Anda di halaman 1dari 95

 

Standar Prosedur
Anti Pencucian Uang dan Pencegahan
Pendanaan Terorisme

2 8
8 :
: 5
1 0
1 7
2 0
0 /
/ 1
1 0
-
2 05
0 8
6 3
8
07

2017
Standar Prosedur Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme (SP APU dan PPT) Bank Mandiri ini
dimaksudkan untuk digunakan oleh PT Bank Mandiri (Persero) Tbk.Dilarang memperbanyak baik sebagian maupun
seluruhnya dalam bentuk dan cara apapun (cetakan, copy elektronik dsb), disimpan dalam media apapun tanpa
persetujuan tertulis dari PT Bank Mandiri (Persero) Tbk.
  KATA PENGANTAR

Standar Prosedur Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme


selanjutnya disebut SP APU PPT, merupakan penjabaran pelaksanaan atas Kebijakan
Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme Bank Mandiri (Kebijakan
APU PPT).

SP APU PPT ini mengatur mengenai prosedur yang harus dilaksanakan oleh jajaran Bank
terutama pegawai yang terkait dengan pelaksanaan fungsi APU PPT, baik di unit bisnis,
cabang serta unit kerja operasional lainnya.

SP APU PPT ini merupakan revisi dari SP APU PPT edisi 2 revisi 1 tahun 2015 dimana
perubahan yang cukup signifikan dalam SP APU PPT ini adalah adanya ketentuan
mengenai Pertukaran Informasi dan Penilaian RBA Model.

Demikian, agar SP APU PPT ini menjadi pedoman bagi seluruh unit kerja dalam
menerapkan program APU PPT.

28
PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk.
Kantor Pusat 8 :
: 5
1 0
1 7
2 0
Ogi Prastomiyono
0 /
Ahmad Siddik Badruddin
Direktur Direktur
/1
1 0
-
2 05
0 8
6 3
8
07

Standar Prosedur - Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme i


Edisi :3 Berlaku sejak tanggal : 12 September 2017 Diverifikasi oleh :
Revisi ke :0 Tanggal yang digantikan : 10 Juli 2015
 
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii

BAB. I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG I-A-1
B. MAKSUD DAN TUJUAN I-B-1
C. RUANG LINGKUP I-C-1
D. DASAR HUKUM I-D-1

BAB. II ORGANISASI DAN KEWENANGAN


A. ORGANISASI II-A-1

28
8:
1. Direksi II-A-1
2. Direktur yang Membawahkan Fungsi Kepatuhan
5 II-A-1
3. Satuan Kerja Kepatuhan di Kantor Pusat
1 0: II-A-2

17
4. Unit Kerja Khusus APU dan PPT II-A-2
5. Pelaksanaan APU dan PPT di Unit Kerja Terkait 0 II-A-4
B. KEWENANGAN
0 /2 II-B-1

0 /1
BAB. III PROSEDUR PELAKSANAAN APU DAN PPT
- 1
A. KETENTUAN UMUM 0 5 III-A-1
8 2
1. Risiko Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme III-A-1
3
2. Area Berisiko Tinggi
0 III-A-2
6
8 Keuangan Mencurigakan
7
3. Deteksi Transaksi
0 Nasabah Berdasarkan Risk Based Approach
4. Pengelompokan
III-A-4
III-A-5
B. PROSEDUR PENERIMAAN, IDENTIFIKASI DAN VERIFIKASI III-B-1
1. Customer Due Diligence (CDD) III-B-1
2. Walk In Customer III-B-13
3. Beneficial Owner III-B-13
4. Penerimaan Nasabah yang Dilakukan oleh Pihak Ketiga III-B-15
5. Bank sebagai Agen Penjual Produk Lembaga Keuangan Non Bank III-B-17
6. Bank Kustodian III-B-17
7. Cross Border Correspondent Banking III-B-21
Standar Prosedur - Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme ii
Edisi :3 Berlaku sejak tanggal : 12 September 2017 Diverifikasi oleh :
Revisi ke :0 Tanggal yang digantikan : 10 Juli 2015
 
Halaman
C. NASABAH PENGGUNA PRODUK DAN JASA BERISIKO TINGGI III-C-1
1. Prosedur Transfer Dana III-C-1
2. Private Banking (Nasabah Prioritas) III-C-3
3. Alternative Remittance III-C-3
4. EDD terhadap Jasa Penitipan dengan Pengelolaan (Trust) III-C-3
5. Produk Kartu Kredit III-C-4
6. Penggunaan Produk dan Jasa BerisikoTinggi lainnya III-C-5
D. PENUTUPAN HUBUNGAN USAHA DAN PENOLAKAN TRANSAKSI III-D-1
E. KNOW YOUR EMPLOYEE III-E-1
F. PELATIHAN III-F-1
G. PENERAPAN PROGRAM APU DAN PPT KANTOR LUAR
NEGERI DAN PERUSAHAAN ANAK BANK MANDIRI III-G-1
1. Kantor Luar Negeri 8 III-G-1
2. Perusahaan Anak
8 :2 III-G-2
3. Pertukaran Informasi
5 III-G-3
4. Review Terhadap Ketentuan APU dan PPT di Tempat Kedudukan
Kantor Luar Negeri
1 0: III-G-3

BAB. IV RISIKO DAN MITIGASI


1 7 IV-1
BAB. V DOKUMENTASI, ADMINISTRASI DAN PELAPORAN
2 0
A. PENATAUSAHAAN DOKUMEN 0 / V-A-1
B. SISTEM MANAJEMEN INFORMASI 0 / 1 V-B-1
1. Single Customer Information File-
1 V-B-1
2. Rekening Joint Account
0 5 V-B-1
3. Daftar Teroris 8 2 V-B-1
3
4. Monitoring Transaksi 0 V-B-2
C. PENGKINIAN DATA 8 6 V-C-1
D. PELAPORAN 07 V-D-1
E. KERAHASIAAN PELAPOR V-E-1
BAB. VI PENUTUP VI
LAMPIRAN

Standar Prosedur - Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme iii
Edisi :3 Berlaku sejak tanggal : 12 September 2017 Diverifikasi oleh :
Revisi ke :0 Tanggal yang digantikan : 10 Juli 2015
LAMPIRAN 1
 
A. Daftar High Risk Customer
B. Politically Exposed Persons (PEPs)
C. Produk dan Jasa BerisikoTinggi
D. Usaha BerisikoTinggi
E. Kriteria Negara yang Menjadi Sarana TPPU-TPPT

LAMPIRAN 2
A. Contoh Daftar High Risk Customer

LAMPIRAN 3
Contoh Transaksi, Aktivitas dan Perilaku Tidak Wajar (Red Flag)

LAMPIRAN 4
Daftar Istilah yang Lazim Digunakan Dalam APU dan PPT

LAMPIRAN 5
Dasar Hukum

28
8 :
: 5
1 0
1 7
2 0
0 /
/1
1 0
-
2 05
0 8
6 3
8
07

Standar Prosedur - Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme iv


Edisi :3 Berlaku sejak tanggal : 12 September 2017 Diverifikasi oleh :
Revisi ke :0 Tanggal yang digantikan : 10 Juli 2015
BAB - I
PENDAHULUAN

 
A. LATAR BELAKANG

Sebagaimana tertuang dalam Kebijakan Anti Pencucian Uang dan Pencegahan


Pendanaan Terorisme Bank Mandiri - KAPTBM, Direksi dan Dewan Komisaris telah
menyatakan komitmen dalam mendukung semangat pemerintah Indonesia untuk
memberantas Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU) dan pendanaan terorisme dengan
senantiasa memenuhi kepatuhan terhadap Penerapan Program Anti Pencucian Uang dan
Pencegahan Pendanaan Terorisme (APU dan PPT) di Sektor Jasa Keuangan. Komitmen
ini mengikat bagi seluruh jajaran Bank, untuk senantiasa patuh terhadap ketentuan
penerapan program APU dan PPT dalam kegiatan perbankan sehari-harinya.

Untuk memudahkan pelaksanaan terhadap komitmen dimaksud dan sesuai dengan


amanat Artikel 100 KAPTBM, perlu dibuat suatu pedoman kegiatan sehingga seluruh
jajaran Bank yang berhadapan langsung dengan Nasabah menerapkan KAPTBM dan
dengan demikian dapat membentuk kesamaan persepsi penerapan APU dan PPT.
Pedoman kegiatan ini dituangkan dalam Standar Prosedur APU dan PPT Bank Mandiri.

Selain hal tersebut seiring dengan perkembangan ketentuan APU dan PPT serta
kompleksitas transaksi jasa keuangan, maka Bank Mandiri sebagai Entitas Utama
memiliki kewajiban untuk menerapkan manajemen risiko pada konglemerasi keuangan,
28
termasuk di bidang APU dan PPT.
8 :
: 5
Untuk kebutuhan tersebut, maka diperlukan penerapan manajemen risiko secara
terintegrasi (integrated risk management) dalam bidang APU dan PPT, diantaranya 1 0
dengan menjadikan SP APU dan PPT Bank Mandiri sebagai rujukan penerapan APU dan
1 7
0
PPT di Perusahaan Anak dalam Mandiri Group sesuai dengan industry masing-masing
2
Perusahaan Anak.
0 /
/1
1 0
-
2 05
0 8
6 3
8
07

Standar Prosedur - Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme I-A-1
Edisi :3 Berlaku sejak tanggal : 12 September 2017 Diverifikasi oleh :
Revisi ke :0 Tanggal yang digantikan : 10 Juli 2015
BAB - I
PENDAHULUAN

B. MAKSUD DAN TUJUAN


 
Maksud penerbitan standar prosedur ini adalah untuk memberikan acuan bagi seluruh
jajaran dan unit kerja Bank tentang prosedur penerapan APU dan PPT di Bank Mandiri.
Tujuan penerbitan standar prosedur ini adalah :
1. Agar seluruh jajaran Bank memiliki persepsi yang sama mengenai penerapan
program APU dan PPT di Bank sehingga tidak terjadi perbedaan dalam
penerapannya.
2. Membantu seluruh jajaran Bank yang berhadapan langsung dengan Nasabah dalam
menerapkan program APU dan PPT secara konsisten sesuai peraturan dan
perundang-undangan yang berlaku.
3. Sebagai penjabaran rinci dari Kebijakan Anti Pencucian Uang dan Pencegahan
Pendanaan Terorisme.
4. Untuk menselaraskan penerapan Program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan
Pendanaan Terorisme di Perusahaan Anak dengan yang diatur di Bank Mandiri.

28
8 :
: 5
1 0
1 7
2 0
0 /
/1
1 0
-
2 05
0 8
6 3
8
07

Standar Prosedur - Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme I-B-1
Edisi :3 Berlaku sejak tanggal : 12 September 2017 Diverifikasi oleh :
Revisi ke :0 Tanggal yang digantikan : 10 Juli 2015
BAB - I
PENDAHULUAN

 
C. RUANG LINGKUP

Standar prosedur ini mengatur hal-hal yang harus dipedomani dan sebagai referensi
utama bagi seluruh pegawai PT Bank Mandiri (Persero) Tbk dan Perusahaan Anak dalam
menerapkan program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme
dalam kegiatan perbankan sehari-hari secara bankwide, yang meliputi unit kerja Kantor
Pusat, Kantor Cabang, Perusahaan Anak dan Kantor Luar Negeri.

28
8 :
: 5
1 0
1 7
2 0
0 /
/1
1 0
-
2 05
0 8
6 3
8
07

Standar Prosedur - Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme I-C-1
Edisi :3 Berlaku sejak tanggal : 12 September 2017 Diverifikasi oleh :
Revisi ke :0 Tanggal yang digantikan : 10 Juli 2015
BAB - I
PENDAHULUAN

 
D. DASAR HUKUM

1. Undang-Undang (UU) No. 7 tahun 1992 tanggal 25 Maret 1992 sebagaimana telah
diubah dengan UU No. 10 tahun 1998 tanggal 10 November 1998 tentang
Perbankan.
2. Undang-Undang (UU) No. 8 tahun 2010 tanggal 1 Juli 2010 tentang Pencegahan dan
Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.
3. Undang-Undang (UU) No. 9 Tahun 2013 tanggal 13 Maret 2013 tentang Pencegahan
dan Pemberantasan Tindak Pidana Pendanaan Terorisme.
4. Undang-Undang (UU) No. 24 Tahun 2013 tanggal 24 Desember 2013 tentang
Administrasi Kependudukan.
5. Undang-Undang (UU) No. 9 Tahun 2017 tanggal 23 Agustus 2017 tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No. 1 Tahun 2017
tentang Akses Informasi Keuangan untuk Kepentingan Perpajakan Menjadi Undang-
Undang.
6. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 12/POJK.01/2017 tanggal 16 Maret 2017
tentang Penerapan Program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan
28
Terorisme di SektorJasa Keuangan.
8 :
7. Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan No. 32/SEOJK.03/2017 tanggal 22 Juni 2017
: 5
tentang Penerapan Program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan
Terorisme di Sektor Perbankan. 1 0
8. 1 7
Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan No. 38/SEOJK.01/2017 tanggal 18 Juli 2017
2 0
tentang Pedoman Pemblokiran Secara Serta Merta Atas Dana Nasabah Di Sektor
0 /
Jasa Keuangan Yang Identitasnya Tercantum Dalam Daftar Terduga Teroris dan
Organisasi Teroris.
/ 1
9.
1 0
Keputusan PPC tanggal 12 September 2017 mengenai pemberlakuan Revisi Standar
-
Prosedur Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme.
5
0 dan PPT ini secara lengkap tercantum dalam
Lampiran 5. 8 2
Pencantuman dasar hukum terkait SP APU

3 0
8 6
0 7

Standar Prosedur - Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme I-D-1
Edisi :3 Berlaku sejak tanggal : 12 September 2017 Diverifikasi oleh :
Revisi ke :0 Tanggal yang digantikan : 10 Juli 2015
BAB - II
ORGANISASI DAN KEWENANGAN

 
A. ORGANISASI

Dalam rangka meningkatkan efektifitas penerapan Program APU dan PPT di Bank, perlu
didukung pengawasan aktif Direksi dan Dewan Komisaris. Peran Direksi dan Dewan
Komisaris dalam melakukan pengawasan akan mempengaruhi tingkat pencapaian tujuan
organisasi dalam penerapan Program APU dan PPT. Selain itu, peranan Direksi dan
Dewan Komisaris juga dapat memotivasi pegawai dan unit kerja dalam mendorong
terbentuknya budaya kepatuhan di seluruh jajaran organisasi.
Kewenangan Direksi dan Dewan Komisaris terkait dengan pengawasan aktif dalam
penerapan program APU dan PPT diatur dalam Kebijakan APU dan PPT, termasuk dalam
hal ini pengelolaan risiko APU dan PPT di Perusahaan Anak.
Adapun peran dan tanggung jawab Direksi, Direktur yang membawahkan Fungsi
Kepatuhan, Satuan Kerja Kepatuhan (SKK) dan Unit Kerja Khusus (UKK) APU dan PPT
serta Unit Kerja terkait penerapan program APU dan PPT termasuk penerapannya di
Perusahaan Anak adalah sebagai berikut :

1. Direksi
2 8
a. Memastikan bahwa Bank memiliki kebijakan dan prosedur penerapan 8
:
program APU
dan PPT secara tertulis dan komprehensif; : 5
b. Bertanggung jawab atas pelaksanaan kebijakan RBA dan eksposur 1 0 risiko yang
diambil oleh Bank secara keseluruhan;
1 7
senior; / 20 persetujuan pejabat
c. Menetapkan dan mengevaluasi transaksi yang memerlukan

0
1penetapan
d. Memastikan ketepatan kebijakan, prosedur dan
yang berisiko tinggi, Politically Exposed 0
/ tingkat risiko dari area

Correspondent Banking; - 1 Persons (PEPs), dan Cross Border

e. Memastikan bahwa penerapan program


0 5 APU dan PPT di masing-masing
Perusahaan Anak telah berjalan
8 2 sesuai dengan karakteristik dan kompleksitas

Utama; dan 3 0
usaha Perusahaan Anak dan memperhatikan penerapan APU dan PPT di Entitas

8 6 dan prosedur tertulis mengenai penerapan program


f. Memastikan bahwa kebijakan
0
APU dan PPT sejalan 7 dengan perubahan dan pengembangan produk, jasa, dan
teknologi di sektor jasa keuangan serta sesuai dengan perkembangan modus
Pencucian Uang dan/atau Pendanaan Terrorisme.

2. Direktur yang Membawahkan Fungsi Kepatuhan


Dalam pelaksanaan pengawasan aktif Direksi terkait program APU dan PPT, Direktur
yang Membawahkan Fungsi Kepatuhan bertugas dan bertanggung jawab sekurang-
kurangnya:
a. Menetapkan langkah-langkah yang diperlukan untuk memastikan Bank telah
memenuhi ketentuan regulator tentang APU dan PPT dan peraturan perundang-
undangan lainnya yang terkait;

Standar Prosedur - Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme II - A - 1


Edisi :3 Berlaku sejak tanggal : 12 September 2017 Diverifikasi oleh :
Revisi ke :0 Tanggal yang digantikan : 10 Juli 2015
BAB - II
ORGANISASI DAN KEWENANGAN

  b. Memastikan cakupan pengawasan aktif Direksi telah terpenuhi secara memadai;


c. Memantau dan menjaga kepatuhan Bank terhadap seluruh komitmen yang dibuat
oleh Bank kepada regulator yang terkait dengan penerapan Program APU dan PPT;
d. Memantau pelaksanaan tugas UKK APU dan PPT dan/atau pejabat Bank yang
bertanggungjawab atas penerapan Program APU dan PPT;
e. Memberikan rekomendasi kepada Direktur Utama mengenai pejabat yang akan
memimpin UKK APU dan PPT atau pejabat yang bertanggungjawab atas
penerapan Program APU dan PPT;
f. Menjaga keselarasan kebijakan penerapan APU dan PPT di Bank Mandiri dengan
Perusahaan Anak disesuaikan dengan karakteristik dan kompleksitas usaha
masing-masing Perusahaan Anak.

3. Satuan Kerja Kepatuhan di Kantor Pusat


Dalam menjalankan fungsinya Satuan Kerja Kepatuhan di Kantor Pusat (SKK-KP)
agar menjaga independensi dan bebas dari conflict of interest, bertugas untuk :
a. Meyakini Kebijakan dan Program APU dan PPT telah sejalan dengan perubahan
dan perkembangan produk, jasa dan teknologi Bank, serta sesuai dengan
28
perkembangan modus pencucian uang dan pendanaan terorisme.
8 :
b. Bersama-sama dengan Satuan Kerja Manajemen Risiko (SKMR) menyusun profil : 5
1
risiko berdasarkan RBA Nasabah dan Area Berisiko tinggi, PEPs serta cross border 0
Risk Management dan Kepatuhan. 1 7
correspondent banking untuk diajukan kepada Direktur yang Membawahkan Fungsi

2 0
0 /
c. Meyakini seluruh Unit Bisnis dan Unit Kerja Operasional telah mengerti, memahami
dan mematuhi (comply) terhadap peraturan dan perundang-undangan yang berlaku
terkait penerapan program APU dan PPT. / 1
1
d. Membantu Direktur yang Membawahkan Fungsi
0 Risk Management dan Kepatuhan
-
dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya terkait APU dan PPT.
0 5
4. Unit Kerja Khusus APU dan PPT8
2
3 0PPT adalah Unit Kerja Khusus (UKK) yang secara
8
struktural berada di bawah
6SKK – KP yang dibentuk dalam rangka melaksanakan
Unit Kerja Kepatuhan APU dan

program APU dan PPT.7


0
Tugas dan kewenangan UKK APU dan PPT sebagai berikut :
a. Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan program APU dan PPT pada Bank
Mandiri dan masing-masing Perusahaan Anak;
b. Memastikan setiap Perusahaan Anak memiliki kebijakan APU dan PPT yang sejalan
dengan regulasi setempat dan selaras dengan kebijakan APU dan PPT Entitas
Utama;
c. Melaksanakan review atas kebijakan APU dan PPT Perusahaan Anak dan KLN
secara berkala;
d. Melakukan review, pengembangan serta monitoring sistem terkait implementasi
program APU dan PPT;

Standar Prosedur - Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme II - A - 2


Edisi :3 Berlaku sejak tanggal : 12 September 2017 Diverifikasi oleh :
Revisi ke :0 Tanggal yang digantikan : 10 Juli 2015
BAB - II
ORGANISASI DAN KEWENANGAN

  e. Melakukan review dan monitoring pemenuhan tugas dan tanggung jawab Unit Kerja
Pembina Sistem CIF dalam melakukan pengkinian data profil Nasabah;
f. Melakukan koordinasi, monitoring dan evaluasi terhadap kebijakan program APU
dan PPT dengan unit kerja terkait;
g. Memastikan bahwa kebijakan dan prosedur telah sejalan dengan ketentuan APU
dan PPT yang terkini, risiko produk Bank, kegiatan dan kompleksitas usaha Bank,
serta volume transaksi Bank;
h. Melakukan analisa kesesuaian transaksi keuangan dengan profil Nasabah,
khususnya Nasabah HRC dengan mengacu pada ketentuan yang berlaku dan
sumber informasi yang memadai;
i. Menyusun Laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan (LTKM) dan melaporkan
transaksi keuangan Nasabah antara lain dalam bentuk lainnya yaitu Laporan
Transaksi Keuangan Tunai (LTKT), Laporan Transaksi Keuangan dari dan ke Luar
Negeri (LTKL) dan Sistem Informasi Pengguna Jasa Terpadu (SIPJT) sesuai
ketentuan yang berlaku;
j. Menerima laporan transaksi keuangan yang berpotensi mencurigakan (red flag) dari
unit kerja terkait yang berhubungan dengan Nasabah dan melakukan analisis atas
laporan tersebut, sesuai ketentuan yang berlaku;
28
k. Memantau bahwa :
8 :
1) Terdapat prosedur dan ketentuan mengenai pelaporan dari setiap satuan kerja : 5
terkait kepada UKK APU dan PPT atau kepada pejabat yang bertanggung
1 0
jawab terhadap penerapan program APU dan PPT dengan memperhatikan
ketentuan kerahasiaan informasi. 1 7
2 0
2)
/
Unit kerja terkait telah melakukan fungsi dan tugas dalam rangka
0
mempersiapkan laporan mengenai dugaan Transaksi Keuangan Mencurigakan
/1
sebelum menyampaikannya kepada UKK APU dan PPT atau pejabat yang
1 0
bertanggung jawab terhadap penerapan program APU dan PPT.
-
l. Memantau, menganalisis, dan merekomendasi kebutuhan pelatihan program APU

dimaksud; 2 05
dan PPT bagi pegawai Bank; termasuk menjadi nara sumber dalam kegiatan

8
APU dan PPT kepada 6 30dengan regulator
m. Melakukan koordinasi dan monitoring
atau
pemenuhan tindak lanjut pelaporan terkait
dan/atau otoritas yang berwenang
8
antara lain PPATK, KPK, BNN, dan Mabes POLRI;
07 monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan kebijakan
n. Melakukan koordinasi,
program APU dan PPT dengan unit kerja terkait;
o. Melakukan review atas semua Produk dan Aktivitas Baru yang akan dikeluarkan
oleh Bank.
p. Memberikan advis atau tanggapan terkait permasalahan dalam penerapan APU dan
PPT yang terjadi di Bank Mandiri;
q. Melakukan koordinasi dan supervisi terhadap unit kerja khusus APU dan PPT di
Cabang termasuk mengajukan usulan pengembangan dan capacity plan UKK APU
dan PPT di Cabang kepada Direktur yang membawahkan fungsi kepatuhan;
r. Mendokumentasikan dan memelihara dokumen terkait APU dan PPT.

Standar Prosedur - Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme II - A - 3


Edisi :3 Berlaku sejak tanggal : 12 September 2017 Diverifikasi oleh :
Revisi ke :0 Tanggal yang digantikan : 10 Juli 2015
BAB - II
ORGANISASI DAN KEWENANGAN

  5. Pelaksanaan APU dan PPT Unit Kerja Terkait


Standar prosedur ini mengatur struktur pelaksanaan APU dan PPT di Bank yang terdiri
dari :
a. Unit Kerja Cabang/Bisnis
Unit Kerja Cabang/Bisnis memiliki kewajiban untuk :
1) Menerapkan program APU dan PPT dalam setiap kegiatan operasionalnya,
antara lain dengan melaksanakan pengenalan Nasabah dengan menjalankan
prinsip Customer Due Diligence (CDD) terhadap Calon Nasabah/Nasabah,
Walk In Customer (WIC) dan/atau Beneficial Owner (BO) dan melakukan
kegiatan CDD yang lebih dalam atau Enhanced Due Diligence (EDD) terhadap
kriteria Calon Nasabah/Nasabah, Walk In Customer (WIC) dan/atau Beneficial
Owner (BO) yang memenuhi kriteria, termasuk terhadap Nasabah Kustodian
dan Bank Koresponden.
2) Sebagai pengelola Customer Information File (CIF) dan rekening Nasabah
(khusus untuk Cabang).
b. Unit Pembina Hubungan dengan Bank Koresponden, dalam penerapan
program APU dan PPT memiliki kewajiban untuk :
28
1)
2)
Melakukan hubungan usaha dengan Bank Koresponden.
Mengelola dan melakukan pengawasan terhadap hubungan koresponden. 8 :
: 5
c. Satuan Kerja Kepatuhan di Unit Kerja
1 0
Satuan Kerja Kepatuhan (SKK) di Unit Kerja yang membantu Direktur / SEVP
1
Bidang dalam melaksanakan Fungsi Kepatuhan. Terkait penerapan program APU7
0
/2
dan PPT di Unit Kerja, tugas dan tanggung jawab SKK di Unit Kerja adalah sebagai
berikut :
0
1 dan memahami ketentuan dan
1) Memastikan bahwa Unit Kerja telah memiliki/
0 dan PPT.
2)
1
peraturan terkait penerapan program APU
- dalam melakukan identifikasi risiko
Memfasilitasi Unit Kerja yang disupervisi
0 5
kepatuhan terkait penerapan program APU dan PPT.
3) 8
Memastikan bahwa Unit Kerja 2 yang disupervisi telah melakukan mitigasi atas
risiko pencucian uang 0dan pendanaan terorisme terhadap aktifitas yang
dilaksanakan. 6 3
4) 7 8 advice terkait penerapan program APU dan PPT.
Memberikan compliance
0 permasalahan APU dan PPT yang bersifat kompleks agar
Dalam hal terdapat
melakukan koordinasi dengan SKK di Kantor Pusat, setelah terlebih dahulu
memberikan pendapat awal atas permasalahan tersebut.
5) Melakukan review terhadap aktifitas transaksi yang terindikasi tidak wajar dan
melaporkannya kepada Kepala Unit Kerja untuk diteruskan kepada SKK di
Kantor Pusat apabila memenuhi kriteria transaksi keuangan mencurigakan.
6) Mengkomunikasikan hasil pelaksanaan tugasnya kepada Direktur Bidang.
7) Memantau, menganalisis, dan merekomendasikan kebutuhan pelatihan APU
dan PPT para pegawai di Unit Kerja kelolaannya kepada Direktur Bidang dan
berkoordinasi dengan SKK di Kantor Pusat dan Satuan Kerja yang membawahi
Pelatihan di Bank Mandiri.

