah membawa manusia ke dalam era
persaingan global yang semakin ketat. Agar mampu berperan dalam
persaingan global, maka sebagai bangsa kita perlu terus mengembangkan dan
meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang dimiliki. Oleh karena itu,
peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan kenyataan yang harus
dilakukan secara terencana, terarah, intensif, efektif dan efisien dalam proses
pembangunan, kalau tidak ingin bangsa ini kalah bersaing dalam menjalani
era globalisasi tersebut.
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang
membangun. Dengan pembangunann Indonesia diharapkan dapat sejajar
dengan bangsa-bangsa lain yang sudah maju. Untuk melaksanakan
pembangunan diperlukan sumber daya manusia yang cerdas dan terampil
dibidangnya masing-masing. Kecerdasan dan ketrampilan tersebut dapat
dikembangkan melalui pendidikan.
Pendidikan memegang peranan yang amat penting untuk menjamin
kelangsungan hidup suatu bangsa dan negara, dan untuk mengembangkan
kualitas sumber daya manusia. Perwujudan masyarakat berkualitas tersebut
menjadi tanggung jawab pendidikan terutama dalam mempersiapkan peserta
didik menjadi objek yang makin berperan menampilkan keunggulan dirinya
yang kreatif, mandiri, dan profesional dibidangnya masing-masing.
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan
seseorang. Berbagai upaya dilakukan seseorang untuk mendapatkan
pendidikan. Dengan pendidikan seseorang akan mendapat ilmu pengetahuan.

1
2

Dengan ilmu pengetahuan manusia akan berkembang menuju kematangan.


Dalam pandangan islam terdapat perbedaan antara orang yang berilmu dengan
orang yang tidak berilmu. Sesuai dengan firman Allah SWT:




....


Artinya: Apakah sama antara orang-orang yang mengetahui
dengan orang-orang yang tidak mengetahui, sebenarnya hanya orang-orang
yang berakal sehat yang dapat menerima pelajaran. (QS: Az Zumar: 9)
Ayat di atas mengandung makna motivasi bagi kita semua untuk
menuntut ilmu. Dengan ilmu pengetahuan kita akan berbeda dengan yang
tidak berpengetahuan dan hanya orang-orang yang mempunyai akal pikiran
yang sehat akan menerima pengetahuan. Hal ini berarti betapa pentingnya
menuntut ilmu.
Pendidikan dapat diartikan sebagai sebuah proses dengan metode-
metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan
cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan. Peningkatan kualitas
pendidikan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan
bangsa secara keseluruhan.1
Dalam undang-undang RI No. 20 tahun 2003 tentang sistem
pendidikan nasional dengan tegas dinyatakan bahwa "Pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses belajar
agar siswa secara aktif mengembangkan dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara."2

1
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Rosda Karya, 2003), edisi revisi,
h. 10
2
Anwar Arifin, Memahami Paradikma Baru Pendidikan Nasional dalam Undang-
undang Sisdiknas, (Jakarta: Depag RI, 2003), cet. Ke-3, h. 34
3

Hal ini menunjukkan bahwa dalam kehidupan suatu bangsa pendidikan


memegang peranan yang amat penting untuk menjamin kelangsungan suatu
bangsa.
Strategi pelaksanaan pendidikan dilakukan dalam bentuk kegiatan
bimbingan, pengajaran, dan latihan. Bimbingan pada hakikatnya adalah
bantuan, arahan, motivasi, nasihat, dan penyuluhan agar siswa mampu
mengatasi, memecahkan masalah, menanggulangi kesulitan diri sendiri.
Pengajaran adalah bentuk kegiatan dimana terjalin hubungan interaksi dalam
proses belajar mengajar antara peserta didik dan guru untuk mengembangkan
perilaku sesuai dengan tujuan pendidikan
Mengenai hal ini, Indonesia merumuskan fungsi dan tujuan pendidikan
nasional Indonesia yang tertulis dalam Undang-undang Republik Indonesia
No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional yaitu:
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.3

Untuk mencapai tujuan pendidikan maka diselenggarakan rangkaian


kependidikan secara sengaja, berencana, terarah, berjenjang dan sistematis
melalui pendidikan formal seperti sekolah. Di sekolah siswa harus menguasai
semua bidang pelajaran salah satunya adalah matematika. Pelajaran
matematika diajarkan di setiap jenjang pendidikan mulai dari jenjang
pendidikan dasar sampai jenjang pendidikan menengah. Diberikannya
matematika di setiap jenjang pendidikan dengan bobot yang kuat
menunjukkan bahwa matematika sebagai salah satu bidang pelajaran yang
mempunyai kedudukan yang amat penting.

3
Anwar Arifin, Memahami Paradikma Baru..., h. 37
4

Pelajaran matematika merupakan pelajaran yang dianggap penting


oleh pemerintah, peserta didik menjadikan pelajaran matematika seuatu hal
yang tidak menyenangkan. Hal ini diungkapkan oleh Ruseffendi
matematika (ilmu pasti) bagi anak-anak pada umumnya merupakan mata
pelajaran yang tidak disenangi, kalau bukan sebagian mata pelajaran yang
dibenci.4

Sekolah memuat matematika sebagai mata pelajaran yang harus


dikuasai siswa, dalam upaya mengefektifkan pembelajaran matematika dapat
dilakukan mulai dari jenjang yang paling bawah yaitu sekolah dasar.
Penguasaan matematika di sekolah dasar akan mempengaruhi proses
pembelajaran matematika pada jenjang-jenjang berikutnya.

Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan yang banyak sekali


mengandung ide-ide dan konsep-konsep abstrak. Keabstrakan objek dalam
matematika inilah yang menyebabkan matematika sulit dipelajari, terutama
bagi siswa sekolah dasar. Piaget mengungkapkan siswa sekolah dasar
diklasifikasikan masih berada pada tahap operasional kongkrit. Pada tahap ini
proses berpikir logis siswa masih didasarkan atas manipulasi fisik dari objek-
objek. Siswa masih belum bisa berpikir formal karena orientasinya masih
terkait dengan benda-benda kongkrit, namun bukan berarti bahwa matematika
tidak dapat diajarkan di sekolah dasar.
Proses belajar mengajar adalah hubungan timbal balik antara siswa
dengan guru dan antar sesama siswa dalam proses pembelajaran. Proses
belajar mengajar dapat berjalan efektif jika seluruh komponen yang
berpengaruh dalam proses tersebut dapat mendukung tercapainya suatu tujuan
pembelajaran, seperti siswanya termotivasi, materi pengajarannya menarik,
tujuannya jelas dan hasilnya dapat dirasakan manfaatnya. Pencapaian kondisi
seperti tersebut di atas tentunya sulit untuk ditemukan dalam suatu proses
pembelajaran.

4
Gusni Satriawan, Algoritma Jurnal Matematika dan Pendidikan Matematika, (Jakarta:
Camed, 2006), vol 1. h. 102
5

Dalam proses pembelajaran seringkali dijumpai adanya kecenderungan


siswa yang tidak mau bertanya kepada guru meskipun mereka sebenarnya
belum mengerti tentang materi yang disampaikan oleh guru. Masalah ini
membuat guru kesulitan dalam memilih metode pembelajaran yang tepat
untuk menyampaikan meteri pelajaran. Setelah guru menyampaikan materi,
kemudian guru menanyakan kepada siswa bagian mana yang belum mereka
mengerti, seringkali siswa hanya diam dan setelah guru memberikan soal
latihan barulah guru mengerti bahwa sebenarnya ada bagian dari materi yang
telah disampaikan belum dimengerti oleh siswa.
Strategi yang sering digunakan guru untuk mengaktifkan siswa adalah
melibatkan siswa dalam pembelajaran di kelas yaitu dengan mengajak siswa
untuk maju kedepan kelas mengerjakan soal. Tetapi strategi ini tidak terlalu
efektif walaupun guru sudah berusaha mendorong siswa untuk berpartisipasi.
Kebanyakan siswa terpaku menjadi penonton sementara arena kelas dikuasai
hanya segelintir orang.
Dalam proses belajar mengajar, perhatian siswa tentang materi yang
diberikan guru akan sangat mempengaruhi berhasil atau tidaknya proses
belajar mengajar tersebut. Perhatian siswa yang lebih intensif terhadap materi
pelajaran yang diberikan guru akan menyebabkan transfer pengetahuan yang
terjadi lebih mudah sehingga diharapkan proses belajar mengajar akan dapat
lebih berhasil.
Guru sebagai salah satu komponen penting dalam proses pembelajaran
mempunyai andil yang besar dalam meningkatkan hasil belajar matematika
siswa. Guru harus mampu menggunakan metode pembelajaran yang dapat
melibatkan siswa secara aktif. Untuk mengatasi dan membantu siswa agar
tidak mengalami kesulitan, kejenuhan dan memotivasi belajar siswa,
diperlukan proses pembelajaran yang sehat, menyenangkan, dan kompetitif
yang menjadikan siswa aktif dan kreatif, yaitu salah satunya adalah dengan
alat peraga. Alat peraga merupakan sebuah alat atau perangkat yang
digunakan tenaga pendidik (guru) untuk dapat menyampaikan informasi yang
diberikannya kepada peserta didik agar tepat dan sesuai dengan tujuan yang
6

diharapkan. Alat peraga mempunyai arti penting dalam pembelajaran, karena


karena ketidakjelasan dalam pembelajaran dapat terbantu dengan alat peraga.
Dengan alat peraga diharapkan dapat menanamkan dan menjelaskan konsep
pembelajaran matematika, mengatasi kebosanan siswa, sekaligus
meningkatkan hasil belajar matematika siswa.
Matematika merupakan pembelajaran yang penting untuk dipelajari,
oleh karena itu matematika diajarkan sejak usia sekolah dasar. Upaya yang
dilakukan guru untuk membantu siswa menguasai materi Kelipatan
Persekutuan Terkecil (KPK) dan Faktor Persekutuan Terbesar (FPB) salah
satunya dengan membuat pohon faktor, tetapi sedikit sekali yang
menggunakan alat peraga. Penggunaan Dakon diharapkan dapat memotivasi
siswa belajar matematika dan agar siswa lebih menyukai belajar matematika,
karena dakon merupakan alat bermain tradisional yang biasa digunakan siswa.
Hal ini akan mempermudah guru untuk meningkatkan penguasaan materi
siswa pada pokok bahasan KPK dan FPB.
Berdasarkan uraian di atas yang dapat dijadikan latar belakang
masalah, maka penulis terdorong untuk membahasnya dalam sebuah skripsi
dengan judul Pengaruh Penggunaan Alat Peraga Dakon Terhadap Hasil
Belajar Matematika.

B. Identifikasi Masalah
Dari uraian di atas, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah yang
timbul antara lain:
1. Apakah penggunaan alat peraga dakon dapat meningkatkan hasil beajar
matematika pada pokok bahasan KPK dan FPB?
2. Bagaimana hasil belajar matematika siswa yang diajarkan dengan alat
peraga dakon?
3. Apakah terdapat perbedaan rata-rata antara hasil belajar matematika
siswa yang diajarkan dengan menggunakan alat peraga dakon dengan
yang tidak diajarkan menggunakan alat peraga dakon?
7

C. Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini masalah dibatasi hanya pada beberapa hal, yaitu:
1. Alat peraga yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu alat peraga dakon
yang terbuat dari kayu dan plastik, sedangkan bijinya terbuat dari
cangkang kerang, biji-bijian, batu-batuan, kelereng atau plastik. Pada
papan dakon terdapat 16 buah lobang yang terdiri atas 14 lobang kecil
yang saling berhadapan dan 2 lobang besar di kedua sisinya, lalu
dimodifikasi oleh peneliti menjadi terbuat dari tripleks sepanjang sekitar
100 sentimeter dan lebar 25 sentimeter. Di badan tripleks itu terdapat 75
lubang kecil yang terbagi menjadi tiga baris menjadi 25 lubang pada
setiap baris. Alat peraga dakon ini untuk mempermudah siswa dalam
menguasai materi KPK dan FPB.
2. Hasil belajar matematika yang dimaksud adalah hasil belajar kognitif
yaitu setelah siswa diberikan pembelajaran dengan alat peraga dakon
lalu siswa diberikan tes untuk mengetahui peningkatan hasil belajar
matematika siswa pada pokok bahasan KPK dan FPB.
3. Pokok bahasan pada penelitian ini adalah materi FBP dan KPK yang
diajarkan pada siswa sekolah dasar kelas IV.

D. Perumusan Masalah
Dari pembatasan masalah di atas, maka perumusan masalah dalam
penelitian ini adalah: Apakah hasil belajar matematika yang diajar dengan alat
peraga dakon lebih tinggi daripada hasil belajar matematika siswa yang diajar
tanpa alat peraga dakon pada pokok bahasan KPK dan FPB.

E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang diuraikan sebelumnya maka
yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah mengetahui kualitas
peningkatan hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan menggunakan
alat peraga dakon dan siswa yang diajar tanpa menggunakan alat peraga
dakon.
8

F. Kegunaan Hasil Penelitian


Adapun kegunaan dari hasil penelitian ini adalah:
1. Bagi siswa;
Pelaksanaan penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan hasil
belajar matematika siswa dan memotivasi serta mengatasi kejenuhan siswa
dalam proses belajar.

2. Bagi guru;
Dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan mengenai alat
peraga dalam pengajaran matematika sehingga dapat meningkatkan hasil
belajar matematika siswa, serta menjadikan pembelajaran matematika
lebih efektif dan menyenangkan.
3. Bagi sekolah;
Penelitian ini diharapkan akan memberikan sumbangan yang baik
pada sekolah itu sendiri dan sekolah lain pada umumnya dalam rangka
meningkatkan mutu pendidikan.
4. Bagi pembaca khususnya mahasiswa;
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan suatu kajian yang menarik
yang perlu diteliti lebih lanjut dan lebih mendalam.
BAB II

LANDASAN TEORITIK, KERANGKA BERFIKIR DAN

HIPOTESIS PENELITIAN

A. Landasan Teoritik
1. Belajar dan Pembelajaran Matematika
a. Pengertian Belajar
Proses tentang belajar sebagai proses psikologis, terjadi di
dalam diri seseorang dan karena itu sukar diketahui dengan pasti
bagaimana terjadinya. Karena proses itu kompleks, maka timbullah
berbagai pendapat. Menurut Hirlgrad ia mengatakan bahwa:
Belajar adalah proses melahirkan atau mengubah suatu
kegiatan melalui jalan latihan (apakah dalam laboratorium atau
dalam lingkungan alamiah) yang dibedakan dari perubahan-
perubahan oleh daktor-faktor yang tidak termasuk latihan,
misalnya perubahan karena mabuk, minum, atau ganja bukan
termasuk hasil belajar.5
Seseorang dikatakan belajar jika ia telah melakukan
serangkaian kegiatan. Kegiatan dan usaha untuk mencapai perubahan
tingkah laku itu merupakan proses belajar. Perubahan ini dapat
mengarah kepada perubahan ke arah yang baik dan ke arah yang
kurang baik. Walaupun demikian diharapkan seseorang memiliki
tingkah laku yang lebih baik dalam arti yang positif. Berkaitan dengan
tingkah laku Slameto mengungkapkan salah satu ciri perubahan
tingkah laku dalam belajar adalah perubahan yang bersifat positif dan
aktif.6
Para ahli banyak mengungkapkan tentang defenisi belajar.
Menurut Ngalim Purwanto dalam buku Psikologi Pendidikannya
terdapat beberapa pendapat tentang pengertian belajar, diantaranya :

5
Nasution, Didaktif Asas-Asas Mengajar, (Bandung: Jemmar, 2000), h. 35
6
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, (Jakarta: PT. Rineke
Cipta, 2003), cet. Ke-4 h. 3

9
10

a) Hilgard dan Bower dalam bukunya Theories of Learning


mengemukakan bahwa belajar berhubungan dengan perubahan
tingkah laku seseorang terhadap suatu situasi tertentu yang
disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam
situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat
dijelaskan atau dasar kecenderungan respons pembawaan,
kematangan, atau keadaan-keadaan sesaat seseorang (misalnya
kelelahan, pengaruh obat, dan lain sebagainya).
b) Gagne dalam buku The Educational of Learning menyatakan
bahwa belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama
dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga
perbuatannya (performance) berubah dari waktu ke waktu sebelum
ia mengalami situasi itu ke waktu setelah ia mengalami situasi
tadi.
c) Morgan dalam bukunya Introductional of Psychology menyatakan
bahwa belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalm
tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau
pengalaman.
d) Withearingthon dalam bukunya Educational Psychology
mengemukakan bahwa belajar adalah suatu perubahan di dalam
kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru
daripada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan,
kepandaian, atau suatu pengertian.7
Dalam belajar siswa mengerahkan segala kemampuan yang ia
miliki agar dapat memahami materi yang diberikan. Siswa tidak hanya
menerima hal-hal baru yang sebelumnya tidak ia ketahui tetapi dapat
pula berupa pendalaman materi. Sedangkan menurut Alisub Sabri,
"Belajar adalah proses perubahan tingkah sebagai akibat pengalaman

7
M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2007), h.
84
11

atau latihan."8 Menurut pengertian ini belajar merupakan suatu proses,


suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya
mengingat, akan tetapi lebih luas dari pada itu yakni mengalami.
Timbulnya keanekaragaman pendapat para ahli tersebut adalah
fenomena perselisihan yang wajar karena adanya perbedaan sudut
pandang. Berdasarkan pengertian-pengertian yang telah dikemukakan
di atas, dapat disimpulkan secara umum bahwa pada dasarnya belajar
adalah proses kegiatan yang mengakibatkan suatu perubahan tingkah
laku pada diri seseorang, perubahan itu dapat berupa sesuatu yang
akan terlihat nyata atau yang masih tersembunyi, dapat berupa
pengetahuan, ketrampilan, kemampuan dan sikap yang lebih baik, dan
perubahan yang terjadi berlaku dalam tempo yang relatif lama dan
disertai usaha.
Dengan beberapa pengertian di atas, maka belajar
sesungguhnya memiliki fungsi penentu, dalam hal ini, belajar akan
berfungsi sebagai penentu atau sebab terjadinya perkembangan
(couses of development).9 Dengan adanya belajar, maka potensi
psikologi mental anak akan dapat berkembang pula. Sedangkan unsur-
unsur yang terkait dalam proses belajar terdiri dari motivasi siswa,
bahan ajar, sarana belajar, suasana serta kondisi belajar.
Belajar merupakan proses dasar dari pada perkembangan
hidup manusia. Dengan belajar, manusia melakukan perubahan-
perubahan kualitatif individu sehingga tingkah lakunya berkembang.
Semua aktivitas dan prestasi hidup manusia tidak lain adalah hasil
belajar. Kita pun bekerja menurut apa yang sudah kita pelajari. Belajar
merupakan suatu proses dan bukan suatu hasil. Oleh karena itu belajar
berlangsung secara aktif dan interaktif dengan menggunakan berbagai
bentuk perbuatan untuk mencapai sebuah tujuan.

8
Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), cet. Ke-2, h.
62
9
Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan., h. 45
12

Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar digolongkan


menjadi dua macam, yaitu:
a) Faktor-faktor individual
Yang dimaksud dengan individual di sini adalah segala hal
ada pada diri organism itu sendiri. Yang termasuk ke dalam faktor
individual antara lain: faktor kematangan/pertumbuhan,
kecerdasan, latihan, motivasi dan faktor pribadi.
b) Faktor-faktor sosial
Faktor social yang dimaksud di sini adalah faktor yang
diluar individu, antara lain: faktor keluarga/keadaan rumah
tangga, guru dan cara mengajarnya, alat-alat yang dipergunakan
dalam belajar mengajar, lingkungan dan kesempatan yang
tersedia dan motivasi social.10
Dari berbagai definisi di atas dapat disimpulkan bahwa belajar
merupakan suatu kegiatan untuk melakukan berbagai perubahan dalam
mencapai suatu tujuan khususnya kepada perubahan yang baik
berdasarkan pengalaman dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

b. Teori Belajar
Teori belajar merupakan hal yang penting dalam pembelajaran,
yaitu sebagai dasar untuk menindaklanjuti pembelajaran yang lebih
baik lagi. Ada beberapa teori belajar yang digunakan sebagai dasar
dalam penelitian ini, diantaranya adalah:
1) Teori Belajar Kognitif menurut Piaget
Ada beberapa aspek perkembangan kognitif menurut Piaget
yaitu tahap (1) sensory motor; (2) pre operational; (3) concrete
operational dan (4) formal operational.11 Menurut Piaget, bahwa
belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap
perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik hendaknya
10
M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan,, h. 102
11
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru.,( Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2002), Edisi Revisi, h. 60
13

diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan obyek


fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan
dibantu oleh pertanyaan tilikan dari guru. Guru hendaknya
banyak memberikan rangsangan kepada peserta didik agar mau
berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan
menemukan berbagai hal dari lingkungan.
Proses belajar mengajar matematika di sekolah umumnya
disampaikan secara abstrak, padahal untuk siswa kelas rendah
sekolah dasar belum mampu untuk berpikir abstrak sepenuhnya.
Proses berfikir manusia sebagai suatu perkembangan yang
bertahap dari berfikir intelektual konkrik ke berfikir intelektual
abstrak.
Tahapan-tahapan perkembangan kognitif menurut piaget
adalah sebagai berikut:
1. Tahap sensorimotor: (0 2 tahun)
Karakteristik periode ini merupakan gerakan gerakan sebagai
akibat reaksi langsung dari rangsangan. Rangsangan itu timbul
karena anak melihat dan meraba objek-objek. Anak belum
mempunyai kesadaran adanya konsep yang tetap. Jadi bila
objek itu disembunyikan, maka anak tidak akan mencarinya
lagi, maka akhir periode ini anak akan menyadari bahwa objek
yang disembunyikan masih ada sehingga ia akan mencarinya.
2. Tahap Pra-Operasional: (2 7 tahun)
Operasional yang dimaksud adalah suatu proses berfikirlogis
dan aktifitas mental, bukan aktifitas sensorik motorik. Pada
periode ini anak di dalam berfikir tidak didasarkan kepada
keputusan logis, melainkan didasarkan kepada keputusan yang
dilihat seketika. Periode ini sering disebut juga periode
pemberian simbol-simbol, misalnya suatu benda diberi nama
(simbol), anak masih tergantung kepada kontak langsung
14

dengan lingkungannya, tetapi pada akhirnya anak mulai


memanipulasi dengan benda-benda disekitarnya.
3. Tahap operasi kongkrit: (7 11/12 tahun)
Pada periode ini anak memperoleh pengalaman melalui
perbuatan fisik (gerakan anggota tubuh) dan sensorik
(koordinat alat indra). Pada mulanya pengalaman itu bersatu
pada dirinya, ini berarti pada suatu objek itu ada bila tampak
ada pada penglihatannya. Perkembangan selanjutnya ia mulai
berusaha untuk mencari objek yang asalnya terlihat kmudian
menghilang dari pandangan.
4. Tahap operasi formal: (11/12 tahun keatas)
Periode operasi formal disebut operasi hipotetik-deduktif yang
merupakan tahap tertinggi dari perkembangan intelektual.
Anak-anak sudah dapat memberikan alasan dengan
menggunakan lebih banyak symbol atau gagasan dalam
pikirannya, anak juga dapat mengoprasikan argument-argumen
tanpa dikaitkan dengan benda-benda empiric.12
Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam
pembelajaran adalah :
a. Bahasa dan cara berpikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh
karena itu guru mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai
dengan cara berpikir anak.
b. Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi
lingkungan dengan baik. Guru harus membantu anak agar dapat
berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya.
c. Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi
tidak asing.
d. Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya.