Standar Prosedur - Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme II - A - 4


Edisi :3 Berlaku sejak tanggal : 12 September 2017 Diverifikasi oleh :
Revisi ke :0 Tanggal yang digantikan : 10 Juli 2015
BAB - II
ORGANISASI DAN KEWENANGAN

  8) Melakukan koordinasi dengan SKK di Kantor Pusat dalam pemenuhan


permintaan data/informasi terkait APU dan PPT dari regulator dan/ atau otoritas
yang berwenang.
d. Unit Regional Business Control
Unit Regional Business Control (RBC) sebagai unit kerja di Region yang
menjalankan fungsi, tugas dan tanggung jawab dalam pengendalian internal dan
pengelolaan risiko operasional terkait penerapan program APU dan PPT adalah
sebagai berikut :
1) Memastikan pelaksanaan program APU dan PPT di unit kerja yang disupervisi
telah memadai.
2) Melakukan identifikasi transaksi yang tidak wajar dan melaporkannya kepada
SKK di Kantor Pusat apabila memenuhi kriteria transaksi keuangan
mencurigakan.
3) Melaporkan tindakan yang terindikasi fraud yang dilakukan oleh pegawai atau
mantan pegawai sebagai LTKM kepada SKK Kantor Pusat.
4) Adapun teknis tugas dan tanggung jawab RBC dalam penerapan program APU
dan PPT diatur dalam Petunjuk Teknis Operasional RBC.
28
e. Unit Kerja Khusus APU dan PPT di Cabang
8 :
Unit Kerja Khusus (UKK) APU dan PPT di Cabang dilaksanakan oleh Anti Money
: 5
Laundering Officer (AMLO) yang merupakan bagian dari RBC, bertugas untuk
menjalankan atau mengawasi penerapan program APU dan PPT di wilayah 1 0
7
supervisinya. Adapun fungsi, tugas dan kewenangan AMLO adalah sebagai berikut
1
:
2 0
1)
0 /
Melakukan monitoring penerapan program APU dan PPT di region
/1
supervisinya, untuk memastikan bahwa kebijakan, prosedur, dan ketentuan

dilaksanakan secara efektif. 1 0


lainnya yang terkait penerapan Program APU dan PPT di Kantor Cabang telah

-
05
2) Memastikan bahwa persetujuan penerimaan dan/atau penolakan permohonan

8 2
pembukaan rekening atau transaksi oleh calon Nasabah/WIC yang tergolong
berisiko tinggi diberikan oleh Pimpinan Cabang.
3) 3 0
Memantau proses verifikasi dokumen pendukung pada saat pembukaan
8 6
rekening dan/atau transaksi keuangan terkait dengan pencucian uang dan/atau
7
pendanaan terorisme.
0
4) Mengkoordinasikan dan memantau proses pengkinian data Nasabah dan
memastikan bahwa pengkinian data tersebut sejalan dengan Rencana Kegiatan
Pengkinian Data Nasabah.
5) Menerima laporan transaksi keuangan yang berpotensi mencurigakan dari
Cabang/Unit Kerja terkait, mengidentifikasikan, dan melakukan analisis atas
laporan tersebut, untuk selanjutnya dilaporkan sebagai LTKM kepada SKK di
Kantor Pusat apabila memenuhi kriteria transaksi keuangan mencurigakan
sesuai hasil analisa.
6) Meminta data/dokumen pendukung informasi baik lisan maupun tertulis yang
diperlukan kepada Cabang/Unit Kerja terkait dalam rangka analisa transaksi
keuangan yang terindikasi mencurigakan.

Standar Prosedur - Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme II - A - 5


Edisi :3 Berlaku sejak tanggal : 12 September 2017 Diverifikasi oleh :
Revisi ke :0 Tanggal yang digantikan : 10 Juli 2015
BAB - II
ORGANISASI DAN KEWENANGAN

  7) Memberikan masukan yang terkait dengan penerapan APU dan PPT kepada
pegawai di Kantor Cabang dan/atau UKK APU dan PPT di SKK di Kantor
Pusat.
8) Melakukan koordinasi dengan UKK APU dan PPT di SKK di Kantor Pusat
terkait penerapan program APU dan PPT.
9) Memantau, menganalisis, dan merekomendasikan kebutuhan pelatihan APU
dan PPT para pegawai di Kantor Cabang kepada Pimpinan Cabang setempat
dan berkoordinasi dengan SKK di Kantor Pusat dan Satuan Kerja yang
membawahkan fungsi pelatihan dan pengembangan pegawai.
10) Menerima laporan transaksi keuangan yang berpotensi mencurigakan dari
Cabang/Unit Kerja terkait, mengidentifikasikan, dan melakukan analisis atas
laporan tersebut.
11) Pelaporan penerapan program APU dan PPT di wilayah.
a) Mekanisme pelaporan periodik dari AMLO kepada Compliance Group
diperlukan untuk mengukur performance dan efektifitas AMLO dalam
menerapkan APU PPT di wilayahnya.
b) Laporan dilakukan secara berkala setiap bulan yang selanjutnya akan
dilaporkan Satuan Kerja Kepatuhan di Kantor Pusat kepada Direktur yang
28
Membawahkan Fungsi Kepatuhan dan selanjutnya setiap semester akan
8 :
dilaporkan dalam Laporan Direktur yang Membawahkan Fungsi Kepatuhan
: 5
kepada regulator.
1 0
disupervisinya dan mewakili Unit Pengendali Gratifikasi (UPG) dalam1 7
12) Melakukan koordinasi pengendalian gratifikasi di unit kerja Region/area yang

melaksanakan pengendalian gratifikasi di unit kerjanya.


2 0
0 /
Selanjutnya, apabila AMLO akan dilakukan rotasi, mutasi atau promosi Kepala
/ 1
Satuan Kerja di wilayah wajib memastikan bahwa penggantinya telah mendapatkan
1 0
sertifikasi internal serupa dari SKK di Kantor Pusat sebagai pembina sistem AMLO.
-
f. Unit Kerja Pembina Sistem CIF bertanggungjawab antara lain sebagai berikut :
5
0 bankwide dan memenuhi peraturan
1)
2
Terbentuknya single CIF secara
perundang-undangan yang8berlaku.
2) 3 0 dan perbaikan kualitas data CIF kepada unit
Menyampaikan hasil monitoring
kerja pengelola CIF. 6
7 8 dan verifikasi atas CIF yang diidentifikasi duplikat.
3)
0
Melakukan investigasi
4) Melakukan penggabungan CIF yang duplikat sehingga menjadi single CIF.
5) Menentukan informasi-informasi yang diperlukan dalam single CIF.
6) Menyampaikan usulan kepada UKK APU dan PPT terkait dengan rencana
pengkinian data pada awal tahun dan realisasi pengkinian data pada akhir
tahun berjalan.
g. Person In Charge APU dan PPT
Person In Charge (PIC) APU dan PPT merupakan pegawai yang bertugas dalam
operasional harian Cabang yang ditunjuk oleh Pimpinan Cabang. Untuk cabang
yang terbatas pegawai level pimpinannya, PIC APU dan PPT melekat pada kepala
unit kerjanya atau dirangkap oleh pegawai pimpinan yang merupakan PIC CIF.

Standar Prosedur - Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme II - A - 6


Edisi :3 Berlaku sejak tanggal : 12 September 2017 Diverifikasi oleh :
Revisi ke :0 Tanggal yang digantikan : 10 Juli 2015
BAB - II
ORGANISASI DAN KEWENANGAN

  Tugas pokok PIC APU dan PPT adalah sebagai berikut :


1) Mengkoordinasikan proses pengkinian data Nasabah Unit Bisnis/Cabang dan
memastikan bahwa pengkinian data tersebut sejalan dengan Laporan Rencana
Kegiatan Pengkinian Data yang disusun oleh unit kerja pembina sistem CIF.
2) Memastikan bahwa petugas frontliner cabang telah memahami dan
melaksanakan aktifitas operasional cabang sesuai dengan ketentuan terkait
penerapan program APU dan PPT.
3) Memberikan arahan dan pemahaman kepada pegawai cabang terkait
penerapan program APU dan PPT.
4) Melaporkan indikasi transaksi tidak wajar kepada Pimpinan Cabang untuk
diteruskan kepada RBC/AMLO.
5) Wajib melaporkan nama nasabah yang tergolong PEP Domestik/lokal di
wilayahnya kepada Kantor Pusat Compliance Group AML System Department,
dan mendokumentasikan hasil EDD dengan baik.
h. Unit Internal Control & Compliance (ICC)/Risk, Internal Control & Compliance
(RICC) di Kantor Luar Negeri (KLN)
Unit ICC/RICC memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut :
2 8
1) :
8 APU
Menyusun kebijakan dan prosedur APU dan PPT di Kantor Luar Negeri (KLN)
yang sesuai dengan ketentuan otoritas di negara setempat dan5
dan PPT Kantor Pusat. 0 : Kebijakan

1
oleh sistem monitoring dan pelaporan yang memadai.17
2) Memastikan bahwa penerapan program APU dan PPT di KLN telah didukung

2 0atas risiko pencucian uang


3) Memastikan bahwa KLN telah melakukan mitigasi
dan pendanaan terorisme terhadap aktifitas yang
/
0 dilaksanakan.
4) / 1
Memastikan bahwa pegawai KLN telah0memahami dan mengikuti pelatihan
terkait penerapan program APU dan PPT.
- 1
5) Melakukan koordinasi dengan UKK
program APU dan PPT sesuai 0
5 APU dan PPT di SKK-KP dalam penerapan
meliputi tugas dan tanggung8 2jawab pada butir 1). sampai dengan4).
peraturan yang berlaku di negara setempat yang

6) 0 APU dan PPT sesuai yang berlaku di negara


Melaporkan penerapan3program
6 Luar Negeri beroperasi kepada SKK-KP secara
38
setempat dimana Kantor
berkala minimal7 (tiga) bulan sekali. Pelaporan dimaksud diterima oleh SKK-
0 tanggal 15 Januari bulan berikutnya.
KP paling lambat
i. Unit Pelaksana Tugas APU dan PPT Lainnya
Apabila diperlukan, dengan mempertimbangkan kebutuhan terkait penerapan
program APU dan PPT, Unit Bisnis selain Cabang dapat menunjuk pegawai di Unit
Kerjanya untuk menjalankan fungsi sebagai AMLO dan dilaporkan kepada SKK di
Kantor Pusat.

Standar Prosedur - Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme II - A - 7


Edisi :3 Berlaku sejak tanggal : 12 September 2017 Diverifikasi oleh :
Revisi ke :0 Tanggal yang digantikan : 10 Juli 2015
BAB - II
ORGANISASI DAN KEWENANGAN

  B. KEWENANGAN
1. Kewenangan memutus
Yaitu kewenangan Direksi/Pejabat/Pegawai level tertentu untuk memberikan
keputusan atas suatu aktifitas yang terkait dengan penerapan program APU dan
PPT.
Kewenangan memutus diatur sebagai berikut :

No Deskripsi Kewenangan Kewenangan

1. Memberikan keputusan atas hasil analisa LTKM Nasabah Direktur yang


PEP Asing, Domestik (terbatas), dan Orang yang diberi Membawahkan
kewenangan untuk melakukan fungsi penting oleh Fungsi Kepatuhan
Organisasi Internasional, antara lain direktur, deputi
direktur, dan anggota dewan atau fungsi yang setara.
2. Memutus LTKM : Satuan Kerja
a. Nasabah PEP yang berada di luar kewenangan Kepatuhan di Kantor
Direktur Yang Membawahkan Fungsi Kepatuhan; Pusat
b. Nasabah dengan kategori HRC;
c. Nasabah Reguler dengan tipologi di luar penipuan;
2 8
d. Pelaku fraud internal Bank Mandiri yang telah
8 :
mendapatkan sanksi PHK dan persetujuan dari
Direksi/Pejabat yang berwenang.
0 :5
3. Memutus LTKM : 1 Kepala UKK APU
a. Nasabah reguler khusus tipologi penipuan;
1 7 dan PPT
b. Nasabah reguler dengan status tersangka.
20
4. Memutus Pembatalan LTKM.
0 / Kepala SKK di
/1 Kantor Pusat
5.
1 0
Menetapkan rule/parameter, watch list/black list, dan white Kepala UKK APU
-
list dalam sistem pemantauan transaksi Nasabah. dan PPT

05
6. Memutus pembukaan rekening untuk calon Nasabah yang Kepala

8 2
termasuk dalam kategori area berisiko tinggi. Cabang/Kepala Unit
Kerja /Pejabat yang

3 0 ditunjuk
7.
8 6
Memutus pembukaan rekening Efek yang dianggap
dan/atau diklasifikasikan mempunyai risiko tinggi.
Kepala Unit Layanan
Kustodian Bank

8. 07
Memberikan keputusan pembukaan atau penutupan
hubungan usaha dengan calon Bank Penerima dan/atau
Kepala Unit
International Banking
Bank Penerus dalam rangka Cross Border Correspondent & Financial Institution
Banking
9. Menghentikan atau membatalkan transaksi atau hubungan Unit International
koresponden terhadap Bank Koresponden yang memiliki Banking & Financial
Payable Through Account (PTA). Institution

Catatan :
Dalam hal Direktur yang Membawahkan Fungsi Kepatuhan berhalangan karena cuti,
dinas ataupun berhalangan sakit, maka kewenangan dialihkan kepada pejabat sesuai
SK Penetapan Daftar Direktur Pengganti. Pengaturan terkait pengalihan kewenangan
juga berlaku bagi Pejabat Pemegang Kewenangan, sebagaimana diatur dalam
ketentuan Pejabat Pengganti/Alternate.

Standar Prosedur - Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme II - B - 1


Edisi :3 Berlaku sejak tanggal : 12 September 2017 Diverifikasi oleh :
Revisi ke :0 Tanggal yang digantikan : 10 Juli 2015
BAB - II
ORGANISASI DAN KEWENANGAN

  Pembatasan Kewenangan Memutus LTKM lebih lanjut diatur pada PTO LTKM dan
rincian mengenai PEP disebutkan pada Lampiran 1 A. dan 1 B.

2. Kewenangan Tanda Tangan


Yaitu kewenangan Pejabat/Pegawai level tertentu untuk menandatangani
dokumen Bank terkait penerapan program APU dan PPT.

No Nama Dokumen Kewenangan Keterangan


1. Laporan Rencana dan Direktur yang -
realisasi Kegiatan Membawahkan
Pengikinian Data. Fungsi Kepatuhan
2. Laporan Transaksi Keuangan Kepala Kepada AMLO/SKK di Kantor
Mencurigakan (LTKM). Cabang/Kepala Pusat
Unit Kerja
Kepala Unit RBC Kepada SKK di Kantor Pusat
Kepala KLN Kepada otoritas negara
setempat sesuai ketentuan
yang berlaku bagi KLN
3. Laporan berkala tentang Kepala Unit RBC Kepada Kepala Unit Kerja
28
aktivitas Penerapan Wilayah dengan tindasan
8 :
Program APU dan PPT di
Wilayah : 5
kepada SKK di Kantor Pusat.
Laporan tersebut bisa berisi

1
antara lain :0
Statistik LTKM berdasarkan
1 7metodologi

20 Hambatan atau kendala

0 / dalam penerapan APU dan


PPT di Wilayahnya.
/1 Rencana perbaikan

1 0 Kebutuhan training
- Concern lain yang

05
diperlukan untuk perbaikan
lainnya.
4. Laporan berkala tentang
8 2 Kepala KLN Kepada SKK di Kantor Pusat.

APU dan PPT di KLN.3 0


aktifitas Penerapan Program Laporan
ICC/RICC.
disusun oleh

8 6
7
3. Kewenangan Akses (Access Level)
0
Yaitu Kewenangan pejabat/pegawai
level tertentu pemegang User-Id untuk
mengakses atau mengoperasikan sistem terkait penerapan program APU dan
PPT.

No Deskripsi Kewenangan Kewenangan


1. Mengakses ke seluruh database nasabah dan/atau UKK APU dan PPT
informasi lainnya.
2. Mengakses sistem yang menyajikan LTKM, LTKT dan UKK APU dan PPT
LTKL secara online kepada PPATK

Standar Prosedur - Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme II - B - 2


Edisi :3 Berlaku sejak tanggal : 12 September 2017 Diverifikasi oleh :
Revisi ke :0 Tanggal yang digantikan : 10 Juli 2015
BAB - III
PROSEDUR PELAKSANAAN APU DAN PPT

  A. KETENTUAN UMUM
1. Risiko Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme
Pencucian uang adalah perbuatan menempatkan, mentransfer, membayarkan,
membelanjakan, menghibahkan, menyumbangkan, menitipkan, membawa keluar
negeri, menukarkan, atau perbuatan lainnya atas harta kekayaan yang
diketahuinya atau patut diduga merupakan hasil tindak pidana dengan maksud
untuk menyembunyikan, atau menyamarkan asal usul harta kekayaan sehingga
seolah-olah menjadi harta kekayaan yang sah.
Berdasarkan sifat produk dan jasa yang disediakan, Bank sangat rentan
terhadap kemungkinan digunakan sebagai media pencucian uang dan atau
pendanaan terorisme. Pada industri perbankan tersedia banyak pilihan transaksi
bagi pelaku pencucian uang atau kegiatan terorisme yang memberikan
kesempatan bagi mereka untuk menyamarkan uang hasil kejahatan menjadi
seperti uang halal termasuk transaksi pengiriman uang yang memungkinkan
uang berpindah tempat dalam waktu yang sangat singkat.
Untuk menghindari risiko digunakannya Bank sebagai sarana pencucian uang
dan pendanaan terorisme, seluruh jajaran Bank wajib memahami modus yang
dilakukan.
28
Beberapa modus pencucian uang yang pada umumnya dilakukan oleh para
8 :
pelaku adalah melalui beberapa kegiatan sebagai berikut :
: 5
a. Smurfing, yaitu upaya untuk menghindari pelaporan dengan memecah
transaksi yang dilakukan oleh banyak pelaku 1 0
b. 1 7
Structuring, yaitu upaya untuk menghindari pelaporan dengan memecah
transaksi sehingga jumlah transaksi menjadi lebih kecil
2 0
c. 0 /
U Turn, yaitu upaya untuk mengaburkan asal usul hasil kejahatan dengan
/1
memutarbalikkan transaksi yang kemudian dikembalikan ke rekening
asalnya
1 0
d. -
Cuckoo Smurfing, yaitu upaya mengaburkan asal usul sumber dana

2 05
dengan mengirimkan dana dari hasil kejahatannya melalui rekening pihak
ketiga dari luar negeri dan tidak menyadari bahwa dana yang diterimanya
0 8
tersebut merupakan “proceed of crime”
e. 6 3
Pembelian asset / barang-barang mewah, yaitu menyembunyikan status
8
07
kepemilikan dari asset/barang mewah termasuk pengalihan asset tanpa
terdeteksi oleh sistem keuangan.
f. Pertukaran barang (barter), yaitu menghindari penggunaan dana tunai atau
instrument keuangan sehingga tidak dapat terdeteksi oleh sistem keuangan.
g. Underground banking/Alternative Remmittance Services, yaitu kegiatan
pengiriman uang melalui mekanisme jalur informal yang dilakukan atas
dasar kepercayaan.
h. Penggunaan Pihak Ketiga, yaitu transaksi yang dilakukan dengan
menggunakan identitas pihak ketiga dengan tujuan menghindari
terdeteksinya identitas dari pihak yang sebenarnya merupakan pemilik dana
hasil tindak pidana.

Standar Prosedur - Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme III - A - 1
Edisi :3 Berlaku sejak tanggal : 12 September 2017 Diverifikasi oleh :
Revisi ke :0 Tanggal yang digantikan : 10 Juli 2015
BAB - III
PROSEDUR PELAKSANAAN APU DAN PPT

 
i. Mingling, yaitu mencampurkan dana hasil tindak pidana dengan dana dari
kegiatan usaha yang legal dengan tujuan untuk mengaburkan sumber asal
dananya.
j. Penggunaan identitas palsu, yaitu transaksi yang dilakukan dengan
menggunakan identitas palsu sebagai upaya untuk mempersulit terlacaknya
identitas dan pendeteksian keberadaan pelaku pencucian uang.
Berbeda dengan pencucian uang yang tujuannya untuk menyamarkan asal-usul
harta kekayaan, maka tujuan tindak pidana pendanaan terorisme adalah
membantu kegiatan terorisme, baik dengan harta kekayaan yang merupakan
hasil dari suatu tindak pidana ataupun dari harta kekayaan yang diperoleh secara
sah.
Pendanaan terorisme adalah penggunaan harta kekayaan secara langsung atau
tidak langsung untuk kegiatan terorisme. Pendanaan terorisme pada dasarnya
merupakan jenis tindak pidana yang berbeda dari Tindak Pidana Pencucian
Uang (TPPU), namun demikian, keduanya mengandung kesamaan, yaitu
menggunakan jasa keuangan sebagai sarana untuk melakukan suatu tindak
pidana.
2. Area Berisiko Tinggi
: 28
Dalam mengelompokan area berisiko tinggi, Bank berpedoman pada
yang dikeluarkan oleh otoritas berwenang atau yang telah menjadi : 58international
ketentuan

best practice.
10
a. Produk dan Jasa Berisiko Tinggi
1 7
Karakteristik dari high risk product dan high risk 0
/ 2 services adalah produk/jasa
yang ditawarkan kepada Nasabah yang mudah
1 0 dipindah-pindahkan dari satu
dikonversikan menjadi kas
atau setara kas, atau yang dananya mudah
/
yurisdiksi ke yurisdiksi lainnya dengan0maksud mengaburkan asal usul dana
tersebut.
- 1
Sejumlah produk dan jasa yang
0 5 berisiko tinggi yang perlu mendapatkan

Lampiran 1.C. 8 2
perhatian (awareness) bagi unit kerja pemilik produk dan jasa sesuai

3 0 Tinggi (High Risk Customer)


b. Nasabah PEPs dan Berisiko
8 6Expose Persons dan yang termasuk kategori berisiko
07dalam Lampiran 1.A. dan 1.B.
Nasabah Politically
tinggi tercantum
c. Usaha Berisiko Tinggi
Usaha dan profesi yang sering menjadi sarana untuk melakukan pencucian
uang dan pendanaan terorisme terdapat pada Lampiran 1.D.
d. Transaksi yang terkait dengan Negara Lain yang Berisiko Tinggi
Lingkungan internasional yang hampir tidak lagi memiliki batas (borderless),
memudahkan lalu lintas orang, modal dan informasi yang semakin cepat dan
sulit terdeteksi. Hal ini menyebabkan meningkatnya pula kejahatan yang
sifatnya “transnational”. Dengan demikian, penting bagi suatu negara dan
institusi keuangannya untuk mengetahui posisi dan status suatu negara terkait
dengan tingkat kejahatannya.

Standar Prosedur - Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme III - A - 2
Edisi :3 Berlaku sejak tanggal : 12 September 2017 Diverifikasi oleh :
Revisi ke :0 Tanggal yang digantikan : 10 Juli 2015
BAB - III
PROSEDUR PELAKSANAAN APU DAN PPT

Contoh negara yang berisiko tinggi adalah :


1) Negara yang pelaksanaan rekomendasi FATF (Financial Action Task
Force on Anti Money Laundering) diidentifikasikan belum memadai;
2) Termasuk dalam daftar FATF statement;
3) Diketahui secara luas sebagai tempat penghasil dan pusat perdagangan
narkoba;
4) Dikenal secara luas menerapkan banking secrecy laws yang ketat;
5) Dikenal sebagai tax haven antara lain berdasarkan data terkini dari
Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD).
Adapun negara/wilayah yang tergolong tax haven antara lain
sebagaimana disebutkan dalam ketentuan yang berlaku sebagai berikut :

Aruba Cook Islands Malta San Marino

Anguilla Cyprus Marshall Islands Seychelles

2 8
Antigua and
Barbuda
Dominica Mauritius
:
St. Lucia
8
: 5
Bermuda Gibraltar Montserrat

1 0 St. Kitts & Nevis

St. Vincent and the

17
Bahamas Grenada Niue
Grenadines

Bahrain Guernsey
2
Nauru 0 Turks & Caicos Islands

Belize Isle of Man


10/
Netherlands Antilles US Virgin Islands

0 /
-1
British Virgin
Jersey Samoa Vanuatu
Islands

0 5
Liberia Panama Cayman Islands

8 2
6) Dikenal memiliki tingkat korupsi yang tinggi berdasarkan Transparency
3 0
International Corruption Perception Index;
7) 8 6
Dianggap merupakan sumber kegiatan terorisme, seperti yang
0 7
diidentifikasikan oleh Office of Foreign Asset Control (OFAC);
8) Terkena sanksi, embargo atau yang serupa; misalnya sanksi dari PBB;
9) Negara yang memiliki tingkat tata kelola (good governance) yang rendah
sebagaimana ditentukan oleh World Bank;
10) Negara yang termasuk dalam Daftar Non-Cooperative Countries
Territories (NCCT).
Kriteria negara-negara yang sering menjadi sarana untuk melakukan pencucian
uang dan pendanaan terorisme terdapat pada Lampiran 1.E.

Standar Prosedur - Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme III - A - 3
Edisi :3 Berlaku sejak tanggal : 12 September 2017 Diverifikasi oleh :
Revisi ke :0 Tanggal yang digantikan : 10 Juli 2015
BAB - III
PROSEDUR PELAKSANAAN APU DAN PPT

3. Deteksi Transaksi Keuangan Mencurigakan


Untuk mendeteksi adanya suatu transaksi yang tidak biasa, yang perlu
diperhatikan adalah hal-hal sebagai berikut :
a. Pada waktu pembukaan rekening.
Kegiatan ini dilakukan untuk mendeteksi ada tidaknya pembukaan rekening
yang berpotensi mencurigakan (suspicious account).
Secara umum, calon Nasabah yang beritikad baik dapat bekerjasama
dengan pegawai Bank dengan memberikan keterangan dan informasi
mengenai dirinya secara jujur. Sebaliknya, calon Nasabah yang mempunyai
hubungan dengan sesuatu yang illegal akan mencoba untuk menutupi
profilnya.
Oleh karena itu, diperlukan ketelitian dan pengalaman yang cukup untuk
dapat memperoleh informasi calon Nasabah yang lengkap, akurat dan up to
date. Kegiatan ini sangat penting karena Bank dapat memutuskan apakah
akan melanjutkan atau menghentikan proses pembukaan rekening,
memelihara hubungan rekening dengan Nasabah atau bahkan mengakhiri
28
hubungan dengan Nasabah. Apabila motif calon Nasabah tampak
8 :
meragukan dan cenderung menutup-nutupi informasi atau tidak terbuka,
: 5
maka Bank dapat menolak untuk membuka rekening. Demikian juga apabila
rekening Nasabah sudah terlanjur dibuka, dan kemudian hari setelah 1 0
1 7
melakukan verifikasi ditemukan adanya informasi yang tidak valid dan palsu,
maka Cabang dapat menutup rekening Nasabah.
20
0 /
Mengingat pentingnya tahapan ini, maka Standar Prosedur ini mengatur hal
hal sebagai berikut :
/1
1) Pejabat/Petugas yang bertanggung jawab
1 0
-
Pejabat Bank yang bertanggung jawab dalam tahap pembukaan

2 05
rekening adalah petugas / pejabat Front Liners yaitu :
a) Customer Service Representatives
8
b) Customer Service Officers atau Relationship Manager
0
3
c) Kepala Cabang atau Kepala Unit Kerja
6
2)
8
Kewajiban melakukan verifikasi dokumen

07
Petugas/pejabat tersebut di atas wajib meminta dokumen dan informasi
dari Nasabah serta melakukan verifikasi terhadap dokumen pendukung
dan informasi dengan sumber lainnya yang dapat dipercaya,
independen serta memastikan bahwa data tersebut adalah data terkini.
Permintaan dokumen pendukung dan informasi dimaksud juga
dilakukan atas pihak lain, apabila Nasabah bertindak untuk dan atas
nama pihak lain.
b. Pada waktu transaksi dilakukan
Kegiatan ini dilakukan dengan cara mengevaluasi karakteristik transaksi
Nasabah. Membandingkan karakteristik transaksi dengan profil Nasabah
adalah satu cara untuk meyakinkan Bank bahwa tidak ada indikasi Nasabah
melakukan tindak pidana pencucian uang atau pendanaan terorisme.

Standar Prosedur - Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme III - A - 4
Edisi :3 Berlaku sejak tanggal : 12 September 2017 Diverifikasi oleh :
Revisi ke :0 Tanggal yang digantikan : 10 Juli 2015
BAB - III
PROSEDUR PELAKSANAAN APU DAN PPT

4. Pengelompokkan Nasabah Berdasarkan Risk Based Approach


Bank telah memiliki system RBA yang mampu melakukan penilaian tingkat risiko
Nasabah berdasarkan profil yang tercatat dalam sistem.
Hal-hal pokok yang diatur dalam penerapan RBA adalah sebagai berikut :
a. Profil risiko ditetapkan berdasarkan analisis terhadap hal-hal sebagai
berikut :
1) Identitas Nasabah
a) Nasabah menyerahkan identitas lebih dari satu dan antara informasi
dokumen identitas yang satu dengan yang lain sama dan akurat
b) Nasabah menyerahkan identitas lebih dari satu dan antara informasi
dokumen identitas yang satu dengan yang lain tidak sama.
c) Nasabah tidak memiliki identitas atau identitas masih sementara.
d) Jangka waktu identitas calon Nasabah sudah habis atau hampir
28
habis masa berlakunya.
8 :
e) Domisili Nasabah tidak sesuai dengan identitasnya.
0 :5
f) Dokumen pendukung untuk Nasabah Perusahaan 1 belum lengkap.
2) Lokasi usaha bagi Nasabah Perusahaan 1 7
2 0terletak di daerah rawan
a) Lokasi usaha Nasabah Perusahaan
0 /
kejahatan seperti kejahatan penyelundupan atau produk ilegal.
/ 1
b) Lokasi usaha Nasabah Perusahaan
1 0
ditetapkan berisiko tinggi oleh lembaga
berada di yuridiksi yang
atau badan internasional.
-
haven. 0 5
c) Perusahan yang didirikan di negara atau wilayah yang tergolong tax

8 2
3) Profil Nasabah
3 0memiliki pendapatan tetap.
6 Nasabah PEP atau memiliki hubungan dengan PEP.
a) Nasabah tidak
8
7
b) Merupakan
0
c) Pegawai Instansi Pemerintah yang terkait dengan pelayanan publik.
d) Aparat Penegak Hukum.
e) Orang-orang yang melakukan jenis-jenis kegiatan atau sektor usaha
yang rentan terhadap pencucian uang.
4) Jumlah dan Frekuensi transaksi
a) Pada saat pembukaan rekening, Nasabah melakukan transaksi
dengan nilai besar atau signifikan namun informasi mengenai
sumber dana dan tujuan transaksi tidak sesuai dengan profil
ataupun tujuan pembukaan rekening.

Standar Prosedur - Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme III - A - 5
Edisi :3 Berlaku sejak tanggal : 12 September 2017 Diverifikasi oleh :
Revisi ke :0 Tanggal yang digantikan : 10 Juli 2015
BAB - III
PROSEDUR PELAKSANAAN APU DAN PPT

  b) Nasabah melakukan setoran awal dalam nilai kecil kemudian ditarik


pada hari yang sama dengan menyisakan saldo minimal.
c) Nasabah membuka beberapa rekening dan terjadi mutasi antar
rekening dengan frekuensi yang sangat tinggi.
d) Transaksi tunai dalam jumlah besar.
5) Kegiatan usaha Nasabah
a) Kegiatan usaha yang menyediakan jasa pengiriman uang.
b) Kegiatan usaha yang berbasis uang tunai seperti minimarket, jasa
pengelolaan parkir, rumah makan, Stasiun Pengisian Bahan Bakar
Umum (SPBU), pedagang isi pulsa.
c) Kegiatan usaha yang memasarkan produknya melalui internet.
d) Perusahaan perdagangan ekspor/impor.
e) Advokat, akuntan atau konsultan keuangan; atau
f) Kegiatan usaha multi level marketing.
6) Struktur Kepemilikan bagi Nasabah Perusahaan
a) Struktur kepemilikan Perusahaan yang kompleks sehingga akses
28
untuk mendapatkan informasi terbatas;
8 :
b) Komposisi pemilik Perusahaan sebagian besar merupakan warga : 5
negara asing;
1 0
c) 7
Terdapat Beneficial Owner yang mengendalikan Perusahaan;
1
d) Terdapat pemberitaan negatif dalam0 media massa mengenai
Beneficial Owner Perusahaan dimaksud,
0 /2 sehingga mengakibatkan
tingkat risiko Perusahaan menjadi
/ 1 tinggi; atau
e) Perusahaan yang didirikan 0dan/atau dimiliki oleh badan hukum
- 1
berdasarkan hukum di negara-negara tax haven (dimana informasi
kepemilikan Ultimate 5 Beneficial Owner sulit diperoleh) atau apabila

2 0(sehingga
kepemilikan Perusahaan tersebut didasarkan pada saham dalam
bentuk atas unjuk
mudah terjadi).0 8 perubahan pemegang saham sangat

3
7)
86 kriteria dari faktor dengan tingkat risiko tinggi, antara
Produk dan jasa
Beberapa7contoh
lain : 0
a) Layanan Nasabah Prima;
b) Kartu Kredit;
c) Kustodian (custodian);
d) Safe deposit box;
e) Kegiatan usaha penukaran valuta asing;
f) Penitipan dengan pengelolaan (trust);
g) Letter of credit (L/C); dan/atau
h) Penerimaan pembayaran dengan jumlah yang signifikan dalam
bentuk tunai, wesel atau cek tunai

Standar Prosedur - Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme III - A - 6
Edisi :3 Berlaku sejak tanggal : 12 September 2017 Diverifikasi oleh :
Revisi ke :0 Tanggal yang digantikan : 10 Juli 2015
BAB - III
PROSEDUR PELAKSANAAN APU DAN PPT

  8) Jaringan distribusi (delivery channels)


Merupakan sarana yang digunakan Nasabah untuk memperoleh suatu
produk atau jasa, maupun untuk melakukan suatu transaksi. Contoh
kriteria dari faktor ini antara lain layanan perbankan elektronik
(electronic banking) seperti internet banking, mobile banking, Short
Message Service (SMS), Electronic Data Capture (EDC), dan
Automated Teller Machine (ATM).

9) Informasi lainnya yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat risiko


Nasabah
b. Pokok pokok pengelompokan Nasabah berdasaran RBA adalah sebagai
berikut :
Tingkat risiko Nasabah terdiri dari 3 (tiga) tingkat yaitu risiko rendah,
menengah dan tinggi.
a) Untuk Nasabah risiko rendah dapat dilakukan Customer Due
Dilligence (CDD) - Uji Tuntas Nasabah sederhana.
b) Untuk Nasabah risiko menengah diberikan CDD reguler.

28
c) Untuk Nasabah risiko tinggi wajib diberlakukan Enhanced Due
Dilligence (EDD) - Uji Tuntas Lanjut.
:
c. Sejalan dengan penerapan RBA, maka setiap pembukaan rekening
dilakukan oleh calon Nasabah yang termasuk dalam kategori : 58area berisiko
yang

1 0 misalnya di
tinggi wajib disetujui oleh pimpinan unit kerja operasional,

yang ditunjuk oleh Group Head. 1 7


cabang oleh Kepala Cabang, di Kantor Pusat oleh Group Head atau pejabat

/
Sehubungan dengan area berisiko tinggi tersebut20 di atas, Cabang/Unit Kerja
/ 10
wajib meneliti adanya Nasabah dan/atau Beneficial Owner yang memenuhi
kriteria berisiko tinggi tersebut dan mendokumentasikannya dalam daftar
1 0
tersendiri. Ketentuan terkait penerapan RBA diatur dalam Petunjuk Teknis
Operasional RBA APU dan PPT. -

0 5
8 2
3 0
8 6
07

Standar Prosedur - Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme III - A - 7
Edisi :3 Berlaku sejak tanggal : 12 September 2017 Diverifikasi oleh :
Revisi ke :0 Tanggal yang digantikan : 10 Juli 2015
BAB - III
PROSEDUR PELAKSANAAN APU DAN PPT

 
B. PROSEDUR PENERIMAAN, IDENTIFIKASI DAN VERIFIKASI
1. Customer Due Dilligence (CDD) - Uji Tuntas Nasabah
Merupakan kegiatan berupa identifikasi, verifikasi, dan pemantauan yang
dilakukan Bank untuk memastikan transaksi sesuai dengan profil, karakteristik,
dan/atau pola transaksi Calon Nasabah, Nasabah atau WIC.
a. Ketentuan Umum CDD
1) Prosedur CDD dilakukan pada saat :
a) Melakukan hubungan dengan calon Nasabah.
b) Melakukan hubungan Usaha dengan Walk in Customers (WIC).
2) Terhadap nasabah akan dilakukan CDD ulang apabila terjadi hal-hal
sebagai berikut :
a) Terdapat peningkatan nilai transaksi yang signifikan.
b) Terdapat perubahan profil Nasabah yang bersifat signifikan.
c) Informasi Nasabah yang tersedia dalam CIF belum lengkap atau
28
belum sesuai dengan informasi yang dipersyaratkan atau terdapat
informasi meragukan yang diberikan Nasabah, penerima kuasa 8 :
atau Beneficial Owner.
0 :5
d) Terdapat transaksi keuangan yang tidak 1 terkait
wajar
dengan
7
pencucian uang, pendanaan terorisme, korupsi dan tindak pidana
1
lainnya misal Narkotika.
0
e)
0 /2
Adanya indikasi rekening yang menggunakan nama fiktif.
3) Setelah dilakukan CDD kepada / 1 Nasabah, maka Bank akan
1 0 3 (tiga) kategori risiko Nasabah
mengklasifikasikan nasabah ke dalam
- (RBA), yaitu Low Risk, Medium Risk
berdasarkan Risk Based Approach
dan High Risk.
0 5
Prosedur tersebut dilakukan
8 2 untuk mendapatkan informasi yang terkini
3 0 yang dilakukan.
mengenai profil Nasabah
Nasabah dengan transaksi
sehingga dapat dipastikan kesesuaian antara profil

b. Penerimaan dan 8 6
Identifikasi Nasabah
07 wajib diidentifikasi dan diklasifikasikan ke dalam kelompok:
Calon Nasabah
Perorangan (natural person),
Korporasi (Perusahaan), dan
Perikatan Lainnya (legal arrangements) sebelum diterima sebagai
nasabah bank. Contoh Perikatan Lainnya (legal arrangements)
adalah trustee.
Dalam hal calon Nasabah adalah Nasabah Korporasi maka identifikasi juga
dilakukan kepada pengurus Perusahaan atau pihak pengendali selaku
Beneficial Owner.

Standar Prosedur - Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme III - B - 1
Edisi :3 Berlaku sejak tanggal : 12 September 2017 Diverifikasi oleh :
Revisi ke :0 Tanggal yang digantikan : 10 Juli 2015
BAB - III
PROSEDUR PELAKSANAAN APU DAN PPT

  1) CDD Sederhana
a) Untuk kepentingan bisnis tertentu Unit Bisnis dapat menerapkan
prosedur CDD sederhana terhadap calon Nasabah atau transaksi
yang tingkat risiko pencucian uang atau pendanaan terorisme
tergolong rendah dan memenuhi salah satu kriteria sebagai berikut :
(1) Tujuan pembukaan rekening hanya untuk pembayaran atau
penerimaan gaji.
(2) Calon Nasabah berupa emiten atau Perusahaan publik
(Perusahaan yang terdaftar pada bursa efek) yang tunduk
pada ketentuan peraturan perundang-undangan tentang
kewajiban untuk mengungkapkan kinerjanya;
(3) Calon Nasabah Perusahaan yang mayoritas sahamnya
dimiliki oleh Pemerintah.
(4) Calon Nasabah berupa Lembaga Negara atau Instansi
Pemerintah.
(5) Tujuan pembukaan rekening terkait dengan program
pemerintah dalam rangka peningkatan kesejahteraan
masyarakat dan pengentasan kemiskinan.
(6) Calon Nasabah yang berdasarkan penilaian risiko terjadinya 28
Pencucian Uang dan/atau Pendanaan Terorisme tergolong
8 :
rendah dan memenuhi kriteria Calon Nasabah dengan profil
: 5
dan karakteristik sederhana.
1 0
b)
7
Informasi dan dokumen pendukung yang wajib diminta terhadap
1
calon Nasabah perorangan dengan tujuan pembukaan rekening
2 0
untuk penerimaan gaji (CDD sederhana) terdiri dari :
0 /
1
0/
Dokumen
No Informasi

-1
Pendukung

a. Nama lengkap termasuk nama alias KTP Elektronik


apabila ada
2 05
b. 8
Nomor dokumen identitas
0
Spesimen tanda

c. 6 3
Alamat tempat tinggal sesuai dokumen
tangan

8
identitas
07Alamat tempat tinggal lain apabila ada
d.

e. Tempat dan tanggal lahir

c) Informasi dan dokumen pendukung yang wajib diminta terhadap


calon Nasabah Perusahaan, Lembaga Negara, atau Instansi
Pemerintah :
(1) Dengan tujuan pembukaan rekening untuk pembayaran gaji;
atau
(2) Merupakan emiten atau Perusahaan publik, Perusahaan yang
mayoritas sahamnya dimiliki oleh Pemerintah, atau merupakan
Lembaga Negara/Instansi Pemerintah, terdiri dari :

Standar Prosedur - Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme III - B - 2
Edisi :3 Berlaku sejak tanggal : 12 September 2017 Diverifikasi oleh :
Revisi ke :0 Tanggal yang digantikan : 10 Juli 2015
BAB - III
PROSEDUR PELAKSANAAN APU DAN PPT

No Dokumen Pendukung
Calon Nasabah Perusahaan
(selain Bank) Lembaga
Informasi Negara/
Bukan Usaha
Usaha Mikro Instansi
Mikro dan
dan Usaha Kecil Pemerintah
Usaha Kecil
a. Nama Dokumen Dokumen Surat
Perusahaan identitas identitas penunjukan
Perusahaan ; Perusahaan ; bagi pihak
- NPWP - NPWP berwenang
- Surat Ijin - Surat Ijin mewakili
Tempat Usaha Tempat dalam
- TDP (Tanda Usaha melakukan
Daftar - TDP (Tanda hubungan
Perusahaan) Daftar usaha dengan
- Surat Ijin dari Perusahaan) Bank
Instansi yang - Surat Ijin dari
berwenang Instansi yang
28
sesuai bidang berwenang
8 :
usahanya sesuai bidang
usahanya : 5
1 0
1 7
b. Alamat Spesimen tanda
2 0Dokumen Spesimen
kedudukan tangan dan
kuasa kepada
1 0/ identitas
anggota Direksi
tanda tangan

0
pihak yang/ yang berwenang

-1
ditunjuk mewakili
mempunyai Perusahaan

0 5 wewenang dalam

8 2 bertindak untuk
dan atas nama
melakukan
hubungan usaha

3 0 Perusahaan dengan Bank

8 6 dalam melakukan
hubungan usaha

0 7 dengan Bank

d) Informasi dan dokumen pendukung yang wajib diminta terhadap WIC


Perusahaan yang akan melakukan transaksi pencairan cek terdiri dari :

Standar Prosedur - Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme III - B - 3
Edisi :3 Berlaku sejak tanggal : 12 September 2017 Diverifikasi oleh :
Revisi ke :0 Tanggal yang digantikan : 10 Juli 2015
BAB - III
PROSEDUR PELAKSANAAN APU DAN PPT

  Dokumen Pendukung WIC Perusahaan


Informasi Usaha Mikro dan Usaha Bukan Usaha Mikro dan
Kecil Usaha Kecil
a. Nama Dokumen identitas Dokumen identitas
Perusahaan Perusahaan Perusahaan
b. Alamat kedudukan Spesimen tanda tangan Dokumen identitas anggota
Direksi yang berwenang
mewakili Perusahaan dalam
melakukan hubungan usaha
dengan Bank

e) Informasi dan dokumen pendukung yang wajib diminta terhadap Calon


Nasabah perorangan dengan tujuan pembukaan rekening terkait
dengan program Pemerintah, meliputi informasi dan dokumen
pendukung calon Nasabah sebagai berikut:

Informasi Dokumen Pendukung


a. Nama lengkap termasuk nama Dokumen identitas antara lain:
alias apabila ada
a. KTP Elektronik;
b. passport/Kartu Keluarga/ Akta
Kelahiran;
: 28
5 8
c. dokumen identitas dan surat referensi
dari Nasabah lain yang mengenal profil
Calon Nasabah;
0 :
1
d. surat referensi dari Kelurahan atau

1 7
Kepala Desa dimana Calon Nasabah
berdomisili yang mencantumkan foto

2 0
diri; atau

0 /
e. kartu tanda pelajar bagi Calon Nasabah

/1 Perorangan yang belum memenuhi

1 0 syarat untuk memiliki KTP yang disertai


dengan dokumen identitas dan surat
- persetujuan dari orangtua atau pihak

05
lain yang bertanggungjawab terhadap
Calon Nasabah tersebut.
b.
8 2
Alamat tempat tinggal sesuai Spesimen tanda tangan
0
dengan dokumen lain yang
3
8 6
digunakan sebagai pengganti
dokumen identitas

07
c.
d.
Tempat dan tanggal lahir
Pekerjaan

f) Terhadap Nasabah yang mendapat perlakuan CDD sederhana,


wajib didokumentasikan dalam suatu daftar yang antara lain
memuat informasi mengenai alasan penetapan risiko sehingga
digolongkan sebagai risiko rendah.
2) CDD reguler
a) Prosedur ini dilakukan terhadap calon Nasabah atau transaksi yang
tingkat risiko pencucian uang atau pendanaan terorisme tergolong
medium. Adapun informasi yang perlu diminta dari calon Nasabah
yang telah dikelompokkan, terdiri dari :

Standar Prosedur - Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme III - B - 4
Edisi :3 Berlaku sejak tanggal : 12 September 2017 Diverifikasi oleh :
Revisi ke :0 Tanggal yang digantikan : 10 Juli 2015
BAB - III
PROSEDUR PELAKSANAAN APU DAN PPT

  Lembaga Negara,
Instansi
Perusahaan Pemerintah,
Yayasan/
Perorangan (termasuk lembaga
Perkumpulan
Bank) internasional,
perwakilan negara
asing
a. Nama lengkap Nama Nama yayasan/ Nama Lembaga
termasuk alias. Perusahaan perkumpulan Negara, Instansi
Pemerintah,
lembaga
internasional,
perwakilan negara
asing
b Nomor dokumen Nomor izin Nomor izin bidang Alamat kedudukan
. identitas usaha dari kegiatan/usaha
instansi yang (termasuk bidang
berwenang kegiatan/usaha) atau
Bidang usaha tujuan yayasan atau
nomor bukti pendaftaran
2 8
pada instansi yang
8 :
berwenang,
: 5
c. Alamat tempat tinggal
yang sesuai dengan
Alamat
kedudukan
Alamat kedudukan

1 0
d
dokumen identitas
Alamat tempat tinggal Tempat dan 1 7
Tempat dan tanggal
. lain apabila ada tanggal pendirian
20
pendirian
0 /
1
0/
e Tempat dan tanggal Bentuk badan Bentuk badan hukum
. lahir hukum
f. Nama Ibu Kandung Nama
-1 Nama pendiri

0 5
Pemegang
saham dan
perkumpulan

8 2
Pengurus
g Kewarganegaraan
3 0 Identitas Identitas Beneficial
.

8 6 Beneficial
Owner apabila
Owner apabila memiliki

h 0
Sumber dana
7 memiliki
Sumber dana Sumber dana
.
i. Jenis kelamin Maksud dan Maksud dan tujuan
tujuan hubungan usaha
hubungan
usaha
j. Status perkawinan Informasi lain Informasi lain
k. Identitas Beneficial
Owner apabila ada
l. Pekerjaan (nama
Perusahaan/institusi,
alamat Perusahaan
/institusi, dan jabatan)

Standar Prosedur - Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme III - B - 5
Edisi :3 Berlaku sejak tanggal : 12 September 2017 Diverifikasi oleh :
Revisi ke :0 Tanggal yang digantikan : 10 Juli 2015
BAB - III
PROSEDUR PELAKSANAAN APU DAN PPT

Lembaga Negara,
Instansi Pemerintah,
  Perusahaan
Yayasan/ lembaga
Perorangan (termasuk
Perkumpulan internasional,
Bank)
perwakilan negara
asing
m. Perkiraan nilai Informasi lain Informasi lain Alamat kedudukan
transaksi
dalam 1 tahun
n. Rata-rata
penghasilan
o. Maksud dan
tujuan
hubungan
usaha
p. Nomor NPWP
q. Informasi lain

b) Terhadap calon Nasabah WNI, untuk memudahkan bagi frontliner


ataupun PIC APU dan PPT di Cabang dalam melaksanakan
verifikasi terhadap validitas identitas (KTP) calon Nasabah, maka
KTP calon Nasabah yang dapat diterima dalam proses pembukaan
rekening adalah KTP Elektronik yang telah memiliki Nomor Induk
28
Kependudukan (NIK).
8 :
Apabila KTP Elektronik masih dalam proses pengurusan, maka : 5
Nasabah wajib menyerahkan Surat Keterangan (SUKET) dari
1 0
Kecamatan dimana Nasabah berdomisili.
1 7
0
Dalam hal terdapat keraguan atas validitas KTP, maka wajib
2
0 /
dimintakan dokumen pendukung lainnya terkait dengan identitas
calon Nasabah WNI, misalnya Kartu Keluarga atau Akta Kelahiran
atau Passpor. / 1
3)
0
Enhanced Due Diligence (EDD)1– Uji Tuntas Lanjut
-
EDD adalah tindakan CDD
saat berhubungan dengan
5 lebih mendalam yang dilakukan Bank pada
0termasuk
calon Nasabah, WIC, atau Nasabah yang
8 2
tergolong berisiko tinggi, Politically Exposed Persons (PEPs),

3 0
terhadap kemungkinan pencucian uang atau pendanaan terorisme.
6
berikut : 78
Calon Nasabah/Nasabah yang tergolong berisiko tinggi adalah sebagai

0
a) PEP dan Pihak Terkait PEP :
1) PEP meliputi :
PEP Asing, yaitu orang yang diberi kewenangan untuk
melakukan fungsi penting (prominent function) oleh negara
lain (asing).
PEP Domestik, yaitu orang yang diberi kewenangan untuk
melakukan fungsi penting (prominent function) oleh negara.
Orang yang diberi kewenangan untuk melakukan fungsi
penting (prominent function) oleh organisasi internasional.
Rincian PEP tercantum pada Lampiran 1.A. dan 1.B.

Standar Prosedur - Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme III - B - 6
Edisi : 2 Berlaku sejak tanggal : 10 Juli 2015 Diverifikasi oleh :
Revisi ke : 1 Tanggal yang digantikan : 20 Juni 2013
BAB - III
PROSEDUR PELAKSANAAN APU DAN PPT

  b) Pihak terkait PEP, yaitu :


(1) Perusahaan yang dimiliki atau dikelola oleh PEP;
(2) Anggota keluarga PEP sampai dengan derajat kedua; dan/atau
(3) Pihak-pihak yang secara umum dan diketahui publik
mempunyai hubungan dekat dengan PEP.
c) Nasabah yang menggunakan produk dan jasa bank yang menurut
analisa Bank berisiko tinggi.
d) Nasabah yang melakukan transaksi dengan pihak yang berasal dari
Negara Berisiko Tinggi.
e) Calon Nasabah, Nasabah, BO/WIC dengan bidang usaha berisiko
tinggi.
f) Negara / territorial asal, domisili atau dilakukannya transaksi Calon
Nasabah, BO / WIC termasuk High Risk Countries.
g) Calon Nasabah, Nasabah, BO/WIC, yang namanya tercantum dalam
daftar terduga teroris dan organisasi teroris.
Unit Bisnis/Cabang wajib memastikan bahwa sumber dana dan tujuan
28
transaksi atau tujuan pembukaan rekening dapat diyakini kewajarannya,
termasuk namun tidak terbatas pada informasi mengenai pekerjaan dan 8 :
jumlah penghasilan Nasabah. Apabila Unit Bisnis/Cabang tidak dapat : 5
meyakini kewajaran aktifitas calon Nasabah/Nasabah, maka Cabang
1 0
Keuangan Mencurigakan (TKM). 1 7
wajib menolak transaksi tersebut dan melaporkannya sebagai Transaksi

20
0 /
Setiap pembukaan rekening yang dilakukan oleh calon Nasabah yang
termasuk dalam kategori berisiko tinggi wajib disetujui oleh Kepala Unit
Kerja. /1
c. Permintaan Dokumen Pendukung 1 0
-
05
Permintaan informasi Nasabah dalam proses pembukaan rekening wajib

8 2
didukung dengan dokumen identitas yang masih berlaku. Rincian mengenai
dokumen calon Nasabah yang harus diminta oleh Petugas Bank adalah
sebagai berikut :
3 0
1)
8 6
Nasabah Perorangan
a)
07
Warga Negara Indonesia (WNI) :
(1) Passport/Kartu Keluarga/Akta Kelahiran yang sah dan masih
berlaku.
Pembukaan rekening dengan menggunakan Identitas Luar
Wilayah (diterbitkan oleh Pemerintah Daerah/Instansi di luar
wilayah operasional Kantor Cabang, kecuali untuk Identitas
Jabodetabek) harus dilampiri dengan dokumen pendukung
yang diterbitkan oleh institusi terkait yang beroperasi di wilayah
yang sama dengan wilayah kerja kantor Cabang.
(2) Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
NPWP wajib diberlakukan terhadap :

Standar Prosedur - Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme III - B - 7
Edisi :3 Berlaku sejak tanggal : 12 September 2017 Diverifikasi oleh :
Revisi ke :0 Tanggal yang digantikan : 10 Juli 2015
BAB - III
PROSEDUR PELAKSANAAN APU DAN PPT

  a. Calon Nasabah atau Nasabah yang berdasarkan undang-


undang wajib memiliki NPWP;
b. Dalam hal Calon Nasabah atau Nasabah tidak memiliki
NPWP, maka wajib memberikan pernyataan bahwa :
- Belum memiliki NPWP, atau
- Berdasarkan undang-undang tidak diwajibkan memiliki
NPWP,
sebagaimana tertuang dalam formulir Aplikasi Pembukaan
Rekening.
b) Warga Negara Asing (WNA)
Calon Nasabah menyerahkan fotokopi dokumen dengan
memperlihatkan aslinya, yaitu :
(1) Paspor disertai Visa Dinas dan Ijin Kerja Tenaga Asing dari
Kementerian atau institusi terkait, atau
(2) Paspor disertai Kartu Ijin Menetap Sementara (KIMS) atau
Kartu Ijin Tinggal Terbatas (KITAS) atau Kartu Ijin Tinggal
Tetap (KITAP),atau
28
(3) NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak), atau
8 :
(4) Tax Identification Number (TIN) untuk pertukaran informasi di: 5
bidang pepajakan.
1 0
7
Khusus untuk WNA yang berasal dari negara yang tergolong
1
0
sebagai High Risk Countries yang akan disampaikan oleh SKK di
2
0 /
Kantor Pusat, mengingat banyak melakukan penyalahgunaan
rekening dengan modus fraudulent transfer, maka pembukaan
/1
rekening oleh Nasabah ini perlu diatur secara lebih ketat, dengan
1 0
meminta persyaratan tambahan sebagai berikut :
-
(1) Konfirmasi kebenaran Paspor dan KIMS/KITAS Nasabah
05
kepada Kantor Imigrasi.
2
0 8
(2) Referensi dari Perusahaan pemberi kerja/mitra bisnisnya atau
dari pihak lain yang dapat diyakini kebenarannya.
6 3
7 8
(3) Nomor telepon harus berupa telepon tetap (fixed phone) yang
ada di alamat rumah tinggal atau kantor Nasabah).
0
(4) Pembukaan rekening oleh WNA dari negara tersebut hanya
dapat dilaksanakan melalui proses EDD.
2) Nasabah Perusahaan
a) Perusahaan berupa Bank
Dokumen pendukung yang wajib diserahkan :
(1) Akte pendirian dan/atau anggaran dasar Perusahaan.
(2) Izin usaha atau izin lainnya dari instansi berwenang.
(3) Kartu NPWP.

Standar Prosedur - Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme III - B - 8
Edisi :3 Berlaku sejak tanggal : 12 September 2017 Diverifikasi oleh :
Revisi ke :0 Tanggal yang digantikan : 10 Juli 2015
BAB - III
PROSEDUR PELAKSANAAN APU DAN PPT

  (4) Spesimen tanda tangan anggota Direksi yang berwenang


mewakili Perusahaan atau pihak yang diberi kuasa untuk
melakukan hubungan usaha dengan Bank.
b) Perusahaan selain Bank
(1) Usaha Mikro dan Usaha Kecil
Dokumen pendukung yang wajib diserahkan :
(a) Akte pendirian dan/atau anggaran dasar Perusahaan.
(b) Spesimen tandatangan Pengurus atau pihak yang diberi
kuasa melakukan hubungan usaha dengan Bank.
(c) Kartu NPWP.
(d) Surat Izin Tempat Usaha (SITU) atau dokumen lain yang
dipersyaratkan oleh instansi yang berwenang.
(2) Bukan Usaha Mikro dan Usaha Kecil
Dokumen pendukung yang wajib diserahkan :
(a) Akte pendirian dan/atau anggaran dasar Perusahaan.
(b) Spesimen tandatangan Pengurus atau pihak yang diberi
28
kuasa melakukan hubungan usaha dengan Bank.
8 :
(c) Kartu NPWP.
0 :5
(d) Surat Izin Tempat Usaha (SITU) atau1dokumen lain yang
7
dipersyaratkan oleh instansi yang berwenang.
1
Laporan keuangan atau 0
(e)
/ 2deskripsi kegiatan usaha
10
Perusahaan.
(f) /
Struktur manajemen Perusahaan.
0Perusahaan.
(g) 1
Struktur kepemilikan
-
(h)
5
Dokumen identitas anggota Direksi yang berwenang
0hubungan usaha
mewakili Perusahaan atau pihak yang diberi kuasa untuk
8
melakukan2 dengan Bank.
3) Yayasan 3 0
8 6
Dokumen pendukung yang wajib diserahkan :
a) Akta
7
0 pendirian dan anggaran dasar berikut perubahannya s.d
perubahan yang terakhir.
b) Bukti pengesahan badan hukum dari Menteri Hukum dan HAM.
c) Izin kegiatan usaha
d) Deskripsi kegiatan yayasan.
e) Struktur dan nama pengurus yayasan.
f) Dokumen identitas anggota pengurus atau pemegang kuasa dari
anggota pengurus yang berwenang mewakili yayasan untuk
melakukan hubungan usaha dengan Bank, termasuk didalamnya
dokumen identitas mengenai Beneficial Owner yayasan.