12
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan...., h. 69
15

e. Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling


berbicara dan diskusi dengan teman-temanya.13
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa teori
belajar menurut Pieget adalah belajar harus sesuai dengan
perkembangan usia anak dari kecil sampai dewasa, sehingga metode
serta alat peraga yang digunakan pun harus sesuai dengan
perkembangan usia dan mental anak didik.

b. Teori Belajar Gestalt


Gestalt berasal dari bahasa Jerman yang mempunyai padanan
arti sebagai bentuk atau konfigurasi. Pokok pandangan Gestalt
adalah bahwa obyek atau peristiwa tertentu akan dipandang sebagai
sesuatu keseluruhan yang terorganisasikan.14 Ada delapan prinsip
organisasi yang terpenting yaitu :
1. Manusia bereaksi terhadap lingkungan secara keseluruhan, tidak
hanya secara intelektual, tetapi juga fisik, emosional, sosial dan
sebagainya.
2. Belajar adalah penyesuaian diri dengan lingkungan. Seseorang
belajar jika ia berbuat dan bertindak sesuai dengan apa yang
dipelajarinya.
3. Manusia berkembang secara keseluruhan dari sejak masa fetus
ssampai masa dewasa. Dalam fase perkembangan manusia
senantiasa lengkap yang berkembang segala aspeknya.
4. Belajar adalah perkembangan ke arah diferensiasi yang lebih luas
5. Belajar hanya akan berhasil jika tercapai kematangan untuk
memperoleh pemahaman (insight).
6. Belajar tidak mungkin terjadi tanpa adanya kemauan dan motivasi
untuk belajar

13
Arie Asnaldi, Teori-Teori Belajar Proses Perubahan Tingkah Laku dan Belajar,
diambil dalam http://asnaldi.multiply.com/journal/item5Diakses pada 04 Januari 2011
14
Ahmad Fauzi, , Psikologi Umum, (Jakarta: Pustaka Setia, 1999), h. 26
16

7. Belajar akan berhasil jika ada tujuan yang mengandung arti bagi
individu
8. Dalam proses belajar anak itu harus senantiasa merupakan
organisme yang aktif, bukan ibarat suatu bejana yang harus diisi.15
Dari definisi di atas disimpulkan bahwa perilaku individu
memiliki keterkaitan dengan lingkungan dimana ia berada. Oleh
karena itu, dalam belajar materi yang diajarkan hendaknya memiliki
keterkaitan dengan situasi dan kondisi lingkungan kehidupan peserta
didik.
c. Pengertian dan Karakteristik Matematika
Istilah Matematika berasal dari kata latin "mathematica" yang
berasal dari bahasa Yunani "mathematike", yang berarti relating to
learning. Perkataan itu mempunyai akar kata "mathema" yang artinya
pengetahuan atau ilmu. Perkataan "mathematike" berkaitan pula
dengan kata "mathanein" yang mengandung arti belajar (berpikir).16
E. Lea Tirssih (1972:5) seperti yang dikutip oleh Erman
Suherman, secara etimologis matematika berarti ilmu pengetahuan
yang diperoleh dengan bernalar.17 Dalam kamus besar bahasa
indonesia, mathematika diartikan sebagai ilmu tentang bilangan-
bilangan, hubungan antar bilangan, dan prosedur operasional yang
digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan.18
Berpijak pada uraian tersebut, menurut Sumardyono (2004:28)
secara umum definisi matematika dapat dideskripsikan sebagai berikut,
di antaranya:
1. Matematika sebagai struktur yang terorganisir.
Agak berbeda dengan ilmu pengetahuan yang lain, matematika
merupakan suatu bangunan struktur yang terorganisir. Sebagai

15
M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan,, , h. 74
16
Erman Suherman, dkk, Strategi Pembelajaran Matematika Kotemporer, (Jakarta: UPI,
2001), h. 17
17
Erman Suherman, dkk, Strategi Pembelajaran, h.16
18
Pusat Bahasa , diambil dalam: http://pusatbahasa.diknas.go.id/kkbi/indeks.php, diakses
pada: 3 Februari 2011
17

sebuah struktur, ia terdiri atas beberapa komponen, yang meliputi


aksioma/postulat, pengertian pangkal/primitif, dan dalil/teorema
(termasuk di dalamnya lemma (teorema pengantar/kecil) dan
corolly/sifat).
2. Matematika sebagai alat (tool). Matematika juga sering dipandang
sebagai alat dalam mencari solusi pelbagai masalah dalam
kehidupan sehari-hari.
3. Matematika sebagai pola pikir deduktif. Matematika merupakan
pengetahuan yang memiliki pola pikir deduktif, artinya suatu teori
atau pernyataan dalam matematika dapat diterima kebenarannya
apabila telah dibuktikan secara deduktif (umum).
4. Matematika sebagai cara bernalar (the way of thinking).
Matematika dapat pula dipandang sebagai cara bernalar, paling
tidak karena beberapa hal, seperti matematika matematika memuat
cara pembuktian yang sahih (valid), rumus-rumus atau aturan yang
umum, atau sifat penalaran matematika yang sistematis.
5. Matematika sebagai bahasa artifisial. Simbol merupakan ciri yang
paling menonjol dalam matematika. Bahasa matematika adalah
bahasa simbol yang bersifat artifisial, yang baru memiliki arti bila
dikenakan pada suatu konteks.
6. Matematika sebagai seni yang kreatif. Penalaran yang logis dan
efisien serta perbendaharaan ide-ide dan pola-pola yang kreatif dan
menakjubkan, maka matematika sering pula disebut sebagai seni,
khususnya merupakan seni berpikir yang kreatif.19
Herman Hudojo menyatakan bahwa: matematika merupakan
ide-ide abstrak yang diberi simbol-simbol itu tersusun secara hirarkis
dan penalarannya dedukti, sehingga belajar matematika itu merupakan
kegiatan mental yang tinggi.20 Metode yang digunakan adalah

19
http://masthoni.wordpress.com/2009/07/12/melihat-kembali-definisi-dan-deskripsi-
matematika/
20
http://muttaqinhasyim.wordpress.com/2009/06/14/tujuan-pembelajaran-matematika/
18

eksperimen penalaran induktif dan penalaran deduktif.21 Penalaran


induktif adalah penarikan kesimpulan dari kasus-kasus khusus.
Penalaran deduktif adalah penalaran dari kasus yang umum ke khusus.
Pembelajaran matematika adalah proses yang dirancang dengan
tujuan untuk menciptakan suasana lingkungan yang memungkinkan
siswa melaksanakan kegiatan belajar matematika.22 Pembelajaran
umum matematika, yang dirumuskan oleh National Council of
Teachers Mathematics atau NCTM (2000) menggariskan, peserta didik
harus mempelajari matematika melalui pemahaman dan aktif
membangun pengetahuan baru dari pengalaman dan pengetahuan yang
dimiliki sebelumnya.
Tujuan pembelajaran matematika adalah melatih dan
menumbuhkan cara berfikir secara sistematis, logis, kritis, kreatiif dan
konsisten, serta mengembangkan sikap gigih dan percaya diri sesuai
dalam menyelesaikan masalah. Kutipan tersebut menunjukkan bahwa
tujuan pembelajaran matematika tidak sekedar membuat anak pandai
menghitung. Lebih dari itu, bertujuan agar anak menjadi kritis, kreatif
dan mempunyai sikap positif.
Sedangkan tujuan pembelajaran matematika di sekolah
mengacu kepada fungsi matematika serta kepada tujuan pendidikan
nasional bahwa tujuan umum diberikannya matematika pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah meliputi 2 hal, yaitu:
a. Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan
tingkah keadaan di dalam kehidupan dan di dunia yang selalu
berkembang melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran secara
logis, rasional, kritis, cermat, dan jujur.

21
http://muttaqinhasyim.wordpress.com/2009/06/14/tujuan-pembelajaran-matematika/
22
http://syarifartikel.blogspot.com/2008/11/pembelajaran-matematika-di-sd.html
19

b. Mempersiapkan siswa agar menggunakan matematika dan pola


pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari dan dalam
mempelajari ilmu pengetahuan.23
Dalam pembelajaran matematika agar mudah dimengeri oleh
siswa proses penalaran induktif dapat dilakukan pada awal
pembelajaran dan kemudian dilanjutkan dengan proses penalaran
deduktif untuk menguatkan pemahaman yang sudah dimiliki siswa.

d. Metode Ekspositori
Metode adalah cara, yang fungsinya merupakan untuk mencapai
tujuan. Dalam mengjara, seorang pengajar dituntut untuk dapat
memilih metode yang sesuai dengan materi yang diajarkan. Selain itu
pengajar juga harus mengatahui kelebihan dan kelemahan dari masing-
masing metode. Ada beberapa metode mengajar matematika. Salah
satunya adalah metode ekspositori.
Metode ekspositori adalah metode pembelajaran yang digunakan
dengan memberikan keterangan terlebih dahulu definisi, prinsip dan
konsep materi pelajaran serta memberikan contoh-contoh latihan
pemecahan masalah dalam bentuk ceramah, demonstrasi, tanya jawab
dan penugasan.24
Metode ekspositori sama seperti metode ceramah dalam hal
terpusatnya kegiatan terhadap guru sebagai pemberi informasi (bahan
pelajaran). Tetapi pada metode ekspositori dominasi guru banyak
berkurang karena tidak terus menerus berbicara. Guru berbicara pada
awal pelajaran, menerangkan materi dan contoh soal dan pada waktu-
waktu yang diperlukan saja.
Pada metode ekspositori siswa belajar lebih aktif dari pada dari
pada metode ceramah. Siswa mengerjakan latihan soal sendiri,

23
Erman Suherman,dkk, Strategi Pembelajaran , h.56
24
http://sunartombs.wordpress.com/2009/03/09/pengertian-metode-ekspositori/
20

mungkin juga saling bertanya dan mengerjakannya bersama dengan


temannya atau diseuruh membuatnya di papan tulis.25
Metode ekspositori merupakan suatu cara untuk menyampaikan
ide/gagasan atau memberikan informasi dengan lisan dan tulisan.
Secara sepintas terlihat metode ini hampir sama dengan metode
ceramah, karena pusat kegiatan masih terletak pada guru. tetapi
sebenarnya dalam metode ini dominasi guru sudah berkurang. Pada
metode ini, bukan hanya guru yang aktif, siswa diharapkan aktif
bertanya dalam masa penjelasan secara lisan maupun tulisan, selain itu
setelah guru menjelaskan siswa langsung dilibatkan untuk
mengerjakan latihan.
Dalam kegiatan ini mungkin siswa bisa saling bertanya,
mengerjakan soal latihan bersama-sama dengan temannya dan
mungkin juga seorang siswa diminta mengrjakan di papan tulis. Saat
kegiatan siswa mengerjakan latihan itu, guru memeriksa jawaban
siswa secara individual, atau bahkan member penjelasan ulang pada
siswa yang merasa kurang jelas atau kurang mengerti.
Jika dilihat dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa
metode ekspositori adalah penggabungan beberapa metode, yaitu
metode ceramah, metode Tanya jawab, dan metode pemberian tugas.
Berikut ini adalah contoh langkah-langkah kegiatan belajar
mengajar yang menggunakan metode ekspositori:
Tabel 1
Langkah-langkah Pembelajaran Metode Ekspositori
No Langkah Jenis kegiatan belajar mengajar
1 Persiapan 1. Menciptakan kondisi belajar siswa
2 Pelaksanaan 2. Penyajian, tahap guru menyampaikan
bahan pelajaran
3. Asosiasi/komparasi, artinya member
kesempatan pada siswa untuk
menghubungkan dan membandingkan
materi ceramah yang diterimanya

25
Erman Suherman, Strategi Pembelajaran, h. 171
21

melalui Tanya jawab (metode Tanya


jawab)

4. Generalisasi / kesimpulan, memberikan


tugas kepada siswa untuk membuat
kesimpulan melalui hasil ceramah

Evaluasi 5. Mengadakan penilaian terhadap


3 pemahaman siswa mengenai bahan
yang telah diterimanya, melalui tes
lisan dan tulisan atau tugas lain26

e. Hasil Belajar Matematika


Hasil belajar merupakan tolak ukur berhasil atau tidaknya
seorang subyek didik dalam menyelesaikan program belajar yang
dibebankan kepada siswa, sehingga terlihat adanya perubahan tingkah
laku secara keseluruhan. Dalam hal ini penentu baik atau tidaknya
hasil belajar siswa adalah siswa itu sendiri, karena siswalah yang
bertanggung jawab terhadap komitmen dirinya menjalani proses
belajar dari gurunya, hasil belajar dapat diukur melalui tes dalam
bentuk nilai atau diamati dengan jalan membandingkan sebelum dan
sesudah belajar.
Ada empat unsur utama dalam proses pembelajaran, yaitu
tujuan, bahan, metode, dan alat serta penilaian. Tujuan sebagai arah
dari proses pembelajaran pada hakikatnya adalah rumusan tingkah laku
yang diharapkan dapat dikuasai oleh siswa setelah menerima atau
menempuh pengalaman belajarnya.
Bahan adalah seperangkat pengetahuan ilmiah yang dijabarkan
dari kurikulum untuk disampaikan atau dibahas dalam proses
pembelajaran agar sampai pada tujuan yang ditetapkan. Metode dan
alat adalah cara atau teknik yang digunakan untuk mencapai tujuan.
Sedangkan penilaian adalah upaya atau tindakan untuk mengetahui
sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan itu tercapai atau tidak.

26
Syaeful Bahri Djamarah dan Aswan Zein, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rieneka
Cipta, 1996) h. 111
22

Untuk mengatakan bahwa suatu proses belajar mengajar dapat


dikatakan berhasil, setiap guru memiliki pandangan yang berbeda
sejalan dengan filsafatnya. Suatu proses belajar mengajar tentang suatu
bahan pengajaran dinyatakan berhasil apabila tujuan instruksional
khususnya dapat tercapai.27
Hasil belajar adalah merupakan kemampuan yang dimiliki siswa
setelah melalui kegiatan belajarnya.28 Howard Kingsley membagi tiga
macam hasil belajar, yaitu keterampilan dan kebiasaan, pengetahuan
dan pengertian, sikap dan cita-cita. Masing-masing jenis hasil belajar
dapat diisi dengan bahan yang telah ditetapkan dalam kurikulum.
Sedangkan Gagne membagi lima kategori hasil belajar, yaitu informasi
verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif, sikap, dan
keterampilan motoris.
Hasil belajar adalah nilai hasil pengajaran yang telah diberikan
oleh guru kepada siswa dalam jangka waktu tertentu. Menurut Syaiful
Djamarah ketercapaian hasil belajar dapat dikategorikan menjadi
beberapa kriteria, yaitu:
1) Istimewa/maksimal, apabila seluruh (100%) bahan pelajaran yang
diajarkan dapat dikuasai oleh siswa.
2) Baik sekali/optimal, apabila sebagian besar (76%-99%) bahan
pelajaran yang diajarkan dapat dikuasai oleh siswa.
3) Baik/minimal, apabila hanya 60%-75% bahan pelajaran yang
diajarkan dapat dikuasai oleh siswa.29
Hasil belajar menurut Bloom seperti dikutip oleh Purwanto,
hasil belajar mencakup pengetahuan (kognitif), sikap (afektif),
danketrampilan (psikomotor).30

27
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zein, Strategi Belajar Mengajar , h. 119.
28
Nashar, Peranan Motivasi & Kemampuan Awal dalam Kegiatan Pembelajaran,
(Jakarta: Delia Press, 2004), h. 77
29
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zein, Strategi Belajar , h. 121.
30
Ngalim Purwanto, Prinsip-prinsip dan Tehnik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: Remaja
Rosda Karya, 2004), h. 24
23

Dalam sistem pendidikan nasional, rumusan tujuan pendidikan


menggunakan klasifikasi hasil belajar Bloom yang secara garis besar
membaginya menjadi 3 ranah, yaitu:31
a. Ranah Kognitif, berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang
tersiri dari 6 aspek, yaitu pengetahuan atau ingatan, pemahaman,
aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.
b. Ranah Afektif, berkenaan dengan sikap yang tersiri dari 5 aspek
yakni penerimaan jawaban atau reaksi, peneilaian, organisasi,dan
internalisasi.
c. Ranah Psikomotor, berkenaan dengan hasil belajar ketrampilan dan
kemampuan bertindak. Ada 6 aspek yaitu gerakan refleks,
ketrampilan gerakan dasar, kemampuan perceptual, keharmonisan
atau ketepatan, gerakan ketrampilan kompleks dan gerakan
ekspresif dan interpretative.
Secara umum tujuan dari pengajaran matematika ialah
pencapaian tranfer belajar. Segala upaya dikerahkan agar siswa
berhasil menguasai pengetahuan dan ketrampilan matematika untuk
memecahkan masalah-masalah, baik pada matematika itu sendiri
maupun pada ilmu yang lain.
Biasanya untuk mengetahui hasil belajar matematika siswa,
guru akan memberikan tes yang bervariasi seiring dengan tujuan
belajar yang diharapkan. Penggunaan tes ini bertujuan untuk melihat
kemajuan belajar siswa dalam hal penguasaan materi pelajaran yang
telah dipelajari sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Tes ini
pula dapat dipergunakan sebagai penilaian diagnostik, formatif,
sumatif, serta untuk penentuan tingkat pencapaiana belajar.
Hasil belajar matematika di tingkat sekolah dasar dan menengah
umumnya dinyatakan dengan nilai (angka), sehingga siswa yang
belajar matematika akan mempunyai kemampuan baru tentang
matematika sebagai tambahan dari kemampuan yang telah ada. Hasil

31
Nashar, Peranan Motivasi & Kemampuan, h. 79
24

belajar matematika adalah tolak ukur keberhasilan yang dicapai siswa


dalam belajar matematika dengan tujuan kognitif, yaitu pengetahuan,
pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi.
Sebelum seorang guru menilai hasil belajar siswa dalam
penguasaan terhadap mata pelajaran yang ditekuninya, guru tersebut
sebaiknya mengukur hasil belajar siswa dalam penguasaan pelajaran
tersebut. Kegiatan pengukuran hasil belajar siswa dapat dilakukan
antara lain melalui ulangan, ujian, tugas, dan sebagainya.
Dalam proses belajar mengajar guru berusaha semaksimal
mungkin agar input yang dalam hal ini berupa mata pelajaran yang
disampaikan dapat diproses di dalam kelas dengan pola-pola tertentu,
sehingga outputnya adalah peserta didik mendapatkan pemahaman,
pemecahan, pengertian, dan kemampuan dalam pemecahan masalah,
untuk kemudian bila diperlukan dapat diproduksi kembali.
Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa hasil belajar
adalah segala sesuatu yang dicapai dalam proses perubahan tingkah
laku yang dilakukan secara sengaja dan dalam jangka waktu tertentu.
Kegiatan proses perubahan tingkah laku seseorang terjadi secara
bertahap. Dari tahapan tersebut seseorang akan mendapatkan
pengalaman yang nantinya akan dijadikan pelajaran dalam mengambil
sebuah keputusan. Dari penambahan pengalaman atau latihan inilah
maka perubahan tingkah laku pun terjadi dan sifatnya menetap.
Perubahan yang terjadi merupakan perubahan secara merata,
maksudnya sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.
Hasil belajar merupakan salah satu hal yang dijadikan pusat perhatian
dalam dunia pendidikan, karena hasil belajar menentukan tingkat
keberhasilan dari proses belajar mengajar.
f. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Hasil belajar dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain guru,
siswa, fasilitas, lingkungan, cara belajar, dan sebagainya. Menurut
25

Slameto, faktor-faktor tersebut secara global dapat diuraikan dalam


dua bagian yaitu:32
a. Faktor Intern, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa.
Yang termassuk dalam faktor intern adalah:
a) Faktor jasmani, yaitu kesehatan dan cacat tubuh
b) Faktor psikologis, yaitu meliputi intelegenis, perhatian, minat,
bakat, kematangan, dan kesiapan.

b. Faktor Ekstern, yaitu faktor yang berasal dari luar diri siswa, yang
termasuk dalam faktor eksternal adalah:
a) Faktor keluarga, meliputi cara orang tua mendidik, keadaan
ekonomi, pengertian orang tua dan latar belakang kebudayaan.
b) Faktor sekolah meliputi metode belajar, kurikulum, keadaan
sarana dan prasarana.
c) Faktor masyarakat, meliputi keadaan siswa dalam masyarakat
dan teman-teman bergaul.
Dari pembahasan yang dikemukakan di atas, salah satu faktor
yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah sarana berupa alat
peraga dalam belajar. Alat peraga merupakan suatu cara yang dapat
digunakan untuk membantu aktifitas siswa dalam pencapaian tujuan
belajar. Oleh karena itu banyak alat peraga pembelajaran yang dapat
dipilih oleh guru, hal itu tentunya harus disesuaikan dengan kondisi
siswa dan situasi yang melingkupunya serta materi yang dipelajarinya.