Standar Prosedur - Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme III - B - 9
Edisi :3 Berlaku sejak tanggal : 12 September 2017 Diverifikasi oleh :
Revisi ke :0 Tanggal yang digantikan : 10 Juli 2015
BAB - III
PROSEDUR PELAKSANAAN APU DAN PPT

  4) Perkumpulan
Dokumen pendukung yang wajib diserahkan :
a) Identitas penyelenggara.
b) Akte Pendirian atau Perjanjian Pendirian/Kuasa Umum beserta
perubahannya yang terakhir.
c) Struktur Organisasi/Daftar Susunan Pengurus, berikut bukti identitas
Pengurus yang berwenang mewakili Perkumpulan/Organisasi.
d) Surat Ijin Pendirian (sesuai peraturan perundang-undangan).
5) Lembaga Negara/ Pemerintah, Lembaga Internasional, Perwakilan
Asing
Dokumen pendukung yang wajib diserahkan Surat penunjukan bagi
pihak-pihak yang berwenang mewakili lembaga atau perwakilan dalam
melakukan hubungan usaha dengan Bank.
6) Nasabah Badan Hukum Asing (BHA)
Pembukaan rekening oleh pihak asing perlu memperhatikan hal-hal
sebagai berikut :
28
a) Pelaksanaan CDD berupa permintaan informasi Nasabah dan
dokumen legalitas calon Nasabah BHA, harus dilakukan oleh unit 8 :
bisnis pengelola Nasabah sesuai segmentasinya.
0 :5
b) Informasi yang diperlukan dalam pembukaan 1 dalam
rekening tersebut

1 7 copy dokumen
adalah sejenis dengan informasi yang diperlukan pembukaan
0
rekening Perusahaan di Indonesia. Sedangkan yang
diperlukan adalah yang sejenis dengan
anggaran dasar serta dokumen 0
/2 akte pendirian dan/atau
legalitas Perusahaan BHA yang
sesuai dengan peraturan otoritas/ 1di negara tempat kedudukan BHA
tersebut, sebagai berikut : 0
(1) Copy akte pendirian - 1 dan/atau anggaran dasar beserta
0 5 usaha atau izin lainnya dari instansi yang
perubahannya, Izin
2 dokumen legalitas Perusahaan (Copy of :
berwenang serta
Certificate 8
0 of Incorporation, Business Registration Certificate
and 3Company’s Registration Certificate, Company’s
6
8 pengurus BHA.
Memorandum and Articles of Association).

0 7
(2) Daftar
(3) Copy paspor dan copy KIMS/KITAS seluruh pengurus BHA.
(4) Copy dokumen Nasabah tersebut di atas dilegalisasi oleh :
(a) Pejabat yang berwenang atas otentifikasi dokumen yang
akan digunakan di negara lain, pada instansi yang
berwenang di negara asal BHA; dan
(b) Pejabat yang berwenang atas bidang tersebut pada
Kedutaan Besar atau Konsulat Jenderal RI di negara asal
BHA; atau

Standar Prosedur - Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme III - B - 10
Edisi :3 Berlaku sejak tanggal : 12 September 2017 Diverifikasi oleh :
Revisi ke :0 Tanggal yang digantikan : 10 Juli 2015
BAB - III
PROSEDUR PELAKSANAAN APU DAN PPT

  (c) Setidak-tidaknya minimalPejabat yang berwenang atas


bidang tersebut pada Kedutaan Besar atau Konsulat
Jenderal RI di negara asal BHA.
Hal ini diperlukan untuk memperkuat pembuktian atas
keabsahan dokumen nasabah bilamana terjadi permasalahan
di kemudian hari.
c) Surat Permohonan yang berisi maksud dan tujuan BHA membuka
rekening di Bank.
d) Surat Referensi Bank, baik dari Perusahaan maupun dari
perorangan yang dikenal oleh Bank.
e) Surat Pernyataan dari BHA yang menerangkan bahwa dokumen-
dokumen yang diserahkan kepada Bank adalah benar, sah dan
masih berlaku.
f) Apabila pembukaan rekening dilakukan oleh pihak penerima kuasa
dari BHA, maka pembukaan rekening tersebut harus disertai
dengan Surat Kuasa yang telah dilegalisasi oleh pejabat berwenang
di negara tersebut.
g) Copy NPWP bagi Nasabah yang diwajibkan untuk memilki NPWP
28
sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Terhadap calon Nasabah
8 :
yang tidak memiliki dokumen dimaksud, maka harus menyerahkan :
: 5
1 0
(1) Surat Keterangan dari instansi perpajakan yang menegaskan
bahwa calon Nasabah bukan termasuk Perusahaan yang wajib
memiliki NPWP, atau
1 7
(2) Surat Pernyataan yang berisi 0apabila dikemudian hari,
2
/perundang-undangan/ketentuan
berdasarkan peraturan
1 0
Perpajakan yang mewajibkan
/ Nasabah memiliki dokumen yang
dipersamakan dengan0 NPWP maka Nasabah wajib
1 dimaksud kepada Bank dalam
jangka waktu paling -lambat 30 hari kalender.
menyerahkan copy dokumen

(3) Apabila dalam 0


5
maka Bank 8 2berhak dan dapat menutup rekening Nasabah.
periode tersebut BHA tidak dapat memenuhinya

3
Dalam hal0 ini Bank dibebaskan dari segala tuntutan ganti rugi
8 6 langsung
maupun klaim dalam bentuk apapun baik langsung maupun

0 7
tidak
Nasabah dan
sehubungan dengan dibukanya rekening
penutupan rekening oleh Bank.
d. Verifikasi Dokumen
Informasi yang disampaikan oleh calon Nasabah/Nasabah/WIC beserta
dokumen pendukungnya wajib diteliti kebenarannya dengan melakukan
verifikasi terhadap dokumen pendukung tersebut berdasarkan dokumen
dan/atau sumber informasi lainnya yang dapat dipercaya dan independen
serta memastikan bahwa data tersebut adalah data terkini.
Proses verifikasi tersebut dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1) Pertemuan langsung (face to face) dan wawancara dengan calon
Nasabah.

Standar Prosedur - Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme III - B - 11
Edisi :3 Berlaku sejak tanggal : 12 September 2017 Diverifikasi oleh :
Revisi ke :0 Tanggal yang digantikan : 10 Juli 2015
BAB - III
PROSEDUR PELAKSANAAN APU DAN PPT

  Dalam melakukan verifikasi kebenaran atas identitas dan dokumen


Calon Nasabah/Nasabah/WIC saat akan melakukan hubungan usaha
dengan Bank, maka wajib dilakukan pertemuan langsung (face to face)
dan wawancara dengan calon Nasabah.
2) Mencocokkan data Calon Nasabah/Nasabah/WIC dengan data yang
terdapat pada database kependudukan (Dukcapil).
3) Mencocokkan kesesuaian wajah Calon Nasabah/Nasabah/WIC dengan
foto diri yang tercantum dalam identitas dan yang terdapat pada
database kependudukan (jika ada).
4) Mencocokkan kesesuaian tanda tangan dengan dokumen identitas atau
dokumen lainnya yang mencantumkan tanda tangan. Dokumen lainnya
di sini antara lain surat pernyataan Nasabah, Kartu Keluarga, atau kartu
kredit.
5) Meminta calon Nasabah untuk menyerahkan lebih dari satu dokumen
identitas apabila timbul keraguan terhadap identitas yang telah
diserahkan
6) Menatausahakan salinan dokumen identitas setelah dilakukan
pencocokan dengan dokumen yang sah
28
7) Melakukan pengecekan silang terhadap berbagai informasi yang
8 :
dilakukan oleh Nasabah seperti antara lain :
: 5
a) Menghubungi Nasabah melalui telepon (rumah atau kantor).
Apabila Nasabah menyerahkan nomor handphone, kewajiban 1 0
1 7
pejabat/petugas adalah dengan meminta nomor telepon rumah atau
0
kantor orang terdekat Nasabah yang dapat dihubungi.
2
b)
0 /
Menghubungi atasan/pejabat Sumber Daya Manusia tempat dimana
/1
calon Nasabah bekerja apabila yang bersangkutan adalah
0
karyawan suatu Perusahaan atau instansi.
1
c) -
Melakukan konfirmasi atas penghasilan Nasabah dengan

2 05
mensyaratkan rekening Koran dari bank lain. Dapat juga digunakan
tagihan listrik dan tagihan telepon atas nama calon Nasabah.
d)
0 8
Meneliti Daftar Teroris dan Organisasi Teroris (DTTOT) dan Daftar
3
Proliferasi Senjata Pemusnah Massal yang bersumber dari
6
8
otoritas/regulator.
e) 07
Meneliti Daftar Hitam Nasional (DHN) yang dipelihara oleh
regulator.
f) Meneliti Daftar lainnya (apabila ada).
g) Proses verifikasi identitas calon Nasabah dan/atau BO harus sudah
selesai sebelum membina hubungan usaha dengan calon Nasabah
atau melakukan transaksi dengan Walk in Customers.
Dengan mempertimbangkan efisiensi biaya, kemudahan bisnis dengan
tanpa mengurangi kualitas hasil verifikasi CDD, pelaksanaan proses
verifikasi CDD tersebut dapat dilaksanakan oleh Pihak Ketiga, yang
mengacu pada prosedur Penerimaan Nasabah Yang Dilakukan Oleh
Pihak Ketiga.

Standar Prosedur - Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme III - B - 12
Edisi :3 Berlaku sejak tanggal : 12 September 2017 Diverifikasi oleh :
Revisi ke :0 Tanggal yang digantikan : 10 Juli 2015
BAB - III
PROSEDUR PELAKSANAAN APU DAN PPT

2. Walk in Customer (WIC)


Walk in Customer (WIC) adalah pihak yang menggunakan jasa Bank namun
tidak memiliki rekening di Bank, tidak termasuk pihak yang mendapatkan
perintah atau penugasan dari Nasabah untuk melakukan transaksi atas
kepentingan Nasabah.
Bank wajib melakukan CDD terhadap WIC yang akan melakukan transaksi.
Penjelasan lebih lengkap diatur pada PTO Pemeliharaan Data dan Transaksi
Walk in Customer (WIC).

3. Beneficial Owner
Cabang/Unit Bisnis wajib memastikan apakah Nasabah / calon Nasabah atau
WIC yang membuka hubungan usaha atau melakukan transaksi bertindak untuk
diri sendiri atau untuk kepentingan Beneficial Owner.
Yang dimaksud dengan Beneficial Owner adalah setiap orang yang :
28
a. Berhak atas dan/atau menerima manfaat tertentu yang berkaitan dengan
rekening Nasabah; 8 :
: 5
b. Merupakan pemilik sebenarnya dari dana yang ditempatkan pada Bank
1 0
(ultimately own account). Pemilik sebenarnya dari dana yang dimaksud di
7
sini termasuk sumber asal dana yang ditempatkan, contoh Nasabah dengan
1
0
profil ibu rumah tangga yang tidak memiliki penghasilan, maka suami
menjadi Beneficial Owner dari Nasabah tersebut;
0 /2
c. Mengendalikan transaksi Nasabah,
/1contoh
Nasabah dengan profil

Beneficial Owner dari Nasabah tersebut; 1 0


pelajar/mahasiswa dan tidak memiliki penghasilan, maka orang tua menjadi

-
05
d. Memberikan kuasa untuk melakukan transaksi, contoh seorang lanjut usia
memberikan kuasa kepada anaknya untuk melakukan transaksi dengan
8 2
Bank, termasuk pembukaan rekening atas nama anaknya, maka seorang
0
lanjut usia tersebut menjadi Beneficial Owner dari rekening yang dibuka oleh
3
anaknya;
8 6
07
e. Mengendalikan Perusahaan atau perikatan lainnya, contoh Nasabah
Perusahaan A dikendalikan oleh seseorang yang bernama B yang namanya
tidak tercantum dalam anggaran dasar Perusahaan A, namun terdapat bukti
bahwa B mengendalikan Perusahaan A, maka B menjadi Beneficial Owner
dari Perusahaan A; dan/atau
f. Merupakan pengendali akhir dari transaksi yang dilakukan melalui badan
hukum atau berdasarkan suatu perjanjian, contoh Nasabah Perusahaan X
dikendalikan oleh seseorang yang bernama Y yang namanya tidak
tercantum dalam anggaran dasar. Selanjutnya berdasarkan sumber yang
diyakini oleh Bank, Y dikendalikan lagi oleh seseorang bernama Z dan
menetap di tax haven country. Dalam hal ini Z menjadi pengendali akhir
(Ultimate Beneficial Owner) dari Nasabah Perusahaan X.

Standar Prosedur - Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme III - B - 13
Edisi :3 Berlaku sejak tanggal : 12 September 2017 Diverifikasi oleh :
Revisi ke :0 Tanggal yang digantikan : 10 Juli 2015
BAB - III
PROSEDUR PELAKSANAAN APU DAN PPT

  g. Termasuk sebagai Beneficial Owner perorangan adalah Beneficial Owner


perorangan dari calon Nasabah yang merupakan Lembaga Negara atau
Instansi Pemerintah.
Contoh rekening Instansi Pemerintah yang fungsinya hanya untuk
menampung setoran dana dari masyarakat untuk kegiatan tertentu, misal
rekening Instansi Pemerintah yang menampung setoran untuk kegiatan haji,
dimana sumber dana berasal dari para calon jemaah haji, maka calon
jemaah haji sebagai Beneficial Owner perorangan dari rekening Nasabah
Instansi Pemerintah.
h. Terhadap Nasabah Perusahaan, yang termasuk sebagai pengendali apabila
memenuhi hal-hal sebagai berikut :
1) Memiliki saham Perusahaan baik secara langsung maupun tidak
langsung sebesar 25% (dua puluh lima perseratus) atau lebih dari
jumlah saham yang dikeluarkan dan mempunyai hak suara; atau
2) Saham Perusahaan kurang dari 25% (dua puluh lima perseratus) dari
jumlah saham yang dikeluarkan dan mempunyai hak suara, namun yang
bersangkutan dapat dibuktikan telah melakukan Pengendalian
Perusahaan, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Sedangkan yang termasuk sebagai pengendali terakhir adalah apabila 28
perorangan atau badan hukum yang secara langsung maupun tidak
8 :
langsung memiliki saham Perusahaan dan merupakan pengendali terakhir
: 5
dari Perusahaan dan/atau keseluruhan struktur kelompok usaha yang
mengendalikan Perusahaan. 1 0
i. 1 7
Terhadap Nasabah perorangan yang termasuk sebagai pengendali adalah
20
apabila memiliki kepentingan atas suatu transaksi yang dilakukan.
j. 0 /
Beneficial Owner dapat berupa lembaga negara atau Perusahaan yang
/1
terdaftar di bursa efek (listing). Termasuk pengertian Perusahaan yang
terdaftar di bursa efek (listing) adalah : 1 0
-
05
1) Nasabah Perusahaan yang merupakan Perusahaan Anak (subsidiary)
dari Perusahaan yang terdaftar di bursa efek (listing), dimana
2
kepemilikan Perusahaan induk adalah mayoritas.
8
2)
3 0 yang bukan merupakan Perusahaan yang
Nasabah Perusahaan

8 6 efekadanya
terdaftar di bursa (listing) namun kebijakan internal Perusahaan
7 menjelaskan mengenai
tersebut mewajibkan
publik 0untuk
Public Expose yang memaparkan kepada
kinerja Perusahaan tersebut
sebagaimana yang berlaku pada Perusahaan yang terdaftar di bursa
efek (listing).
Prosedur yang dilakukan terhadap Nasabah yang bertransaksi untuk
kepentingan Beneficial Owner wajib dipastikan dan dilakukan hal-hal sebagai
berikut :
a. Melakukan prosedur CDD terhadap Beneficial Owner yang sama ketatnya
dengan prosedur CDD bagi calon Nasabah atau WIC.
b. Dalam hal Beneficial Owner tergolong sebagai PEP, maka prosedur yang
diterapkan adalah prosedur EDD, contoh calon Nasabah ibu rumah tangga,
pelajar/mahasiswa yang tidak memiliki penghasilan sendiri, dengan sumber

Standar Prosedur - Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme III - B - 14
Edisi :3 Berlaku sejak tanggal : 12 September 2017 Diverifikasi oleh :
Revisi ke :0 Tanggal yang digantikan : 10 Juli 2015
BAB - III
PROSEDUR PELAKSANAAN APU DAN PPT

  dana berasal dari suami/orang tua yang tergolong PEP maka terhadap calon
Nasabah tersebut dilakukan prosedur EDD.
c. Terhadap Beneficial Owner (BO), Cabang/Unit Bisnis wajib memperoleh
bukti atas identitas dan/atau informasi lainnya yang sama dengan calon
Nasabah ditambah dengan bukti informasi lainnya terkait BO sesuai
ketentuan yang berlaku sebagai berikut :

BO dari BO dari Nasabah BO dari Nasabah berupa Bank


Nasabah Perusahaan/Yayasan Bank lain di Bank lain di
*)
Perorangan /Perkumpulan
*)
dalam negeri luar negeri
**)

Hubungan hukum Dokumen dan/atau Pernyataan tertulis Pernyataan


antara calon informasi (Surat Ijin dari Bank di dalam tertulis dari Bank
Nasabah atau WIC Tempat Usaha) identitas negeri bahwa di luar negeri
dengan Beneficial pemilik atau pengendali identitas Beneficial bahwa identitas
Owner yang akhir Perusahaan, Owner telah Beneficial Owner
ditunjukkan yayasan, atau dilakukan verifikasi telah dilakukan
dengan surat perkumpulan oleh Bank lain di verifikasi oleh
penugasan, surat dalam negeri Bank di luar
perjanjian, surat tersebut negeri tersebut
kuasa atau bentuk
lainnya
2 8
Pernyataan dari Pernyataan dari calon
8 :
calon Nasabah Nasabah atau WIC
: 5
atau WIC
mengenai
mengenai kebenaran
identitas maupun sumber
1 0
kebenaran
identitas maupun
dana dari Beneficial
Owner
1 7
sumber dana dari
2 0
Beneficial Owner
0 /
Specimen tanda Specimen tanda tangan
/ 1
tangan Beneficial
Owner
Beneficial Owner

1 0
-
*Dokumen identitas pemilik atau pengendali akhir dapat berupa surat pernyataan atau dokumen

05
lainnya yang memuat informasi mengenai identitas pemilik atau pengendali akhir.
**)Bank lain di luar Negeri yang dimaksudkan adalah Bank lain di luar negeri yang menerapkan
2
Program APU dan PPT yang relatif setara dengan ketentuan regulator.
8
d. 0
Apabila Beneficial Owner berupa lembaga negara atau instansi pemerintah
3
8 6
atau Perusahaan yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh negara atau
Perusahaan yang terdaftar di bursa efek (listing), maka kewajiban
07
penyampaian dokumen dan/atau informasi identitas pemilik/pengendali akhir
yang berupa surat penugasan, surat perjanjian dan surat kuasa, dikecualikan
atau tidak berlaku. Cabang wajib mendokumentasikan data Nasabah yang
mendapatkan pengecualian untuk menyampaikan dokumen / identitas.
e. Apabila Unit Kerja Cabang/Unit Bisnis meragukan atau tidak dapat meyakini
identitas Beneficial Owner, Cabang/Unit Bisnis wajib menolak untuk
melakukan hubungan usaha atau transaksi dengan calon Nasabah atau
WIC.
4. Penerimaan Nasabah Yang Dilakukan Oleh Pihak Ketiga
Dalam proses penerimaan Nasabah, Unit Bisnis/Cabang dapat mempergunakan
hasil CDD yang telah dilakukan oleh pihak ketiga terhadap calon Nasabahnya
yang telah menjadi Nasabah pada pihak ketiga tersebut. Dalam hal ini Unit

Standar Prosedur - Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme III - B - 15
Edisi :3 Berlaku sejak tanggal : 12 September 2017 Diverifikasi oleh :
Revisi ke :0 Tanggal yang digantikan : 10 Juli 2015
BAB - III
PROSEDUR PELAKSANAAN APU DAN PPT

  Bisnis/Cabang tetap wajib melakukan identifikasi dan verifikasi atas hasil CDD
yang telah dilakukan oleh pihak ketiga, dengan penjelasan sebagai berikut :
a. Pihak ketiga dalam proses CDD sebagaimana dimaksud di atas adalah
lembaga keuangan dan penyedia barang dan/atau jasa dan profesi tertentu
yang memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1) Memiliki prosedur CDD sesuai ketentuan yang berlaku;
2) Memiliki kerja sama dengan Bank dalam bentuk kesepakatan tertulis;
3) Tunduk pada pengawasan dari otoritas berwenang (antara lain
Lembaga Pengatur dan Pengawas seperti Bank Indonesia dan OJK)
sesuai ketentuan yang berlaku;
4) Bersedia memenuhi permintaan informasi yang paling kurang berupa
informasi mengenai:
a) Nama lengkap sesuai dengan yang tercantum pada kartu identitas;
b) Alamat, tempat dan tanggal lahir;
c) Nomor kartu identitas; dan
d) Kewarganegaraan dari calon Nasabah.
28
serta salinan dokumen pendukung apabila dibutuhkan oleh Bank dalam
rangka pelaksanaan program APU dan PPT. Kesediaan dimaksud 8 :
dituangkan dalam kesepakatan tertulis sebagaimana dimaksud dalam : 5
huruf b;
1 0
5) 7
Bersedia memenuhi permintaan salinan dokumen pendukung segera
1
0
apabila dibutuhkan oleh Bank dalam rangka pelaksanaan program APU
dan PPT; dan
0 /2
6) Berkedudukan di negara yang tidak1tergolong berisiko tinggi. Informasi
0 / antara lain dapat dilihat dalam
mengenai tingkat risiko suatu negara
1
website www.fatf-gafi.org atau www.apgml.org.
-
b. Kesediaan pihak ketiga untuk
0 5pendukung
memenuhi permintaan informasi dan
permintaan salinan dokumen
8 2
tertulis sebagaimana dimaksud dalam huruf
dituangkan dalam kesepakatan
a angka 2);
c. 0
Pihak ketiga berupa3Perusahaan non keuangan yang melakukan CDD atas
dasar perjanjian 6
7 8 dimaksudkan dalam ketentuan ini.
pihak ketiga yang
kontrak (outsourcing atau agen) tidak termasuk sebagai

0
Mengingat outsourcing atau agen merupakan perpanjangan tangan Bank
dimana proses CDD masih tetap mengacu kepada Bank tersebut, bukan
pada pihak ketiga.
d. Dalam hal pihak ketiga berkedudukan di negara yang tergolong berisiko
tinggi maka pihak ketiga tersebut wajib memenuhi kriteria:
1) Kelompok usaha yang sama dengan Bank, dimana Pemegang Saham
Pengendali antara Bank pengguna hasil CDD adalah sama;
2) Kelompok usaha tersebut telah menerapkan CDD, Penatausahaan
dokumen, dan program APU PPT secara efektif sesuai dengan
rekomendasi FATF; dan
3) Kelompok Usaha tersebut diawasi oleh otoritas yang berwenang.

Standar Prosedur - Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme III - B - 16
Edisi :3 Berlaku sejak tanggal : 12 September 2017 Diverifikasi oleh :
Revisi ke :0 Tanggal yang digantikan : 10 Juli 2015
BAB - III
PROSEDUR PELAKSANAAN APU DAN PPT

  e. Tanggung jawab akhir atas hasil identifikasi dan verifikasi calon Nasabah
sepenuhnya menjadi tanggung jawab Bank.
f. Unit Bisnis/Cabang bertanggung jawab untuk melaksanakan penatausahaan
dokumen hasil CDD yang dilakukan pihak ketiga serta data hasil identifikasi
dan verifikasi yang dilakukan oleh Unit Bisnis/Cabang.
g. Dalam hal Bank menggunakan hasil CDD yang dilakukan oleh pihak ketiga
yang merupakan Konglomerasi Keuangan yang sama dengan Bank, maka
Bank sebagai Entitas Utama harus memastikan bahwa :
1) Konglomerasi Keuangan menerapkan program APU dan PPT, ketentuan
CDD, dan penatausahaan dokumen.
2) Konglomerasi Keuangan diawasi oleh Otoritas yang berwenang dalam hal
mengimplementasikan CDD dan penatausahaan dokumen.
5. Bank Sebagai Agen Penjual Produk Lembaga Keuangan Non Bank
a. Apabila Bank bertindak sebagai agen penjual produk lembaga keuangan
lainnya (misal reksadana), maka selaku agen penjual, Bank wajib memenuhi
permintaan informasi hasil CDD dan salinan dokumen pendukung apabila
dibutuhkan oleh lembaga keuangan lainnya (misal Manajer Investasi) dalam
rangka pelaksanaan Program APU dan PPT.
2 8
b. :
8 sebagai
Kewajiban dimaksud dituangkan dalam bentuk kesepakatan tertulis yang
antara lain memuat kesediaan Bank untuk memberikan informasi
: 5
berikut :
1 0
7
1) Nama lengkap sesuai dengan yang tercantum pada kartu identitas;
1
20
2) Alamat, tempat dan tanggal lahir;
/
10
3) Nomor kartu identitas; dan
4) Kewarganegaraan dari calon Nasabah. /
0penjual produk keuangan non Bank,
c. Pada saat Bank bertindak sebagai 1
maka penjualan produk lembaga -keuangan non Bank kepada Nasabah Bank
0 5 berikut:
harus memenuhi ketentuan sebagai

8 2 tersendiri yang terpisah dari perjanjian


1) Dilakukan dalam perjanjian
3
pembukaan hubungan0 usaha atau rekening yang terkait dengan produk
6
dan usaha Bank.
8
produk0
7
2) Mencantumkan logo lembaga keuangan lainnya yang mengeluarkan
terkait dalam perjanjian tersendiri tersebut.
3) Mengungkapkan informasi yang lengkap, benar, dan tidak menyesatkan
kepada Nasabah mengenai produk lembaga keuangan non Bank
termasuk informasi mengenai kejelasan cakupan program penjaminan
atas produk lembaga keuangan non Bank.
d. Memastikan :
1) Pemberian informasi yang berimbang antara potensi manfaat yang
mungkin diperoleh dengan risiko yang mungkin timbul bagi Nasabah
dari produk lembaga keuangan non Bank.

Standar Prosedur - Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme III - B - 17
Edisi :3 Berlaku sejak tanggal : 12 September 2017 Diverifikasi oleh :
Revisi ke :0 Tanggal yang digantikan : 10 Juli 2015
BAB - III
PROSEDUR PELAKSANAAN APU DAN PPT

  2) Informasi yang disampaikan tidak menyamarkan, mengurangi, atau


menutupi hal-hal yang penting terkait dengan risiko-risiko yang mungkin
timbul dari produk lembaga keuangan non Bank.
6. Bank Kustodian
Layanan Bank Kustodian yang merupakan bagian dari industri Pasar Modal wajib
melakukan proses Customer Due Diligence (CDD) dalam rangka pencegahan
dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang dan pendanaan terorisme.

Berkenaan dengan proses CDD terhadap Nasabah Bank Kustodian, maka


sebelum menerima suatu pihak menjadi Nasabah, Bank Kustodian wajib
melakukan pertemuan langsung (face to face) dengan calon Nasabah dan
meminta informasi calon Nasabah yang dibuktikan dengan keberadaan dokumen
pendukung, atas hal-hal sebagai berikut :
- Latar belakang dan identitas calon Nasabah.
- Maksud dan tujuan pembukaan rekening efek calon Nasabah.
- Informasi lain yang memungkinkan Bank dapat mengetahui profil calon
Nasabah.
- Identitas pihak lain (Beneficial Owner) dalam hal calon Nasabah bertindak
untuk dan atas nama pihak lain (Beneficial Owner).
28
a. Informasi dan dokumen pendukung calon Nasabah Bank kustodian adalah :
8 :
1) Nasabah Perorangan, sekurang- kurangnya terdiri dari:
: 5
a)
1 0
Latar belakang dan identitas Nasabah yang memuat:
(1) Nama;
1 7
(2) Jenis kelamin; 0 dan nomor telepon;
2KTP
/
(3) Alamat atau tempat tinggal sesuai
0 nomor telepon (jika ada);
(4) Alamat tempat tinggal terkini1dan
0 /
-
(6) Status perkawinan; dan
1
(5) Tempat dan tanggal lahir;

5
0 pekerjaan;
(7) Kewarganegaraan;
b) 2
8kerja dan nomor telepon;
Keterangan mengenai
c)
3 0
Alamat tempat
d) 8
Spesimen6 tanda tangan;
e)
7
0 Pokok Wajib Pajak (NPWP) bagi Nasabah yang diwajibkan
Nomor
memiliki NPWP sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
f) Keterangan mengenai sumber dana;
g) Rata-rata penghasilan;
h) Maksud dan tujuan investasi;
i) Nama Bank Nasabah dan nomor rekening Nasabah di Bank; dan
j) Informasi dan dokumen lain yang memungkinkan Penyedia Jasa
Keuangan di bidang Pasar Modal untuk dapat mengetahui profil
calon Nasabah.
2) Calon Nasabah Perusahaan, badan hukum, usaha bersama, asosiasi,
atau kelompok yang terorganisir, sekurang-kurangnya terdiri dari:
Standar Prosedur - Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme III - B - 18
Edisi :3 Berlaku sejak tanggal : 12 September 2017 Diverifikasi oleh :
Revisi ke :0 Tanggal yang digantikan : 10 Juli 2015
BAB - III
PROSEDUR PELAKSANAAN APU DAN PPT

  a) Nama, alamat, dan nomor telepon Perusahaan, badan hukum,


usaha bersama, asosiasi, atau kelompok yang terorganisir;
b) Bentuk badan usaha atau badan hukum;
c) Akta pendirian atau anggaran dasar sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku berikut perubahannya yang
terakhir;
d) Tempat dan tanggal pendirian Perusahaan, badan hukum, usaha
bersama, asosiasi, atau kelompok yang terorganisir;
e) Izin usaha atau izin lainnya dari instansi yang berwenang;
f) Surat keterangan domisili;
g) Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) bagi Nasabah yang diwajibkan
memiliki NPWP sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
h) Laporan keuangan terkini atau deskripsi kegiatan usaha;
i) Struktur manajemen atau kepengurusan;
j) Struktur kepemilikan untuk Perusahaan atau struktur pendiri untuk
yayasan, asosiasi, atau kelompok yang terorganisir;
28
k) Dokumen identitas pengurus yang berwenang mewakili
Perusahaan, badan hukum, usaha bersama, asosiasi, atau 8 :
kelompok yang terorganisir;
0 :5
l) Dokumen atau informasi mengenai pengendali 1 asosiasi,
akhir dari
Perusahaan, badan hukum, usaha bersama,
1 7 atau

20penerima kuasa, dan surat


kelompok yang terorganisir;
m) Nama, spesimen tanda tangan dari /
0 kepada penerima kuasa guna
/
kuasa dari pejabat yang berwenang1
bertindak untuk dan atas nama 0 Perusahaan, badan hukum, usaha
bersama, asosiasi, atau1 kelompok yang terorganisir dalam
berinvestasi di Pasar -Modal, termasuk memberikan instruksi
0 5 Efek Nasabah;
sehubungan dengan rekening
n) 8 2 sumber dana;
Keterangan mengenai
o) Maksud dan3 0tujuan investasi;
p) Nama 8
6
Bank Nasabah dan nomor rekening Nasabah di Bank; dan
q) 07 dan dokumen lain yang memungkinkan Penyedia Jasa
Informasi
Keuangan di bidang Pasar Modal untuk dapat mengetahui profil
calon Nasabah.
3) Calon Nasabah berupa lembaga pemerintah atau lembaga internasional
sekurang-kurangnya berupa nama, alamat kedudukan lembaga atau
perwakilan, spesimen tanda tangan dari Pihak-Pihak yang ditunjuk atau
berwenang mewakili lembaga tersebut dan surat penunjukan atau kuasa
dari Pihak yang berwenang.
4) Dalam hal calon Nasabah bertindak untuk dan atas nama Beneficial
Owner (BO) untuk membuka rekening Efek, Penyedia Jasa Keuangan di
bidang Pasar Modal wajib memperoleh dokumen pendukung
sebagaimana dimaksud pada butir a, b dan c pada halaman III-B-14 s.d

Standar Prosedur - Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme III - B - 19
Edisi :3 Berlaku sejak tanggal : 12 September 2017 Diverifikasi oleh :
Revisi ke :0 Tanggal yang digantikan : 10 Juli 2015
BAB - III
PROSEDUR PELAKSANAAN APU DAN PPT

  15 terkait BO dimaksud dan hubungan hukum, penugasan, serta


kewenangan bertindak untuk dan atas nama BO dimaksud.
b. Identifikasi dan verifikasi
1) Meneliti kebenaran informasi dan dokumen dan mengidentifikasi adanya
kemungkinan hal-hal yang tidak wajar atau mencurigakan;
2) Dalam hal terdapat keraguan atas informasi dan dokumen yang
diterima, Penyedia Jasa Keuangan di bidang Pasar Modal wajib
memastikan kebenaran identitas, informasi, dan dokumen calon
Nasabah, antara lain dengan cara:
a) Melakukan wawancara dengan calon Nasabah untuk meneliti dan
meyakini keabsahan dan kebenaran dokumen;
b) Meminta dokumen identitas lain yang dikeluarkan oleh pihak yang
berwenang;
c) Melakukan konfirmasi mengenai kebenaran mengenai kewenangan
Pihak yang mewakili atau bertindak untuk dan atas nama BO, jika
calon Nasabah bertindak sebagai kuasa dari atau mewakili BO;
3) Melakukan pemeriksaan silang untuk memastikan adanya konsistensi
dari berbagai informasi yang disampaikan oleh calon Nasabah; dan
: 28
4) Melakukan penelaahan mengenai pengendali calon Nasabah.
5 8
c. :
0 calon Nasabah
Verifikasi yang lebih ketat (enhanced due diligence) terhadap
dan pengendali calon Nasabah yang mempunyai risiko 1 tinggi, dilihat dari:
1) Latar belakang atau profil calon Nasabah 1 7dan pengendali calon
Nasabah yang termasuk PEP atau Nasabah
/ 20 yang berisiko tinggi (high
10termasuk Usaha yang Berisiko
risk customer);
2) Bidang usaha calon Nasabah yang
0 /
Tinggi (high risk business);
3) Negara atau teritori asal calon
1
- Nasabah, domisili calon Nasabah, atau
0 5
dilakukannya transaksi yang termasuk Negara yang Berisiko Tinggi
2
(high risk countries); dan/atau
8
4) Pihak-pihak yang0
6 3 ketat (enhanced due diligence) dilakukan antara lain
tercantum dalam daftar nama-nama teroris;
d.
8 berikut:
Verifikasi yang lebih
7
dengan cara sebagai
0
1) Verifikasi terhadap informasi dan dokumen calon Nasabah dan
pengendali calon Nasabah didasarkan pada kebenaran informasi dan
dokumen, kebenaran sumber informasi dan dokumen, dan jenis
informasi dan dokumen yang terkait; dan
2) Verifikasi hubungan bisnis yang dilakukan oleh calon Nasabah
dimaksud dengan Pihak ketiga.
e. Dalam hal calon Nasabah merupakan Penyedia Jasa Keuangan (PJK) lain di
bidang Pasar Modal di dalam negeri, maka Bank cukup menerima
pernyataan tertulis bahwa PJK tersebut telah memperoleh serta melakukan
verifikasi dan identifikasi atas dokumen pendukung dan bersedia
memberikan informasi dan salinan dokumen pendukung Nasabah jika
dibutuhkan oleh Bank.

Standar Prosedur - Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme III - B - 20
Edisi :3 Berlaku sejak tanggal : 12 September 2017 Diverifikasi oleh :
Revisi ke :0 Tanggal yang digantikan : 10 Juli 2015
BAB - III
PROSEDUR PELAKSANAAN APU DAN PPT

  f. Dalam hal calon Nasabah merupakan PJK di luar negeri yang menerapkan
Prinsip Mengenal Nasabah yang sekurang-kurangnya setara dengan
Peraturan ini, maka Bank cukup menerima pernyataan tertulis bahwa PJK
tersebut telah memperoleh dokumen pendukung Pihak lain dan telah
melakukan verifikasi dan identifikasi atas dokumen dimaksud dan bersedia
memberikan informasi dan salinan dokumen pendukung Nasabah jika
dibutuhkan oleh Bank.
g. Persetujuan pembukaan rekening Efek atau hubungan usaha dapat
diberikan setelah meyakini kebenaran identitas dan kelengkapan dokumen
calon Nasabah serta mempertimbangkan faktor-faktor yang dapat
memungkinkan Nasabah melakukan kegiatan pencucian uang dan/atau
Pendanaan Kegiatan Terorisme, antara lain catatan, dokumen, daftar,
informasi mengenai pelanggaran dan/atau kejahatan.
h. Bank dilarang untuk membuka atau memelihara rekening Efek anonim atau
rekening Efek yang menggunakan nama fiktif.
i. Pembukaan rekening Efek atau hubungan usaha dengan calon Nasabah
yang dianggap dan/atau diklasifikasikan mempunyai risiko tinggi wajib
terlebih dahulu memperoleh persetujuan dari Kepala Unit Layanan Kustodian
Bank.
28
7. Cross Border Correspondent Banking
8 :
Cross Border Correspondent Banking adalah Correspondent Banking di mana
: 5
salah satu kedudukan Bank Koresponden atau Bank Responden berada di luar
wilayah Negara Republik Indonesia. 1 0
1 7
a. Sebelum menyediakan jasa Cross Border Correspondent Banking, Bank
0
0 /2
wajib melakukan proses CDD terhadap calon Bank responden baik yang
bertindak sebagai Bank Penerus maupun sebagai Bank Penerima.
Proses CDD dilakukan dengan meminta/1 informasi mengenai :
0
1) Profil calon Bank Penerima1dan/atau Bank Penerus antara lain
mencakup susunan anggota- Direksi dan Dewan Komisaris, kegiatan
usaha, produk perbankan 0 5yang dimiliki, target pemasaran, dan tujuan
pembukaan rekening.2 Sumber informasi untuk memastikan informasi
0
dimaksud berdasarkan8 informasi publik yang memadai yang dikeluarkan
dan ditetapkan
internasional 6
3 oleh otoritas yang berwenang atau lembaga
7 8 antara lain Banker’s Almanac.
2) Reputasi0 Bank Penerima dan/atau Bank Penerus berdasarkan informasi
yang dapat dipertanggungjawabkan, termasuk reputasi yang bersifat
negatif, misalnya :
a) Sanksi yang pernah dikenakan oleh otoritas kepada Bank Penerima
dan/atau Bank Penerus terkait dengan pelanggaran ketentuan
otoritas dan/atau rekomendasi FATF; atau
b) Bank Penerima dan/atau Bank Penerus sedang dalam proses
penyidikan dan/atau pembinaan oleh otoritas yang berwenang terkait
dengan pencucian uang atau pendanaan terorisme.
b. Tingkat penerapan Program APU dan PPT di negara tempat kedudukan
Bank Penerima dan/atau Bank Penerus yang dapat dilihat antara lain dari
tingkat risiko negara tempat kedudukan bank tersebut yang dikeluarkan oleh

Standar Prosedur - Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme III - B - 21
Edisi :3 Berlaku sejak tanggal : 12 September 2017 Diverifikasi oleh :
Revisi ke :0 Tanggal yang digantikan : 10 Juli 2015
BAB - III
PROSEDUR PELAKSANAAN APU DAN PPT

  FATF atau APG terhadap kemungkinan terjadinya pencucian uang dan/atau


pendanaan terorisme; dan
c. Informasi relevan lain yang diperlukan Bank untuk mengetahui profil calon
Bank Penerima dan/atau Bank Penerus antara lain informasi mengenai :
1) Seperti kepemilikan, pengendalian, dan struktur manajemen, untuk
memastikan apakah terdapat PEP dalam susunan kepemilikan atau
sebagai pengendali;
2) Posisi keuangan Bank Penerima dan/atau Bank Penerus; dan
3) Profil Perusahaan induk dan Perusahaan Anak.
d. Unit Bisnis/KLN yang menyediakan jasa Cross Border Correspondent
Banking wajib :
1) Mendokumentasikan seluruh transaksi Cross Border Correspondent
Banking;
2) Menolak untuk berhubungan dan/atau meneruskan hubungan Cross
Border Correspondent Banking dengan Shell Bank;
3) Memastikan bahwa seluruh transaksi yang dijalankan oleh Bank tidak
berhubungan dengan sanksi yang diberlakukan FATF maupun sanksi
yang terdapat dalam OFAC Sanction List; dan
: 28
4) Memastikan bahwa Bank Penerima dan/atau Bank Penerus
5 8 tidak
mengijinkan rekeningnya digunakan oleh Shell Bank
0 : CrosspadaBorder
saat
mengadakan hubungan usaha terkait dengan
1
Correspondent Banking.
1 7 dengan calon Bank
e. Persetujuan untuk pembukaan hubungan usaha
2 0 rangka Cross Border
Penerima dan/atau Bank penerus dalam /
Bank Penerima dan/atau Bank penerus / 10 dalamhubungan
Correspondent Banking maupun untuk penutupan usaha dengan
rangka Cross Border
1
Correspondent Banking diberikan oleh0 pejabat pemegang kewenangan.
f. Pembukaan hubungan usaha dengan - BordercalonCorrespondent
Bank Penerima dan/atau Bank
penerus dalam rangka Cross
0 5 Banking dengan

8
perundang-undangan yang 2 berlaku.
memperhatikan ketentuan kerahasiaan (secrecy act) sesuai ketentuan

3 0 dilarang melakukan hubungan koresponden


g. Unit Kerja Cabang/Bisnis
6 yang tidak memiliki keberadaan fisik di suatu negara
dengan institusi/bank
(Shell Bank). 8
h. Memastikan 07bahwa Bank Koresponden tidak memiliki hubungan bisnis
dengan Shell Bank atau Shell Company serta tidak mengijinkan
rekeningnya digunakan oleh Shell Bank.
i. Unit kerja yang mengelola dan melaksanakan pengawasan terhadap
hubungan koresponden wajib menyampaikan kuesioner penerapan KYC-
AML/CFT terhadap Bank Koresponden. Kuesioner yang disampaikan
memuat pertanyaan atau klarifikasi untuk meyakinkan Bank bahwa Bank
Koresponden telah menerapkan dan mematuhi prinsip KYC-AML/CFT
secara memadai. Kuesioner dimaksud wajib diperbaharui secara periodik
tergantung kepada asal negara bank tersebut dan dilihat dari bobot
risikonya.
j. Unit kerja yang mengelola dan melaksanakan pengawasan terhadap
hubungan koresponden, dalam penerapan program APU dan PPT
berpedoman pada Standar Prosedur Kepatuhan dengan tugas dan
Standar Prosedur - Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme III - B - 22
Edisi :3 Berlaku sejak tanggal : 12 September 2017 Diverifikasi oleh :
Revisi ke :0 Tanggal yang digantikan : 10 Juli 2015
BAB - III
PROSEDUR PELAKSANAAN APU DAN PPT

  tanggung jawab antara lain memberikan compliance advice terkait


penerapan APU dan PPT terhadap hubungan koresponden.
k. Pelaksana APU dan PPT di unit kerja yang mengelola hubungan dengan
Bank Koresponden wajib meyakini bahwa Bank Koresponden tidak memiliki
fasilitas Payable Through Account (PTA).
Contoh dari transaksi PTA adalah sebagai berikut :
- Bank A (didirikan dan berada dibawah pengawasan Otoritas South
Pacific Island Vanuatu) membuka PTA di American Express Bank
International (AMEX) di Miami, US. Tujuan pembukaan PTA tersebut
adalah agar Bank A di Vanuatu dapat memberikan jasa perbankan
AMEX secara virtual kepada Nasabah berkewarganegaraan Amerika
yang tinggal di wilayah Vanuatu namun bukan merupakan Nasabah
AMEX.
- Nasabah diberikan buku cek serta aplikasi yang memungkinkan mereka
untuk melakukan deposit atau penarikan dana melalui PTA Bank A.
Transaksi PTA ini memungkinkan penyalahgunaan rekening maupun
transaksi yang dilakukan yang pada akhirnya menimbulkan risiko
reputasi bagi AMEX.
Apabila diketahui bahwa Bank Koresponden memiliki PTA, maka pelaksana
28
tugas APU dan PPT dapat menghentikan atau membatalkan transaksi atau
8 :
hubungan korespondennya.
: 5
1 0
1 7
2 0
0 /
/1
1 0
-
2 05
0 8
6 3
8
07

Standar Prosedur - Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme III - B - 23
Edisi :3 Berlaku sejak tanggal : 12 September 2017 Diverifikasi oleh :
Revisi ke :0 Tanggal yang digantikan : 10 Juli 2015
BAB - III
PROSEDUR PELAKSANAAN APU DAN PPT

  C. NASABAH PENGGUNA PRODUK DAN JASA BERISIKO TINGGI

Produk dan jasa berisiko tinggi (high risk product dan high risk services) adalah
produk atau jasa yang ditawarkan kepada Nasabah yang mudah dikonversikan
menjadi kas atau setara kas, atau yang dananya mudah dipindah-pindahkan dari satu
yurisdiksi ke yurisdiksi lainnya dengan maksud mengaburkan asal usul dana tersebut.
1. Prosedur Transfer Dana
a. Prosedur CDD pengiriman dana adalah sebagai berikut :
1) Unit Bisnis/Cabang meminta informasi dan melakukan identifikasi serta
verifikasi terhadap Nasabah/WIC pengirim dan/atau Nasabah/WIC
penerima, meliputi :
a) Nasabah atau WIC pengirim :
Nama; nomor rekening; alamat Nasabah atau WIC; nomor dokumen
identitas; nomor identifikasi; atau tempat dan tanggal lahir dari
Nasabah atau WIC.
b) Nasabah atau WIC penerima :
Nama; nomor rekening; alamat Nasabah atau WIC; sumber dana
28
c) sumber dana Nasabah atau WIC pengirim;
8 :
d) jumlah uang dan jenis mata uang; dan : 5
e) tanggal transaksi. 1 0
1 7
2) Dalam hal Nasabah/WIC Pengirim menolak untuk
/ 20 memenuhi permintaan

10
informasi dari Bank, maka Unit Bisnis/Cabang wajib menolak
melaksanakan perintah transfer.
/
0 yang dijalankan oleh Bank tidak
berhubungan dengan sanksi yang 1
3) Memastikan bahwa seluruh transaksi
-List.
diberlakukan FATF maupun sanksi yang
5
terdapat dalam OFAC Sanction
0
2 seluruh transaksi Transfer Dana.
4) Bank wajib mendokumentasikan
8
b. Prosedur CDD penerusan
3 0 dana adalah sebagai berikut :
8 6
1) Memastikan kelengkapan informasi mengenai Nasabah/WIC pengirim dan

07
Nasabah/WIC penerima :
a) Nasabah atau WIC pengirim :
Nama; nomor rekening; alamat Nasabah atau WIC; nomor dokumen
identitas; nomor identifikasi; atau tempat dan tanggal lahir dari
Nasabah atau WIC.
b) Nasabah atau WIC penerima :
Nama; nomor rekening; alamat Nasabah atau WIC; sumber dana
c) sumber dana Nasabah atau WIC pengirim;
d) informasi dan underlying transaction document;
e) jumlah uang dan jenis mata uang; dan
f) tanggal transaksi.

Standar Prosedur - Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme III - C - 1
Edisi :3 Berlaku sejak tanggal : 12 September 2017 Diverifikasi oleh :
Revisi ke :0 Tanggal yang digantikan : 10 Juli 2015
BAB - III
PROSEDUR PELAKSANAAN APU DAN PPT

  2) Meneruskan pesan dan perintah transfer dana yang diterima dari Bank
Pengirim.
3) Memastikan kelengkapan informasi Nasabah/WIC pengirim dan
Nasabah/WIC penerima terhadap transaksi transfer dana ke luar wilayah
Indonesia dengan pola straight-through processing.
4) Memastikan bahwa seluruh transaksi yang dijalankan oleh Bank tidak
berhubungan dengan sanksi yang diberlakukan FATF maupun sanksi yang
terdapat dalam OFAC Sanction List;
5) Apabila terdapat indikasi transaksi tidak wajar, unit bisnis/cabang
melaporkan transaksi tersebut sebagai Transaksi Keuangan yang
Mencurigakan.
c. Ketentuan mengenai prosedur transfer dana tidak berlaku bagi :
1) Transfer dana yang menggunakan kartu debet, kartu ATM maupun kartu
kredit.
2) Transfer dana yang dilakukan antar penyedia jasa keuangan dan untuk
kepentingan penyedia jasa keuangan dimaksud, seperti transfer dana yang
dilakukan oleh Nasabah Perusahaan berupa Perusahaan sekuritas untuk
tujuan kegiatan sekuritas Nasabah dimaksud.
28
d. Permintaan Informasi
8 :
1) Apabila dalam kegiatan transfer dana di dalam wilayah Indonesia (transfer: 5
dana domestik), informasi yang disampaikan kepada Bank Penerima
1 0
transaksi Nasabah/WIC Pengirim, maka Bank Pengirim wajib 1 7
hanya informasi nomor rekening Nasabah Pengirim atau nomor referensi

2 0
menyampaikan secara tertulis informasi yang dibutuhkan Bank Penerima
0 /
dalam waktu 3 (tiga) hari kerja sejak permintaan tertulis diterima dari Bank
Penerima.
/1
1 0
2) Pemenuhan permintaan informasi dari Bank Penerima dilakukan dalam
-
rangka tukar menukar informasi antar Bank, sehingga dikecualikan dari
ketentuan tentang rahasia Bank.
2 05
3) Dalam hal terdapat beberapa Transfer Dana dari satu Nasabah atau WIC
0 8
pengirim yang tergabung dalam satu dokumen yang ditujukan kepada
3
beberapa Nasabah atau WIC penerima, dokumen tersebut wajib memuat
6
7 8
informasi mengenai Nasabah/WIC Pengirim dan informasi mengenai
Nasabah atau WIC penerima secara lengkap.
4)
0
Bank wajib menolak melakukan Transfer Dana apabila Nasabah atau WIC
pengirim maupun penerima tidak memenuhi kelengkapan informasi yang
diminta oleh Bank.
5) Apabila Bank menerima perintah transfer dari Bank Pengirim yang
berkedudukan di luar negeri namun tidak dilengkapi dengan informasi,
maka sebagai Bank Penerima dapat :
a) Melaksanakan Transfer Dana;
b) Menolak untuk melaksanakan Transfer Dana; atau
c) Menunda transaksi Transfer Dana,
disertai dengan tindak lanjut yang memadai.

Standar Prosedur - Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme III - C - 2
Edisi :3 Berlaku sejak tanggal : 12 September 2017 Diverifikasi oleh :
Revisi ke :0 Tanggal yang digantikan : 10 Juli 2015
BAB - III
PROSEDUR PELAKSANAAN APU DAN PPT

  2. Private Banking (Nasabah Prioritas)


Penerimaan Nasabah private banking harus melalui proses Enhanced Due
Diligence (EDD), dengan fokus kepada informasi mengenai pekerjaan/usaha
Nasabah, rata-rata penghasilan Nasabah, perkiraan transaksi Nasabah dalam
setahun, sumber dana, dan tujuan Nasabah berhubungan dengan Bank.
Nasabah diwajibkan memberikan informasi/data secara lengkap, benar dan up-to-
date. Selanjutnya terhadap aktifitas transaksi Nasabah dilakukan monitoring
secara ketat. Apabila terdapat indikasi transaksi tidak wajar atau informasi yang
meragukan, Cabang/Outlet Prioritas wajib melaporkannya sebagai transaksi
keuangan mencurigakan.
3. Alternative Remittance
Alternative Remittance (AR) adalah jasa pengiriman uang melalui operator
tertentu. Dalam penerapan program APU dan PPT, AR termasuk salah satu jasa
yang dapat digunakan untuk menyamarkan transaksi seperti “structuring”
termasuk menyamarkan pelaku pengguna jasa AR. Pada umumnya pengguna
jasa AR adalah WIC.
Sebelum melakukan kerjasama dengan AR, Unit Bisnis wajib melakukan due
diligence terhadap operator AR dan memastikan bahwa pihak operator
menerapkan program APU dan PPT sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
28
Aktifitas transaksi yang perlu memperoleh perhatian, yang dilakukan oleh WIC
8 :
pengguna AR, karena dikategorikan sebagai transaksi yang mencurigakan adalah
: 5
sebagai berikut :
1 0
1 7
a. Penerimaan dan/atau pengiriman dana ke dan/atau dari offshore financial
centre yang berisiko tinggi (high risk) tanpa alasan usaha yang jelas.

2 0
0 /
b. Penerimaan transfer dana dalam beberapa tahap dan setelah mencapai
akumulasi jumlah tertentu yang cukup besar kemudian ditransfer ke luar
secara sekaligus. / 1
c.
0
1 dana dalam jumlah yang sama
Penerimaan dilanjutkan dengan pengiriman
atau hampir sama serta dilakukan- dalam jangka waktu yang relatif singkat
(pass by).
0 5
d.
8 2 dana yang dilakukan dalam jumlah relatif
Penerimaan dan/atau pengiriman
0 yang tinggi.
kecil namun dengan frekuensi
3
e. Penerimaan dan/atau
tinggi (high risk7 86 pengiriman dana dari atau ke pihak lain yang berisiko
customers).
f. 0
Penerimaan dan/atau pengiriman dana dari atau ke negara yang penerapan
program APU dan PPT lebih longgar.
g. Penerimaan dan/atau pengiriman dana dengan menggunakan lebih dari 1
(satu) rekening baik atas nama yang sama ataupun atas nama yang berbeda.
4. EDD terhadap Jasa Penitipan dengan Pengelolaan(Trust)
Jasa penitipan dengan pengelolaan (Trust) adalah kegiatan usaha Bank berupa
penitipan dengan pengelolaan atas harta yang dititipkan oleh pemilik harta.
a. Jasa Penitipan dengan Pengelolaan (Trust) wajib dilakukan EDD terhadap :
1) Pemilik harta yang dititipkan pengelolaan hartanya (settlor); dan
2) Penerima manfaat dari harta yang dititipkan (beneficiary).

Standar Prosedur - Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme III - C - 3
Edisi :3 Berlaku sejak tanggal : 12 September 2017 Diverifikasi oleh :
Revisi ke :0 Tanggal yang digantikan : 10 Juli 2015
BAB - III
PROSEDUR PELAKSANAAN APU DAN PPT

  Dalam hal settlor juga bertindak sebagai beneficiary maka proses EDD yang
dilakukan hanya pada settlor atau beneficiary dengan menjelaskan bahwa
settlor dan beneficiary adalah pihak yang sama.
b. Informasi yang wajib diminta terhadap calon settlor sama dengan ketentuan
yang berlaku kepada penerimaan calon Nasabah Perusahaan.
c. Informasi yang wajib diminta terhadap beneficiary paling kurang:
1) Berpedoman kepada ketentuan yang berlaku kepada calon Nasabah
perorangan dan calon Nasabah Perusahaan;
2) Nomor rekening; dan
3) Nama bank yang menerima pemindahan dana dari rekening settlor.
d. Dalam hal bank yang menerima pemindahan dana dari rekening settlor berada
di luar negeri, maka terhadap bank di luar negeri tersebut harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
1) Memiliki prosedur CDD sesuai dengan ketentuan yang berlaku; dan
2) Berkedudukan di negara yang tidak tergolong berisiko tinggi. Informasi
mengenai tingkat risiko suatu negara antara lain dapat dilihat dalam
website www.fatf-gafi.org atau www.apgml.org.
2 8
:
8bank di luar
e. Dalam hal bank di luar negeri sebagaimana dimaksud pada butir d di atas
berkedudukan di negara yang tergolong berisiko tinggi, maka
: 5
negeri tersebut wajib memenuhi kriteria :
1 0
1
tercatat, dimana Pemegang Saham Pengendali antara 7 bank dimana settlor
1) Berada dalam kelompok usaha yang sama dengan Bank dimana settlor

tercatat dengan bank yang menerima pemindahan


/ 20 dana dari rekening
10
settlor adalah sama; dan
/
2) Kelompok usaha tersebut telah menjalankan CDD, penatausahaan
dokumen, dan program APU dan0PPT secara efektif sesuai dengan
Rekomendasi FATF. -1
5. Produk Kartu Kredit
0 5
2 issuer
a. Bank dalam kedudukannya8sebagai
3
1) Bank melakukan proses 0 penentuan High Risk Customer (HRC) dari calon
pemegang kartu6kredit.
8
2) Apabila dari7proses butir 1) kriteria HRC terpenuhi, maka perlu dilakukan
0
proses Enhanced Due Dilligence (EDD).
3) Setiap perubahan profil Nasabah, akan dilakukan penyesuaian oleh Bank
sesuai dengan ketentuan pengelolaan HRC.
4) Bank akan melakukan analisa transaksi kartu kredit untuk
mengidentifikasikan transaksi kartu kredit yang mencurigakan berdasarkan
threshold atau parameter tertentu, misalnya praktek gesek tunai/ money
laundering / gratifikasi terselubung.
5) Hasil analisa tersebut merupakan transaksi mencurigakan yang dilaporkan
oleh Unit Pengelola Nasabah sebagai LTKM kepada SKK-KP.
6) Selanjutnya LTKM tersebut diproses oleh SKK-KP untuk diteruskan kepada
regulator.