2. Media dan Alat Peraga


Istilah media berasal dari bahasa latin yaitu medius yang secara
harfiah yang berarti tengah, perantara atau pengantar. 33 Media adalah
perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan.
Menurut Sukirman untuk mengirimkan pesan yang berupa mata pelajaran,
32
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Bumi Aksara,
1995), h. 54
33
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: PT. Rajawali Press, 2002), h. 3
26

guru dapat menggunakan media misalnya berupa gambar, buku, LKS, alat
peraga, papan tulis, papan panel, chart, foto, rekaman audio, rekaman
audio visual, televisi dan sebagainya.
Sebagaimana yang tertera diatas bahwa media yang digunakan salah
satunya berupa alat peraga. Alat peraga adalah sebuah alat atau perangkat
yang digunakan tenaga pendidik (guru) untuk dapat menyampaikan
informasi yang diberikannya kepada peserta didik agar tepat dan sesuai
dengan tujuan yang diharapkan.
Media pendidikan matematika yang lebih cenderung disebut alat
peraga yang penggunaannya dapat didefinisikan sebagai suatu alat peraga
yang penggunaanya diintegrasikan dengan tujuan dan isi pengajaran yang
telah dituangkan dalam garis besar program pengajaran (GBPP) bidang
studi matematika dan bertujuan untuk mempertinggi mutu kegiatan belajar
mengajar. Post and Reys memberikan ada beberapa syarat yang harus
dimiliki alat peraga adalah:
1. Pertimbangan secara peadagogik:
a. Member perwujudan kebenaran alat untuk konsep matematika
b. Secara jelas menunjukkan konsep matematika
c. Member motivasi bagi siswa.
d. Dapat berfaedah banyak
e. Mejadi dasar tumbuhnya konsep berfikir abstrak
2. Pertimbangan karakteristik alat peraga:
a. Tahan lama
b. Bentuk dan warna menarik
c. Sederhana dan mudah dikelola
d. Ukuran alat yang sesuai (seimbang)
e. Tidak terlalu mahal.34
Suherman menyatakan bahwa fungsi alat peraga adalah:35
1. Proses belajar mengajar termotivasi
34
PPPPT Matematika,, Pembuatan Alat Peraga Sederhana Untuk Pembelajaran
matemtaika SD, (Yogyakarta: Diknas, 2009), h. 5
35
Erman Suherman,dkk, Strategi Pembelajaran , h.203
27

2. Konsep abstrak matematika tersajikan secara konkret sehingga lebih


dapat dipahami
3. Hubungan antara konsep abstrak matematika dengan benda-benda di
alam sekitar bisa lebih dapat dipahami.
4. Konsep-konsep abstrak yang disajikan dalam bentuk konkret sebagai
alat untuk meneliti ide-ide baru.
Dalam proses belajar mengajar kehadiran alat peraga mempunyai
arti penting. Karena dalam kegiatan tersebut ketiadakjelasan bahan yang
disampaikan dapat dibantu dengan menghadirkan alat peraga sebagai alat
untuk memperagakan selain itu juga disebut sebagai perantara.
Kerumitan bahan yang akan disampaikan kepada anak didik dapat
disederhanakan dengn bantuan alat peraga.
Alat peraga dapat mewakili apa yang kurang mampu untuk
diucapkan melalui kata-kata atau kalimat tertentu, bahkan keabstrakan
bahan dapat dikongkritkan dengan kehadiran alat peraga. Dengan
demikian, anak didik mudah mencerna bahan pelajaran dengan bantuan
alat peraga.
Namun perlu diingat, bahwa peranan alat peraga tidak akan
terlihat penggunaannya jika tidak sejalan dengan isi dan tujuan
pengajaran yang telah dirumuskan. Karena itu, tujuan pengajaran harus
dijadikan sebagai pangkal acuan untuk menggunakan alat peraga.
Manakala hal ini diabaikan, maka alat peraga bukan lagi sebagai alat
bantu pengajaran, tetapi juga sebagai penghambat dalam pencapaian
tujuan secara efektif dan efesien.
Untuk lebih jelasnya kita lihat definisi media menurut para ahli:
1. For Education and Communication Technology (AECT),
mendefinisikan alat peraga yaitu segala bentuk yang digunakan untuk
suatu proses penyaluran informasi.
2. Education Assosation (NEA) mendefinisikan sebagai benda yang
dapat dimanipulasi, dilihat, didengar, dibaca, atau dibicarakan beserta
instrument yang dipergunakan dengan baik dalam kegiatan belajar
28

mengajar dan dapat mempengaruhi efektifitas program


36
instruksional.
Untuk membantu peserta didik ke tingkat yang lebih real (nyata)
peranan alat peraga dalam pendidikan sangat membantu. Kemampuan
guru memilih jenis alat peraga dalam pendidikan sangat menentukan
kualitas proses belajar mengajar yang hidup dan aktif di kelas. Sebab
peranan guru sangat menentukan keberhasilan belajar anak didiknya.
Media pendidikan yang disebut audiovisual aids (AVA) menurut
Encyclopedia of Education Research memiliki nilai sebagai berkut:
1. Meletakkan dasar-dasar yang konkret untuk berfikir.
2. Memperbesar perhatian siswa.
3. Membuat pelajaran lebih menetap dan tidak lupa dilupakan.
4. Memberikan pengalaman yang nyata yang dapat menumbuhkan
kegiatan berusaha sendiri dikalangan para siswa.
5. Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan kontiniu.
6. Membantu tumbuhnya pengertian dan membantu perkembangan
kemampuan berbahasa.37
Alat peraga sebagai cara untuk meletakkan cara berfikir kongkrit
dalam kegiatan belajar, pengembangannya diserahkan kepada guru. Guru
dapat mengembangkan alat peraga sesuai dengan kemampuannya. Dalam
hal ini, akan terkait dengan kecermatan seorang guru dalam memahami
kondisi psikologi siswa, tujuan metode, kelengkapan alat bantu.
Kesesuaian dan keterpaduan dari semua ini akan sangat mendukung
pengmbangan alat peraga.
Kegagalan seorang guru dalam mengmbangkan alat peraga akan
terjadi jika penguasaan terhadap karakteristik alat peraga itu sendiri
sangat kurang. Pemamfaatan alat peraga dengan maksud mengulur-
ngulur waktu tidak dibenarkan. Karena kegiatan belajar mengajar bukan
untuk hal itu. Apabila pemamfaatan alat peraga dengan dalih untuk
36
M. Basyirun Usman, dan Asnawir, Media Pembelajaran, (Jakarta: Delia Citra Utama,
2002), h. 11
37
Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional,, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003), h. 32
29

memperkenalkan kekayaan sekolah, semua itu tidak ada sangkut pautnya


sama sekali dengan pencapaian tujuan pembelajaran. Karena itu,
pemanfaatan alat peraga hanya diharuskan dengan maksud untuk
mencapai tujuan pengajaran.
Dari pernyataan di atas disimpulkan bahwa alat peraga berfungsi
untuk memperjelas konsep, terutama konsep yang abstrak menjadi
bentuk konkret. Selain itu, penggunaan alat peraga dapat dikaitkan dan
dihubungkan dengan pemahaman konsep untuk mencapai tujuan dari
pembelajaran.

a. Alat Peraga Dakon secara Umum


Dakon atau congklak adalah suatu permainan tradisional yang
dikenal dengan berbagai macam nama di seluruh Indonesia. Biasanya
dalam permainan, sejenis cangkang kerang digunakan sebagai biji
dakon dan jika tidak ada, kadangkala digunakan juga biji-bijian dari
tumbuh-tumbuhan.
Di Malaysia permainan ini lebih dikenal dengan nama
congkak dan istilah ini juga dikenal di beberapa daerah di Sumatera
dengan kebudayaan Melayu. Di Jawa, permainan ini lebih dikenal
dengan nama congkak, dakon, dhakon atau dhakonan. Selain itu di
Lampung permainan ini lebih dikenal dengan nama dentuman lamban
sedangkan di Sulawesi permainan ini lebih dikenal dengan nama
Mokaotan, Maggaleceng, Aggalacang dan Nogarata. Dalam bahasa
Inggris, permainan ini disebut Mancala.
30

Gambar 1
Papan Dakon secara umum

Permainan dakon dilakukan oleh dua orang.38 Dalam


permainan mereka menggunakan papan yang dinamakan papan
congkak dan 98 (14 x 7) buah biji yang dinamakan biji congkak atau
buah congkak. Umumnya papan dakon terbuat dari kayu dan plastik,
sedangkan bijinya terbuat dari cangkang kerang, biji-bijian, batu-
batuan, kelereng atau plastik.
Pada papan dakon terdapat 16 buah lobang yang terdiri atas
14 lobang kecil yang saling berhadapan dan 2 lobang besar di kedua
sisinya. Setiap 7 lobang kecil di sisi pemain dan lobang besar di sisi
kananya dianggap sebagai milik sang pemain.
Pada awal permainan setiap lobang kecil diisi dengan tujuh
buah biji. Dua orang pemain yang berhadapan, salah seorang yang
memulai dapat memilih lobang yang akan diambil dan meletakkan
satu ke lobang di sebelah kanannya dan seterusnya.
Bila biji habis di lobang kecil yang berisi biji lainnya, ia dapat
mengambil biji-biji tersebut dan melanjutkan mengisi, bisa habis di
lobang besar miliknya maka ia dapat melanjutkan dengan memilih
lobang kecil di sisinya. bila habis di lubang kecil di sisinya maka ia
berhenti dan mengambil seluruh biji di sisi yang berhadapan. Tetapi

38
http://id.wikipedia.org/wiki/Congklak
31

bila berhenti di lobang kosong di sisi lawan maka ia berhenti dan


tidak mendapatkan apa-apa. Permainan dianggap selesai bila sudah
tidak ada biji lagi yang dapat dimabil (seluruh biji ada di lobang besar
kedua pemain). Pemenangnya adalah yang mendapatkan biji
terbanyak.

b. Aplikasi Dakon dalam Pembelajaran Matematika


Alat peraga dakon ini pertama kali dibuat oleh Slamet, salah
seorang pengajar di SD Negeri Tuyuhan, Kecamatan Pancur,
Kabupaten Rembang, Jawa Tengah.
Alat peraga dakon dalam penelitian ini umumnya agak sedikit
berbeda dengan dakon pada umumnya, karna ada beberapa aturan dan
cara permainan serta banyaknya kotak saja yang berbeda. Dakon
dalam penelitian ini terbuat dari tripleks sepanjang sekitar 100
sentimeter dan lebar 25 sentimeter. Di badan tripleks itu terdapat 75
lubang kecil yang terbagi menjadi tiga baris menjadi 25 lubang pada
setiap baris.
Di atas setiap lubang di barisan teratas dituliskan angka 1-25.
Adapun di bawah baris terakhir terdapat tiga lubang besar untuk
wadah biji dakon yang biasanya dari biji pohon asem, sawo, dan batu
kerikil atau kapur. Lubang-lubang itu terbuat dari bekas wadah agar-
agar atau jeli, penganan anak-anak.
Gambar 2
Papan Dakon pada penelitian
32

Cara memainkannya adalah dengan meletakkan biji-biji dakon


satu per satu di lubang dakon sesuai dengan kelipatan atau perkalian
faktor. Syaratnya, siswa harus hafal kelipatan dan perkalian.
Misalnya, untuk menentukan KPK 2 dan 3, siswa harus
meletakkan biji dakon sejumlah kelipatan 2 di lubang-lubang baris
pertama sesuai nomor lubang dakon dan kelipatan dua, yaitu 2, 4, 6, 8,
dan seterusnya. Saat menjabarkan kelipatan 3, siswa menaruh biji
dakon di lubang-lubang baris kedua sesuai nomor lubang dakon dan
kelipatan 3, yaitu 3, 6, 9, 12, dan seterusnya. Dari baris lubang
pertama dan kedua, siswa bisa menentukan KPK dengan melihat biji
dakon yang letaknya satu kolom atau berada pada nomor lubang
dakon yang sama.
Misalnya, untuk menentukan FPB 12 dan 18, siswa harus
meletakkan biji dakon sesuai factor 12 di lubang-lubang baris pertama
sesuai nomor lubang dakon dan factor dua belas, yaitu 1, 2, 3, 4, 6,12.
Saat menjabarkan factor 18, siswa menaruh biji dakon di lubang-
lubang baris kedua sesuai nomor lubang dakon dan factor 18, yaitu 1,
2, 3, 6, 9, 18. Dari baris lubang pertama dan kedua, siswa bisa
menentukan FPB dengan melihat biji dakon yang letaknya satu kolom
atau berada pada nomor lubang dakon yang sama dan yang terbesar.
Siswa dapat menggunakankan dakon dengan cara kompetisi
antar kelompok maupun antar perorangan, dengan aturan
menggunakan dakon serperti tertera di atas. Misalnya siswa dibagi
kepada beberapa kelompok, hal ini dikarenakan terbatasnya alat
peraga dakon, dalam satu kelompok terdiri dari 4 (empat) orang.
Kompetisi dibagi dalam dua sesi, sesi pertama siswa dua orang
dalam tiap-tiap kelompok, lalu mereka diberikan soal yang berkaitan
dengan KPK dan FPB, kelompok yang tercepat dan benar dalam
menjawab soal adalah pemenangnya, lalu diambil beberapa kelompok
yang tercepat yang akan dikompetisikan dengan sesi kedua. Begitu
pula dengan sesi kedua yang tercepat dan benar menjawab soal adalah
33

pemenangnya. Kemudian pemenang sesi pertama dan sesi kedua


dikompetisikan, yang tercepat dan benar dalam menjawab soal adalah
pemenangnya.

3. Konsep Kelipatan Persekutuan Terkecil (KPK) dan Faktor


Persekutuan Terbesar (FPB)
Kelipatan suatu bilangan merupakan himpunan bilangan-bilangan asli
yang habis oleh bilangan tersebut. Sedangkan Mulyana mengemukakan
bahwa suatu bilangan cacah X merupakan kelipatan dari suatu bilangan
cacah P, jika X diperoleh dari mengalikan dengan bilangan cacah
lainnya.39 Retnowati mengatakan bahwa: suatu bilangan a dikatakan
kelipatan b, jika a merupakan hasil perkalian b dengan bilangan asli.40
Sebagai contoh himpunan kelipatan 2 adalah {2, 4, 6, 8, 10} himpunan
kelipatan dari 4 adalah {4, 8, 14, 16, . . . .}.
Kelipatan persekutuan adalah himpunan irisan dari himpunan-
himpunan kelipatan. Mulyana mengemukakan himpunan dari semua
kelipatan persekutuan dari dua bilangan atau lebih. Heri Retnowati
berpendapat bahwa: kelipatan persekutuan adalah kelipatan yang sama-
sama dimiliki oleh dua bilangan. Misalnya dari himpunan kelipatan
persekutuan 2 dan 4 adalah {4, 8, 12, . . .} dari himpunan itu anggota
terkecilnya adalah 4.
Dari pernyataan-pernyataan diatas, maka kelipatan persekutuan
terkecil (KPK) adalah anggota terkecil dari himpunan kelipatan
persekutuan. Dengan kata lain bahwa KPK adalah bilangan terkecil dari
anggota himpunan persekutuan.
Faktor suatu bilangan adalah himpunan bilangan-bilangan yang habis
membagi bilangan tersebut. Mulyana mengatakan bahwa faktor suatu
bilangan adalah semua bilangan asli yang merupakan pembagi atau hasil

39
Mulyana, Rahasia Matematika, (Surabaya: Edutama Mulya, 2000), h. 87
40
Heri Retnowati, Matematika Untuk SD kelas IV, (Jakarta: Arya Duta, 2008), h. 37
34

bagibilangan tersebut sehingga hasilnya nol.41 Retnowati berpendapat


bahwa faktor dari suatu bilangan adalah bilangan-bilanga yang dapat
membagi habis bilangan tersebut.42 Misalnya himpunan faktor 12 adalah
{1, 2, 3, 4, 6, 12} himpunan faktor 18 adalah {1, 2, 3, 6, 9, 18}.
Faktor persekutuan menurut Mulyana adalah faktor yang didapatkan
dari faktor-faktor dua bilangan yang diketahui.43 Maka faktor persekutuan
dari 12 dan 18 adalah irisan dari himpunan faktor 12 dan 18 yaitu 1, 2, 3, 6
dimana 6 adalah faktor persekutuan terbesar (FPB).
Dalam menentukan FPB dan KPK bilangan-bilangan besar dapat
dengan menguraikan faktor-faktor primanya. Misalnya faktor prima dari
12 adalah 2 dan 3 karena 12 = 2 x 2 x 3, sedangkan faktor prima dari 18
adalah 2 dan 3 karena 18 = 2 x 3 x 3 KPK dapat dihitung dari 2 x 2 x 3 x 3
= 36 dan FPB dari n dihitung dari 3 x 2 = 6.

4. Hasil penelitian yang relevan


Ada beberapa penelitian yang relevan yang telah dilakukan oleh
para peneliti tentang penggunaan metode permainan dalam pembelajaran
matematika, diantaranya yaitu:
1. Siti Rachmawati dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh alat
peraga papan buletin terhadap hasil belajar matematika. Dari hasil
penelitiannya didapat bahwa ttabel = 1,68 dan thitung = 2,14 jadi thitung
ttabel, maka terima Ha = 1 2, sehingga dapat disimpulkan bahwa alat
peraga berpengaruh untuk meningkatkan hasil belajar matematika.
2. Fathul Hakim dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh alat peraga
Papan Cuisinaire terhadap Hasil Belajar perkalian dan pembagian.
Dari hasil penelitiannya didapat bahwa ttabel = 1,671 dan thitung = 1,98
jadi thitung ttabel, maka terima Ha = 1 2, sehingga dapat
disimpulkan bahwa papan Cuisenaire berpengaruh untuk
meningkatkan hasil belajar matematika.
41
Mulyana, Rahasia Matematika , h. 85
42
Heri Retnowati, Matematika Untuk SD, h. 39
43
Mulyana, Rahasia Matematika , h. 85
35

B. Kerangka Berpikir
Belajar merupakan usaha ynag dilakukan individu untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil
pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Sehingga dengan interaksi itu terjadi perubahan-perubahan yang tertanam
dalam sikap perilakunya. Belajar dan pembelajaran adalah aktivitas di mana
guru dan siswa saling berinteraksi. Dalam proses yang terjadi di kelas
melibatkan siswa yang beragam dengan latar belakang dan sifat pembawaan
individu yang berbeda-beda. Keanekaragaman tersebut yang mengakibatkan
adanya perbedaan kecepatan dari setiap siswa dalam menerima dan
memahami suatu materi pelajaran.
Oleh karena itu, perkembangan kognitif siswa SD pada umumnya
berada pada tahap berpikir konkrit, di mana siswa pada usia 7-12 tahun yang
menghadapi kesulitan untuk menerapkan proses intelek formal menjadi
simbol-simbol verbal dan ide-ide abstrak. Siswa sudah mulai belajar
menggunakan intelek mereka untuk memanipulasi objek-objek konkrit. Cara
berpikir seperti ini mempunyai keterbatasan-keterbatasan diantaranya struktur
dan organisasi pada periode ini diorientasikan ke objek-objek atau peristiwa
yang dialami langsung oleh siswa.
Alat peraga digunakan dalam rangka membantu siswa untuk
memahami konsep matematika yang abstrak, dengan menggunakan alat
peraga dalan pengajaran matematika dapat memberikan hasil yang lebih
baik, karena siswa terlibat dalam keadaan fisik dan mental yang diharapkan
dapat meningkatkan pemahaman dan hasil belajar. Alat peraga dakon
diharapkan dapat menciptakan matematika lebih konkret dan memotivasi
siswa dalam belajar sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Dakon
atau congklak merupakan mainan yang biasa dimainkan oleh anak-anak usia
sekolah dasar. Dalam penelitian dakon dimodifikasi sedemikian rupa agar
tampak lebih menarik, memiliki warna yang cerah, dan lubang congklak lebih
banyak agar siswa lebih tertarik dalam belajar. Dakon dimodifikasi
sedemikian rupa agar dapat disesuaikan dengan tujuan pembelajaran
36

matematika yaitu pada pokok bahasan KPK dan FPB pasa Siswa Sekolah
Dasar.
Guru memegang peranan penting yang mempengaruhi keberhasilan
siswa. Oleh karena itu, guru harus mampu menciptakan situasi dan kondisi
yang akan membantu meningkatkan efisiensi dan efektifitas proses belajar
mengajar. Guru juga harus bisa memilih dan menggunakan alat peraga yang
cocok untuk materi pelajaran yang akan diajarkan.
Gambar 3
Bagan Kerangka Berfikir

Pembelajaran Matematika

Kesulitan Belajar
Matematika

Berbagai Metode dan Alat


Peraga

Metode Ekspositori Tidak Metode Ekpositori Dengan


menggunakan alat peraga Alat peraga Dakon

Tidak Kurang Lebih alat


abstrak ada alat menyenangkan kongkrit peraga menyenangkan
peraga dakon

Hasil Belajar Hasil Belajar Meningkat


37

C. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan deskripsi kerangka berpikir di atas, maka hipotesis
penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
Hasil belajar matematika yang diajar dengan menggunakan alat peraga
dakon lebih tinggi dari hasil belajar siswa yang diajar dengan tanpa
menggunakan alat peraga dakon
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian


Tempat yang dipilih sebagai lapangan penelitian adalah Madrasah
Ibtidaiyah Nurul Falah yang beralamat di Jalan Sukamandi No. 09 Kecamatan
Neglasari Kota Tangerang. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari-
Februari 2011 pada semester genap tahun ajaran 2010/2011

B. Metode Penelitian
Pada penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian quasi
eksperimen. Dalam pelaksanaan penelitian ini, sampel dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Yang dipilih
sebagai kelompok eksperimen adalah kelas IV A yang berjumlah 25 siswa dan
kelas IV B yang berjumlah 25 siswa sebagai kelompok kontrol. Kelas
eksperimen yaitu kelas yang diajar dengan menggunakan media alat peraga,
sedangkan kelas kontrol yaitu kelas yang diajarkan dengan tidak
menggunakan alat peraga dakon.
Penelitian ini menggunakan Two Group Randomized Subjek Post Tes
Only. Rancangan penelitian tersebut digambarkan sebagai berikut:

Tabel 2
Desain Penelitian
Kelompok Perlakuan Test

(R)E X1 Y
(R)K X2 Y

Keterangan:
E : Kelompok Eksperimen
K : Kelompok Kontrol
X1 : Perlakuan dengan menggunakan alat peraga Dakon

38
39

X2 : Perlakuan dengan tidak menggunakan alat peraga Dakon


Y : Tes Akhir
Setelah selesai mempelajari pokok bahasan, kedua kelompok diberi tes
yang sama. Hasil tes kemudian diolah sehingga dapat diketahui apakah hasil
belajar matematika kelompok eksperimen lebih tinggi dari pada hasil
kelompok kontrol.

C. Populasi dan Tekhnik Pengambilan Sampel


Populasi adalah keseluruhan subjek peneliti dalam penelitian ini
ppopulasinya adalah kelas IV MI Nurul Falah Tangerang, yang terdaftar pada
semester genap tahun ajaran 2010/1011.
Sampel yang di ambil dalam penelitian ini adalah sebagian atau wakil
yang diteliti. Sampel ini diambil dari populasi terjangkau dengan teknnik
Cluster Random Sampling, yaitu 2 kelas dari 4 kelas yang ada. Siswa kelas IV
Madrasah Ibtidaiyah Nurul Falah yang diambil dua kelas berjumlah 50 siswa
yang terbagi atas dua kelas yaitu kelas A dan kelas B. Penempatan siswa pada
kelas IV tersebut dilakukan secara acak oleh pihak sekolah tanpa didasarkan
atas ranking atau nilai. Maka diasumsikan bahwa setiap kelas pada kelas IV
Madrasah Ibtidaiyah Nurul Falah ini merupakan kelas yang relatif homogen,
namun untuk lebih jelasnya, penulis tetap melakukan uji homogenitas.

D. Variabel penelitian
Variabel penelitian adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik
perhatian suatu penelitian.44

1. Variabel bebas (X)


Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi. Disebut juga variable
penyebab atau independent variable. Variabel bebas dalam penelitian ini
adalah alat peraga dakon.

44
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rieneka
Cipta, 2002), Edisi Revisi, h. 96.
40

2. Variabel terikat (Y)


Variabel terikat adalah variable yang dipengaruhi. Disebut juga variable
akibat atau dependent variable. Variabel terikat dalam penelitian ini
adalah hasil belajar matematika.

E. Instrumen Pengumpulan Data


Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian
ini adalah tes objektif yang digunakan untuk mengumpulkan data tentang hasil
belajar. Tes yang akan dilakukan berupa post test. Kelompok eksperimen dan
kelompok control akan mendapatkan tes yang sama.
Tes yang digunakan terdiri dari beberapa soal berbentuk pilihan ganda.
Adapun kisi-kisi instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:

Tabel 3
Kisi-kisi Instrumen Penelitian

Standar Kompetensi Nomor


No. Indikator Jumlah
Kompetensi Dasar Soal
Menentukan kelipatan suatu 1, 4, 3, 7 4
bilangan
Memahami Menentukan kelipatan 2, 5 2
dan persekutuan dua bilangan
menggunaka Menentukan bilangan yang 8, 26 2
n faktor dan Mendeskripsi habis dibagi 2, 3, 4, dan 5
1 kan konsep menentukan
kelipatan faktor suatu 6, 9 2
dalam faktor dan bilangan
pemecahan kelipatan Menentukan faktor 11, 16, 3
masalah persekutuan dua bilangan 25
Mengenal bilangan prima 13, 14 2
menurut sifatnya
41

Sub
Pokok Nomor
No. Pokok Indikator Jumlah
Bahasan Soal
Bahasan
Menentukan kelipatan 15, 27 2
persekutuan terkecil (KPK)
dari dua bilangan satu angka
Menentukan kelipatan 17, 18, 3
persekutuan terkecil (KPK) 29
dari bilangan satu angka dan
dua angka
Menentuk Menentukan kelipatan 12, 23 2
an persekutuan terkecil (KPK)
2 kelipatan dari dua bilangan dua angka
persekutua Menentukan faktor 10, 21, 4
n terkecil persekutuan terbesar (FPB) 24, 28
(KPK) dan kelipatan persekutuan
dan faktor terkecil (KPK) dari dua
persekutua bilangan
n terbesar Memecahkan masalah yang 19, 20, 4
(FPB) berkaitan dengan KPK dan 22, 30
FPB
Jumlah 30

Sebelum digunakan soal tersebut diuji coba untuk mengetahui apakah


soal tersebut memenuhi persyaratan validitas, reabilitas, analisis tingkat
kesukaran, dan daya pembeda soal.

1. Pengujian Validitas
Pengujian validitas digunakan untuk mengetahui apakah soal itu
valid atau tidak. Sebuah tes dikatakan valid apabila tersebut dapat
mengukur apa yang hendak diukur.45 Sebelum validitas secara empiris
terlebih dahulu tes ini dinilai dari segi isi dengan menggunakan validitas
isi yang berarti tes tersebut disusun sesuai materi pelajaran yang
dievaluasi.
Teknik yang digunakan untuk mengetahui tes adalah teknik
korelasi Point Biserial. Teknik korelasi ini merupakan teknik korelasi
45
Suharsimi arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005)
Edisi revisi, h. 65.
42

yang digunakan untuk mencari korelasi antar dua variable, variable I


berbentuk variable kontinum yaitu skor hasil tes dan variable II berbentuk
variable diskrit murni yaitu betul dan salahnya peserta dalam menjawab
tes. Dalam penelitian ini digunakan uji validitas per butir soal dengan
menggunakan rumus korelasi point bisereal, dengan rumus:46

Mp Mt p
rpbi
SDt q

Keterangan:
rpbi = koefisien korelasi point biserial yang dianggap koefisien validitas
item
Mp = skor rata-rata hitung yang jawab benar oleh peserta tes
Mt = Skor rata-rata total yang dicapai oleh seluruh peserta tes
SDt = Standar deviasi
p = Proporsi siswa yang menjawab benar terhadap butir item
q = Proporsi siswa yang menjawab salah terhadap butir item
(q = 1 p)
Adapun langkah-langkah dalm melakukan analisis korelasi sebagai
berikut:
a) Merumuskan hipotesis nihil (H0) dan hipotesis alternative (Ha)
b) Memilih dan menentukan sampel penelitian
c) Memasukkan data yang telah diperoleh dari sampel penelitian kedalam
table bantu untuk mencari rata-rata skor peserta tes yang menjawab
betul, mean atau rata-rata skor total.
d) Membuat table bantu persiapan mencari standar deviasi
e) Memasukkan data yang telah diperoleh dari sampel penelitian kedalam
table bantu untuk koefisien korelasi point biserial.
f) Melakukan uji signifiikansi korelasi dengan uji t

46
Anas sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2004), cet. Ke-6, h. 258
43

g) Melakukan interpretasi terhadap koefisien korelasi dengan


membandingkan dengan table interpretasi.
Untuk mengetahui valid tidaknya butir soal, maka r hitung
dibandingkan dengan r tabel produc moment dengan = 0,05. jika r
hitung r tabel, maka soal tersebut dinyatakan tidak valid dan jika r
hitung > r tabel, maka soal tersebut dinyatakan valid tetap dipertahankan
dalam instrumen yang selanjutnya digunakan untuk proses pengolahan
data dalam penelitian yang sebenarnya.

2. Pengujian Reliabilitas
Reliabilitas tes dilakukan untuk mengetahui apakah soal itu
reliable/ajeg. Reliabilitas tes berhubungan dengan konsistensi hasil tes.
Pengukuran reliabilitas menggunakan rumus Kuder dan Richardson
(K-R.20):47

r11 =

Keterangan:
r11 = Reliabilitas tes secara keseluruhan
n = Jumlah butir soal valid
St = Standar deviasi dari tes
p = Proporsi subyek yang menjawab benar pada butir soal i
q = Proporsi subyek yang menjawab salah pada butir soal i

pq = Jumlah hasil perkalian dari p dan q

47
Anas sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2009), cet. Ke-6, h. 208
44

Tabel 4
Interpretasi Tingkat Reabilitas Instrumen
Nilaii koefisien Korelasi Interpretasi
0,800 0,999 Sangat tinggi
0,600 0,799 Tinggi
0,400 0,599 Sedang
0,200 0,399 Rendah
< 0,200 Sangat rendah

3. Analisis Tingkat Kesukaran


Analisis tingkat kesukaran bertujuan untuk mengidentifikasi soal-
soal yang baik. Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan
tidak terlalu sukar. Untuk apakah soal tes yang diberikan tergolong mudah,
sedang atau sukar, digunakan rumus berikut:48
B
P=
JS
Keterangan :
P = Indeks kesulitan untuk setiap butir soal
B = Banyaknya siswa yang menjawab benar
JS = Jumlah seluruh peserta tes
Kriteria yang digunakan adalah semakin kecil indeks yang
diperoleh, maka soal tersebut termasuk kategori sukar. Sebaliknya makin
besar indeks yang diperoleh, maka soal tersebut termasuk kategori mudah.
Kriteria indeks tingkat kesulitan soal tersebut adalah:49

48
Daryanto, Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Rieneka Cipta, 1999) h. 182
49
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi..., h. 210
45

Tabel 5
Interpretasi Nilai P
P Interpretasi
0,00 0,30 Sukar
0,30 0,70 Sedang
0,70 1,00 Mudah

4. Pengujian Daya Pembeda


Pengujian daya pembeda soal bertujuan untuk mengetahui
kemampuan soal, dalam membedakan siswa pandai dengan yang kurang
pandai. Rumus yang digunakan adalah:50

B A BB
D= PA PB
JA JB
Keterangan :
J = Jumlah peserta tes
JA = Banyaknya peserta tes kelompok atas
JB = Banyaknya peserta kelompok bawah
BA = Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan
benar
BB = Banyakna peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan
benar
PA = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab dengan benar
PB = Proporsi peserta bawah yang menjawab soal dengan benar
Klasifikasi daya pembeda soal adalah sebagai berikut:51

50
Daryanto, Evaluasi Pendidikan ..., h. 186
51
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi..., h.. 218
46

Tabel 6
Interpretasi Nilai D
Indeks Diskriminasi Interpretasi
0,00 0,19 Kurang baik
0,20 0,39 Cukup
0,40 0,69 Baik
0,70 1,00 Baik sekali

F. Tehnik Analisis Data


1. Uji Prasyarat Analisis
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sample yang
diteliti berdistribusi normal atau tidak. Uji kenormalan yang digunakan
yaitu Uji Liliefors.
Adapun cara untuk mencari Uji Normalitas adalah sebagai berikut:
1) Urutkan data sampel dari yang terkecil hingga yang terbesar

Xi X
2) Tentukan nilai Z i
S
Dengan:
Zi = skor baku
Xi = skor data
X = nilai rata-rata
S = simpangan baku
3) Tentukan besar peluang untuk masing-masing nilai Zi
Berdasarkan tabel Zi dan disebut dengan F(Zi) dengan aturan:
Jika Zi > 0, maka F(Zi) = 0,5 + nilai tabel
Jika Zi < 0, maka F(Zi) = 1 (0,5 + nilai tabel)
4) Selanjutnya hitung proporsi Z1, Z2,, Zn yang lebih kecil atau
sama dengan Zi jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Z), maka:
47

Banyaknya Z1 , Z 2 ,..., Z n yang Z i


S (Z i )
n
5) Hitunglah selisih F(Zi) S(Zi) kemudian tentukan harga
mutlaknya.
6) Ambil nilai terbesar antara harga-harga mutlak selisih tersebut,
nilai ini kita namakan L0.
7) Memberikan interpretasi, L0 dengan membandingkannya dengan
Lt. Lt adalah harga yang diambil dari tabel harga kritis uji liliefors.
8) Mengambil kesimpulan berdasarkan harga L0 dan Lt yang telah
didapat. Apabila L0 < Lt maka sampel berasal dari distribusi
normal.

b. Uji Homogenitas
Di samping pengujian terhadap normal tidaknya distribusi data
pada sampel, perlu kiranya melakukan pengujian terhadap kesamaan
beberapa bagian sampel, yakni seragam tidaknya variansi sampel-sampel
yang diambil dari populasi yang sama. Uji homogenitas dilakukan dua
varian, di maksud untuk melihat perbedaan nilai kelompok eksperimen
dan kelompok control. Uji homogenitas yang digunakan yaitu Uji Fisher,
dengan rumus dan langkah-langkahnya sebagai berikut:

nxi xi
2 2 2
S1 2
F hitung = , dimana S =
S2
2
nn 1
Keterangan:
F = Homogenitas
2
S1 = Varians terbesar
2
S2 = Varians terkecil
Dengan hipotesis :
H0 = sampel berasal dari populasi yang homogen
Ha = sampel tidak berasal dari populasi yang homogen
48

Kriteria pengujian:
Tolak H0 Jika Ftabel < Fhitung dan terima H0 untuk kondisi lainnya.

c. Pengujian Hipotesis
Setelah dilakukan pengujian populasi data yang menggunakan uji
normalitas dan uji homogenitas, apabila data populasi berdistribusi normal
dan data populasi homogen maka dilakukan uji hipotesis dengan uji t. uji
hipotesis ini dilakukan untuk menerima atau menolak hipotesis yang
diajukan oleh peneliti sebelumnya. Untuk menguji hipotesis, rumus yang
digunakan adalah uji t atau t tes.

X1 X 2 n1 1S12 n 2 1S 22
t , dimana S gab
1 1 n1 n 2 2
S gab
n1 n2

Keterangan:
t = Harga uji statistik
X1 = Rata-rata hasil belajar matematika kelas eksperimen
X 2 = Rata-rata hasil belajar matematika kelas kontrol
n1 = Jumlah sampel kelas eksperimen.
n2 = Jumlah sampel kelas kontrol.

S 12 = Varians data kelas eksperimen

S 22 = Varians data kelas kontrol


Sgab = Nilai deviasi standar gabungan
Adapun langkah-langkah dalam melakukan uji statistik
menggunakan tes t adalah sebbagai berikut:
a) Merumuskan hipotesis
b) Memilih sampel sebagai sumber
c) Mengadakan uji t dengan rumus yang sudah ditentukan
d) Melakukan Interpretasi dan kesimpulan dengan membandingkan hasil
perhitungan thit dengan ttab.
49

G. Hipotesis Statistik
Adapun kriteria pengujian untuk uji-t ini adalah sebagai berikut:
Ho : 1 < 2
Ha : 1 > 2
Keterangan:
Ho = Hasil belajar matematika kelas eksperimen sama dengan kelas kontrol
Ha = Hasil belajar matematika kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas
kontrol
1 = Nilai rata-rata hasil belajar kelas eksperimen
2 = Nilai rata-rata hasil belajar kelas kontrol
BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data

Penelitian ini telah dilakukan MI Nurul Falah kelas IV. Penulis


menggunakan dua kelas untuk dijadikan sebagai kelas penelitian. Kelas IVA
sebagai kelas eksperimen dan kelas IVB sebagai kelas kontrol. Sampel yang
digunakan sebanyak 50 siswa. 25 siswa kelas eksperimen dan 25 siswa kelas
kontrol.
Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah nilai hasil belajar
matematika siswa kelas eksperimen yang menggunakan alat peraga dakon dan
hasil belajar matematika siswa kelas kontrol yang tanpa penggunakan alat
peraga dakon. Data diambil dengan menggunakan instrument berupa tes hasil
belajar yang terdiri dari 19 soal berbentuk pilihan ganda yang diberikan
setelah kedua kelas mempelajari materi pelajaran yang sama.
Sebelum soal tersebut digunakan, soal-soal tersebut telah diuji coba
untuk memenuhi persyaratan tes yaitu uji validitas, reabilitas, indeks
kesukaran dan daya pembeda soal. Dari hasil uji coba menunjukkan bahwa
soal-soal tersebut mempunyai tingkat reabilitas yang sangat tinggi yaitu KR-
20 = 0,86 yang berarti instrument tes hasil belajar tersebut dapat dijadikan
tolak ukur hasil belajar. Adapun hasil uji persyaratan tes sebagai berikut:

Tabel 7
Hasil Uji Validitas, Indeks Kesukaran dan Daya Pembeda Soal

No.
Validitas Indeks Kesukaran Daya Pembeda Soal Keterangan
Soal

1 Valid 0.86 Mudah -0.07 Kurang Baik Digunakan

2 Valid 0.83 Mudah 0.10 Kurang Baik Digunakan

50
51

No.
Validitas Indeks Kesukaran Daya Pembeda Soal Keterangan
Soal

3 Valid 0.94 Mudah 0.11 Kurang Baik Digunakan

4 Invalid 0.63 Sedang 0.15 Kurang Baik Tidak Digunakan

5 Invalid 0.74 Mudah -0.07 Kurang Baik Tidak Digunakan

6 Valid 0.77 Mudah 0.33 Cukup Digunakan

7 Valid 0.80 Mudah 0.27 Cukup Digunakan

8 Invalid 0.46 Sedang 0.03 Kurang Baik Tidak Digunakan

9 Valid 0.66 Sedang 0.55 Baik Digunakan

10 Invalid 0.46 Sedang 0.03 Kurang Baik Tidak Digunakan

11 Valid 0.60 Sedang 0.55 Baik Digunakan

12 Valid 0.69 Sedang 0.50 Baik Digunakan

13 Valid 0.89 Mudah -0.01 Kurang Baik Digunakan

14 Invalid 0.57 Sedang 0.03 Kurang Baik Tidak Digunakan

15 Valid 0.54 Sedang 0.20 Cukup Digunakan

16 Valid 0.60 Sedang 0.66 Baik Digunakan

17 Valid 0.63 Sedang 0.49 Baik Digunakan

18 Valid 0.63 Sedang 0.49 Baik Digunakan

19 Valid 0.66 Sedang 0.55 Baik Digunakan

20 Invalid 0.29 Sukar 0.02 Kurang Baik Tidak Digunakan

21 Invalid 0.57 Sedang 0.03 Kurang Baik Tidak Digunakan


52

No.
Validitas Indeks Kesukaran Daya Pembeda Soal Keterangan
Soal
22 Invalid 0.60 Sedang -0.02 Kurang Baik Tidak Digunakan

23 Invalid 0.51 Sedang 0.26 Cukup Tidak Digunakan

24 Valid 0.80 Mudah 0.27 Cukup Digunakan

25 Invalid 0.54 Sedang -0.03 Kurang Baik Tidak Digunakan

26 Valid 0.86 Mudah 0.28 Cukup Digunakan

27 Valid 0.66 Sedang 0.44 Baik Digunakan

28 Valid 0.69 Sedang 0.50 Baik Digunakan

29 Invalid 0.57 Sedang 0.15 Kurang Baik Tidak Digunakan

30 Valid 0.86 Mudah 0.28 Cukup Digunakan

Proses penelitian ini dilakukan selama delapan kali pertemuan. Materi


yang diajarkan pada penelitian ini adalah materi Kelipatan Persekutuan
Terkecil (KPK) dan Faktor Persekutuan Terbesar (FPB). Pada proses
pembelajaran kedua kelompok mendapatkan perlakuan yang berbeda. Kelas
eksperimen dengan pembelajaran menggunakan alat peraga dakon sedangkan
kelas control tanpa menggunakan alat peraga dakon.
Adapun deskripsi data kelas eksperimen dan kelas kontrol masing-
masing dijelaskan sebagai berikut:

1. Hasil Belajar Siswa dengan Alat Peraga Dakon (Kelas Eksperimen)


Data statistic tes hasil belajar yang diperoleh dari 25 siswa pada
kelas eksperimen, dapat dilihat dalam table berikut:
53

Tabel 8
Statistik Deskriftif Kelas Eksperimen
Statistik Tes Akhir
Nilai terendah 31
Nilai tertinggi 100
Rentangan 69
Nilai rata-rata 69,62
Median 70,78
Modus 72,5
Varians 303,36
Simpangan baku 17,41

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa hasil tes akhir kelas
eksperimen berada pada rentang nilai antara 31 sampai 100 dengan rata-
rata 69,62. Sedangkan nilai tengah dari hasil tes tersebut adalah 70,78,
nilai yang sering muncul adalah 72,5, dan simpangan baku 17,41
Penyajian data dalam bentuk distribusi frekuensi dapat dilihat pada
table dan histogram berikut :
Tabel 9
Distribusi Frekuensi
Nilai Tes Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas Eksperimen
Batas Batas Frekuensi
Interval
Bawah Atas Absolut Relatif (%)
31 - 42 30.5 42.5 2 8
43 - 54 42.5 54.5 3 12
55 - 66 54.5 66.5 5 20
67 - 78 66.5 78.5 7 28
79 - 90 78.5 90.5 5 20
91 - 102 90.5 102.5 3 12
25 100
54

Gambar 4
Histogram Frekuensi
Nilai Tes Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas Eksperimen
Dari tabel dan histogram di atas dapat diinterpretasikan bahwa dari
25 orang siswa, yang memperoleh nilai di atas rata-rata sebanyak 60%
yaitu 15 orang siswa, dan yang memperoleh nilai di bawah rata-rata
sebanyak 40% yaitu 10 orang siswa.

2. Hasil Belajar Siswa Tanpa Alat Peraga Dakon (Kelas Kontrol)


Data statistik tes hasil belajar yang diperoleh dari 25 siswa pada
kelas kontrol, dapat dilihat dalam tabel berikut:
55

Tabel 10
Statistik Deskriftif Kelas Kontrol
Statistik Tes Akhir
Nilai terendah 21
Nilai tertinggi 100
Rentangan 79
Nilai rata-rata 52,14
Median 51,125
Modus 52,5
Varians 363,91
Simpangan baku 19,07

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa hasil tes akhir kelas
control berada pada rentang nilai antara 21 sampai 100 dengan rata-rata
52,14. Sedangkan nilai tengah dari hasil tes tersebut adalah 51,125, nilai
yang sering muncul adalah 52,5, dan simpangan baku 19,07.
Penyajian data dalam bentuk distribusi frekuensi dapat dilihat pada
table dan histogram berikut:
Tabel 11

Distribusi Frekuensi

Nilai Tes Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas Kontrol

Batas Batas Frekuensi


Interval
Bawah Atas Absolut Relatif (%)
21 - 34 20.5 34.5 5 20
35 - 48 34.5 48.5 6 24
49 - 62 48.5 62.5 8 32
63 - 76 62.5 76.5 3 12
77 - 90 76.5 90.5 2 8
91 - 104 90.5 104.5 1 4
Jumlah 25 100
56

Gambar 5
Histogram Frekuensi
Nilai Tes Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas Kontrol

Dari tabel dan histogram di atas dapat diinterpretasikan bahwa dari


25 orang siswa, yang memperoleh nilai di atas rata-rata sebanyak 56%
yaitu 14 orang siswa, dan yang memperoleh nilai di bawah rata-rata
sebanyak 44 % yaitu 11 orang siswa.
Untuk lebih memperjelas perbedaan hasil tes antara kelas
eksperimen dan kelas kontrol, dapat dilihat pada tabel berikut ini :
57

Tabel 12
Paparan Hasil Belajar Matematika Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Kelas
Statistik
Eksperimen Kontrol
Nilai Terendah 31 21

Nilai Tertinggi 100 100

Mean ( x ) 69,62 52,14

Median (Me) 70,78 51,12

Modus (Mo) 72,5 52,5

Varians (s2) 303,36 363,91

Simpangan Baku (s) 17,41 19,07

Kemiringan (3) -0,1654 -0,0188

Ketajaman/Kurtosis (4) 2,11 2,36

B. Pengujian Hipotesis
1. Prayarat Analisis
Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu dilakukan
pengujian prasyarat analisis terhadap data hasil penelitian berupa tes hasil
belajar matematika siswa. Adapun uji prasyarat analisis yang dilakukan
adalah uji normalitas dan uji homogenitas.

a. Uji Normalitas
Uji Normalitas dilakukan dengan Uji Liliefors pada kelas
eksperimen dan kelas control. Untuk uji normalitas dilakukan melalui
rumusan hipotesis sebagai berikut:
Ho = Data sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
Ha = Data sampel berasal dari populasi yang berdistribusi tidak normal
58

1) Uji Normalitas kelas Eksperimen


Berdasarkan hasil pengolahan data pada kelompok yang
menggunakan alat peraga dakon diperoleh nilai Lo = 0,0959. Pada
taraf signifikansi = 0,05 diperoleh Lt = 0,173. Dengan demikian
diperoleh Lo = 0,0959 < Lt = 0,173. Karena Lo < Lt, maka Ho
diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sampel kelas
eksperimen berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

2) Uji Normalitas Kelas Kontrol


Berdasarkan hasil pengelolahan data pada kelompok yang
menggunakan alat peraga dakon diperoleh nilai Lo = 0,1613. Pada
taraf signifikansi = 0,05 diperoleh Lt = 0,173. Dengan demikian
diperoleh Lo = 0,1613 < Lt = 0,173. Karena Lo < Lt, maka Ho
diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sampel kelas
kontrol berasal dari sampel yang berdistribusi normal.
Hasil uji normalitas data kedua kelompok disajikan pada
tabel berikut:
Tabel 13
Hasil Uji Normalitas data dengan Uji Liliefors

Kelas
Statistika
Eksperimen Kontrol
N 25 25
Taraf signifikan 0,05 0,05
Lhitung (L0) 0,0959 0,1613
Ltabel (Lt) 0,173 0,173
Kriteria L0<Lt L0<Lt
Kesimpulan Normal Normal
59

b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan dengan uji fisher. Pengujian homogenitas
dilakukan melalui perumusan hipotesis berikut:
Ho = Variansi populasi homogen
Ha = Variansi populasi tidak homogen
Berdasarkan pengolahan data, diperoleh hasil uji homogenitas yang
disajikan pada table berikut:
Tabel 14

Hasil Uji Homogenitas data dengan Uji Fisher


Kelas
Eksperimen Kontrol
Varians 303,36 363,91
Db 25 25
Fhit 1,199
Ftab 1,98
Kriteria Fhit < Ftab
Kesimpulan Homogen

Karena Fhit = 1,199 < Ftab(0,05) = 1,92, maka Ho diterima. Dengan


demikian dari data di atas dapat disimpulkan bahwa Ho diterima pada taraf
signifikansi = 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa kedua kelompok
mempunyai varians yang homogen. Dengan demikian analisis data dengan
uji t dapat digunakan.