Standar Prosedur - Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme III - C - 4
Edisi :3 Berlaku sejak tanggal : 12 September 2017 Diverifikasi oleh :
Revisi ke :0 Tanggal yang digantikan : 10 Juli 2015
BAB - III
PROSEDUR PELAKSANAAN APU DAN PPT

  7) Ketentuan lebih lanjut terkait dengan hal-hal tersebut diatas akan diatur
dalam Ketentuan Produk Kartu Kredit.
b. Bank dalam kedudukannya sebagai acquirer
1) Bank melakukan analisa Merchant baru berdasarkan RBA untuk
menentukan profil Nasabah yang tergolong High Risk Customer (HRC).
2) Apabila dari proses butir 1). Kriteria HRC terpenuhi, maka perlu dilakukan
proses Enhanced Due Dilligence (EDD).
3) Setiap perubahan profil nasabah, akan dilakukan penyesuaian oleh Bank
sesuai dengan ketentuan pengelolaan HRC.
4) Bank akan melakukan analisa proses transaksi kartu kredit melalui
Merchant untuk mengidentifikasikan transaksi kartu kredit yang
mencurigakan berdasarkan threshold atau parameter tertentu, misalnya
praktek gesek tunai.
5) Hasil analisa tersebut merupakan transaksi mencurigakan yang dilaporkan
oleh Unit Pengelola Nasabah sebagai LTKM kepada SKK-KP.
6) Selanjutnya LTKM tersebut diproses oleh SKK-KP untuk diteruskan kepada
regulator.
28
7) Ketentuan lebih lanjut terkait dengan hal-hal tersebut diatas akan diatur
dalam Ketentuan Layanan E-Banking. 8 :
: 5
6. Penggunaan Produk dan Jasa Berisiko Tinggi Lainnya
1 0
Dalam berhubungan dengan calon Nasabah, WIC ataupun Nasabah yang
1 7
tergolong berisiko tinggi terhadap kemungkinan pencucian uang dan pendanaan
0
Enhanced Due Diligence (EDD).
0 /2
terorisme, Bank wajib melakukan prosedur CDD yang lebih mendalam atau

/
Apabila dari hasil EDD yang dilakukan terhadap1 Nasabah terdapat transaksi tidak
1 0 atau alasan yang jelas, maka
sesuai dengan profil, namun diperoleh underlying
-
terhadap transaksi tersebut dilakukan pemantauan sebagaimana biasanya.
Sedangkan apabila dari hasil EDD5tidak diperoleh underlying atau alasan yang
jelas, maka terhadap transaksi 2 0tersebut wajib dilaporkan dalam LTKM dan
0 8 ketat.
dilakukan pemantauan yang lebih

6 3
7 8
0

Standar Prosedur - Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme III - C - 5
Edisi :3 Berlaku sejak tanggal : 12 September 2017 Diverifikasi oleh :
Revisi ke :0 Tanggal yang digantikan : 10 Juli 2015
BAB - III
PROSEDUR PELAKSANAAN APU DAN PPT

  D. PENUTUPAN HUBUNGAN USAHA DAN PENOLAKAN TRANSAKSI


1. Kewajiban Menolak Transaksi, Membatalkan Transaksi, dan/atau Menutup
Hubungan Usaha
a. Unit Kerja Cabang/Bisnis wajib menolak melakukan hubungan usaha dengan
calon Nasabah dan/atau melaksanakan transaksi dengan WIC, dalam hal
calon Nasabah atau WIC :
1) Tidak memenuhi ketentuan permintaan informasi dan dokumen pendukung
pembukaan rekening;
2) Diketahui dan/atau patut diduga menggunakan dokumen palsu yaitu
dokumen identitas (KTP, SIM, Passport) dan/atau dokumen lainnya, yang
tidak terdaftar pada instansi yang berwenang atau tidak dapat diverifikasi
kebenarannya;
3) Menyampaikan informasi yang diragukan kebenarannya;
4) Berbentuk Shell Bank atau Bank yang mengizinkan rekeningnya digunakan
oleh Shell Bank;
b. Unit Kerja Cabang/Bisnis dapat menolak/membatalkan transaksi dan/atau
menutup hubungan usaha dengan Existing Customer dalam hal :
28
1) Nasabah tidak memenuhi ketentuan permintaan informasi dan dokumen
pendukung pembukaan rekening; 8 :
: 5
2) Unit Kerja Cabang/Bisnis ragu terhadap kebenaran informasi Nasabah;
1 0
berasal dari hasil tindak pidana; 1 7
3) Memiliki sumber dana transaksi yang diketahui dan/atau patut diduga

2 0
organisasi teroris. 0 /
4) Calon Nasabah / Nasabah terdapat dalam daftar terduga teroris dan

/ 1
1 0
c. Apabila Unit Kerja Cabang/Bisnis tetap memelihara hubungan usaha dengan
Existing Customer di atas sebagaimana dimaksud pada butir b. maka Unit
-
kerja Cabang/Bisnis paling kurang harus :
1) Memiliki alasan yang kuat 0
5
2 untuk tetap memelihara hubungan usaha, dan
2) Melaporkan Nasabah8 tersebut dalam Laporan Transaksi Keuangan
Mencurigakan. 30
d. Terhadap Nasabah 8 6 yang ditutup hubungan usahanya, Unit Kerja
Cabang/Bisnis 7wajib memberitahukan secara tertulis kepada Nasabah
0
mengenai penutupan hubungan usaha tersebut.
e. Pemberitahuan tertulis dapat dilakukan dengan penyampaian surat yang
ditujukan kepada Nasabah sesuai dengan alamat yang tercantum dalam
database Bank atau diumumkan melalui media cetak, media elektronik
maupun media lainnya.
f. Apabila setelah dilakukan pemberitahuan tertulis Nasabah tidak mengambil
sisa dana yang tersimpan di Bank, maka penyelesaian terhadap sisa dana
Nasabah tersebut dilakukan sesuai peraturan perundang-undangan yang
berlaku, antara lain dengan menyerahkan sisa dana ke Balai Harta
Peninggalan.

Standar Prosedur - Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme III - D - 1
Edisi :3 Berlaku sejak tanggal : 12 September 2017 Diverifikasi oleh :
Revisi ke :0 Tanggal yang digantikan : 10 Juli 2015
BAB - III
PROSEDUR PELAKSANAAN APU DAN PPT

  g. Dalam hal penutupan hubungan usaha terkait dengan transaksi transfer dana,
maka prosedur penutupan hubungan usaha dilakukan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai transfer dana.

2. Penolakan atau pembatalan transaksi yang disertai dengan pengembalian dana


kepada Nasabah Pengirim sesuai ketentuan yang berlaku. Namun demikian,
ketentuan pengembalian dana tersebut tidak berlaku bagi Nasabah yang namanya
tercantum dalam Daftar Terduga Teroris dan Organisasi Teroris (DTTOT) serta
Proliferasi Senjata Pemusnah Massal.
Prosedur pemblokiran rekening Nasabah perorangan / badan yang tercantum
namanya di DTTOT diatur dalam Standar Prosedur Hukum (SPH) dan Petunjuk
Teknis Hukum (PTH).

28
8 :
: 5
1 0
1 7
2 0
0 /
/1
1 0
-
2 05
0 8
6 3
8
07

Standar Prosedur - Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme III - D - 2
Edisi :3 Berlaku sejak tanggal : 12 September 2017 Diverifikasi oleh :
Revisi ke :0 Tanggal yang digantikan : 10 Juli 2015
BAB - III
PROSEDUR PELAKSANAAN APU DAN PPT

 
E. KNOW YOUR EMPLOYEE
Untuk mencegah digunakannya Bank sebagai media atau tujuan pencucian uang
atau pendanaan terorisme dan juga untuk mencapai penerapan kebijakan Anti
Pencucian Uang yang efektif di jajaran Bank, maka Bank juga menerapkan Know
Your Employee (KYE).
1. Definisi
Know Your Employee (KYE) adalah prinsip yang diterapkan Bank untuk
mengenal dengan baik profil pegawainya yang mencakup karakter, perilaku dan
gaya hidup.
2. KYE sebagai Bagian Integral dari Kebijakan Anti Pencucian Uang
KYE merupakan bagian integral dari manajemen risiko operasional, reputasi dan
legal bagi Bank, dimana dalam hal ini Bank perlu meyakini bahwa seluruh
pegawai yang seharusnya menerapkan program APU dan PPT di Bank tidak
menjadi target pelanggaran terhadap ketentuan yang berlaku atau menjadi
pelaku money laundering baik yang aktif maupun potensial.
3. KYE dimulai dari Rekrutmen Pegawai
Rekrutmen pegawai merupakan hal yang krusial dan perlu mendapat perhatian
28
seksama dalam mendukung penerapan KYE. Bank wajib memastikan bahwa
8 :
seluruh informasi penting mengenai calon pegawai telah diperoleh secara
: 5
tersebut selain sebagai tindakan preventif terhadap kemungkinan pegawai 1 0
lengkap, akurat dan up to date pada tahap awal seleksi. Penggalian informasi

7
melakukan tindakan pelanggaran terhadap ketentuan yang berlaku, fraud atau
1
0
menjadi pelaku money laundering, juga akan menjadi informasi pendukung untuk
2
0 /
kegiatan pengembangan pegawai selama bekerja di Bank. Penggalian informasi
yang kurang akurat, lengkap dan up to date dapat menimbulkan risiko
operasional, reputasi dan legal bagi Bank. /1
4. Data dan Informasi Pegawai 1 0
-
05
Data dan informasi pegawai yang wajib diketahui dan di up date secara terus
menerus oleh Bank.
a. Nama 8 2
b. Tempat tanggal lahir
3 0
8 6
c. Alamat sesuai KTP dan alamat lain apabila berbeda dengan KTP
d. Daftar keluarga inti (Nuclear Family) sesuai Kartu Keluarga seperti : Istri /
07
Suami dan Anak.
e. Riwayat pendidikan, pekerjaan, penghargaan dan hukuman.
5. Tindakan Preventif Oleh Kepala Unit Kerja
Dalam rangka menerapkan prinsip KYE, beberapa tindakan preventif yang dapat
dilakukan oleh Kepala Unit Kerja terhadap setiap pegawai yang menjadi
bawahannya antara lain :
a. Memperhatikan dan menilai karakter, perilaku dan gaya hidup setiap
pegawai.
b. Memperhatikan perubahan perilaku pegawai bawahannya untuk mendeteksi
adanya penyimpangan perilaku ke arah yang dapat menimbulkan risiko bagi
Bank. Perubahan perilaku antara lain, gaya hidup, catatan kehadiran, tingkat

Standar Prosedur - Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme III - E - 1
Edisi :3 Berlaku sejak tanggal : 12 September 2017 Diverifikasi oleh :
Revisi ke :0 Tanggal yang digantikan : 10 Juli 2015
BAB - III
PROSEDUR PELAKSANAAN APU DAN PPT

  c. emosional, bertingkah laku yang tidak sejalan dengan nilai-nilai Bankir (kode
etik), serta perilaku lainnya.
Contoh gaya hidup pegawai yang perlu mendapat perhatian Kepala Unit
Kerja antara lain sebagai berikut :
1) Melakukan aktivitas perjudian.
2) Sering mangkir dari tempat tugas tanpa alasan yang jelas.
3) Tidak pernah melaksanakan cuti tahunan secara block leave.
4) Secara kasat mata diketahui memiliki harta kekayaan yang tidak sesuai
dengan penghasilannya di Bank dan tidak diketahui underlying bisnisnya.
5) Bersikap sangat dermawan yang tidak sesuai dengan penghasilannya di
Bank dan tidak diketahui underlying-nya.
d. Memperhatikan riwayat kinerja dan peningkatan karir pegawai dari waktu ke
waktu.
e. Melaksanakan pemisahan fungsi tugas (segregation of duties) di front office
dan back office sehingga prinsip dual control dapat berjalan dengan efektif.
f. Melaksanakan rotasi pegawai dari satu bidang pekerjaan ke bidang
pekerjaan yang lain pada kurun waktu tertentu dengan tetap memperhatikan
28
kebutuhan organisasi. Rotasi pegawai sangat efektif untuk memberikan
8 :
:
penyegaran kepada pegawai yang telah terlalu lama menduduki suatu bidang5
pekerjaan tertentu sekaligus memperkecil kesempatan pegawai untuk
1 0
melakukan tindakan pelanggaran terhadap ketentuan yang berlaku, fraud
atau menjadi pelaku money laundering.
1 7
g. Mengawasi terlaksananya fungsi internal kontrol,0
/ 2 dengan cara :
1) Mengingatkan setiap pegawai bawahannya
/ 10 untuk
benturan kepentingan antara tugas kedinasan
menghindari terjadinya
dengan pribadi (conflict of
interest)
1 0
-
2) Mewajibkan setiap pegawai bawahannya untuk patuh terhadap ketentuan
0 5
kode etik pegawai, code of conduct atau ketentuan terkait lainnya.
3) Membuat rencana cuti8 2
setiap pegawai dan mengatur pelaksanaannya.
0 bawahannya ke area tertentu (controlled area)
4) Membatasi akses3pegawai
8 6 hal-hal yang tidak diinginkan.
guna menghindari
6.
07 Jika Terjadi Indikasi Penyimpangan / Pelanggaran
Mekanisme Pelaporan
Apabila ditemukan adanya indikasi terjadinya penyimpangan, pelanggaran, fraud
yang dilakukan oleh pegawai, maka Kepala Unit Kerja wajib melaporkan hal
tersebut kepada Internal Audit untuk dilakukan investigasi lebih lanjut, dengan
tembusan kepada SKK di Kantor Pusat.

Standar Prosedur - Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme III - E - 2
Edisi :3 Berlaku sejak tanggal : 12 September 2017 Diverifikasi oleh :
Revisi ke :0 Tanggal yang digantikan : 10 Juli 2015
BAB - III
PROSEDUR PELAKSANAAN APU DAN PPT

 
F. PELATIHAN
Bank wajib memberikan pelatihan tentang penerapan APU dan PPT kepada semua
jajaran Bank yang pelaksanaannya disesuaikan dengan kebutuhan Bank.
Seluruh pegawai (unit kerja kantor pusat dan cabang) wajib mengikuti pelatihan APU
dan PPT minimal 1(satu) kali dalam masa kerjanya.
1. Peserta Pelatihan Wajib (Mandatory)
a. UKK APU dan PPT di Kantor Pusat
Pegawai UKK APU dan PPT di Kantor Pusat wajib diberikan pelatihan,
seminar, workshop secara berkesinambungan untuk mengkinikan
pengetahuannya dan meningkatkan keterampilannya dalam melakukan
analisis transaksi dan memberikan advis/rekomendasi penerapan APU dan
PPT.
b. Pejabat/petugas yang berhubungan langsung dengan Nasabah
Pejabat/petugas yang berhadapan langsung dengan Nasabah sebelum
penempatan wajib mendapat pelatihan APU dan PPT sesuai dengan bidang
tugasnya, dengan penekanan pada :
2 8
:
58
1) Pemahaman tentang kebijakan dan prosedur penerimaan Nasabah
sesuai dengan bidang tugasnya.
:
2) Pemahaman terhadap tata cara identifikasi transaksi0yang tidak normal
1
atau tidak sesuai dengan profil Nasabah.
3) Pemahaman terhadap langkah-langkah yang1
7
20
diperlukan sebagai tindak
/
lanjut bila terdapat transaksi yang mencurigakan.
4) Pemahaman terhadap pengkinian profil
/ 10Nasabah.
c.
1 0
Pejabat/petugas yang melakukan pengawasan
Pejabat/petugasyang melakukan- pengawasan mendapat pelatihan sesuai
dengan bidang tugasnya, dengan
0 5 penekanan pada :
1) Pemahaman tentang 8 2kebijakan dan prosedur pemantauan profil dan
transaksi Nasabah.
3 0
2) Pemahaman 6
8 terhadap
atau tidak7sesuai
tata cara identifikasi transaksi yang tidak normal
dengan profil Nasabah.
0
3) Pemahaman terhadap langkah-langkah yang diperlukan sebagai tindak
lanjut bila terdapat transaksi yang mencurigakan.
4) Pemahaman terhadap pengkinian profil Nasabah.
d. Pegawai Baru
Pegawai baru wajib mendapat pelatihan mengenai penerapan APU dan
PPT. Pelatihan selanjutnya disesuaikan dengan penempatan pegawai yang
bersangkutan.

Standar Prosedur - Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme III - F - 1
Edisi :3 Berlaku sejak tanggal : 12 September 2017 Diverifikasi oleh :
Revisi ke :0 Tanggal yang digantikan : 10 Juli 2015
BAB - III
PROSEDUR PELAKSANAAN APU DAN PPT

 
2. Program Pelatihan
Program pelatihan maupun sosialisasiAPU dan PPT ditentukan berdasarkan
kebutuhan jenis pelatihan dan kelompok karyawan yang membutuhkan pelatihan.

Program pelatihan terhadap pegawai Bank dilakukan melalui berbagai media,


antara lain :
a. Pelatihan internal (inhouse training)
b. E-Learning modul APU dan PPT yang dapat diakses melalui PC di seluruh
unit kerja.
c. Training lainnya yang dilakukan dengan melibatkan pihak ataupun
narasumber eksternal.
d. Pelatihan Eksternal.
3. Pegawai yang berhadapan langsung dengan nasabah (front liners), pegawai
yang melakukan pengawasan dan pegawai UKK APU dan PPT wajib
mendapatkan pelatihan secara berkala.

2 8
8 :
: 5
1 0
1 7
20
0 /
/1
1 0
-
2 05
0 8
6 3
8
07

Standar Prosedur - Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme III - F - 2
Edisi :3 Berlaku sejak tanggal : 12 September 2017 Diverifikasi oleh :
Revisi ke :0 Tanggal yang digantikan : 10 Juli 2015
BAB - III
PROSEDUR PELAKSANAAN APU DAN PPT

 
G. PENERAPAN PROGRAM APU DAN PPT KANTOR LUAR NEGERI DAN
PERUSAHAAN ANAK BANK MANDIRI

1. Kantor Luar Negeri


a. Unit Bisnis pengelola Kantor Luar Negeri wajib meneruskan kebijakan dan
prosedur program APU dan PPT ke seluruh jaringan Kantor di luar negeri,
pemantauan pelaksanaannya dilakukan oleh Unit Kerja Khusus APU dan PPT
di Kantor Pusat.
b. Apabila di negara tempat kedudukan Kantor Luar Negeri memiliki peraturan
yang lebih prudent dari peraturan di Indonesia, maka Kantor Luar Negeri
tunduk pada ketentuan yang dikeluarkan oleh otoritas Negara setempat.
c. Apabila di negara tempat kedudukan Kantor Luar Negeri belum mematuhi
rekomendasi FATF atau sudah mematuhi, namun standar program APU dan
PPT yang dimiliki lebih longgar dengan yang diterapkan di Indonesia, maka
Kantor Luar Negeri wajib menerapkan program APU dan PPT sebagaimana
diatur oleh regulator di Indonesia.
d. Dalam hal peraturan di Indonesia mengenai program APU dan PPT
28
mengakibatkan pelanggaran terhadap ketentuan perundang-undangan yang
8 :
berlaku di tempat kedudukan Kantor Luar Negeri tersebut, maka pejabat
: 5
Kantor Luar Negeri wajib menginformasikan kepada Unit Bisnis pengelola
Kantor Luar Negeri dan UKK APU dan PPT di Kantor Pusat. 1 0
e.
1
Dalam rangka pemantauan terhadap pelaksanaan program APU dan PPT, 7
0
Kantor Luar Negeri harus melaporkan pelaksanaan program APU dan PPT
2
/
secara berkala kepada UKK APU dan PPT di Kantor Pusat, dengan tembusan
0
1
kepada Unit Bisnis pengelola Kantor Luar Negeri, yang memuat informasi
/
paling kurang mengenai :
0
1Transaction
1) Laporan statistik Suspicious
- Report (STR) dan Cash
5
Transaction Report (CTR) kepada Otoritas setempat.
Pelaksanaan audit oleh 0internal maupun eksternal auditor dan tindak
2)
lanjut atas hasil audit8
2
tersebut.
3) 3
Ketentuan baru atau
0 perubahan ketentuan terkait dengan APU dan PPT
(jika ada).
8 6
4) 07 training dan sosialisasi kepada pegawai terkait program
Pelaksanaan
APU dan PPT.
5) Ketentuan dalam Kebijakan dan Standar Prosedur APU dan PPT yang
bertentangan dengan regulasi setempat ataupun sebaliknya (jika ada).
6) Pergantian pejabat Compliance Officer yang berwenang untuk mengelola
pelaksanaan dan pelaporan penerapan APU dan PPT (jika ada).
7) Kendala-kendala yang dihadapi oleh Kantor Luar Negeri (jika ada).

f. Penyampaian laporan sebagaimana butir e tersebut di atas, disampaikan


secara berkala minimal 3 (tiga) bulan sekali, paling lambat tanggal 15 bulan
berikutnya.

Standar Prosedur - Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme III - G - 1
Edisi :3 Berlaku sejak tanggal : 12 September 2017 Diverifikasi oleh :
Revisi ke :0 Tanggal yang digantikan : 10 Juli 2015
BAB - III
PROSEDUR PELAKSANAAN APU DAN PPT

 
2. Perusahaan Anak
a. Perusahaan Anak di Luar Negeri
1) Bank wajib meneruskan kebijakan dan prosedur program APU dan PPT
keseluruh Perusahaan Anak yang berkedudukan di luar negeri.
2) Apabila di negara tempat kedudukan Perusahaan Anak memiliki peraturan
yang lebih prudent dari peraturan di Indonesia, maka Perusahaan Anak di
luar negeri tunduk pada ketentuan yang dikeluarkan oleh otoritas Negara
setempat.
3) Apabila di negara tempat kedudukan Perusahaan Anak belum mematuhi
rekomendasi FATF atau sudah mematuhi, namun standar program APU
dan PPT yang dimiliki lebih longgar dengan yang diterapkan di Indonesia,
maka Perusahaan Anak wajib menerapkan program APU dan PPT
sebagaimana diatur oleh regulator di Indonesia.
4) Dalam hal terdapat peraturan/ketentuan di Indonesia mengenai APU dan
PPT yang mengakibatkan pelanggaran terhadap ketentuan perundang-
undangan yang berlaku di negara tempat kedudukan Perusahaan Anak

28
tersebut, maka pejabat Perusahaan Anak wajib menginformasikan kepada
Unit Kerja Khusus APU dan PPT di Kantor Pusat.
:
5) Dalam rangka pemantauan terhadap pelaksanaan program APU
: 58 dan PPT,

APU dan PPT secara berkala kepada Unit Kerja Khusus 1 0 APU dan PPT di
Perusahaan Anak di luar negeri harus melaporkan pelaksanaan program

memuat informasi paling kurang mengenai : 1 7


Kantor Pusat, dengan tembusan kepada unit kerja yang mensupervisi, yang

0
a) Laporan statistik Suspicious Transaction
0 /2setempat.
Report (STR) dan Cash

/1
Transaction Report (CTR) kepada Otoritas
b) Pelaksanaan audit oleh internal0maupun eksternal auditor dan tindak
lanjut atas hasil audit tersebut. 1
- ketentuan terkait dengan APU dan PPT
5
c) Ketentuan baru atau perubahan
0
(jika ada).
2
8 dan sosialisasi kepada pegawai terkait program
0
d) Pelaksanaan training
APU dan PPT. 3
e) Ketentuan 8
6
07 dengan regulasi setempat ataupun sebaliknya (jika ada).
dalam Kebijakan dan Standar Prosedur APU dan PPT yang
bertentangan
f) Pergantian pejabat Compliance Officer yang berwenang untuk
mengelola pelaksanaan dan pelaporan penerapan program APU dan
PPT (jika ada).
g) Kendala-kendala yang dihadapi oleh Perusahaan Anak di luar negeri.

Penyampaian laporan sebagaimana angka 5) tersebut di atas, disampaikan


secara berkala minimal 3 (tiga) bulan sekali, paling lambat tanggal 15 bulan
berikutnya.

Standar Prosedur - Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme III - G - 2
Edisi :3 Berlaku sejak tanggal : 12 September 2017 Diverifikasi oleh :
Revisi ke :0 Tanggal yang digantikan : 10 Juli 2015
BAB - III
PROSEDUR PELAKSANAAN APU DAN PPT

  b. Perusahaan Anak di Dalam Negeri


Perusahaan Anak di dalam negeri wajib memiliki ketentuan mengenai
penerapan program APU dan PPT sesuai ketentuan dan peraturan perundang-
undangan yang berlaku dan selaras dengan ketentuan Bank Mandiri. Standar
Prosedur APU dan PPT ini dapat menjadi referensi bagi Perusahaan Anak.

Penyampaian laporan sebagaimana angka 5) butir a. tersebut di atas,


disampaikan secara berkala minimal 3 (tiga) bulan sekali, paling lambat tanggal
15 bulan berikutnya.

3. Pertukaran Informasi
a. Sebagai implementasi ketentuan Pertukaran Informasi untuk tujuan Customer
Due Diligence (CDD) dan Manajemen Risiko terhadap pencucian uang dan
pendanaan terorisme dalam satu Konglomerasi Keuangan (Financial Group),
maka dimungkinkan dilakukan pertukaran informasi antara Bank Mandiri
dengan Perusahaan Anak dan sebaliknya, serta antar Perusahaan Anak.
b. Adapun informasi yang dapat diberikan ataupun diminta terbatas dalam hal
penerapan program APU PPT diantaranya terkait profil nasabah, rekening dan
transaksi serta tipologi dan modus TPPU-TPPT.
2 8
:
8 sebagai
c. Mekanisme pertukaran informasi antar Perusahaan Anak, baik permintaan
maupun penyampaian informasi, dilakukan melalui Bank Mandiri
: 5
Entitas Utama, yaitu Compliance Group pada APL Department.
1 0
1 7
d. Program APU dan PPT wajib diterapkan di seluruh Kantor Luar Negeri dan
Perusahaan Anak Bank Mandiri di dalam dan di luar negeri.
2 0 program APU dan PPT
antara lain : 0 /
Entitas Utama wajib memantau pelaksanaan penerapan

/ 1
a. Kebijakan dan prosedur pertukaran 0informasi untuk tujuan CDD dan
manajemen risiko terhadap pencucian 1
uang dan pendanaan terorisme;
-
0 5 infomasi
b. Pengaturan, pada fungsi kepatuhan, fungsi audit, dan fungsi APU dan PPT

transaksi untuk tujuan APU 2


pada level grup harus mendapatkan mengenai nasabah, rekening, dan
8 dan PPT dari seluruh jaringan kantor dan anak
Perusahaan; dan 0
3 memadai mengenai keamanan informasi.
8 6
c. Memiliki ketentuan yang
Review Terhadap 7
4.
Negeri
0 Ketentuan APU dan PPT di Tempat Kedudukan Kantor Luar

a. Pelaksanaan Review
Terkait dengan penerapan program APU PPT pada Perusahaan Anak, Bank
Mandiri sebagai Entitas Utama memastikan bahwa Kantor Luar Negeri dan
Perusahaan Anak di dalam maupun di luar negeri memiliki kebijakan dan
standar prosedur APU PPT yang selaras dengan Entitas Utama.
Dalam hal ketentuan APU PPT dimana Kantor Luar Negeri berdomisili lebih
prudent, maka penerapan APU PPT mengacu pada ketentuan otoritas
setempat, sebaliknya apabila lebih longgar maka mengacu pada ketentuan dari
regulator di Entitas Utama.