2. Pengajuan Hipotesis
Setelah dilakukan pengujian prasyarat analisis data, diketahui
bahwa data tersebut berdistribusi normal dan homogen. Langkah
selanjutnya adalah melakukan pengujian hipotesis statistik dengan uji t.
Pengujian dilakukan untuk mengetahui apakah rata-rata hasil belajar
60

matematika siswa pada kelompok eksperimen yang dalam


pembelajarannya menggunakan alat peraga dakon lebih tinggi
dibandingkan dengan rata-rata hasil belajar matematika siswa yang diajar
tanpa menggunakan alat peraga dakon. Untuk pengujian tersebut diajukan
hipotesis sebagai berikut:
H0 : 1 2
Ha : 1 2
Keterangan:
1 : rata-rata hasil belajar matematika siswa pada kelompok eksperimen

2 : rata-rata hasil belajar matematika siswa pada kelompok kontrol.


Pengujian hipotesis tersebut diuji dengan uji t, dengan kriteria
pengujian yaitu, jika thitung < ttabel maka H0 diterima dan Ha ditolak.
Sedangkan, jika thitung ttabel maka Ha diterima dan H0 ditolak, pada taraf
kepercayaan 95% atau taraf signifikansi = 5%. Berdasarkan hasil
perhitungan, diperoleh thitung sebesar 3,38 dan ttabel sebesar 1,68. Hasil
perhitungan tersebut menunjukkan bahwa thitung ttabel (3,38 1,68).
Dengan demikian, H0 ditolak dan Ha diterima, atau dengan kata lain rata-
rata hasil belajar matematika siswa pada kelompok eksperimen lebih
tinggi dari rata-rata hasil belajar matematika siswa pada kelompok kontrol.
Secara ringkas, hasil perhitungan uji t tersebut dapat dilihat pada tabel
berikut:
61

Tabel 15
Hasil Uji Hipotesis Dengan Statistik Uji t
Kelas
Statistik
Eksperimen Kontrol
N 25 25
Mean 69,62 52,14
Sgab 18,26
Db 48
thit 3,38
ttab(0,05) 1,67
Kriteria thit > ttab
Kesimpulan H0 ditolak

C. Pembahasan Hasil Penelitian


Dari hasil perhitungan uji hipotesis dengan taraf signnifikansi = 0,05
diperoleh thit = 3,38 dan ttab = 1,68. Karena thit > ttab, maka Ho ditolak dan Ha
diterima yang berarti hasil belajar matematika siswa yang menggunakan alat
peraga dakon lebih tinggi dari pada hasil belajar tanpa menggunakan alat
peraga dakon. Dari hasil perhitungan juga diperoleh rata-rata nilai hasil
belajar matematika siswa yang menggunakan alat peraga dakon lebih tinggi
dari pada siswa yang tanpa alat peraga dakon. Dengan demikian dapat
dinterpretasikan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan alat
peraga dakon terhadap hasil belajar matematika siswa. Dengan ini dapat
dikatakan bahwa perbedaan hasil belajar dari kedua kelas ini merupakan efek
dari perlakuan pada proses kegiatan belajar mengajar.
Dalam penelitian ini, lebih tingginya hasil belajar matematika siswa
yang menggunakan alat peraga dakon dibuktikan oleh perbedaan perolehan
nilai rata-rata dan diperkuat dengan hasil pengujian hipotesis. Selain itu, pada
pelaksanaan kegiatan belajar, siswa berkompetisi untuk menjadi yang
tercepat, mereka tidak mau kalah dalam kompetisi menggunakan alat peraga
62

dakon. Bahkan sebagian siswa ada yang tidak pulang terlebih dahulu karena
ingin memainkan alat peraga dakon lagi.
Alat peraga dakon ini dapat menjadi suatu pertimbangan dalam
mengajar matematika pada siswa Sekolah Dasar. Karena berdasarkan teori-
teori yang ada serta perhitungan statistika yang telah dilakukan, dapat
dibuktikan bahwa pembelajaran dengan alat peraga dakon mempunya
pengaruh yang signifiikan terhadap hasil belajar matematika yang dicapai
siswa.

D. Keterbatasan Penelitian
Peneliti menyadari bahwa penelitian ini belum sempurna. Berbagai
upaya telah dilakukan agar memperoleh hasil yang maksimal. Namun
demikian masih terdapat hal-hal yang tidak dapat terkontrol dan tidak dapat
dikendalikan. Sehingga hasil dari penelitian ini pun belum optimal. Hal-hal itu
antara lain:

1. Penelitian ini hanya dilaksanakan pada mata pelajaran matematika pokok


bahasan KPK dan FPB.
2. Alat peraga dakon yang digunakan jumlahnya terbatas karena harga untuk
pembuatan alat peraga dakon cukup mahal, sehingga siswa dibagi menjadi
beberapa kelompok untuk mengantisipasi kurangnya alat peraga.
3. Alat peraga dakon ini masih terbatas, yaitu tidak bisa digunakan untuk
mencari KPK dan FPB lebih dari 50. Jika bisa, maka alat peraga dakon ini
harus dibuat memanjang lagi.
4. Kontrol terhadap kemampuan siswa hanya pada hasil belajarnya saja yaitu
setelah siswa diberikan pembelajaran lalu dites. Sementara variabel lain
seperti: minat, motivasi dan lingkungan belajar tidak dapat terkontrol
secara penuh, sehingga tidak mustahil jika hasil penelitian ini dapat
dipengaruhi oleh hal-hal lain.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan perhitungan, rata-rata hasil belajar matematika pada kelas
eksperimen (yang diajar dengan alat peraga dakon) lebih tinggi dibandingkan
dengan kelas kontrol (yang diajar tanpa alat peraga dakon) yaitu dengan nilai
69,62 pada kelas eksperimen dan 52,14 pada kelas kontrol.
Hasil analisis data yang diperoleh dari uji t dengan nilai thitung = 3,38
dan ttabel = 1, 68 dengan taraf signifikan = 0,05 maka dapat disimpulkan
bahwa hasil belajar matematika antara siswa yang diajarkan dengan
menggunakan alat peraga dakon lebih tinggi dibandingkan dengan hasil
belajar matematika siswa yang diajarkan tanpa alat peraga dakon. Hal ini
berarti bahwa pembelajaran dengan menggunakan alat peraga dakon dapat
mempengaruhi hasil belajar matematika siswa menjadi lebih tinggi
dibandingkan dengan yang tidak diajarkan tanpa menggunakan alat peraga
dakon.
A. Saran
Dengan demikian karena hasil belajar matematika siswa yang diajar
menggunakan alat peraga dakon lebih tinggi dibandingkan dengan hasil
belajar matematika siswa yang diajarkan tanpa menggunakan alat peraga
dakon, maka penulis dapat memberikan saran sebagai berikut:

1. Guru diharapkan dapat menggunakan media pembelajaran matematika


yang tepat, sehingga dapat tercipta suasana belajar yang menyenangkan
dan tujuan pembelajaran tercapai.
2. Guru dapat menerapkan alat-alat peraga pada topik yang lain yang cocok
diajarkan dengan alat peraga.

63
64

3. Guru dapat menggunakan alat peraga dakon dalam pokok bahasan


Kelipatan Persekutuan Terkecil (KPK) dan Faktor Persekutuan Terbesar
(FPB) yang tidak hanya menciptakn suasana belajar yang menyenangkan
dan membuat siswa berminat dalam belajar matematika tetapi juga dapat
meningkatkan hasil belajar siswa.
4. Guru diharapkan dapat mengatur suasana belajar agar proses belajar dapat
berjalan lancar dan kelemahan-kelemahan dalam alat peraga yang
dibunakan tidak terjadi.
65

DAFTAR PUSTAKA

Arie Asnaldi, Teori-Teori Belajar Proses Perubahan Tingkah Laku dan Belajar,
diambil dalam http://asnaldi.multiply.com/journal/item5Diakses pada 04
Januari 2011

Arifin, Anwar, Memahami Paradikma Baru Pendidikan Nasional dalam Undang-


undang Sisdiknas, Jakarta: Depag RI, 2003

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta:


Rieneka Cipta, 2002, Edisi Revisi

_______ Suharsimi, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara,


2005 Edisi revisi, h. 65.

Arsyad Azhar, Media Pembelajaran, Jakarta: PT. Rajawali Press, 2002

Daryanto, Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Rieneka Cipta, 1999, h. 182

Djamarah, Syaeful Bahri dan Aswan Zein, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta:
Rieneka Cipta, 1996

Fauzi, Ahmad, Psikologi Umum, Jakarta: Pustaka Setia, 1999

http://masthoni.wordpress.com/2009/07/12/melihat-kembali-definisi-dan-
deskripsi-matematika/

http://muttaqinhasyim.wordpress.com/2009/06/14/tujuan-pembelajaran-
matematika/

http://syarifartikel.blogspot.com/2008/11/pembelajaran-matematika-di-sd.html

http://sunartombs.wordpress.com/2009/03/09/pengertian-metode-ekspositori/

http://id.wikipedia.org/wiki/Congklak

Mulyana, Rahasia Matematika, Surabaya: Edutama Mulya, 2000

Nashar, Peranan Motivasi & Kemampuan Awal dalam Kegiatan Pembelajaran,


Jakarta: Delia Press, 2004

Nasution, Didaktif Asas-Asas Mengajar, Bandung: Jemmar, 2000, h. 35


66

PPPPT Matematika,, Pembuatan Alat Peraga Sederhana Untuk Pembelajaran


matemtaika SD, Yogyakarta: Diknas, 2009

Purwanto, M. Ngalim, Psikologi Pendidikan, Bandung: Remaja Rosda Karya,


2007

________, M. Ngalim, Prinsip-prinsip dan Tehnik Evaluasi Pengajaran,


Bandung: Remaja Rosda Karya, 2004

Pusat Bahasa , diambil dalam: http://pusatbahasa.diknas.go.id/kkbi/indeks.php,


diakses pada: 3 Februari 2011

Retnowati, Heri, Matematika Untuk SD kelas IV, Jakarta: Arya Duta, 2008

Sabri, Alisub, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996, cet. Ke-
2,

Satriawan, Gusni, Algoritma Jurnal Matematika dan Pendidikan Matematika,


Jakarta: Camed, 2006, vol 1.

Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, Jakarta: PT. Rineke


Cipta, 2003, cet. Ke-4

Sudijono, Anas, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo


Persada, 2004, cet. Ke-6

_______ Anas, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo


Persada, 2009, cet. Ke-6

Suherman, Erman, dkk, Strategi Pembelajaran Matematika Kotemporer, Jakarta:


UPI, 2001

Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan, Bandung: PT. Rosda Karya, 2003, edisi
revisi

Usman, Asnawir M. Basyirun, Media Pembelajaran, Jakarta: Ciputat Press, 2002

Usman Uzer, Menjadi Guru Profesional,, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003


67
Lampiran 1

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) 1


KELAS EKSPERIMEN

Mata Pelajaran : Matematika


Pokok Bahasan : Kelipatan dan Faktor
Kelas/Semester : IV / 2
Alokasi Waktu : 2 x 35 menit
Tahun Pelajaran : 2010/2011

1. Standar Kompetensi : Memahami dan menggunakan faktor dan kelipatan


dalam pemecahan masalah
2. Kompetensi Dasar : Mendeskripsikan konsep faktor dan kelipatan
3. Indikator : 1. Menentukan kelipatan suatu bilangan
2. Menentukan kelipatan persekutuan dua bilangan
3. Menentukan bilangan yang habis dibagi 2, 3, 4,
dan 5
4. Menentukan faktor suatu bilangan
5. Menentukan faktor persekutuan dua bilangan
6. Menentukan bilangan prima

4. Tujuan Pembelajaran
Setelah pembelajaran selesai diharapkan siswa dapat :
1. Menjelaskan kelipatan suatu bilangan
2. Menentukan kelipatan satu angka dan dua angka
3. Menentukan kelipatan persekutuan dua bilangan
4. Menyebutkan kelipatan persekutuan dua bilangan
5. Menentukan bilangan yang habis dibagi 2, 3, 4, dan 5
6. Menyebutkan faktor suatu bilangan
7. Menentukan faktor persekutuan dua bilangan
8. Menyebutkan faktor persekutuan dua bilangan
9. Menjelaskan bilangan prima

5. Materi ajar
Kelipatan suatu bilangan (terlampir)

6. Metode Pembelajaran
Metode ekspositori dengan alat peraga dakon yang memuat tentang materi
kelipatan dan factor serta KPK dan FPB.

7. Langkah-langkah Kegiatan
A. Pendahuluan
Guru mengucapkan salam dilanjutkan dengan berdoa bersama
dipimpin oleh satu orang siswa.
Memeriksa daftar hadir siswa.
Apersepsi
- Mengingat kembali pelajaran yang yang telah dilakukan
68

- Penjelasan umum tentang pelajaran yang akan dilakukan

B. Kegiatan Inti
Guru menjelaskan materi kelipatan suatu bilangan di papan tulis
Bersama guru, siswa mencari kelipatan satu angka dan dua angka
Guru membagi siswa menjadi enam kelompok, dengan tiap-tiap
kelompok beranggotakan 4 orang.
Guru menjelaskan cara menggunakan alat peraga dakon untuk
kelipatan suatu bilangan disertai contoh.
Secara berpasangan siswa memainkan dakon, tahap pertama pasangan
pertama memainkan dakon dan pasangan yang lainnya memeriksa, lalu
ditentukan siapa yang tercepat menjawab soal kelipatan dari tiap-tiap
kelompok. Demikian secara bergantian dengan pasangan kedua dalam
satu kelompok.
Beberapa siswa diminta menyebutkan kelipatan suatu bilangan yang
ditentukan oleh guru secara lisan.
Dengan berpasangan siswa memperagakannya dengan alat peraga
dakon, yang tercepat menjawab adalah pemenangnya.
Guru berperan sebagai fasilitator yang membantu siswa dalam belajar
dan menggunakan alat dakon tersebut.
Siswa mengerjakan soal-soal dengan alat peraga dakon.

C. Penutup
Dengan bimbingan guru, siswa diminta menyimpulkan materi yang
telah dibahas.
Guru memberikan tugas pada siswa
Mengucapkan hamdalah bersama-sama dan mengucapkan salam

8. Media dan Sumber Belajar


Media : Alat tulis menulis dan Dakon KPK dan FPB
Sumber belajar : - Buku paket matematika kelas IV SD, penerbit: CV.
Cempaka Putih
- Lestari Matematika 4 SD dan MI, Penerbit: SB
Sukoharjo
- Belajar Matematika untuk SD kelas 4, Penerbit: PT.
Sarana Panca Karya

9. Penilaian
Teknik Penilaian : Tes lisan dan tulis
Bentuk Penilaian : Uraian
69

ACUAN PENILAIAN LATIHAN SOAL


PERTEMUAN KE-1

No Soal Bobot
1. Lengkapi daftar berikut dengan kelipatannya: 2
a. 4, 8, ., 16, ., .
b. 7, ., ..., ..., 32
2. Tentukan kelipatan dari bilangan-bilangan berikut yang 3
kurang dari 40:
a. 5
b. 8
c. 9
3. .Tulislah kelipatan 5 yang lebih besar dari 3 dan lebih kecil 1
.dari 37
4. .Tulislah kelipatan 6 yang lebih besar dari 30 dan lebih kecil 2
.dari 50
5. Tulislah kelipatan 3 yang lebih besar dari 10 dan lebih kecil 2
dari 25
JUMLAH 10
70

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) 2


KELAS EKSPERIMEN

Mata Pelajaran : Matematika


Pokok Bahasan : Kelipatan dan Faktor
Kelas/Semester : IV / 2
Alokasi Waktu : 2 x 35 menit
Tahun Pelajaran : 2010/2011

1. Standar Kompetensi : Memahami dan menggunakan faktor dan kelipatan


dalam pemecahan masalah
2. Kompetensi Dasar : Mendeskripsikan konsep faktor dan kelipatan
3. Indikator : 1. Menentukan kelipatan suatu bilangan
2. Menentukan kelipatan persekutuan dua bilangan
3. Menentukan bilangan yang habis dibagi 2, 3, 4,
dan 5
4. Menentukan faktor suatu bilangan
5. Menentukan faktor persekutuan dua bilangan
6. Menentukan bilangan prima

4. Tujuan Pembelajaran
Setelah pembelajaran selesai diharapkan siswa dapat :
1. Menjelaskan kelipatan suatu bilangan
2. Menentukan kelipatan satu angka dan dua angka
3. Menentukan kelipatan persekutuan dua bilangan
4. Menyebutkan kelipatan persekutuan dua bilangan
5. Menentukan bilangan yang habis dibagi 2, 3, 4, dan 5
6. Menyebutkan faktor suatu bilangan
7. Menentukan faktor persekutuan dua bilangan
8. Menyebutkan faktor persekutuan dua bilangan
9. Menjelaskan bilangan prima

5. Materi ajar
Kelipatan persekutuan dua bilangan (terlampir)

6. Metode Pembelajaran
Metode ekspositori dengan alat peraga dakon yang memuat tentang materi
kelipatan dan factor serta KPK dan FPB.

7. Langkah-langkah Kegiatan
A. Pendahuluan
Guru mengucapkan salam dilanjutkan dengan berdoa bersama
dipimpin oleh satu orang siswa.
Memeriksa daftar hadir siswa.
Apersepsi
- Mengingat kembali pelajaran yang yang telah dilakukan
71

- Penjelasan umum tentang pelajaran yang akan dilakukan

B. Kegiatan Inti
Guru menjelaskan materi kelipatan persekutuan dua bilangan di papan
tulis
Bersama siswa, guru mencari kelipatan persekutuan dua bilangan
Guru membagi siswa menjadi enam kelompok, dengan tiap-tiap
kelompok beranggotakan 4 orang.
Guru menjelaskan cara menggunakan alat peraga dakon untuk
kelipatan persekutuan suatu bilangan disertai contoh.
Secara berpasangan siswa memainkan dakon, tahap pertama pasangan
pertama memainkan dakon dan pasangan yang lainnya memeriksa, lalu
ditentukan siapa yang tercepat menjawab soal dari tiap-tiap kelompok.
Demikian secara bergantian dengan pasangan kedua dalam satu
kelompok.
Pasangan yang menang dilombakan kembali untuk menentukan yang
paling tercepat. Guru menyebutkan soal kelipatan persekutuan terkecil
dan siswa menjawabnya secara cepat.
Guru berperan sebagai fasilitator yang membantu siswa dalam belajar
dan menggunakan alat dakon tersebut.
Siswa mengerjakan soal-soal dengan alat peraga dakon.

C. Penutup
Dengan bimbingan guru, siswa diminta menyimpulkan materi yang
telah dibahas.
Guru memberikan tugas pada siswa
Mengucapkan hamdalah bersama-sama dan mengucapkan salam

8. Media dan Sumber Belajar


Media : Alat tulis menulis dan Dakon KPK dan FPB
Sumber belajar : - Buku paket matematika kelas IV SD, penerbit: CV.
Cempaka Putih
- Lestari Matematika 4 SD dan MI, Penerbit: SB
Sukoharjo
- Belajar Matematika untuk SD kelas 4, Penerbit: PT.
Sarana Panca Karya

9. Penilaian
Teknik Penilaian : Tes lisan dan tulis
Bentuk Penilaian : Uraian
72

ACUAN PENILAIAN LATIHAN SOAL

PERTEMUAN KE-2

1. Tentukan kelipatan dari bilangan-bilangan berikut: (Bobot 3)


a. 10
b. 13
c. 15
2. Tentukan kelipatan persekutuan dari bilangan berikut: (Bobot 3)
a. 5 dan 9
b. 3 dan 8
c. 8 dan 12
3. Carilah kelipatan persekutuan dari 3 dan 5 yang kurang dari 70 (Bobot 2)
4. Carilah kelipatan persekutuan dari 10 dan 15 yang kurang dari 70 (Bobot 2)

JUMLAH BOBOT 10
73

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) 3


KELAS EKSPERIMEN

Mata Pelajaran : Matematika


Pokok Bahasan : Kelipatan dan Faktor
Kelas/Semester : IV / 2
Alokasi Waktu : 2 x 35 menit
Tahun Pelajaran : 2010/2011

1. Standar Kompetensi : Memahami dan menggunakan faktor dan kelipatan


dalam pemecahan masalah
2. Kompetensi Dasar : Mendeskripsikan konsep kelipatan dan faktor
3. Indikator : 1. Menentukan kelipatan suatu bilangan
2. Menentukan kelipatan persekutuan dua bilangan
3. Menentukan bilangan yang habis dibagi 2, 3, 4,
dan 5
4. Menentukan faktor suatu bilangan
5. Menentukan faktor persekutuan dua bilangan
6. Menentukan bilangan prima

4. Tujuan Pembelajaran
Setelah pembelajaran selesai diharapkan siswa dapat :
1. Menjelaskan kelipatan suatu bilangan
2. Menentukan kelipatan satu angka dan dua angka
3. Menentukan kelipatan persekutuan dua bilangan
4. Menyebutkan kelipatan persekutuan dua bilangan
5. Menentukan bilangan yang habis dibagi 2, 3, 4, dan 5
6. Menyebutkan faktor suatu bilangan
7. Menentukan faktor persekutuan dua bilangan
8. Menyebutkan faktor persekutuan dua bilangan
9. Menjelaskan bilangan prima

5. Materi ajar
Faktor suatu bilangan (terlampir)

6. Metode Pembelajaran
Metode ekspositori dengan alat peraga dakon yang memuat tentang materi
kelipatan dan factor serta KPK dan FPB.

7. Langkah-langkah Kegiatan
A. Pendahuluan
Guru mengucapkan salam dilanjutkan dengan berdoa bersama
dipimpin oleh satu orang siswa.
Memeriksa daftar hadir siswa.
Apersepsi
- Mengingat kembali pelajaran yang yang telah dilakukan
74

- Penjelasan umum tentang pelajaran yang akan dilakukan

B. Kegiatan Inti
Guru menjelaskan bilangan yang kurang dari 100 yang habis dibagi 2,
3, 4, dan 5 di papan tulis
Guru menjelaskan materi faktor suatu bilangan
Guru membagi siswa menjadi enam kelompok, dengan tiap-tiap
kelompok beranggotakan 4 orang. Kelompok masih sama seperti yang
lalu.
Guru menjelaskan cara menggunakan alat peraga dakon untuk faktor
suatu bilangan disertai contoh.
Secara berpasangan siswa memainkan dakon, tahap pertama pasangan
pertama memainkan dakon dan pasangan yang lainnya memeriksa, lalu
ditentukan siapa yang tercepat menjawab soal dari tiap-tiap kelompok.
Demikian secara bergantian dengan pasangan kedua dalam satu
kelompok.
Beberapa siswa diminta menyebutkan faktor suatu bilangan yang
ditentukan oleh guru secara lisan.
Dengan berpasangan siswa memperagakannya dengan alat peraga
dakon, yang tercepat menjawab adalah pemenangnya.
Guru berperan sebagai fasilitator yang membantu siswa dalam belajar
dan menggunakan alat dakon tersebut.
Siswa mengerjakan soal-soal latihan yang diberikan oleh guru.

C. Penutup
Dengan bimbingan guru, siswa diminta menyimpulkan materi yang
telah dibahas.
Guru memberikan tugas pada siswa
Mengucapkan hamdalah bersama-sama dan mengucapkan salam

8. Media dan Sumber Belajar


Media : Alat tulis menulis dan Dakon KPK dan FPB
Sumber belajar : - Buku paket matematika kelas IV SD, penerbit: CV.
Cempaka Putih
- Lestari Matematika 4 SD dan MI, Penerbit: SB
Sukoharjo
- Belajar Matematika untuk SD kelas 4, Penerbit: PT.
Sarana Panca Karya

9. Penilaian
Teknik Penilaian : Tes lisan dan tulis
Bentuk Penilaian : Uraian
75

ACUAN PENILAIAN LATIHAN SOAL


PERTEMUAN KE-3

Tentukan faktor dari bilangan-bilangan berikut ini:


1. 8 bobot 2
2. 15 bobot 2
3. 20 bobot 2
4. 24 bobot 2
5. 36 bobot 2

JUMLAH BOBOT 10
76

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) 4


KELAS EKSPERIMEN

Mata Pelajaran : Matematika


Pokok Bahasan : Kelipatan dan Faktor
Kelas/Semester : IV / 2
Alokasi Waktu : 2 x 35 menit
Tahun Pelajaran : 2010/2011

1. Standar Kompetensi : Memahami dan menggunakan faktor dan kelipatan


dalam pemecahan masalah
2. Kompetensi Dasar : Mendeskripsikan konsep faktor dan kelipatan
3. Indikator : 1. Menentukan kelipatan suatu bilangan
2. Menentukan kelipatan persekutuan dua bilangan
3. Menentukan bilangan yang habis dibagi 2, 3, 4,
dan 5
4. Menentukan faktor suatu bilangan
5. Menentukan faktor persekutuan dua bilangan
6. Menentukan bilangan prima

4. Tujuan Pembelajaran
Setelah pembelajaran selesai diharapkan siswa dapat :
1. Menjelaskan kelipatan suatu bilangan
2. Menentukan kelipatan satu angka dan dua angka
3. Menentukan kelipatan persekutuan dua bilangan
4. Menyebutkan kelipatan persekutuan dua bilangan
5. Menentukan bilangan yang habis dibagi 2, 3, 4, dan 5
6. Menyebutkan faktor suatu bilangan
7. Menentukan faktor persekutuan dua bilangan
8. Menyebutkan faktor persekutuan dua bilangan
9. Menjelaskan bilangan prima

5. Materi ajar
Faktor persekutuan dua bilangan (terlampir)

6. Metode Pembelajaran
Metode ekspositori dengan alat peraga dakon yang memuat tentang materi
kelipatan dan factor serta KPK dan FPB.

7. Langkah-langkah Kegiatan
A. Pendahuluan
Guru mengucapkan salam dilanjutkan dengan berdoa bersama
dipimpin oleh satu orang siswa.
Memeriksa daftar hadir siswa.
Apersepsi
- Mengingat kembali pelajaran yang yang telah dilakukan
77

- Penjelasan umum tentang pelajaran yang akan dilakukan

B. Kegiatan Inti
Guru menjelaskan materi faktor persekutuan suatu bilangan
Guru menerangkan bilangan prima beserta contohnya
Guru membagi siswa menjadi enam kelompok, dengan tiap-tiap
kelompok beranggotakan 4 orang.
Guru menjelaskan cara menggunakan alat peraga dakon untuk
kelipatan persekutuan suatu bilangan disertai contoh.
Secara berpasangan siswa memainkan dakon, tahap pertama pasangan
pertama memainkan dakon dan pasangan yang lainnya memeriksa, lalu
ditentukan siapa yang tercepat menjawab soal faktor persekutuan dari
tiap-tiap kelompok. Demikian secara bergantian dengan pasangan
kedua dalam satu kelompok.
Pasangan yang menang dilombakan kembali untuk menentukan yang
paling tercepat. Guru menyebutkan soal faktor persekutuan terbesar
dan siswa menjawabnya secara cepat.
Guru berperan sebagai fasilitator yang membantu siswa dalam belajar
dan menggunakan alat dakon tersebut.
Siswa mengerjakan soal-soal latihan yang diberikan oleh guru.

C. Penutup
Dengan bimbingan guru, siswa diminta menyimpulkan materi yang
telah dibahas.
Guru memberikan tugas pada siswa
Mengucapkan hamdalah bersama-sama dan mengucapkan salam

8. Media dan Sumber Belajar


Media : Alat tulis menulis dan Dakon KPK dan FPB
Sumber belajar : - Buku paket matematika kelas IV SD, penerbit: CV.
Cempaka Putih
- Lestari Matematika 4 SD dan MI, Penerbit: SB
Sukoharjo
- Belajar Matematika untuk SD kelas 4, Penerbit: PT.
Sarana Panca Karya

9. Penilaian
Teknik Penilaian : Tes lisan dan tulis
Bentuk Penilaian : Uraian
78

ACUAN PENILAIAN LATIHAN SOAL

PERTEMUAN KE-4

Tentukan faktor persekutuan dari setiap pasangan bilangan berikut ini:

1. 16 dan 20 bobot 2
2. 15 dan 25 bobot 2
3. 18 dan 21 bobot 2
4. 30 dan 45 bobot 2
5. 28 dan 49 bobot 2

JUMLAH BOBOT 10
79

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) 5


KELAS EKSPERIMEN

Mata Pelajaran : Matematika


Pokok Bahasan : Kelipatan dan Faktor
Sub Bab : KPK dan FPB
Kelas/Semester : IV / 2
Alokasi Waktu : 2 x 35 menit
Tahun Pelajaran : 2010/2011

1. Standar Kompetensi : Memahami dan menggunakan faktor dan kelipatan


dalam pemecahan masalah
2. Kompetensi Dasar : Menentukan kelipatan persekutuan terkecil (KPK)
dan faktor persekutuan terbesar (FPB)
3. Indikator : 1. Menentukan kelipatan persekutuan terkecil
(KPK) dari dua bilangan satu angka
2. Menentukan kelipatan persekutuan terkecil
(KPK) dari bilangan satu angka dan dua angka
3. Menentukan kelipatan persekutuan terkecil
(KPK) dari dua bilangan dua angka
4. Menentukan faktor persekutuan terbesar (FPB)
dan kelipatan persekutuan terkecil (KPK) dari
dua bilangan
5. Menentukan cara memecahkan masalah yang
berkaitan dengan KPK dan FPB
4. Tujuan Pembelajaran
Setelah pembelajaran selesai siswa diharapkan dapat:
1. Menyebutkan kelipatan persekutuan terkecil (KPK) dari dua bilangan satu
angka
2. Menentukan kelipatan persekutuan terkecil (KPK) dari bilangan satu
angka dan dua angka
3. Menentukan kelipatan persekutuan terkecil (KPK) dari dua bilangan dua
angka
4. Menjelaskan faktor persekutuan terbesar (FPB)
5. Menentukan faktor persekutuan terbesar (FPB)
6. Menentukan kelipatan persekutuan terkecil (KPK) dari dua bilangan
7. Menjelaskan masalah yang berkaitan dengan KPK dan FPB
8. Memecahkan masalah yang berkaitan dengan KPK dan FPB

5. Materi ajar
KPK dan FPB (terlampir)

6. Metode Pembelajaran
Metode ekspositori dengan alat peraga dakon yang memuat tentang materi
kelipatan dan faktor serta KPK dan FPB.
80

7. Langkah-langkah Kegiatan
A. Pendahuluan
Guru mengucapkan salam dilanjutkan dengan berdoa bersama
dipimpin oleh satu orang siswa.
Memeriksa daftar hadir siswa.
Apersepsi
- Mengingat kembali pelajaran yang yang telah dilakukan
- Penjelasan umum tentang pelajaran yang akan dilakukan

B. Kegiatan Inti
Guru menjelaskan materi kelipatan persekutuan terkecil (KPK) dari
dua bilangan satu angka
Guru membagi siswa menjadi enam kelompok, dengan tiap-tiap
kelompok beranggotakan 4 orang. Kelompok masih sama seperti yang
lalu, akan tetapi berganti pasangan.
Guru menjelaskan cara menggunakan alat peraga dakon untuk faktor
suatu bilangan disertai contoh.
Secara berpasangan siswa memainkan dakon, tahap pertama pasangan
pertama memainkan dakon dan pasangan yang lainnya memeriksa, lalu
ditentukan siapa yang tercepat menjawab soal kelipatan persekutuan
terkecil (KPK) dari tiap-tiap kelompok. Demikian secara bergantian
dengan pasangan kedua dalam satu kelompok.
Beberapa siswa diminta menyebutkan KPK suatu bilangan yang
ditentukan oleh guru secara lisan.
Dengan berpasangan siswa memperagakannya dengan alat peraga
dakon, yang tercepat menjawab adalah pemenangnya.
Guru berperan sebagai fasilitator yang membantu siswa dalam belajar
dan menggunakan alat dakon tersebut.
Siswa mengerjakan soal-soal latihan yang diberikan oleh guru.

C. Penutup
Dengan bimbingan guru, siswa diminta menyimpulkan materi yang
telah dibahas.
Guru memberikan tugas pada siswa.
Mengucapkan hamdalah bersama-sama dan mengucapkan salam

8. Media dan Sumber Belajar


Media : Alat tulis menulis dan Dakon KPK dan FPB
Sumber belajar : - Buku paket matematika kelas IV SD, penerbit: CV.
Cempaka Putih
- Lestari Matematika 4 SD dan MI, Penerbit: SB
Sukoharjo
- Belajar Matematika untuk SD kelas 4, Penerbit: PT.
Sarana Panca Karya
81

9. Penilaian
Teknik Penilaian : Tes lisan dan tulis
Bentuk Penilaian : Uraian
82

ACUAN PENILAIAN LATIHAN SOAL


PERTEMUAN KE-5

1. Diantara bilangan-bilangan berikut, manakah yang merupakan bilangan


prima? (Bobot 4)
a. 17
b. 21
c. 33
d. 41
2. Tentukan bilangan prima yang terletak antara 10 dan 30! (bobot 2)
3. Tentukan yang bukan merupakan bilangan prima kurang dari 20! (bobot 2)
4. Tentukan bilangan prima yang terletak antara 30 dan kurang dari 50! (bobot 2)

JUMLAH BOBOT 10
83

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) 6


KELAS EKSPERIMEN

Mata Pelajaran : Matematika


Pokok Bahasan : Kelipatan dan Faktor
Sub Bab : KPK dan FPB
Kelas/Semester : IV / 2
Alokasi Waktu : 2 x 35 menit
Tahun Pelajaran : 2010/2011

1. Standar Kompetensi : Memahami dan menggunakan faktor dan kelipatan


dalam pemecahan masalah
2. Kompetensi Dasar : Menentukan kelipatan persekutuan terkecil (KPK)
dan faktor persekutuan terbesar (FPB)
3. Indikator : 1. Menentukan kelipatan persekutuan terkecil
(KPK) dari dua bilangan satu angka
2. Menentukan kelipatan persekutuan terkecil
(KPK) dari bilangan satu angka dan dua angka
3. Menentukan kelipatan persekutuan terkecil
(KPK) dari dua bilangan dua angka
4. Menentukan faktor persekutuan terbesar (FPB)
dan kelipatan persekutuan terkecil (KPK) dari
dua bilangan
5. Menentukan cara memecahkan masalah yang
berkaitan dengan KPK dan FPB
4. Tujuan Pembelajaran
Setelah pembelajaran selesai siswa diharapkan dapat:
1. Menyebutkan kelipatan persekutuan terkecil (KPK) dari dua bilangan satu
angka
2. Menentukan kelipatan persekutuan terkecil (KPK) dari bilangan satu
angka dan dua angka
3. Menentukan kelipatan persekutuan terkecil (KPK) dari dua bilangan dua
angka
4. Menjelaskan faktor persekutuan terbesar (FPB)
5. Menentukan faktor persekutuan terbesar (FPB)
6. Menentukan kelipatan persekutuan terkecil (KPK) dari dua bilangan
7. Menjelaskan masalah yang berkaitan dengan KPK dan FPB
8. Memecahkan masalah yang berkaitan dengan KPK dan FPB

5. Materi ajar
KPK dan FPB (terlampir)

6. Metode Pembelajaran
Metode ekspositori dengan alat peraga dakon yang memuat tentang materi
kelipatan dan faktor serta KPK dan FPB.
84

7. Langkah-langkah Kegiatan
A. Pendahuluan
Guru mengucapkan salam dilanjutkan dengan berdoa bersama
dipimpin oleh satu orang siswa.
Memeriksa daftar hadir siswa.
Apersepsi
- Mengingat kembali pelajaran yang yang telah dilakukan
- Penjelasan umum tentang pelajaran yang akan dilakukan

B. Kegiatan Inti
Guru menjelaskan materi kelipatan persekutuan terkecil (KPK) dari
bilangan satu angka dan dua angka
Guru membagi siswa menjadi enam kelompok, dengan tiap-tiap
kelompok beranggotakan 4 orang. Kelompok masih sama seperti yang
lalu akan tetapi berganti pasangannya.
Guru menjelaskan cara menggunakan alat peraga dakon untuk faktor
suatu bilangan disertai contoh.
Secara berpasangan siswa memainkan dakon, tahap pertama pasangan
pertama memainkan dakon dan pasangan yang lainnya memeriksa, lalu
ditentukan siapa yang tercepat menjawab soal dari tiap-tiap kelompok.
Demikian secara bergantian dengan pasangan kedua dalam satu
kelompok.
Beberapa siswa diminta menyebutkan kelipatan persekutuan suatu
bilangan yang ditentukan oleh guru secara lisan.
Dengan berpasangan siswa memperagakannya dengan alat peraga
dakon, yang tercepat menjawab adalah pemenangnya.
Guru berperan sebagai fasilitator yang membantu siswa dalam belajar
dan menggunakan alat dakon tersebut.
Siswa mengerjakan soal-soal latihan yang diberikan oleh guru dengan
alat peraga dakon.

C. Penutup
Dengan bimbingan guru, siswa diminta menyimpulkan materi yang
telah dibahas.
Guru memberikan tugas pada siswa.
Mengucapkan hamdalah bersama-sama dan mengucapkan salam

8. Media dan Sumber Belajar


Media : Alat tulis menulis dan Dakon KPK dan FPB
Sumber belajar : - Buku paket matematika kelas IV SD, penerbit: CV.
Cempaka Putih
- Lestari Matematika 4 SD dan MI, Penerbit: SB
Sukoharjo
85

- Belajar Matematika untuk SD kelas 4, Penerbit: PT.


Sarana Panca Karya

9. Penilaian
Teknik Penilaian : Tes lisan dan tulis
Bentuk Penilaian : Uraian
86

ACUAN PENILAIAN LATIHAN SOAL

PERTEMUAN KE-6

1. Tentukan KPK dari 4 dan 5! Bobot 2


2. Tentukan KPK dari 6 dan 8! Bobot 2
3. Tentukan KPK dari 5 dan 10! Bobot 2
4. Tentukan KPK dari 8 dan 12! Bobot 2
5. Tentukan KPK dari 4 dan 20! Bobot 2

JUMLAH BOBOT 10
87

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) 7


KELAS EKSPERIMEN

Mata Pelajaran : Matematika


Pokok Bahasan : Kelipatan dan Faktor
Sub Bab : KPK dan FPB
Kelas/Semester : IV / 2
Alokasi Waktu : 2 x 35 menit
Tahun Pelajaran : 2010/2011

1. Standar Kompetensi : Memahami dan menggunakan faktor dan kelipatan


dalam pemecahan masalah
2. Kompetensi Dasar : Menentukan kelipatan persekutuan terkecil (KPK)
dan faktor persekutuan terbesar (FPB)
3. Indikator : 1. Menentukan kelipatan persekutuan terkecil
(KPK) dari dua bilangan satu angka
2. Menentukan kelipatan persekutuan terkecil
(KPK) dari bilangan satu angka dan dua angka
3. Menentukan kelipatan persekutuan terkecil
(KPK) dari dua bilangan dua angka
4. Menentukan faktor persekutuan terbesar (FPB)
dan kelipatan persekutuan terkecil (KPK) dari
dua bilangan
5. Menentukan cara memecahkan masalah yang
berkaitan dengan KPK dan FPB
4. Tujuan Pembelajaran
Setelah pembelajaran selesai siswa diharapkan dapat:
1. Menyebutkan kelipatan persekutuan terkecil (KPK) dari dua bilangan satu
angka
2. Menentukan kelipatan persekutuan terkecil (KPK) dari bilangan satu
angka dan dua angka
3. Menentukan kelipatan persekutuan terkecil (KPK) dari dua bilangan dua
angka
4. Menjelaskan faktor persekutuan terbesar (FPB)
5. Menentukan faktor persekutuan terbesar (FPB)
6. Menentukan kelipatan persekutuan terkecil (KPK) dari dua bilangan
7. Menjelaskan masalah yang berkaitan dengan KPK dan FPB
8. Memecahkan masalah yang berkaitan dengan KPK dan FPB

5. Materi ajar
KPK dan FPB (terlampir)

6. Metode Pembelajaran
Metode ekspositori dengan alat peraga dakon yang memuat tentang materi
kelipatan dan faktor serta KPK dan FPB.
88

7. Langkah-langkah Kegiatan
A. Pendahuluan
Guru mengucapkan salam dilanjutkan dengan berdoa bersama
dipimpin oleh satu orang siswa.
Memeriksa daftar hadir siswa.
Apersepsi
- Mengingat kembali pelajaran yang yang telah dilakukan
- Penjelasan umum tentang pelajaran yang akan dilakukan

B. Kegiatan Inti
Guru menjelaskan materi kelipatan persekutuan terkecil (KPK) dari
dua bilangan dua angka
Guru menjelaskan faktor persekutuan terbesar (FPB) dari dua buah
bilangan
Guru membagi siswa menjadi enam kelompok, dengan tiap-tiap
kelompok beranggotakan 4 orang.
Guru menjelaskan cara menggunakan alat peraga dakon untuk
kelipatan persekutuan suatu bilangan disertai contoh.
Secara berpasangan siswa memainkan dakon, tahap pertama pasangan
pertama memainkan dakon dan pasangan yang lainnya memeriksa, lalu
ditentukan siapa yang tercepat menjawab soal faktor persekutuan dari
tiap-tiap kelompok. Demikian secara bergantian dengan pasangan
kedua dalam satu kelompok.
Pasangan yang menang dilombakan kembali untuk menentukan yang
paling tercepat. Guru menyebutkan soal dan siswa menjawabnya
secara cepat.
Guru berperan sebagai fasilitator yang membantu siswa dalam belajar
dan menggunakan alat dakon tersebut.
Siswa mengerjakan soal-soal latihan yang diberikan oleh guru dengan
alat peraga dakon.

C. Penutup
Dengan bimbingan guru, siswa diminta menyimpulkan materi yang
telah dibahas.
Guru memberikan tugas pada siswa.
Mengucapkan hamdalah bersama-sama dan mengucapkan salam

8. Media dan Sumber Belajar


Media : Alat tulis menulis dan Dakon KPK dan FPB
Sumber belajar : - Buku paket matematika kelas IV SD, penerbit: CV.
Cempaka Putih
- Lestari Matematika 4 SD dan MI, Penerbit: SB
Sukoharjo
89

- Belajar Matematika untuk SD kelas 4, Penerbit: PT.


Sarana Panca Karya

9. Penilaian
Teknik Penilaian : Tes lisan dan tulis
Bentuk Penilaian : Uraian
90

ACUAN PENILAIAN LATIHAN SOAL

PERTEMUAN KE-7

1. Tentukan KPK dan FPB dari : (bobot 4)


a. 12 dan 16
b. 10 dan 20
2. Tentukan FPB dari 18 dan 12! (bobot 2)
3. Tentukan FPB dari 24 dan 30! (bobot 2)
4. Tentukan KPK dari 32 dan 40! (bobot 2)

JUMLAH BOBOT 10
91

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) 8


KELAS EKSPERIMEN

Mata Pelajaran : Matematika


Pokok Bahasan : Kelipatan dan Faktor
Sub Bab : KPK dan FPB
Kelas/Semester : IV / 2
Alokasi Waktu : 2 x 35 menit
Tahun Pelajaran : 2010/2011

1. Standar Kompetensi : Memahami dan menggunakan faktor dan kelipatan


dalam pemecahan masalah
2. Kompetensi Dasar : Menentukan kelipatan persekutuan terkecil (KPK)
dan faktor persekutuan terbesar (FPB)
3. Indikator : 1. Menentukan kelipatan persekutuan terkecil
(KPK) dari dua bilangan satu angka
2. Menentukan kelipatan persekutuan terkecil
(KPK) dari bilangan satu angka dan dua angka
3. Menentukan kelipatan persekutuan terkecil
(KPK) dari dua bilangan dua angka
4. Menentukan faktor persekutuan terbesar (FPB)
dan kelipatan persekutuan terkecil (KPK) dari
dua bilangan
5. Menentukan cara memecahkan masalah yang
berkaitan dengan KPK dan FPB
4. Tujuan Pembelajaran
Setelah pembelajaran selesai siswa diharapkan dapat:
1. Menyebutkan kelipatan persekutuan terkecil (KPK) dari dua bilangan satu
angka
2. Menentukan kelipatan persekutuan terkecil (KPK) dari bilangan satu
angka dan dua angka
3. Menentukan kelipatan persekutuan terkecil (KPK) dari dua bilangan dua
angka
4. Menjelaskan faktor persekutuan terbesar (FPB)
5. Menentukan faktor persekutuan terbesar (FPB)
6. Menentukan kelipatan persekutuan terkecil (KPK) dari dua bilangan
7. Menjelaskan masalah yang berkaitan dengan KPK dan FPB
8. Memecahkan masalah yang berkaitan dengan KPK dan FPB

5. Materi ajar
KPK dan FPB (terlampir)

6. Metode Pembelajaran
Metode ekspositori dengan alat peraga dakon yang memuat tentang materi
kelipatan dan faktor serta KPK dan FPB.
92

7. Langkah-langkah Kegiatan
A. Pendahuluan
Guru mengucapkan salam dilanjutkan dengan berdoa bersama
dipimpin oleh satu orang siswa.
Memeriksa daftar hadir siswa.
Apersepsi
- Mengingat kembali pelajaran yang yang telah dilakukan
- Penjelasan umum tentang pelajaran yang akan dilakukan

B. Kegiatan Inti
Guru menjelaskan materi kelipatan persekutuan terkecil (KPK) dan
faktor persekutuan terbesar (FPB) dalam memecahkan masalah yang
berkaitan dengan kehidupan sehari-hari
Guru membagi siswa menjadi enam kelompok, dengan tiap-tiap
kelompok beranggotakan 4 orang.
Guru menjelaskan cara menggunakan alat peraga dakon untuk
kelipatan persekutuan suatu bilangan disertai contoh.
Secara berpasangan siswa memainkan dakon, tahap pertama pasangan
pertama memainkan dakon dan pasangan yang lainnya memeriksa, lalu
ditentukan siapa yang tercepat menjawab soal faktor persekutuan dari
tiap-tiap kelompok. Demikian secara bergantian dengan pasangan
kedua dalam satu kelompok.
Pasangan yang menang dilombakan kembali untuk menentukan yang
paling tercepat. Guru menyebutkan soal dan siswa menjawabnya
secara cepat.
Guru berperan sebagai fasilitator yang membantu siswa dalam belajar
dan menggunakan alat dakon tersebut.
Siswa mengerjakan soal-soal latihan yang diberikan oleh guru dengan
alat peraga dakon.