Standar Prosedur - Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme III - G - 3
Edisi :3 Berlaku sejak tanggal : 12 September 2017 Diverifikasi oleh :
Revisi ke :0 Tanggal yang digantikan : 10 Juli 2015
BAB - III
PROSEDUR PELAKSANAAN APU DAN PPT

  Pelaksanaan review dalam menilai dan menetapkan prudent atau longgarnya


ketentuan perundangan APU dan PPT di tempat kedudukan Kantor Luar Negeri
(KLN) dibandingkan dengan ketentuan yang berlaku di Indonesia dilakukan
oleh Satuan Kerja Kepatuhan di Kantor Pusat.
b. Kriteria Penilaian
Kriteria penilaian berdasarkan parameter sebagai berikut :
1) Status negara tempat kedudukan Kantor Luar Negeri, yaitu :
Apakah negara atau otoritas tempat kedudukan KLN mempunyai peraturan
dan ketentuan yang mewajibkan institusi keuangan untuk menerapkan
program APU dan PPT sesuai rekomendasi FATF atau comply terhadap
rekomendasi FATF.
2) Level Risiko dan Monitoring FATF :
Apakah negara tempat kedudukan Kantor Luar Negeri, berdasarkan laporan
publikasi FATF tidak termasuk dalam kategori negara berisiko tinggi.
c. Prosedur Penilaian
1) Untuk memperoleh informasi mengenai ketat longgarnya penerapan
program APU dan PPT di KLN, antara lain dilakukan melalui pelaksanaan
28
kunjungan ke cabang KLN, laporan KLN terhadap penerapan program APU
dan PPT yang dilaksanakan secara reguler setahun sekali ke SKK-KP, atau 8 :
laporan hasil penilaian pihak eksternal.
0 :5
2) 1
Apabila status negara tempat kedudukan KLN tidak memenuhi salah satu
1 7
kriteria penilaian, maka status negara tersebut dikategorikan lebih longgar.
0
longgarnya penerapan program APU dan/2PPT di cabang KLN untuk
3) UKK APU dan PPT di Kantor Pusat menyampaikan usulan atas ketat

/ 10 di Kantor Pusat.
ditetapkan oleh Kepala Satuan Kerja Kepatuhan

1 0
-
0 5
8 2
3 0
8 6
0 7

Standar Prosedur - Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme III - G - 4
Edisi :3 Berlaku sejak tanggal : 12 September 2017 Diverifikasi oleh :
Revisi ke :0 Tanggal yang digantikan : 10 Juli 2015
BAB - IV
MITIGASI RISIKO

 
Dalam penerapan program APU dan PPT, Bank tidak terlepas dari risiko yang melekat
(inherent risk).Bank tidak dapat menghindar dari risiko-risiko yang ada, diantaranya risiko
operasional dan risiko kepatuhan.
Secara umum risiko-risiko yang timbul, penyebab dan mitigasi risiko dalam penerapan
program APU dan PPT dapat digambarkan sebagai berikut :

Identifikasi
No Jenis Risiko Penyebab Risiko Mitigasi Komponen SPI
Risiko
1. Identifikasi dan Verifikasi
a Operasional Data/informasi Nasabah tidak Melakukan Control
identitas tidak memberikan verifikasi Activities
sesuai dengan informasi yang informasi
profil Nasabah sebenarnya kepada
institusi/instansi
berwenang
Nasabah tidak Meminta
Control
memberikan dokumen
Activities
dokumen pendukung
pendukung tambahan
2 8
yang valid
Melakukan on-
8 :
site visit atau
: 5 Control
konfirmasi via
telepon 1 0 Activities

Nasabah tidak 1 7
Meminta
datang ke
2 0
Nasabah
Cabang (tatap
0 / datang ke
Control
muka)
/ 1 Cabang untuk
melakukan face Activities

1 0 to face meeting
b Operasional Profil risiko -
Nasabah tidak Melakukan Control
Nasabah tidak
akurat 2 05
memberikan
informasi yang
cross check
informasi
Activities

(Nasabah
0 8 lengkap, benar kepada pihak

tidak ter- 6 3
berisiko tinggi dan up to date yang
direkomendasik
capture) 8 an atau pihak
07 instansi/institusi
dimana
Nasabah
bekerja atau
Nasabah
beraktifitas
Kesalahan input Melakukan Control
oleh frontliner verifikasi atas Activities
hasil scoring
(notifikasi risiko)
dengan aplikasi
pembukaan
rekening

Standar Prosedur - Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme IV - 1


Edisi :3 Berlaku sejak tanggal : 12 September 2017 Diverifikasi oleh :
Revisi ke :0 Tanggal yang digantikan : 10 Juli 2015
BAB - IV
MITIGASI RISIKO

  Identifikasi
No Jenis Risiko Penyebab Risiko Mitigasi Komponen SPI
Risiko
2. Transaksi
Operasional Transaksi tidak Nasabah Melakukan Monitoring
terdeteksi dengan sengaja verifikasi
sebagai TKM tidak (menggali
memberikan informasi
atau sumber dana
menyamarkan dan tujuan
informasi transaksi),
sumber dana apabila
dan tujuan diperlukan
transaksi meminta
dokumen
pendukung
transaksi
Parameter alert Melakukan
Monitoring
system AML review secara
Solution tidak berkala atas
dapat keakuratan
mendeteksi parameter alert
2 8
transaksi
8 :
mencurigakan
: 5
3. Pelaporan
1 0
17
a Operasional Keterlambatan Analis tidak Membuat Log Monitoring
menyampaikan melakukan book/obligo
kewajiban monitoring Nota
2 0
pengajuan Nota

0/
laporan kepada LTKM yang LTKM
regulator/otorita
s (LTKM)
diajukan kepada
Direksi atau / 1
0
-1
setelah Pejabat
mendapat berwenang
persetujuan
Direksi atau 0 5
Pejabat
8 2
berwenang
3 0
86
Kegagalan Penyampaian Monitoring
system laporan secara

07 pelaporan on-
line GRIPS
manual

Analis lalai Membuat Monitoring


dalam monitoring
melaporkan melalui
LTKM yang reminder email
telah disetujui (alert)
Direksi atau
Pejabat
Berwenang
dalam 3 hari
kerja sejak

Standar Prosedur - Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme IV - 2


Edisi :3 Berlaku sejak tanggal : 12 September 2017 Diverifikasi oleh :
Revisi ke :0 Tanggal yang digantikan : 10 Juli 2015
BAB - IV
MITIGASI RISIKO

  Identifikasi
No Jenis Risiko Penyebab Risiko Mitigasi Komponen SPI
Risiko
b Kepatuhan Keterlambatan Kegagalan Monitoring Monitoring
menyampaikan system accessibility
LTKL dan LTKT pelaporan on- database
line GRIPS internal Bank
Kesalahan pada Melakukan Monitoring
perumusan review/checking
parameter berkala atas
transaksi parameter
transaksi LTKT
Tidak Supervisor Control activity
berjalannya memastikan
rekonsiliasi data jumlah laporan
laporan yang LTKL dan LTKT
dikirim di GRIPS sama
melaluiaplikasi dengan di Web
GRIPS dengan Register PPATK
Web Register
PPATK
2 8
Pegawai lupa
menyampaikan
Membuat
monitoring 8 : Monitoring

Laporan pelaporan LTKT


: 5
kepada PPATK
1 0
17
c Kepatuhan Tidak Kegagalan Monitoring Monitoring
menyampaikan system accessibility
LTKL dan LTKT pelaporan on-
2 0
database
line GRIPS

1 0/ internal Bank
dan monitoring

0 / jaringan

-1
pelaporan
online ke

0 5 PPATK secara
berkala dan

8 2 konfirmasi

3 0 kepada PPATK
selaku pemilik

8 6 sistem

0 7 Supervisi Membuat
monitoring
Monitoring
pelaporan tidak
efektif pelaporan LTKL
dan LTKT
Kesalahan pada Melakukan Monitoring
perumusan review/checking
parameter berkala atas
transaksi parameter
transaksi LTKT
Membuat
Pegawai lupa monitoring Monitoring
menyampaikan pelaporan LTKL
Laporan dan LTKT
kepada PPATK

Standar Prosedur - Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme IV - 3


Edisi :3 Berlaku sejak tanggal : 12 September 2017 Diverifikasi oleh :
Revisi ke :0 Tanggal yang digantikan : 10 Juli 2015
Identifikasi
No Jenis Risiko Penyebab Risiko Mitigasi Komponen SPI
Risiko
 
d Operasional Terjadinya Pegawai tidak Membuat Monitoring
tindak meneruskan monitoring
Pencucian Uang perintah pemenuhan
dan Pendanaan penundaan/pem SLA tindaklanjut
Terorisme blokiran inquiry dari
transaksi PPATK/ Aparat
kepada Unit Penegak
Kerja yang Hukum
berwenang
e Kepatuhan Tidak Bank tidak Bank Monitoring
melaksanakan menindaklanjuti melakukan
komitmen hasil temuan monitoring
temuan pemeriksaan aging hasil
regulator regulator. temuan
pemeriksaan
regulator
Data Bank Monitoring
pendukung mempersiapkan
jawaban segala data
temuan audit yang
tidak tersedia dibutuhkan
2 8
dalam
8 :
menjawab
temuan : 5
pemeriksaan
1 0
7
regulator
1
f Kepatuhan Tidak Data rencana
2 0
Melakukan Monitoring
menyampaikan
Laporan
dan realisasi
pengkinian data
0 / monitoring dan
reminder
Pengkinian data Nasabah tidak
/ 1 kepada Unit

Unit Kerja1 0
tersedia dari Kerja Pembina
Sistem CIF
-
Pembina Sistem setiap akhir

2 05
CIF sesuai
waktu yang
triwulan dan
posisi awal

0 8 ditetapkan
(setiap bulan
Desember
tahun berjalan
6 3 Desember)
g Hukum
7 8
Timbulnya Pegawai Bank Mengingatkan Information &
0 hukum
gugatan
akibat adanya
lalai telah
menginformasi-
pegawai untuk
melakukan Anti
Communication

pembocoran kan terkait Tipping Off dan


rahasia atas LTKM yang menyimpan
LTKM yang sedang disusun dokumentasi
disampaikan atau yang telah LTKM secara
kepada PPATK dilaporkan ketat dan dijaga
(Tipping Off) kepada pihak kerahasiaannya
yang tidak
berwenang atau
Nasabah
terlapor

Standar Prosedur - Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme IV - 4


Edisi :3 Berlaku sejak tanggal : 12 September 2017 Diverifikasi oleh :
Revisi ke :0 Tanggal yang digantikan : 10 Juli 2015
BAB - IV
MITIGASI RISIKO

Identifikasi
No Jenis Risiko Penyebab Risiko Mitigasi Komponen SPI
Risiko
 
Memberikan Information &
pelatihan dan Communication
sosialisasi
terkait
kerahasiaan
pelaporan
LTKM
h Operasional Tidak Tidak Melaksanakan Control Activites
terimplementasi terlaksananya training secara
nya program training/ berkesinambunga
APU dan sosialisasi n melalui metode
PPTdengan kepada pegawai classroom/ e-
baik. khususnya learning ataupun
frontliner sosialisasi
Tidak
memadainya
pemahaman/
pengetahuan
pegawai terkait
penerapan
program APU
2 8
dan PPT
8 :
: 5
1 0
1 7
2 0
0 /
/1
1 0
-
2 05
0 8
6 3
8
07

Standar Prosedur - Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme IV - 5


Edisi :3 Berlaku sejak tanggal : 12 September 2017 Diverifikasi oleh :
Revisi ke :0 Tanggal yang digantikan : 10 Juli 2015
BAB - V
DOKUMENTASI, ADMINISTRASI DAN PELAPORAN

 
A. PENATAUSAHAAN DOKUMEN
Unit Kerja Cabang/Bisnis wajib menatausahakan data atau dokumen dengan baik
sebagai upaya untuk membantu pihak yang berwenang dalam melakukan penyidikan
terhadap dana-dana yang diindikasikan berasal dari hasil kejahatan atau membantu
pelaksanaan tugas dari otoritas berwenang. Dengan demikian, dokumen yang
dimiliki/disimpan Bank harus akurat dan lengkap, sehingga mudah pencariannya jika
diperlukan.
1. Jangka waktu penatausahaan dokumen adalah sebagai berikut :
a. Dokumen yang terkait dengan data Nasabah atau WIC dengan jangka waktu
paling kurang 5 (lima) tahun sejak :
1) Berakhirnya hubungan usaha dengan Nasabah;
2) Transaksi dilakukan dengan WIC; atau
3) Ditemukannya ketidaksesuaian transaksi dengan tujuan ekonomis
dan/atau tujuan usaha.

b. Dokumen Nasabah atau WIC yang terkait dengan transaksi keuangan


28
dengan jangka waktu sebagaimana diatur dalam Undang-Undang tentang
8 :
Dokumen Perusahaan.
: 5
2. Dokumen yang ditatausahakan paling kurang mencakup :
1 0
a. Identitas Nasabah atau WIC termasuk dokumen pendukungnya;
1 7
b. 0
Informasi transaksi yang antara lain meliputi jenis dan jumlah mata uang
2
/
yang digunakan, tanggal perintah transaksi, asal dan tujuan transaksi, serta
0
nomor rekening yang terkait dengan transaksi;
/ 1
c. Hasil analisis yang telah dilakukan; dan
1 0
d. -
Korespondensi dengan Nasabah atau WIC.
3. Unit Kerja Cabang/Bisnis wajib 0
5
memastikan bahwa seluruh dokumen baik yang
terkait dengan data Nasabah 2
transaksi Nasabah atau 0
8 atau WIC maupun dokumen yang terkait dengan
WIC dapat disediakan setiap saat untuk kebutuhan
6
otoritas yang berwenang.3
7 8
0

Standar Prosedur - Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme V-A-1
Edisi :3 Berlaku sejak tanggal : 12 September 2017 Diverifikasi oleh :
Revisi ke :0 Tanggal yang digantikan : 10 Juli 2015
BAB - V
DOKUMENTASI, ADMINISTRASI DAN PELAPORAN

  B. SISTEM MANAJEMEN INFORMASI


1. Single Customer Information File
a. Dalam rangka memudahkan pemantauan dalam menganalisis transaksi
keuangan mencurigakan, seluruh unit kerja yang berhubungan langsung
dengan Nasabah wajib memiliki dan memelihara profil Nasabah secara
terpadu (Single Customer Information File/CIF), yang datanya mencakup
sebagaimana yang telah diatur dalam SPO Pengelolaan Kualitas Data dan
PTO Pengelolaan Data CIF.
b. Informasi yang diperoleh dalam single CIF adalah seluruh rekening yang
dimiliki oleh Nasabah pada Bank antara lain rekening tabungan, giro, deposito,
kredit terinformasi dalam satu CIF.
c. Apabila terdapat permintaan penambahan rekening oleh Nasabah yang sudah
ada (existing customer), maka penambahan rekening tersebut harus dikaitkan
dengan CIF dari Nasabah yang telah ada tersebut.
d. Unit Kerja Pembina Sistem CIF di Kantor Pusat bertanggung jawab untuk
memastikan terlaksananya single CIF.
Ketentuan lebih detil mengenai CIF diatur dalam SPO Pengelolaan Kualitas Data.
28
2. Rekening Joint Account
8 :
a. Rekening joint account adalah satu nomor rekening yang dimiliki atau dibuka
: 5
oleh 2 (dua) individu yang berbeda.
1 0
b. Terhadap Nasabah yang menggunakan joint account, maka petugas cabang
1
melakukan CDD dan memintakan dokumen informasi Nasabah serta dokumen7
identitas terhadap masing-masing Nasabah.
2 0
0 /
3. Daftar Terduga Teroris dan Organisasi Teroris (DTTOT) dan Proliferasi
Senjata Pemusnah Massal. / 1
0
- 1 Massal,dalam
Terkait dengan salah satu kewajiban pemenuhan
DTTOT dan Proliferasi Senjata Pemusnah
pemeliharaan database
maka diatur hal-hal sebagai
berikut :
0 5
a. Pemeliharaan database 8
2
dilakukan oleh UKK 3
0 DTTOT dan Proliferasi Senjata Pemusnah Massal,
APU dan PPT di Kantor Pusat setiap 6 (enam) bulan
sekali berdasarkan6data yang diperoleh dari regulator dan/atau otoritas dan
7 8 oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
yang dipublikasikan
0
b. Kegiatan pemantauan yang wajib dilakukan UKK APU dan PPT di Kantor
Pusat terkait dengan database DTTOT dan Proliferasi Senjata Pemusnah
Massal yang dimiliki adalah :
1) Memastikan secara berkala terdapat atau tidaknya nama-nama Nasabah
Bank yang memiliki kesamaan atau kemiripan dengan nama yang
tercantum dalam database tersebut.
2) Dalam hal terdapat kemiripan nama Nasabah dengan nama yang
tercantum dalam database DTTOT dan Proliferasi Senjata Pemusnah
Massal, UKK APU dan PPT di Kantor Pusat wajib memastikan
kesesuaian identitas Nasabah tersebut dengan informasi lain yang terkait.

Standar Prosedur - Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme V–B-1
Edisi :3 Berlaku sejak tanggal : 12 September 2017 Diverifikasi oleh :
Revisi ke :0 Tanggal yang digantikan : 10 Juli 2015
BAB - V
DOKUMENTASI, ADMINISTRASI DAN PELAPORAN

  3) Dalam hal terdapat kesamaan nama Nasabah dan kesamaan informasi


lainnya dengan nama yang tercantum dalam database DTTOT dan
Proliferasi Senjata Pemusnah Massal, UKK APU dan PPT di Kantor
Pusat wajib melaporkan Nasabah tersebut dalam LTKM.
4. Monitoring Transaksi
a. Manual
Unit Kerja Cabang/Bisnis dan UKK APU dan PPT di Cabang dan Kantor Pusat
wajib melakukan kegiatan pemantauan/monitoring transaksi.
1) Pelaksanaan pemantauan/monitoring transaksi antara lain :
a) Dilakukan secara berkesinambungan untuk mengidentifikasi
kesesuaian antara transaksi Nasabah dengan profil Nasabah dan
menatausahakan dokumen tersebut.
b) Melakukan analisis terhadap seluruh transaksi yang tidak sesuai
dengan profil Nasabah.
c) Apabila diperlukan, meminta informasi tentang latar belakang dan
tujuan transaksi terhadap transaksi yang tidak sesuai dengan profil
Nasabah, dengan memperhatikan ketentuan anti tipping-off
sebagaimana diatur dalam Undang-undang tentang Pencegahan dan
28
Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.
8 :
2) Kegiatan pemantauan profil dan transaksi Nasabah yang dilakukan : 5
secara berkesinambungan meliputi kegiatan :
1 0
a)
1 7
Memastikan kelengkapan informasi dan dokumen Nasabah;

2
b) Meneliti kesesuaian antara profil transaksi0dengan profil Nasabah;
/
c) Meneliti kemiripan atau kesamaan
tercantum dalam database DTTOT / 10dan Proliferasi
nama dengan nama yang
Senjata Pemusnah
0
- 1 nama dengan nama tersangka
Massal;
d) Meneliti kemiripan atau kesamaan
0 5
atau terdakwa yang dipublikasikan dalam media massa atau oleh
2
otoritas yang berwenang.
8
3)
3 0 dapat
Sumber informasi yang digunakan untuk memantau Nasabah Bank
yang ditetapkan
8 6 :
sebagai
antara lain melalui
status tersangka atau terdakwa dapat diperoleh

07 yang dikeluarkan oleh pihak berwenang seperti PPATK;


a) Database
atau
b) Media massa, seperti koran dan majalah.
4) Dalam hal nama dan identitas Nasabah sesuai dengan nama tersangka
atau terdakwa yang diinformasikan dalam media massa dan/atau sesuai
dengan DTTOT dan Proliferasi Senjata Pemusnah Massal, maka wajib
dilaporkan sebagai LTKM.
5) Pemantauan terhadap rekening Nasabah harus dipantau lebih ketat
apabila terdapat antara lain :
a) Transaksi pengiriman uang yang terkait dengan Nasabah yang
tinggal di negara yang berisiko tinggi;

Standar Prosedur - Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme V–B-2
Edisi :3 Berlaku sejak tanggal : 12 September 2017 Diverifikasi oleh :
Revisi ke :0 Tanggal yang digantikan : 10 Juli 2015
BAB - V
DOKUMENTASI, ADMINISTRASI DAN PELAPORAN

  b) Kartu kredit dengan over payment dengan nilai yang signifikan;


c) Debitur berbadan hukum asing menggunakan jaminan sepeti back to
back LC dan/atau standby L/C.
6) Seluruh kegiatan pemantauan manual didokumentasikan dengan tertib.

b. Automated System
Pemantauan/monitoring secara sistem dilakukan melalui AML System
dioperasikan langsung oleh UKK APU dan PPT di Cabang dan Kantor Pusat.
Prosedur pemantauan yang dilaksanakan secara sistem oleh UKK APU dan
PPT melalui AML System diatur lebih lanjut pada PTO AML System. Prosedur
pemantauan yang dilaksanakan secara sistem oleh UKK APU dan PPT di
Cabang dan Kantor Pusat adalah sebagai berikut :
1) Memonitor alert transaksi Nasabah yang terdeteksi oleh AML System
berdasarkan parameter yang ditetapkan oleh UKK APU dan PPT di Kantor
Pusat.
2) Melakukan analisa terhadap kesesuaian antara transaksi Nasabah dengan
profil dan karakteristik Nasabah melalui pemeriksaan:
a) Data Nasabah yang terdapat pada CIF baik di AML ataupun Core
28
System.
8 :
b) Data mutasi transaksi rekening Nasabah.
: 5
c) Penjelasan tambahan dari cabang pengelola rekening mengenai
underlying transaksi Nasabah. 1 0
7
d) Informasi lain yang memungkinkan UKK APU dan PPT di Cabang dan
1
0
Kantor Pusat dapat mengetahui profil dan transaksi Nasabah.
2
0 /
3) Apabila dari hasil analisa menunjukan bahwa transaksi Nasabah
memenuhi kriteria mencurigakan, maka transaksi tersebut dicatat di BDS
/1
sebagai HRC dan dilaporkan sebagai LTKM sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
1 0
-
4) Khusus untuk hasil analisa yang dilaksanakan oleh AMLO, pelaporan

05
LTKM tersebut disampaikan kepada UKK APU dan PPT di Kantor Pusat.

8 2
3 0
8 6
07

Standar Prosedur - Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme V–B-3
Edisi :3 Berlaku sejak tanggal : 12 September 2017 Diverifikasi oleh :
Revisi ke :0 Tanggal yang digantikan : 10 Juli 2015
BAB - V
DOKUMENTASI, ADMINISTRASI DAN PELAPORAN

  C. PENGKINIAN DAN PEMANTAUAN DATA


Unit Kerja Cabang/Bisnis wajib melakukan pemantauan terhadap hubungan usaha
dengan Nasabah dan pengkinian data, informasi, dan/ atau dokumen pendukung
dalam hal terdapat perubahan.Pengkinian data dilakukan terhadap seluruh Nasabah
yang menjadi tanggungjawab Unit Kerja Cabang dan/atau Bisnis pengelola, dengan
penjelasan sebagai berikut :
1. Melakukan pemantauan terhadap informasi dan dokumen Nasabah;
2. Menyusun laporan rencana pengkinian data;
3. Menyusun laporan realisasi pengkinian data;
4. Mengkinikan data Nasabah yang dimiliki agar identifikasi dan pemantauan
transaksi keuangan yang mencurigakan dapat berjalan efektif;
5. Pengkinian data Nasabah dilakukan dengan menggunakan pendekatan
berdasarkan risiko yang mencakup pengkinian profil Nasabah dan transaksinya.
Kegiatan pengkinian data dapat dilakukan dengan skala prioritas;
6. Pengkinian data Nasabah dikoordinir oleh Unit Kerja Pembina Sistem CIF;
7. Prosedur pengkinian data mengacu pada SPO Pengelolaan Kualitas Data.
28
8 :
: 5
1 0
1 7
2 0
0 /
/1
1 0
-
2 05
0 8
6 3
8
07

Standar Prosedur - Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme V-C-1
Edisi :3 Berlaku sejak tanggal : 12 September 2017 Diverifikasi oleh :
Revisi ke :0 Tanggal yang digantikan : 10 Juli 2015
BAB - V
DOKUMENTASI, ADMINISTRASI DAN PELAPORAN

  D. PELAPORAN
Laporan terkait penerapan program APU dan PPT, meliputi Laporan Transaksi
Keuangan Mencurigakan (LTKM), Laporan Transaksi Keuangan Tunai (LTKT),
Laporan Transaksi Transfer Dana Dari dan Ke Luar Negeri (LTKL) dan Laporan
Rencana dan Realisasi Pengkinian Data Nasabah.
1. Laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan (Suspicious Transaction
Report/STR)
a. Yang dimaksud dengan Transaksi Keuangan Mencurigakan sesuai Undang-
undang adalah :
1) Transaksi keuangan yang menyimpang dari profil, karakteristik, atau
kebiasaan pola transaksi dari pengguna jasa yang bersangkutan;
Informasi / kejadian yang dapat mengindikasikan hal ini antara lain :
a) Nasabah/WIC yang mutasi transaksinya tidak sesuai dengan profil
pekerjaan dan aktivitas bisnisnya.
b) Nasabah/WIC yang melakukan transaksi tarik dan setor yang
seharusnya dapat dilakukan melalui pemindahbukuan, tanpa
diketahui underlying transaksinya.
28
c) Transaksi yang dilakukan Nasabah tidak memiliki tujuan ekonomis
8 :
dan bisnis yang jelas.
: 5
d) Transaksi yang dilakukan Nasabah menggunakan uang tunai dalam
1 0
luar kewajaran; atau 1 7
jumlah yang relatif besar dan/atau dilakukan secara berulang-ulang di

2 0
/
e) Aktivitas Transaksi Nasabah di luar kebiasaan dan kewajaran.
0
2)
1 pelaporan transaksi yang
Transaksi keuangan oleh Nasabah/WIC yang patut diduga dilakukan
/
dengan tujuan untuk menghindari
1
bersangkutan yang wajib dilakukan
0 oleh Bank sesuai dengan peraturan
dan perundang-undangan yang - berlaku.
3) Transaksi keuangan yang
5
0 dilakukan atau batal dilakukan dengan
8 2
menggunakan harta kekayaan yang diduga berasal dari tindak pidana;
0
3 yang dapat mengindikasikan hal ini antara lain :
Informasi / kejadian
8
a) Nasabah/WIC 6 yang terinformasi (baik di media masa ataupun
0 7
informasi lainnya) sudah ditetapkan sebagai tersangka kasus tindak
pidana.
b) Nasabah/WIC yang terindikasi menggunakan rekeningnya sebagai
sarana penampungan dana hasil kejahatan, seperti penipuan dan
fraud.
4) Transaksi keuangan yang diminta oleh PPATK untuk dilaporkan oleh
UKK APU dan PPT di Kantor Pusat karena melibatkan harta kekayaan
yang diduga berasal dari hasil tindak pidana.

Standar Prosedur - Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme V–D-1
Edisi :3 Berlaku sejak tanggal : 12 September 2017 Diverifikasi oleh :
Revisi ke :0 Tanggal yang digantikan : 10 Juli 2015
BAB - V
DOKUMENTASI, ADMINISTRASI DAN PELAPORAN

 
b. Kriteria transaksi keuangan mencurigakan sebagaimana dimaksud pada
butir 1.a. di atas dapat diketahui oleh Unit Kerja Cabang/Bisnis berdasarkan
hasil pemantauan, dan apabila ditemukan adanya indikasi transaksi tidak
wajar, maka Unit Kerja Cabang/Bisnis wajib melakukan hal-hal sebagai
berikut :
1) Menyusun laporan transaksi keuangan mencurigakan dalam form LTKM
dengan memberikan informasi sekurang-kurangnya meliputi hal-hal
sebagai berikut :
a) Profil Nasabah/WIC (Nama, Nomor Rekening, Pekerjaan/Bidang
Usaha),
b) Indikasi transaksi tidak wajar (kronologis transaksi yang terdiri dari
tanggal transaksi, nominal, rekening pengirim/tujuan, underlying
transaksi, pihak terkait apabila ada).
c) Informasi tambahan lainnya (hasil verifikasi / konfirmasi).
d) Copy dokumen pendukung (ID, Voucher Transaksi, Aplikasi
Pembukaan Rekening),
2) LaporanTransaksi Keuangan Mencurigakan kemudian disampaikan
28
kepada AMLO yang mensupervisi Cabang segera setelah mengetahui
8 :
adanya unsur Transaksi Keuangan Mencurigakan. Atas LTKM yang
: 5
diterima dari Cabang dilakukan analisa oleh AMLO untuk selanjutnya
dilaporkan sebagai LTKM kepada SKK di Kantor Pusat. 1 0
1 7
3) LTKM dari Unit Kerja di Kantor Pusat disampaikan langsung kepada SKK
di Kantor Pusat.
2 0
0 /
c. LTKM yang telah disetujui oleh pemegang kewenangan dilaporkan oleh UKK
/ 1
APU dan PPT di Kantor Pusat kepada PPATK secara online paling lambat 3
1 0
(tiga) hari kerja sejak adanya persetujuan dari pemegang kewenangan
memutus LTKM. -
2.
0 5
Laporan Transaksi Keuangan Tunai (Cash Transaction Report/CTR)
Laporan Transaksi Keuangan 2
8dengan
Tunai adalah laporan transaksi penarikan dan
3 0
penyetoran, yang dilakukan uang tunai atau instrumen pembayaran lain

8 6yang setara dalam


yang dilakukan melalui Bank, senilai sama dengan atau lebih besar dari Rp.

0 7
500.000.000,00 atau
dalam satu transaksi atau beberapa
mata uang lainnya, yang dilakukan
transaksi dalam satu hari kerja.
Penyampaian LTKT kepada PPATK dilakukan secara online oleh UKK APU dan
PPT di Kantor Pusat paling lambat 14 (empat belas) hari kerja terhitung sejak
tanggal Transaksi dilakukan.
Kewajiban pelaporan atas Transaksi Keuangan Tunai dikecualikan terhadap :
a. Transaksi yang dilakukan oleh penyedia jasa keuangan dengan pemerintah
dan bank sentral;
b. Transaksi untuk pembayaran gaji atau pensiun;
c. Transaksi lain yang ditetapkan oleh Kepala PPATK;
d. Transaksi lain atas permintaan penyedia jasa keuangan yang disetujui oleh
PPATK.