C. Penutup
Dengan bimbingan guru, siswa diminta menyimpulkan materi yang
telah dibahas.
Guru memberikan tugas pada siswa.
Mengucapkan hamdalah bersama-sama dan mengucapkan salam

8. Media dan Sumber Belajar


Media : Alat tulis menulis dan Dakon KPK dan FPB
Sumber belajar : - Buku paket matematika kelas IV SD, penerbit: CV.
Cempaka Putih
- Lestari Matematika 4 SD dan MI, Penerbit: SB
Sukoharjo
- Belajar Matematika untuk SD kelas 4, Penerbit: PT.
Sarana Panca Karya
93

9. Penilaian
Teknik Penilaian : Tes lisan dan tulis
Bentuk Penilaian : Uraian
94

ACUAN PENILAIAN LATIHAN SOAL


PERTEMUAN KE-8

1. Niken minum jamu setiap 6 hari sekali dan Danil minum jamu setiap 8 hari
sekali. Jika hari ini mereka minum jamu bersama-sama, berapa hari lagi akan
minum jamu bersama-sama kembali? (bobot 2)
2. Ibu mempunyai 10 permen dan 30 coklat yang akan dibagikan secara adil
pada anak-anak saat arisan keluarga. Berapa jumlah anak yang menerima
permen dan coklat? (bobot 2)
3. Dika dan Ferdi lari pagi bersama-sama. Dika berhenti untuk istirahat setiap 8
menit dan Ferdi berhenti untuk beristirahat setiap 12 menit. Pada menit berapa
mereka berhenti beristirahat bersama-sama? (bobot 2)
4. Sandra memiliki 20 pinsil dan 15 buku. Ia ingin membagikan semua pensil
dan buku kepad teman-temannya. Setiap anak akan merima bagian yang sama.
Berapa anak paling banyak yang akan menerima pensil dan buku? (bobot 2)
5. Ayah pergi ke Semarang tiap 6 hari, sedangkan paman setiap 8 hari. Bila ayah
dan paman ke Semarang bersama pada tanggal 4 Januari 2011, tanggal berapa
mereka ke Semarang bersama lagi? (bobot 2)

JUMLAH BOBOT 10
95
Lampiran 2

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)


KELAS KONTROL

Mata Pelajaran : Matematika


Pokok Bahasan : Kelipatan dan Faktor
Kelas/Semester : IV / 2
Alokasi Waktu : 8 x 35 menit (4 x pertemuan)
Tahun Pelajaran : 2010/2011

Standar Kompetensi : Memahami dan menggunakan faktor dan kelipatan


dalam pemecahan masalah
Kompetensi Dasar : Mendeskripsikan konsep faktor dan kelipatan
Indikator : 1. Menentukan kelipatan suatu bilangan
2. Menentukan kelipatan persekutuan dua bilangan
3. Menentukan bilangan yang habis dibagi 2, 3, 4,
dan 5
4. Menentukan faktor suatu bilangan
5. Menentukan faktor persekutuan dua bilangan
Tujuan Pembelajaran
Setelah pembelajaran selesai diharapkan siswa dapat :
1. Menentukan kelipatan suatu bilangan
2. Menentukan kelipatan persekutuan dua bilangan
3. Menentukan bilangan yang habis dibagi 2, 3, 4, dan 5
4. Menentukan faktor suatu bilangan
5. Menentukan faktor persekutuan dua bilangan

Materi ajar
Kelipatan dan Faktor

Metode Pembelajaran
Metode ekspositori (Ceramah dan Tanya jawab)

Langkah-langkah Kegiatan
Pendahuluan :
Guru mengucapkan salam dilanjutkan dengan memeriksa daftar hadir siswa.
Guru mengkondisikan kelas agar proses belajar mengajar berjalan tenang
Apersepsi
Menanyakan (mengingat) kembali proses belajar mengajar yang telah
dipelajari sebelumnya.
Kegiatan Inti
Pertemuan Pertama
Guru menerangkan tentang kelipatan suatu bilangan disertai pemberian
contoh.
Siswa diminta menyebutkan kelipatan satu angka dan dua angka.
Siswa mengerjakan latihan yang terdapat dalam buku paket matematika.
96

Pertemuan Kedua
Dengan berdialog, beberapa siswa diminta menyebutkan kelipatan dua
buah bilangan.
Guru menerangkan tentang kelipatan persekutuan.
Siswa mengerjakan latihan yang terdapat dalam buku paket matematika.

Pertemuan Ketiga
Beberapa siswa diminta menyebutkan bilangan yang habis dibagi 2, 3, 4
dan 5.
Guru menerangkan tentang tentang bilangan yang habis dibagi 2, 3, 4, dan
5 disertai pemberian contoh.
Guru menerangkan faktor dari suatu bilangan
Siswa mengerjakan latihan yang terdapat dalam buku paket matematika.

Pertemuan Keempat
Guru menerangkan tentang faktor persekutuan suatu bilangan.
Siswa diminta menyebutkan faktor-faktor persekutuan dua bilangan.
Siswa mengerjakan latihan yang terdapat dalam buku paket matematika.

Penutup
Dengan bimbingan guru, siswa diminta menyimpulkan materi yang telah
dibahas.
Guru memberikan tugas PR

Media dan Sumber Belajar


Media : Whiteboard dan spidol
Sumber belajar : - Buku paket matematika kelas IV SD, penerbit: CV.
Cempaka Putih
- Lestari Matematika 4 SD dan MI, Penerbit: SB
Sukoharjo
- Belajar Matematika untuk SD kelas 4, Penerbit: PT.
Sarana Panca Karya
Penilaian
Teknik Penilaian : Tes tulis dan lisan
Bentuk Penilaian : Uraian
97

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)


KELAS KONTROL

Mata Pelajaran : Matematika


Pokok Bahasan : Kelipatan dan Faktor
Sub Bab : KPK dan FPB
Kelas/Semester : IV / 2
Alokasi Waktu : 8 x 35 menit (4 x pertemuan)
Tahun Pelajaran : 2010/2011

Standar Kompetensi : Memahami dan menggunakan faktor dan kelipatan


dalam pemecahan masalah
Kompetensi Dasar : Menentukan kelipatan persekutuan terkecil (KPK)
dan faktor persekutuan terbesar (FPB)
Indikator : 1. Menentukan kelipatan persekutuan terkecil
(KPK) dari dua bilangan satu angka
2. Menentukan kelipatan persekutuan terkecil (KPK)
dari bilangan satu angka dan dua angka
3. Menentukan kelipatan persekutuan terkecil (KPK)
dari dua bilangan dua angka
4. Menentukan faktor persekutuan terbesar (FPB)
dan kelipatan persekutuan terkecil (KPK) dari dua
bilangan
5. Memecahkan masalah yang berkaitan dengan
KPK dan FPB
Tujuan Pembelajaran
Setelah selesai pembelajaran diharapkan siswa dapat:
1. Menentukan kelipatan persekutuan terkecil (KPK) dari dua bilangan satu
angka
2. Menentukan kelipatan persekutuan terkecil (KPK) dari bilangan satu angka
dan dua angka
3. Menentukan kelipatan persekutuan terkecil (KPK) dari dua bilangan dua
angka
4. Menentukan faktor persekutuan terbesar (FPB) dan kelipatan persekutuan
terkecil (KPK) dari dua bilangan
5. Memecahkan masalah yang berkaitan dengan KPK dan FPB

Materi ajar
KPK dan FPB

Metode Pembelajaran
Metode ekspositori (Ceramah dan Tanya jawab)
98

Langkah-langkah Kegiatan
Pendahuluan
Guru mengucapkan salam dilanjutkan dengan memeriksa daftar hadir
siswa.
Guru mengkondisikan kelas agar proses belajar mengajar berjalan
tenang
Apersepsi
Menanyakan (mengingat) kembali proses belajar mengajar yang telah
dipelajari sebelumnya.
Kegiatan Inti
Pertemuan ke Lima
Guru menerangkan tentang KPK dua bilangan satu angka dan dua
angka disertai pemberian contoh.
Siswa diminta menyebutkan kelipatan satu angka dan dua angka.
Siswa mengerjakan latihan yang terdapat dalam buku paket
matematika.

Pertemuan Ke Enam
Dengan berdialog, beberapa siswa diminta menyebutkan KPK dua
bilangan dua angka.
Guru menerangkan tentang KPK dan FPB dua bilangan.
Siswa mengerjakan latihan yang terdapat dalam buku paket
matematika.

Pertemuan Ke Tujuh
Guru menerangkan KPK dan FPB dalam memecahkan masalah yang
terdapat dalam kehidupan sehari-hari.
Siswa mengerjakan latihan yang terdapat dalam buku paket
matematika.

Pertemuan Ke Delapan
Guru memerintahkan siswa mengerjakan soal latihan yang ada dibuku
paket tentang materi KPK dan FPB
Siswa mengerjakan soal yang terdapat dalam buku paket matematika
lalu dikumpulkan.

Penutup
Dengan bimbingan guru, siswa diminta menyimpulkan materi yang telah
dibahas.
Guru memberikan tugas PR

Media dan Sumber Belajar


Media : Alat tulis menulis
Sumber belajar : - Buku paket matematika kelas IV SD, penerbit: CV.
Cempaka Putih
99

- Lestari Matematika 4 SD dan MI, Penerbit: SB


Sukoharjo
- Belajar Matematika untuk SD kelas 4, Penerbit: PT.
Sarana Panca Karya

Penilaian
Teknik Penilaian : Tes tulis dan lisan
Bentuk Penilaian : Uraian
100
Lampiran 3

Kisi-kisi Instrumen Tes Hasil Belajar

No. Standar Kompetensi Indikator Nomor Jumlah


Kompetensi Dasar Soal
Menentukan kelipatan 1, 3, 5 3
suatu bilangan
Menentukan kelipatan 2 1
persekutuan dua bilangan
Menentukan bilangan 16 1
Mendeskripsikan yang habis dibagi 2, 3, 4,
1 konsep faktor dan 5
dan kelipatan menentukan faktor suatu 4, 6 2
bilangan
Menentukan faktor 7, 11 3
persekutuan dua bilangan
Mengenal bilangan prima 9 1
menurut sifatnya
Memahami
Menentukan kelipatan 10, 17 2
dan
persekutuan terkecil
menggunakan
(KPK) dari dua bilangan
faktor dan
satu angka
kelipatan
Menentukan kelipatan 12, 13 2
dalam
persekutuan terkecil
pemecahan
Menentukan (KPK) dari bilangan satu
masalah
kelipatan angka dan dua angka
persekutuan Menentukan kelipatan 8 1
terkecil (KPK) persekutuan terkecil
2 dan faktor (KPK) dari dua bilangan
persekutuan dua angka
terbesar (FPB) Menentukan faktor 15, 18 2
persekutuan terbesar
(FPB) dan kelipatan
persekutuan terkecil
(KPK) dari dua bilangan
Memecahkan masalah 14, 19 2
yang berkaitan dengan
KPK dan FPB
Jumlah 19
101
Lampiran 4

INSTRUMEN TES HASIL BELAJAR

Nama : ..
Kelas : ..
Hari/Tanggal : ..
Waktu : ..

Berilah tanda silang (X) pada salah satu huruf a, b, c atau d pada jawaban yang
paling tepat!

1. Kelipatan dari 6 adalah .


a. 1, 2, 3, 6 c. 6, 12, 18, 24
b. 2, 4, 6, 8 d. 6, 9, 12, 18
2. Kelipatan persekutuan dari 2 dan 5 yang kurang dari 25 adalah .
a. 10 dan 15 c. 4 dan 20
b. 10 dan 20 d. 15 dan 20
3. Kelipatan dari 13 adalah .
a. 13, 26, 39, 52 c. 1, 13, 26, 39
b. 13, 15, 17, 19 d. 13, 29, 39, 52
4. Faktor dari bilangan 20 adalah .
a. 1, 2, 4, 5, 10, 20 c. 5, 10, 15, 20, 25
b. 2, 4, 8, 10, 12 d. 1, 2, 4, 10, 20
5. Kelipatan dari 25 yang kurang dari 120 adalah .
a. 1, 5, 25 c. 25, 50, 75, 100
b. 5, 10, 15, 20, 25 d. 50, 100, 150, 200
6. Faktor dari bilangan 12 adalah .
a. 4, 8, 12, 16, 20 c. 1, 2, 3, 6, 9, 18
b. 2, 4, 6, 8, 10, 12 d. 1, 2, 3, 4, 6, 12
7. Faktor persekutuan dari bilangan 12 dan 24 adalah
a. 2, 4, 6, 8, 10, 12 c. 1, 2, 3, 4, 6, 12
b. 1, 2, 3, 4, 6, 24 d. 1, 2, 3, 4, 5, 6
8. Kelipatan persekutuan terkecil (KPK) dari 12 dan 24 adalah .
a. 2 c. 12
b. 6 d. 24
9. Diantara bilangan berikut : 13, 15, 17, 19, 21, dan 23 yang termasuk bilangan
prima adalah
a. 13, 15, 17 dan 19 c. 13, 17, 19 dan 23
b. 13, 19, 21 dan 23 d. 13, 17, 19 dan 21
102

10. Kelipatan persekutuan terkecil (KPK) dari 6 dan 8 adalah .


a. 24 c. 12
b. 16 d. 8
11. Faktor persekutuan dari bilangan 16 dan 20 adalah
a. 1, 2, dan 4 c. 2, 4, dan 6
b. 4, 8, dan 16 d. 10, 20, dan 30
12. Kelipatan persekutuan terkecil (KPK) dari 4 dan 12 adalah .
a. 4 c. 12
b. 16 d. 24
13. Faktor persekutuan terbesar (FPB) dari 8 dan 12 adalah .
a. 12 c. 2
b. 8 d. 4
14. Dian berenang setiap 6 hari sekali, Ati berenang setiap 15 hari sekali, maka
mereka akan berenang bersama-sama setiap .
a. 30 hari sekali c. 35 hari sekali
b. 24 hari sekali d. 21 hari sekali
15. Faktor persekutuan terbesar (FPB) dari 15 dan 25 adalah .
a. 3 c. 15
b. 5 d. 25
16. Bilangan-bilangan dibawah ini yang semuanya habis dibagi 5 adalah .
a. 1, 5, 10, 15, 20 c. 10, 12, 14, 16, 18, 20
b. 15, 20, 25, 30, 35 d. 16, 20, 24, 28, 32
17. Kelipatan persekutuan terkecil (KPK) dari 3 dan 8 adalah .
a. 24 c. 12
b. 16 d. 8
18. Faktor persekutuan terbesar (FPB) dari 8 dan 24 adalah
a. 24 c. 4
b. 16 d. 8
19. Anto membeli 21 permen dan 18 cokelat yang akan dimasukkan ke dalam
kantong. Jika Anto membagi permen dan cokelatnya sama banyak, maka
kantong yang diperolehnya sebanyak
a. 2 c. 4
b. 3 d. 5
Lampiran 5 103

KUNCI JAWABAN TES HASIL BELAJAR

No. Jawaban No. Jawaban


1 C 11 A
2 B 12 C
3 A 13 D
4 A 14 A
5 C 15 B
6 D 16 B
7 C 17 A
8 D 18 D
9 C 19 B
10 A
104
Lampiran 6

Tabel Tabel
Nilai Tes Hasil Belajar Nilai Tes Hasil Belajar
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

No Siswa Nilai No Siswa Nilai


1 E1 68 1 K1 47
2 E2 68 2 K2 52
3 E3 57 3 K3 31
4 E4 63 4 K4 47
5 E5 42 5 K5 57
6 E6 68 6 K6 21
7 E7 73 7 K7 68
8 E8 47 8 K8 36
9 E9 78 9 K9 57
10 E10 89 10 K10 89
11 E11 89 11 K11 31
12 E12 63 12 K12 57
13 E13 31 13 K13 68
14 E14 89 14 K14 73
15 E15 100 15 K15 21
16 E16 94 16 K16 47
17 E17 57 17 K17 36
18 E18 52 18 K18 57
19 E19 68 19 K19 31
20 E20 63 20 K20 89
21 E21 89 21 K21 57
22 E22 73 22 K22 100
23 E23 89 23 K23 36
24 E24 100 24 K24 57
25 E25 47 25 K25 52
105
Tabel 17
Lampiran 7
Uji Validitas Tes Hasil Belajar Matematika

Nomor Butir Soal dan Kunci Jawaban Skor


Siswa 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
X x=(X-M) x2
C B A A D A C A D B A B C B A A C D A B D D B B C B A A D B
1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 25 -5.1 26.16
2 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 24 -4.1 16.93
3 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 21 -1.1 1.24
4 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 22 -2.1 4.47
5 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 18 1.9 3.56
6 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 22 -2.1 4.47
7 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 16 3.9 15.10
8 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 20 -0.1 0.01
9 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 15 4.9 23.87
10 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 16 3.9 15.10
11 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 27 -7.1 50.61
12 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 14 5.9 34.64
13 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 22 -2.1 4.47
14 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 25 -5.1 26.16
15 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 13 6.9 47.41
16 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 24 -4.1 16.93
17 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 17 2.9 8.33
18 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 18 1.9 3.56
19 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 22 -2.1 4.47
20 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 25 -5.1 26.16
21 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 13 6.9 47.41
22 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 20 -0.1 0.01
23 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 17 2.9 8.33
24 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 20 -0.1 0.01
25 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 23 -3.1 9.70
26 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 13 6.9 47.41
27 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 27 -7.1 50.61
28 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 16 3.9 15.10
29 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 23 -3.1 9.70
30 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 16 3.9 15.10
31 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 24 -4.1 16.93
32 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 21 -1.1 1.24
33 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 18 1.9 3.56
34 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 23 -3.1 9.70
35 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 16 3.9 15.10
Jumlah 30 29 33 22 26 27 28 16 23 16 21 24 31 20 19 21 22 22 23 10 20 21 18 28 19 30 23 24 20 30 696 583.54
p 0.86 0.83 0.94 0.63 0.74 0.77 0.80 0.46 0.66 0.46 0.60 0.69 0.89 0.57 0.54 0.60 0.63 0.63 0.66 0.29 0.57 0.60 0.51 0.80 0.54 0.86 0.66 0.69 0.57 0.86
q 0.14 0.17 0.06 0.37 0.26 0.23 0.20 0.54 0.34 0.54 0.40 0.31 0.11 0.43 0.46 0.40 0.37 0.37 0.34 0.71 0.43 0.40 0.49 0.20 0.46 0.14 0.34 0.31 0.43 0.14
Mp 20.50 20.55 20.27 20.41 19.81 20.78 20.68 20.88 21.91 20.25 22.14 21.63 20.65 20.45 21.42 22.38 21.86 21.91 21.57 20.90 20.10 19.95 20.67 20.93 19.58 20.53 21.48 21.50 20.25 20.50
Mt 19.89 19.89 19.89 19.89 19.89 19.89 19.89 19.89 19.89 19.89 19.89 19.89 19.89 19.89 19.89 19.89 19.89 19.89 19.89 19.89 19.89 19.89 19.89 19.89 19.89 19.89 19.89 19.89 19.89 19.89
St 4.083 4.083 4.083 4.083 4.083 4.083 4.083 4.083 4.083 4.083 4.083 4.083 4.083 4.083 4.083 4.083 4.083 4.083 4.083 4.083 4.083 4.083 4.083 4.083 4.083 4.083 4.083 4.083 4.083 4.083
rpbi 0.37 0.36 0.39 0.17 -0.03 0.40 0.39 0.22 0.69 0.08 0.68 0.63 0.52 0.16 0.41 0.75 0.63 0.64 0.57 0.16 0.06 0.02 0.20 0.51 -0.08 0.39 0.54 0.58 0.10 0.37
rtabel 0.33 0.33 0.33 0.33 0.33 0.33 0.33 0.33 0.33 0.33 0.33 0.33 0.33 0.33 0.33 0.33 0.33 0.33 0.33 0.33 0.33 0.33 0.33 0.33 0.33 0.33 0.33 0.33 0.33 0.33
status valid valid valid invalid invalid valid valid invalid valid invalid valid valid valid invalid valid valid valid valid valid invalid invalid invalid invalid valid invalid valid valid valid invalid valid
106

Tabel 18
Perhitungan standar Deviasi Uji Validitas

No. Skor Total (X) x = (X-M) X


1 25 -5.11 25.86
2 24 -4.11 16.69
3 21 -1.11 1.18
4 22 -2.11 4.35
5 18 1.89 3.66
6 22 -2.11 4.35
7 16 3.89 15.32
8 20 -0.11 0.01
9 15 4.89 24.15
10 16 3.89 15.32
11 27 -7.11 50.21
12 14 5.89 34.98
13 22 -2.11 4.35
14 25 -5.11 25.86
15 13 6.89 47.81
16 24 -4.11 16.69
17 17 2.89 8.49
18 18 1.89 3.66
19 22 -2.11 4.35
20 25 -5.11 25.86
21 13 6.89 47.81
22 20 -0.11 0.01
23 17 2.89 8.49
24 20 -0.11 0.01
25 23 -3.11 9.52
26 13 6.89 47.81
27 27 -7.11 50.21
28 16 3.89 15.32
29 23 -3.11 16.69
30 16 3.89 15.32
31 24 -4.11 16.69
32 21 -1.11 1.18
33 18 1.89 3.66
34 23 -3.11 9.52
35 16 3.89 15.32
590.74
St 16.878
St 4.108
107

Tabel
Hasil Perhitungan Validitas Instrumen Tes

No. Soal Keterangan


1 Valid
2 Valid
3 Valid
4 Invalid
5 Invalid
6 Valid
7 Valid
8 Invalid
9 Valid
10 Invalid
11 Valid
12 Valid
13 Valid
14 Invalid
15 Valid
16 Valid
17 Valid
18 Valid
19 Valid
20 Invalid
21 Invalid
22 Invalid
23 Invalid
24 Valid
25 Invalid
26 Valid
27 Valid
28 Valid
29 Invalid
30 Valid
108

Langkah-Langkah Perhitungan Validitas Test Pilihan Ganda

Contoh mencari validitas item soal nomor 1 :

banyak siswa yang menjawab benar soal nomor 1


Menentukan nilai p =
Jumlah seluruh siswa
30
= 35

= 0,86

Menentukan nilai q =1p

= 1- 0,88

= 0,14

Menentukan nilai Mp = rata-rata skor siswa yang menjawab benar soal


nomor 1

= 25 + 24 + 21 + 22 + 16 + 20 + 15 + 16 + 27 +
14 + 22 + 13 + 24 + 17 + 18 + 22 + 25 + 13 +
20 + 17 + 20 + 23 + 13 + 27 + 16 + 24 + 16 +
24 + 21 + 18
=
30
616
= 30

= 20,53

Menentukan nilai Mt = rata-rata skor total


697
= 35

= 19,91

Menentukan nilai SDt = standar deviasi dari skor total

2
=

530,74
= 35
109

= 4,108

Menentukan nilai rpbi = koefisien korelasi poin biserial

Mp Mt p
=
SDt q

= 0,37

Mencari rtabel, dengan dk = n -2 = 35 2 = 33 dan tingkat signifikansi sebesar


5%,diperoleh nilai rtabel = 0,32

Langkah selanjutnya adalah,konsultasikan nilai rpbi = 0,37 dengan nilai rtabel =


0,32,karena rpbi >rtabel (0,37>0,32) maka soal nomor 1 valid.

Untuk nomor 2 dan seterusnya perhitungannya sama dengan perhitungan


validitas pada soal nomor 1.
110
Lampiran 8
Tabel 20
PERHITUNGAN REABILITAS INSTRUMEN TES

Nomor soal yang valid skor total


Siswa 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
X x=(X-M) x2
1 2 3 6 7 9 11 12 13 15 16 17 18 19 24 26 27 28 30
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19 -5.1 25.57
2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19 -5.1 25.57
3 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 16 -2.1 4.23
4 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 15 -1.1 1.12
5 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 11 2.9 8.66
6 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 -2.1 4.23
7 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 10 3.9 15.55
8 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 -2.1 4.23
9 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 9 4.9 24.43
10 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 9 4.9 24.43
11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19 -5.1 25.57
12 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 8 5.9 35.32
13 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 17 -3.1 9.35
14 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 17 -3.1 9.35
15 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 7 6.9 48.20
16 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18 -4.1 16.46
17 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 10 3.9 15.55
18 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 14 -0.1 0.00
19 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 15 -1.1 1.12
20 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18 -4.1 16.46
21 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 8 5.9 35.32
22 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 15 -1.1 1.12
23 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 12 1.9 3.77
24 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 0 12 1.9 3.77
25 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 17 -3.1 9.35
26 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 8 5.9 35.32
27 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19 -5.1 25.57
28 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 8 5.9 35.32
29 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18 -4.1 16.46
30 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 11 2.9 8.66
31 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18 -4.1 16.46
32 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 16 -2.1 4.23
33 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 13 0.9 0.89
34 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 17 -3.1 9.35
35 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 13 0.9 0.89
Jumlah 30 29 33 27 28 23 21 24 31 19 21 22 22 23 28 30 23 24 30 488 521.89
p 0.86 0.83 0.94 0.77 0.80 0.66 0.60 0.69 0.89 0.54 0.60 0.63 0.63 0.66 0.80 0.86 0.66 0.69 0.86
q 0.14 0.17 0.06 0.23 0.20 0.34 0.40 0.31 0.11 0.46 0.40 0.37 0.37 0.34 0.20 0.14 0.34 0.31 0.14
p.q 0.12 0.14 0.05 0.18 0.16 0.23 0.24 0.22 0.10 0.25 0.24 0.23 0.23 0.23 0.16 0.12 0.23 0.22 0.12
p.q 3.463
St2 14.911
KR-20 0.810
111
112
Lampiran 9
Tabel 21
Perhitungan Daya Pembeda Soal

Kelompok Atas

Butir soal
Siswa Skor
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 27
2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 27
3 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 25
4 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 25
5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 25
6 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 24
7 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 24
8 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 24
9 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 23
10 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 23
11 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 23
12 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 22
13 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 22
14 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 22
15 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 22
16 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 21
17 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 21
BA 14 15 17 12 12 16 16 8 16 8 15 16 15 10 11 16 15 15 16 5 10 10 11 16 9 17 15 16 11 17
113

Tabel 22
Perhitungan Daya Pembeda Soal

Kelompok Bawah

Butir soal
Siswa Skor
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 20
2 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 20
3 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 20
4 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 18
5 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 18
6 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 18
7 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 17
8 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 17
9 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 16
10 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 16
11 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 16
12 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 16
13 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 16
14 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 15
15 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 14
16 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 13
17 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 13
18 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 13
BB 16 14 16 10 14 11 12 8 7 8 6 8 16 10 8 5 7 7 7 5 10 11 7 12 10 13 8 8 9 13
114

Tabel 23
Hasil Perhitungan Daya Pembeda Instrumen Tes*

No. Soal JA BA JB BB D Kriteria


1 17 14 18 16 -0.07 Kurang Baik
2 17 15 18 14 0.10 Kurang Baik
3 17 17 18 16 0.11 Kurang Baik
4 17 12 18 10 0.15 Kurang Baik
5 17 12 18 14 -0.07 Kurang Baik
6 17 16 18 11 0.33 Cukup
7 17 16 18 12 0.27 Cukup
8 17 8 18 8 0.03 Kurang Baik
9 17 16 18 7 0.55 Baik
10 17 8 18 8 0.03 Kurang Baik
11 17 15 18 6 0.55 Baik
12 17 16 18 8 0.50 Baik
13 17 15 18 16 -0.01 Kurang Baik
14 17 10 18 10 0.03 Kurang Baik
15 17 11 18 8 0.20 Cukup
16 17 16 18 5 0.66 Baik
17 17 15 18 7 0.49 Baik
18 17 15 18 7 0.49 Baik
19 17 16 18 7 0.55 Baik
20 17 5 18 5 0.02 Kurang Baik
21 17 10 18 10 0.03 Kurang Baik
22 17 10 18 11 -0.02 Kurang Baik
23 17 11 18 7 0.26 Cukup
24 17 16 18 12 0.27 Cukup
25 17 9 18 10 -0.03 Kurang Baik
26 17 17 18 13 0.28 Cukup
27 17 15 18 8 0.44 Baik
28 17 16 18 8 0.50 Baik
29 17 11 18 9 0.15 Kurang Baik
30 17 17 18 13 0.28 Cukup
B A BB
*Daya Pembeda dihitung dengan menggunakan rumus D= PA PB
JA JB
115

Langkah-Langkah Perhitungan DayaPembeda

Soal Pilihan Ganda

Menentukan nilai BA = banyaknya kelompok atas yang menjawab


soal dengan benar

Menentukan nilai BB =banyaknya kelompok bawah yang


menjawab soal dengan benar

Menentukan nilai JA = banyaknya peserta test kelompok atas


Menentukan nilai JB = banyaknya peserta test kelompok bawah
Misal, untuk soal nomor 1 perhitungan daya pembedanya sebagai berikut :
BA = 14, BB = 16, JA = 17, JB = 18

BA BB
Menentukan DP =
JA JB

= - 0,07

Berdasarkan klarifikasi daya pembeda, nilai DP = - 0,07 berada pada kisaran


nilai > 0,3, maka soal nomor 1 tersebut memiliki daya pembeda yang kurang
baik.

Untuk nomor 2 dan seterusnya perhitungannya sama dengan perhitungan daya


pembeda soal nomor 1.
116

Tabel
Hasil Perhitungan Indeks Kesukaran Instrumen Tes*

No. Soal B JS P Kriteria


1 30 35 0.857 Mudah
2 29 35 0.829 Mudah
3 33 35 0.943 Mudah
4 22 35 0.629 Sedang
5 26 35 0.743 Mudah
6 27 35 0.771 Mudah
7 28 35 0.800 Mudah
8 16 35 0.457 Sedang
9 23 35 0.657 Sedang
10 16 35 0.457 Sedang
11 21 35 0.600 Sedang
12 24 35 0.686 Sedang
13 31 35 0.886 Mudah
14 20 35 0.571 Sedang
15 19 35 0.543 Sedang
16 21 35 0.600 Sedang
17 22 35 0.629 Sedang
18 22 35 0.629 Sedang
19 23 35 0.657 Sedang
20 10 35 0.286 Sukar
21 20 35 0.571 Sedang
22 21 35 0.600 Sedang
23 18 35 0.514 Sedang
24 28 35 0.800 Mudah
25 19 35 0.543 Sedang
26 30 35 0.857 Mudah
27 23 35 0.657 Sedang
28 24 35 0.686 Sedang
29 20 35 0.571 Sedang
30 30 35 0.857 Mudah
B
*Indeks Kesukaran dihitung dengan menggunakan rumus P=
JS
117

Langkah-Langkah Perhitungan Tingkat Kesukaran Soal Pilihan Ganda

Contoh perhitungan tingkat kesukaran untuk soal nomor 1 adalah sebagai berikut :
Menentukan nilai B = banyaknya siswa yang menjawab soal dengan
benar
Jumlah siswa (JS) = 35
Menentukan IK = Indeks/Tingkat Kesukaran
B
IK =
JS
= 30/35
= 0,857
Berdasarkan klasisifikasi indeks kesukaran, nilai IK = 0,857 berada diantara
kisaran 0,70 1,00, maka soal nomor 1 memiliki tingkat kesukaran soal
mudah
Untuk soal nomor 2 dan seterusnya, perhitungan tingkat kesukarannya sama
dengan perhitungan tingkat kesukaran soal nomor 1
118
Lampiran 11

Perhitungan Data Statistik Kelompok Eksperimen

1. Distribusi Frekuensi
a) Nilai tes hasil belajar matematika dari 25 orang siswa kelas eksperimen
31 42 47 47 52 57 57 63
63 63 63 68 68 68 73 73
78 89 89 89 89 89 94 100
100

b) Nilai tertinggi (Highest Score) dan nila terendah (Lower Score)


H = 100
L = 31

c) Jangkauan ( R )
R=HL
= 100 31
= 69

d) Banyak Kelas Interval


K = 1 + 3,3 log N
= 1 + 3,3 log 25
= 1 + 4,587
= 5,587 6 (dibulatkan ke atas)

e) Panjang Interval kelas



P =

69
=
5,587
= 12,35 12 (dibulatkan kebawah)

Interval BB BA xi xi2 fi fk fi.xi fi.xi2 xi- (xi x)4 fi(xi )4

31 42 30.5 42.5 36.5 1,332.25 2 2 73 2664.5 -33.12 1203265 2406530


43 54 42.5 54.5 48.5 2,352.25 3 5 145.5 7056.75 -21.12 198965 596894
55 66 54.5 66.5 60.5 3,660.25 5 10 302.5 18301.3 -9.12 6917.98 34589.9
67 78 66.5 78.5 72.5 5,256.25 7 17 507.5 36793.8 2.88 68.7971 481.579
79 90 78.5 90.5 84.5 7,140.25 5 22 422.5 35701.3 14.88 49024.3 245122
91 - 102 90.5 102.5 96.5 9,312.25 3 25 289.5 27936.8 26.88 522056 1566168
Jumlah 29,053.50 25 1740.5 128454 4849785
119

2. Mean (X)
.
(X) =

1740 ,5
=
25
=69,62
3. Median (Md)
1
Ket :
2
Md = bi +
bi = Batas kelas bawah median
12,510 12
= 66,5 + N = Banyak siswa
7
2,5 12 P = Panjang kelas
= 66,5 +
7
30 F = jumlah frekuensi sebelum
= 66,5 +
7 kelas median
= 66,5 + 4,28
= 70,78 f1 = frekuensi kelas median

4. Modus (Mo) Ket :



Mo = bi + bi = Batas kelas bawah modus
+
2 12 P = Panjang kelas
= 66,5 +
2+2 fa = Jumlah frekuensi kelas modus
24
= 66,5 +
4 dikurangi jumlah frekuensi
= 66,5 + 6
kelas sebelumnya
= 72,5
fb = Jumlah frekuensi kelas modus
dikurangi jumlah frekuensi
kelas sebelumnya
120

5. Variansi (SD2)
. 2 ( . )2
SD2 =
(1)
25 128454 1740 ,52
SD2 =
25(251)
3211356 ,253029340
=
600
182016
=
600
= 303,36

6. Simpangan baku
SD = 2
= 303,36
= 17,41

7. Kemiringan (Skewness)

Kemiringan =

69,6272,5
=
17,41
= - 0,1654

Karena kemiringan negative dan dekat kepada nol maka modelnya miring ke
kiri.

8. Ketajaman (Kurtosis)
4
1

=
4
1
4849785
= 25
91874,5
193991
=
91874,5
= 2,11184

Karena nilai kortisisius kurang dari 3, maka kurvanya datar atau platikurtik.
121

Perhitungan Data Statistik Kelompok Kontrol

1. Distribusi Frekuensi
a) Nilai tes hasil belajar matematika dari 25 orang siswa kelas eksperimen
21 21 31 31 31 36 36 36
47 47 47 52 52 57 57 57
57 57 57 68 68 73 89 89
100

b) Nilai tertinggi (Highest Score) dan nila terendah (Lower Score)


H = 100
L = 21

c) Jangkauan ( R )
R=HL
= 100 21
= 79

d) Banyak Kelas Interval


K = 1 + 3,3 log N
= 1 + 3,3 log 25
= 1 + 4,587
= 5,587 6 (dibulatkan ke atas)

e) Panjang Interval kelas



P =

79
=
5,587
= 14,13 14 (dibulatkan kebawah)

Interval BB BA xi xi2 fi fk fi.xi fi.xi2 xi-x (xi x)4 fi(xi x)4


21 - 34 20.5 34.5 27.5 756.25 5 5 137.5 3781.25 -26.88 522056 2610279.796
35 - 48 34.5 48.5 41.5 1,722.25 6 11 249 10333.5 -12.88 27521 165125.7117
49 - 62 48.5 62.5 55.5 3,080.25 8 19 444 24642 1.12 1.57352 12.58815488
63 - 76 62.5 76.5 69.5 4,830.25 3 22 208.5 14490.8 15.12 52264.5 156793.6317
77 - 90 76.5 90.5 83.5 6,972.25 2 24 167 13944.5 29.12 719061 1438121.166
91 - 104 90.5 104.5 97.5 9,506.25 1 25 97.5 9506.25 43.12 3457124 3457124.411
Jumlah 26,867.50 25 1303.5 76698.3 7827457.305
122

2. Mean (X)
.
(X) =

1303 ,5
=
25
=52,14
3. Median (Md)
1
Ket :
2
Md = bi +
bi = Batas kelas bawah median
12,511 14
= 48,5 + N = Banyak siswa
8
1,5 14 P = Panjang kelas
= 48,5 +
8
(21) F = jumlah frekuensi sebelum
= 48,5 +
8 kelas median
= 48,5 + (2,625)
= 51,125 f1 = frekuensi kelas median

4. Modus (Mo) Ket :



Mo = bi + bi = Batas kelas bawah modus
+
2 14 P = Panjang kelas
= 48,5 +
2+5 fa = Jumlah frekuensi kelas modus
28
= 48,5 + dikurangi jumlah frekuensi
7
= 48,5 + 4
kelas sebelumnya
= 52,5
fb = Jumlah frekuensi kelas modus
dikurangi jumlah frekuensi
kelas sebelumnya
123

5. Variansi (SD2)
. 2 ( . )2
SD2 =
(1)
25 76698 ,3 1303 ,52
SD2 =
25(251)
1917457 ,51699112 ,25
=
600
218345 ,25
=
600
= 363,91

6. Simpangan baku
SD = 2
= 363,91
= 19,07

7. Kemiringan (Skewness)

Kemiringan =

52,1452,5
=
19,07
= - 0,0188

Karena kemiringan negative dan dekat kepada nol maka modelnya miring ke
kiri.

8. Ketajaman (Kurtosis)
4
1

=
4
1
7827457,305
= 25
132252,16
313098,29
=
132252,16
= 2,367

Karena nilai kortisisius kurang dari 3, maka kurvanya datar atau platikurtik.
124
Lampiran 12

Tabel
Perhitungan Uji Normalitas Kelompok Eksperimen

xi fi fk fi.xi xi2 fi.xi2 z zt f(z) s(z) f(z)-s(z) |f(z)-s(z)|


31 1 1 31 961 961 -2.21827 0.4864 0.0136 0.04 -0.0264 0.0264
42 1 2 42 1764 1764 -1.58644 0.4429 0.0571 0.08 -0.0229 0.0229
47 2 4 94 2209 4418 -1.29925 0.4015 0.0985 0.16 -0.0615 0.0615
52 1 5 52 2704 2704 -1.01206 0.3438 0.1562 0.2 -0.0438 0.0438
57 2 7 114 3249 6498 -0.72487 0.2642 0.2358 0.28 -0.0442 0.0442
63 3 10 189 3969 11907 -0.38024 0.148 0.352 0.4 -0.048 0.048
68 4 14 272 4624 18496 -0.09305 0.0359 0.4641 0.56 -0.0959 0.0959
73 2 16 146 5329 10658 0.194141 0.0753 0.5753 0.64 -0.0647 0.0647
78 1 17 78 6084 6084 0.481333 0.1844 0.6844 0.68 0.0044 0.0044
89 5 22 445 7921 39605 1.113153 0.3665 0.8665 0.88 -0.0135 0.0135
94 1 23 94 8836 8836 1.400345 0.4192 0.9192 0.92 -0.0008 0.0008
100 2 25 200 10000 20000 1.744974 0.4591 0.9591 1 -0.0409 0.0409

xi x
Z=
S
3169,62
=
17,41

= - 2,218
Zt = 0,4864 (lihat tabel Z)
F(Z) = Jika Zi < 0 maka: 0,5 Z tabel
Jika Zi > 0 maka: 0,5 Z tabel
fk 1
S(Z) = =
n 25

= 0,04
Lo = 0,0959

Lt = 0,173, (lihat tabel harga kritis Uji Lilifors untuk n = 25 dan = 0,05)

Karena Lo Lt (0,0959 0,173) maka dapat disimpulkan bahwa sampel kelas


eksperimen berdistribusi normal.
125

Tabel
Perhitungan Uji Normalitas Kelompok Kontrol

xi fi fk fi.xi xi2 fi.xi2 z zt f(z) s(z) f(z)-s(z) |f(z)-s(z)|


21 2 2 42 441 882 -1.63293 0.4484 0.0516 0.08 -0.0284 0.0284
31 3 5 93 961 2883 -1.10855 0.3643 0.1357 0.2 -0.0643 0.0643
36 3 8 108 1296 3888 -0.84636 0.2995 0.2005 0.32 -0.1195 0.1195
47 3 11 141 2209 6627 -0.26953 0.1026 0.3974 0.44 -0.0426 0.0426
52 2 13 104 2704 5408 -0.00734 0.0000 0.5 0.52 -0.02 0.02
57 6 19 342 3249 19494 0.254851 0.0987 0.5987 0.76 -0.1613 0.1613
68 2 21 136 4624 9248 0.831673 0.2967 0.7967 0.84 -0.0433 0.0433
73 1 22 73 5329 5329 1.093865 0.3621 0.8621 0.88 -0.0179 0.0179
89 2 24 178 7921 15842 1.932879 0.4732 0.9732 0.96 0.0132 0.0044
100 1 25 100 10000 10000 2.509701 0.4938 0.9938 1 -0.0062 0.0062

xi x
Z=
S
2152,14
=
19,07

= - 1,632
Zt = 0,4484 (lihat tabel Z)
F(Z) = Jika Zi < 0 maka: 0,5 Z tabel
Jika Zi > 0 maka: 0,5 Z tabel
fk 2
S(Z) = =
n 25

= 0,08
Lo = 0,1613

Lt = 0,173, (lihat tabel harga kritis Uji Lilifors untuk n = 25 dan = 0,05)

Karena Lo Lt (0,1613 0,173) maka dapat disimpulkan bahwa sampel kelas


eksperimen berdistribusi normal.
126
Lampiran 13

Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Kedua Kelompok

Perhitungan uji homogenitas data kedua kelompok dilakukan dengan Uji Fisher
1. Data Statistik
NE = 25 NK = 25
2
S1 = 303,36 s22 = 363,91

2. Menentukan (Fhit) dengan rumus Fisher


s 2 ( )
Fhit =
s 2 ( )
363,91
Fhit =
303,36
Fhit = 1,199

3. Menentukan (Ftab) dengan menggunakan table distribusi F


Derajat kebebasan (dk) :
Dk (pembilang) = N2 1 = 25 1 = 24
Dk (penyebut) = N2 1 = 25 1 = 24
Pada taraf signifikansi 5 % diperoleh Ftab(0,05, 24, 24) = 1,98

4. Kriteria pengujian
Terima Ho dan Tolak Ha untuk Fhit < Ftab

5. Kesimpulan
Diperoleh Fhit < Ftab maka Ho diterima
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variansi kedua populasi homogen
127
Lampiran 14

Perhitungan Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji-t, dengan langkah-


langkah sebagai berikut:

a. Perumusan hipotesis
Ho : 1 2
Ha : 1 > 2
Keterangan:
1 = Rata-rata hasil belajar matematika siswa yang diajar
menggunakan alat peraga dakon
2 = Rata-rata hasil belajar matematika siswa yang diajar tanpa alat
peraga.

b. Menentukan kriteria pengujian


Terima Ho, Jika thitung < ttabel, dalam hal lainnya Ha ditolak.

c. Menentukan uji statistik

n1 1S1 2 n2 1S 2 2
Stotal =
n1 n2 2
251 .303,36+ 251 .363,91
=
(25+252)

7280 ,64+8733,84
=
48

16014 ,48
=
48

= 333,635
= 18,26
128

x1 x 2
t =
1 1
S total
n1 n2
69,6252,14
=
1 1
18,26 25 +
25

17,48
=
18,26 0,08
17,48
=
5,16
= 3,38
Nilai thitung = 3,38
Untuk menentukan ttabel , dapat ditentukan dengan cara seagai berikut,
ttabel = t(1-)(db).
Dengan db = (n1 + n2 2) = (25 + 25 2) = 48 dan taraf signifikan =
0,05, didapat (1 (0,05)) = 0,95. Jadi ttabel = t(0,95)(48) adalah 1,68.
Maka ttabel = 1,68

d. Pengambilan kesimpulan
Karena thitung > ttabel (3,38 > 1,68), maka Ho ditolak atau Ha diterima.
Kesimpulan yang diambil adalah terdapat perbedaan yang signifikan nilai
tes akhir antara siswa yang diajar menggunakan alat peraga dakon dengan
siswa yang diajar tanpa menggunakan alat peraga.
129
130
131
132
133
134
135
136
137
138
139
140

Anda mungkin juga menyukai