Standar Prosedur - Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme V–B-2
Edisi :3 Berlaku sejak tanggal : 12 September 2017 Diverifikasi oleh :
Revisi ke :0 Tanggal yang digantikan : 10 Juli 2015
BAB - V
DOKUMENTASI, ADMINISTRASI DAN PELAPORAN

  Nasabah tidak diperkenankan untuk melakukan transaksi penarikan dan setoran


tunai tanpa underlying yang jelas yang seharusnya dapat dilakukan dengan
sarana pemindahbukuan (overbooking).
3. Laporan Transaksi Transfer Dana Dari dan Ke Luar Negeri
Transaksi Transfer Dana Dari dan Ke Luar Negeri adalah rangkaian kegiatan
yang dimulai dengan perintah dari Pengirim Asal yang bertujuan memindahkan
sejumlah dana dari dan ke luar Wilayah Indonesia kepada Penerima yang
disebutkan dalam Perintah Transfer Dana sampai dengan diterimanya dana oleh
Penerima.
Penyampaian Laporan Transaksi Transfer Dana dari dan keluar negeri kepada
PPATK dilakukan secara online oleh Unit Kerja Khusus APU dan PPT di Kantor
Pusat paling lambat 14 (empat belas) hari kerja terhitung sejak tanggal transaksi
dilakukan.
4. Sistem Informasi Pengguna Jasa Terpadu (SIPESAT)
Adalah laporan yang berisi database informasi spesifik terkait dengan identitas
pengguna jasa bank, namun tidak termasuk informasi saldo rekening dan
transaksi, meliputi :
a. Untuk Orang Perseorangan :
28
1) Nama; 8 :
: 5
2) Tempat lahir;
1 0
3) Tanggal lahir;
1 7
4) Alamat;
0
5) /2
Nomor induk kependudukan atau nomor dokumen identitas; dan
0
6) Nomor profil nasabah secara terpadu/ 1(Single Customer Identification File
/CIF).
1 0
b. Untuk Badan Usaha : -
1) Nama Badan Usaha; 0 5
2) Alamat Badan Usaha; 8 2
0
3 Pajak (NPWP); dan
6
3) Nomor Pokok Wajib
4) Nomor profil 8
0 7 nasabah secara terpadu (Single Customer Identification File)

Laporan SIPESAT disampaikan secara triwulanan kepada PPATK, paling lambat


tanggal 15 bulan pelaporan berikutnya.
5. Laporan Rencana dan Realisasi Pengkinian Data Nasabah
Laporan rencana dan realisasi pengkinian data Nasabah wajib disampaikan oleh
Satuan Kerja Kepatuhan di Kantor Pusat kepada BI setiap tahun dalam Laporan
Pelaksanaan Tugas Direktur yang membawahkan fungsi kepatuhan bulan
Desember.
Dalam hal terjadi kendala dalam sistem pelaporan secara online, maka pelaporan
dilakukan secara manual.

Standar Prosedur - Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme V–D-3
Edisi :3 Berlaku sejak tanggal : 12 September 2017 Diverifikasi oleh :
Revisi ke :0 Tanggal yang digantikan : 10 Juli 2015
BAB - V
DOKUMENTASI, ADMINISTRASI DAN PELAPORAN

  E. KERAHASIAAN PELAPORAN
1. Terkait dengan pelaporan LTKM kepada PPATK dan pemberian informasi
mengenai harta kekayaan Nasabah simpanan dan simpanannya kepada
penegak hukum, seluruh pelaksanan APU dan PPT harus memperhatikan
ketentuan perundang-undangan yang mengatur tentang Rahasia Bank.
2. Terhadap permintaan penegak hukum (penyidik, jaksa penuntut umum dan
hakim) dalam tindak pidana yang diatur dalam ketentuan khusus seperti tindak
pidana pencucian uang, terorisme, korupsi dan narkotika, permintaan tertulis
dapat disampaikan kepada Bank tanpa harus mendapat izin pembukaan rahasia
bank dari Bank Indonesia, dengan tetap memperhatikan ketentuan dan
persyaratan sebagaimana diatur dalam Standar Prosedur Hukum (SPH).
3. Seluruh dokumen terkait penerapan program APU dan PPT termasuk aplikasi
pembukaan rekening, salinan mutasi rekening, voucher transaksi, analisa
transaksi keuangan, dokumen pelaporan transaksi keuangan mencurigakan dan
dokumen lainnya serta informasi tertulis lainnya adalah dokumen Bank yang
bersifat rahasia.
4. Anti Tipping Off (Larangan Pemberian Informasi LTKM)
Direksi, Dewan Komisaris, dan pegawai dilarang memberitahukan kepada
28
Nasabah atau pihak lain, baik secara langsung maupun tidak langsung, dengan
cara apa pun mengenai laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan yang 8 :
sedang disusun atau telah disampaikan kepada PPATK.
0 :5
Pelanggaran terhadap “anti tipping off” dikenakan sanksi1pidana penjara dan
7
pidana denda sebagaimana diatur dalam ketentuan perundang-undangan.
1
Larangan pemberian informasi LTKM tidak berlaku0untuk pemberian informasi
5.
kepada BI dan PPATK serta Otoritas Jasa /Keuangan 2
0 (OJK). Pemberian
informasi tersebut dilakukan atas persetujuan1Unit Kerja Khusus APU dan PPT di
Kantor Pusat. 0 /
6. Bank dapat mengecualikan Rahasia-Bank 1 terkait data Nasabah khusus untuk
0 5Pemerintah
kepentingan perpajakan, hal ini didasarkan pada Undang-Undang No. 9 Tahun
2 KeuanganPengganti
2017 tentang Penetapan Peraturan
1 Tahun 2017 tentang Akses8Informasi
Undang-Undang No.
untuk Kepentingan Perpajakan
Menjadi Undang-Undang,
mendapatkan akses 6 30 Direktur
informasi
Jenderal Pajak (DJP) berwenang
keuangan untuk kepentingan perpajakan dari
Bank sesuai standar
7 8 perpajakan.
pertukaran informasi keuangan berdasarkan perjanjian
0
internasional di bidang
Data Nasabah dimaksud paling sedikit memuat :
a. Identitas pemegang rekening keuangan;
b. Nomor rekening keuangan;
c. Identitas lembaga jasa keuangan;
d. Saldo atau nilai rekening keuangan; dan
e. Penghasilan yang terkait dengan rekening keuangan.
Mekanisme pemberian akses informasi dimaksud diatur pada Petunjuk Teknis
Operasional Izin Membuka Rahasia Bank Untuk Kepentingan Perpajakan.

Standar Prosedur - Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme V–E-1
Edisi :3 Berlaku sejak tanggal : 12 September 2017 Diverifikasi oleh :
Revisi ke :0 Tanggal yang digantikan : 10 Juli 2015
BAB - VI
PENUTUP
 
1. Revisi Standar Prosedur Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan
Terorisme (APU dan PPT) ini mulai berlaku sejak tanggal 12 September 2017.
2. Standar Prosedur ini akan di-review secara berkala dan dilakukan penyesuaian
apabila terdapat perubahan peraturan/ketentuan eksternal dan/atau kebijakan internal
Bank.
3. Dengan berlakukannya Standar Prosedur ini maka Standar Prosedur APU dan PPT
Edisi 2 Revisi 1 Tahun 2015 dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

28
8 :
: 5
1 0
1 7
2 0
0 /
/1
1 0
-
2 05
0 8
6 3
8
07

Standar Prosedur - Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme VI - 1


Edisi :3 Berlaku sejak tanggal : 12 September 2017 Diverifikasi oleh :
Revisi ke :0 Tanggal yang digantikan : 10 Juli 2015
Lampiran 1
A. High Risk Customer
 
1. Politically Expose Persons a. PEP Asing yaitu orang yang diberi kewenangan untuk
(PEPs) melakukan fungsi penting (prominent function) oleh
negara lain (asing), seperti kepala negara atau
pemerintahan, politisi senior, pejabat pemerintah
senior (seperti duta besar, wakil duta besar, dan
staff kedutaan besar), pejabat militer atau pejabat di
bidang penegakan hukum, eksekutif senior pada
perusahaan yang dimiliki oleh negara, pejabat
penting dalam partai politik;
b. PEP Domestik yaitu orang yang diberi kewenangan
untuk melakukan fungsi penting (prominent function)
oleh negara, seperti kepala negara atau
pemerintahan, politisi senior, pejabat pemerintah
senior, pejabat militer atau pejabat dibidang
penegakan hukum, eksekutif senior pada
perusahaan yang dimiliki oleh negara, pejabat
penting dalam partai politik;
c. Orang yang diberi kewenangan untuk melakukan fungsi
penting (prominent function) oleh organisasi
internasional, seperti senior manajer yang meliputi
antara lain direktur, deputi direktur, dan anggota
28
dewan atau fungsi yang setara.
8 :
Organisasi Internasional dalam hal ini antara lain :
International Monetary Fund (IMF);
: 5
World Bank;
United Nation (UN); 1 0
1 7
Organization for Economic Co-operation &
Development (OECD);
2 0
0 /
Asian Development Bank (ADB);
Islamic Development Bank (IDB).
/1
2. Pihak Terkait PEPs
1 0
1. perusahaan yang dimiliki atau dikelola oleh PEP; atau
-
2. pihak-pihak yang secara umum dan diketahui publik

05
mempunyai hubungan dekat dengan PEP. Contoh
supir, asisten pribadi, sekretaris pribadi.
3. 2
pejabat, pegawai, petugas, dan setiap orang yang bekerja dalam bidang pelayanan publik
8
penerimaan negara atau daerah; 3 0
khususnya dibidang perizinan, pengadaan dan penyaluran barang dan jasa publik,

4.
8 6
pejabat, pegawai, atau setiap orang yang bekerja untuk dan atas nama penyedia jasa

07
keuangan;
5. orang atau entitas yang namanya tercantum dalam daftar Perserikatan Bangsa Bangsa
(PBB) atau daftar terduga teroris dan organisasi teroris yang dikeluarkan oleh Pemerintah;
6. orang atau entitas yang namanya tercantum dalam dalam pedoman PPATK yang terkait
dengan Nasabah yang Berisiko Tinggi (High Risk Customers) dan sanction list yang
dikeluarkan oleh organisasi internasional; dan/atau
7. profesi tertentu diantaranya advokat, kurator, notaris, Pejabat Pembuat Akta Tanah,
akuntan, akuntan publik, perencana keuangan, atau konsultan pajak, termasuk karyawan
yang bekerja pada kantor profesi tersebut di atas.

Standar Prosedur - Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme L1 - 1


Edisi :3 Berlaku sejak tanggal : 12 September 2017 Diverifikasi oleh :
Revisi ke :0 Tanggal yang digantikan : 10 Juli 2015
Lampiran 1
B. Politically Exposed Persons (PEPs)
 
1. Kepala Negara atau Kepala Pemerintahan;
2. Menteri, wakil menteri, dan jabatan yang setingkat menteri;
3. Anggota MPR yang meliputi anggota DPR dan anggota Dewan Perwakilan Daerah;
4. Hakim Agung pada Mahkamah Agung serta hakim pada semua badan peradilan;
5. Hakim Konstitusi;
6. Anggota Komisi Yudisial;
7. Anggota Dewan Pertimbangan Presiden;
8. Anggota Badan Pemeriksa Keuangan;
9. Anggota Dewan Gubernur Bank Indonesia;
10. Anggota Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan;
11. Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi;
12. Kepala perwakilan Republik Indonesia di luar negeri yang berkedudukan sebagai
duta besar luar biasa dan berkuasa penuh;
13. Gubernur dan wakil gubernur;
14. Bupati atau walikota;
15. Wakil bupati atau wakil walikota;
16. Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah atau lembaga sejenis di daerah; dan
17. Pejabat negara lainnya yang ditentukan oleh undang-undang
18.
19.
Pimpinan instansi pemerintah setingkat atau setara eselon I;
Pejabat yang memiliki fungsi strategis meliputi:
28
a. direksi, komisaris dan pejabat struktural lainnya pada Badan Usaha Milik Negara
8 :
atau Badan Usaha Milik Daerah;
: 5
b. pejabat eselon 1 dan pejabat lain yang disamakan di lingkungan
sipil, militer dan kepolisian; 1 0
c. jaksa;
1 7
d. penyidik;
2 0
e. panitera pengadilan;
f. pimpinan dan bendaharawan proyek; 0 /
/1
g. pejabat yang membidangi sektor minyak dan gas;
1 0
h. pejabat yang membidangi sektor mineral dan batu bara; dan
i. -
05
pimpinan komisi yang dibentuk berdasarkan peraturan perundang-undangan;
20. Pejabat yang berdasarkan ketentuan kementerian yang membidangi urusan aparatur
2
negara dan reformasi birokrasi diwajibkan menyampaikan Laporan Harta Kekayaan
8
Penyelenggara Negara:
3 0
a. pejabat eselon II dan pejabat lain yang disamakan fungsistrategis dilingkungan
6
instansi pemerintah dan/atau lembaga negara;
8
07
b. semua kepala kantor di lingkungan Kementerian Keuangan;
c. pemeriksa bea dan cukai;
d. pemeriksa pajak;
e. auditor;
f. pejabat yang mengeluarkan perijinan;
g. pejabat atau kepala unit pelayanan masyarakat;
h. pejabat pembuat regulasi; dan
i. pejabat yang menduduki jabatan yang ditetapkan oleh pimpinan instansi sebagai
jabatan rawan korupsi, kolusi, dan nepotisme dan diwajibkan menyampaikan
LHKPN kepada Komisi Pemberantasan Korupsi;
21. Pengurus partai politik atau anggota partai politik;
22. Pihak yang terkait PEP :
a. Keluarga inti PEP sampai derajat kedua
b. Perusahaan yang dimiliki, dikelola dan dikendalikan PEP
c. Pihak-pihak yang secara umum diketahui publik memiliki hubungan dengan PEP

Standar Prosedur - Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme L1 - 2


Edisi :3 Berlaku sejak tanggal : 12 September 2017 Diverifikasi oleh :
Revisi ke :0 Tanggal yang digantikan : 10 Juli 2015
Lampiran 1
C. Produk dan Jasa Berisiko Tinggi
 

PERKA No. PER-02/1.02/PPATK/02/15


No.
Pasal 8

1. transfer dana (wire transfer);


2. instrumen pembayaran lain (bearer negotiable instruments) diantaranya bilyet giro,
warkat atas bawa berupa cek, cek pelawat, surat sanggup bayar, dan sertifikat deposito;
3. layanan cross border correspondent banking antara lain payable through account;
4. electronic banking termasuk internet banking, phone banking, mobile banking, sms
banking;
5. layanan prima (private banking) atau wealth management;
6. penitipan dengan pengelolaan (trust);
7. alat pembayaran menggunakan kartu antara lain kartu kredit, kartu atm, kartu debit;
8. kontrak pengelolaan dana (discretionary fund);
9. custodian;
10. non deposit account services antara lain unit link, reksadana, safe deposit box, obligasi,
surat utang negara
11. e-money;
12. produk komoditi berjangka; atau
28
13. gadai emas
8 :
: 5
1 0
1 7
2 0
0 /
/1
1 0
-
2 05
0 8
6 3
8
07

Standar Prosedur - Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme L1 - 3


Edisi :3 Berlaku sejak tanggal : 12 September 2017 Diverifikasi oleh :
Revisi ke :0 Tanggal yang digantikan : 10 Juli 2015
Lampiran 1
D. Usaha Berisiko Tinggi
 

PERKA No. PER-02/1.02/PPATK/02/15


No.
Pasal 7
1. usaha penukaran valuta asing non bank;
2. usaha penyelenggara transfer dana non bank;
3. usaha agen perjalanan;
4. usaha yang berbasis tunai, diantaranya minimarket, jasa pengelola parkir, Stasiun
Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU);
5. usaha investasi berbasis emas atau logam mulia;
6. usaha di bidang pengelolaan hasil hutan atau kehutanan;
7. usaha di bidang jasa pengangkutan atau pengapalan (freight forwarding);
8. usaha di bidang properti;
9. usaha di bidang perdagangan kendaraan bermotor yang merupakan barang mewah;
10. usaha di bidang perdagangan permata dan perhiasan atau logammulia;
11. usaha di bidang perdagangan barang seni dan antik;
12. koperasi yang melakukan kegiatan simpan pinjam dengan nilai asset
Rp1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah) atau lebih; dan
13. usaha perdagangan ekspor atau impor dibidang sumber daya alamhayati dan non hayati
diantaranya minyak, mineral, dan batu bara.
28
8 :
: 5
1 0
1 7
2 0
0 /
/1
1 0
-
2 05
0 8
6 3
8
07

Standar Prosedur - Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme L1 - 4


Edisi :3 Berlaku sejak tanggal : 12 September 2017 Diverifikasi oleh :
Revisi ke :0 Tanggal yang digantikan : 10 Juli 2015
Lampiran 1
E. Kriteria Negara yang Menjadi Sarana TPPU-TPPT
 
1. Negara asing yang dinyatakan belum memadai dalam melaksanakan Rekomendasi
Financial Action Task Force (FATF) di bidang pencegahan dan pemberantasan tindak
pidana pencucian uang dan pendanaan terorisme berdasarkan hasil evaluasi (mutual
assessment).
Contoh Organisasi yang melakukan mutual assessment terhadap suatu negara antara
lain : Financial Action Task Force on Money Laundering (FATF), Asia Pacific Group on
Money Laundering (APG), Caribbean Financial Action Task Force (CFATF), Committee
of Experts on the Evaluation of Anti-Money Laundering Measures and the Financing of
Terrorism (MONEYVAL), Eastern and Southern Africa Anti-Money Laundering Group
(ESAAMLG), The Eurasian Group on Combating Money Laundering and Financing of
Terrorism (EAG), The Grupo de Accion Financiera de Sudamerica (GAFISUD),
Intergovernmental Anti-Money Laundering Group in Africa (GIABA) atau Middle East &
North Africa Financial Action Task Force (MENAFATF).
2. Negara yang diidentifikasi sebagai yang tidak cooperative atau Tax Haven oleh
Organization for Economic Cooperation and Development (OECD);
3. Negara asing yang diketahui secara luas sebagai tempat penghasil dan pusat
perdagangan narkoba;
4. Negara asing yang memiliki tingkat tata kelola kepemerintahan (good governance)
yang rendah atau dibawah 50 (lima puluh) berdasarkan worldwide governance indicator
28
terkini yang diterbitkan oleh World Bank;
8 :
5.
: 5
Negara yang memiliki tingkat risiko korupsi yang tinggi sebagaimana diidentifikasi dalam
Transparancy International Corruption Perception Index;
1 0
6.
7
Negara atau yurisdiksi lain sebagaimana dimuat dalam Pedoman PPATK yang terkait
dengan Negara yang Berisiko Tinggi (High Risk Countries);
1
2 0
7.
/
Negara yang dikenakan sanksi, embargo, atau yang serupa, antara lain oleh PBB;
0
8.
1 atau yang membolehkan
Negara atau yurisdiksi yang diidentifikasi oleh lembaga yang dipercaya, sebagai
/
kegiatan organisasi teroris di negaranya.
1 0
penyandang dana atau mendukung kegiatan terorisme,

-
0 5
8 2
3 0
8 6
0 7

Standar Prosedur - Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme L1 - 5


Edisi :3 Berlaku sejak tanggal : 12 September 2017 Diverifikasi oleh :
Revisi ke :0 Tanggal yang digantikan : 10 Juli 2015
Lampiran 2
Contoh Daftar High Risk Customer
 

DAFTAR HIGH RISK CUSTOMER – PEP Domestik/Lokal

Bank Mandiri

Cabang : Nama Cabang (Kode Cabang)

Tempat Nama
Jenis ID Nomor ID Tanggal
No. & Warga Instansi*
No. Nama (KTP/ (KTP/ Jabatan Persetujuan Kepala
CIF Tanggal Negara Pemberi
Passport) Passport) Cabang/Unit Kerja*
Lahir Kerja

2 8
Catatan*:
1. Nama Instansi Pemberi Kerja ditulis dengan rinci/detai, sebagai contoh : Kementerian, 8 :
MPR, DPR, Dinas dll; : 5
2. Tanggal Kepala Cabang/Kepala Unit Kerja adalah persetujuan pembukaan rekening
1 0
oleh Kepala Cabang/Unit Kerja setelah dilakukan Enhanced Due Diligance (EDD)
terhadap Nasabah. 1 7
2 0
0 /
/1
1 0
-
2 05
0 8
6 3
8
07

Standar Prosedur - Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme L2 - 1


Edisi :3 Berlaku sejak tanggal : 12 September 2017 Diverifikasi oleh :
Revisi ke :0 Tanggal yang digantikan : 10 Juli 2015
Lampiran 3
Contoh Transaksi, Aktivitas Dan Perilaku Tidak Wajar (Red Flag)
 
CONTOH-CONTOH
TRANSAKSI, AKTIVITAS, DAN PERILAKU
YANG TIDAK WAJAR (RED FLAG)

1. Transaksi yang tidak Bernilai Ekonomis


a. Hubungan Nasabah dengan Bank dimana Nasabah memiliki banyak rekening pada
Bank yang sama, dan sering melakukan transfer kepada beberapa rekening yang
dimiliki tersebut atau melakukan transfer dalam jumlah yang signifikan.
b. Transaksi di mana dana yang baru saja disetorkan kemudian diambil kembali
secara tiba-tiba, kecuali apabila terdapat alas an yang jelas atas penarikan secara
tiba-tiba tersebut.
c. Transaksi yang tidak dapat direkonsiliasi dengan aktivitas yang biasa dilakukan
oleh Nasabah, contohnya, penggunaan Letter of Credits dan metode pendanaan
perdagangan lainnya yang memindahkan uang dari Negara satu ke Negara lainnya
dimana perdagangan dimaksud tidak konsisten dengan bisnis yang biasa dilakukan
oleh Nasabah.
d. Penarikan atau penyetoran dalam jumlah besar dari rekening Nasabah yang
semula tidak aktif atau dari rekening Nasabah yang menerima setoran dalam
jumlah besar dari luar negeri tanpa didukung dengan alasan yang memadai dan
28
tidak terdapat adanya keterkaitan antara Nasabah dengan kegiatan usaha
Nasabah. 8 :
e. Ketentuan Bank garansi atau ganti rugi sebagai jaminan untuk pinjaman antara
: 5
pihak ketiga yang tidak sesuai dengan kondisi pasar.
1
f. Back to back loans tanpa ada tujuan yang dapat diidentifikasi dan dapat diterima
0
secara hukum.
1 7
0
g. Terdapat transaksi penyetoran uang tunai pada suatu Bank yang pada saat yang
2
/
sama langsung dilakukan penarikan pada Bank yang lokasinya berbeda.
0
/1
2. Transaksi dengan Menggunakan Uang Tunai dalam Jumlah Besar
1 0
a. Penukaran uang tunai berdenominasi kecil dalam jumlah besar dengan uang tunai
berdenominasi besar. -
2 05
b. Pembelian atau pembayaran atas mata uang asing dalam jumlah yang besar
dengan menggunakan cash settlement walaupun Nasabah memiliki rekening di
Bank.
0 8
termasuk traveller cheques. 6 3
c. Penarikan sejumlah besar uang yang sering dilakukan, dengan menggunakan cek,

8
07
d. Penarikan sejumlah besar uang tunai yang sering dilakukan yang tidak sesuai
dengan aktivitas bisnis Nasabah.
e. Sejumlah uang tunai ditarik dari rekening yang semula tidak aktif (dormant account)
atau dari sebuah rekening yang baru saja menerima kredit yang tak terduga dalam
jumlah besar dari luar negeri.
f. Transaksi Perusahaan, baik setoran maupun penarikan dengan jumlah yang
sangat besar dan di luar kewajaran, yang biasanya dilakukan dengan operasi
komersial yang normal dari Perusahaan, misalnya cek, LC, bill of exchange namun
dilakukan dengan uang tunai.
g. Penyetoran uang tunai dengan cara menggunakan banyak slip penyetoran dalam
jumlah kecil, yang bila digabungkan maka jumlahnya menjadi sangat besar.
h. Penyetoran dalam bentuk tunai untuk penyelesaian tagihan wesel, transfer atau
instrumen pasar uang lainnya.
i. Nasabah yang depositnya terdiri dari mata uang palsu dan instrumen tiruan.
Standar Prosedur - Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme L3 - 1
Edisi :3 Berlaku sejak tanggal : 12 September 2017 Diverifikasi oleh :
Revisi ke :0 Tanggal yang digantikan : 10 Juli 2015
j. Penyetoran uang tunai dalam jumlah besar dengan menggunakan ATM di malam
hari, untuk menghindari hubungan langsung dengan Bank.
  k. Nasabah membuat penyetoran uang tunai dalam jumlah besar dan frekuensi yang
tinggi, tetapi penarikan cek atas rekening lebih banyak ditujukan untuk rekening
pihak ketiga yang tidak terkait dengan bisnisnya.
l. Beberapa Nasabah datang ke Bank secara bersamaan dan menggunakan teller
yang berbeda untuk melakukan penarikan atau penyetoran dalam jumlah besar
atau melakukan transaksi penukaran uang asing.
m. Terdapat penarikan secara tunai dalam jumlah yang besar dan dalam waktu yang
sama langsung disetorkan ke rekening yang lain.

3. Transaksi dengan Menggunakan Rekening Bank


a. Pemeliharaan beberapa rekening atas nama pihak lain yang tidak sesuai dengan
jenis kegiatan usaha Nasabah.
b. Terdapat pemecahan transaksi melalui penyetoran secara tunai dalam jumlah kecil
ke dalam beberapa rekening sehingga jumlah total penyetoran tersebut menjadi
sangat besar.
c. Penyetoran dan/atau penarikan dalam jumlah besar dari rekening perorangan atau
Perusahaan yang tidak sesuai atau tidak terkaitdengan usaha Nasabah.
d. Pemberian informasi yang sulit dibuktikan atau memerlukan biaya yang sangat
besar bagi Bank untuk melakukan pembuktian.
e. Pembayaran dari rekening Nasabah yang dilakukan setelah adanya penyetoran
28
tunai kepada rekening dimaksud pada hari yang sama atau pada hari yang
berdekatan. 8 :
f. Penarikan dalam jumlah besar dari rekening Nasabah yang semula tidak aktif atau : 5
dari rekening Nasabah yang menerima setoran dalam jumlah besar dari luar negeri.
g. Pihak yang mewakili Perusahaan selalu menghindar untuk berhubungan dengan 1 0
petugas Bank.
1 7
0
h. Peningkatan yang besar atas penyetoran tunai atau negotiable instruments oleh
2
suatu Perusahaan dengan menggunakan rekening Nasabah Perusahaan,
0 /
1
khususnya apabila penyetoran tersebut langsung ditransfer di antara rekening
/
Nasabah lainnya.
1 0
i. Penolakan oleh Nasabah untuk menyediakan tambahan dokumen atau informasi
-
penting, yang apabila diberikan memungkinkan Nasabah menjadi layak untuk

2 05
memperoleh fasilitas pemberian kredit atau jasa perbankan lainnya.
j. Penolakan Nasabah terhadap fasilitas perbankan yang lazim diberikan, seperti
0 8
penolakan untuk diberikan tingkat bunga yang lebih tinggi terhadap jumlah saldo
tertentu.
6 3
8
k. Pembayaran dengan cek kepada pihak ketiga dalam jumlah besar yang dilakukan

07
oleh Nasabah besar.
l. Sebuah rekening dibuka atas nama pedagang valuta asing yang menerima
structured deposits.
m. Rekening atas nama sebuah Perusahaan offshore dengan structured movement of
funds.
n. Penyetoran dana dengan menggunakan cek Perusahaan ke rekening pegawai
yang dilakukan secara berkala.
o. Transfer dana dari rekening Perusahaan kepada rekening pegawai atau
sebaliknya.

4. Transaksi dengan Melakukan Transfer ke Luar Negeri


a. Pengenalan Nasabah oleh kantor cabang di luar negeri, Perusahaan afiliasi atau
Bank lain yang berada di negara yang diketahui sebagai tempat produksi atau
perdagangan narkotika.

Standar Prosedur - Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme L3 –2


Edisi :3 Berlaku sejak tanggal : 12 September 2017 Diverifikasi oleh :
Revisi ke :0 Tanggal yang digantikan : 10 Juli 2015
Lampiran 3
Contoh Transaksi, Aktivitas Dan Perilaku Tidak Wajar (Red Flag)
 
b. Penggunaan Letter of Credits (L/C) dan instrumen perdagangan internasional lain
untuk memindahkan dana antar negara dimana transaksi perdagangan tersebut
tidak sejalan dengan kegiatan usaha Nasabah.
c. Penerimaan atau pengiriman transfer oleh Nasabah dalam jumlah besar ke atau dari
negara yang diketahui merupakan negara yang terkait dengan produksi, proses, dan
atau pemasaran obat terlarang atau kegiatan terorisme.
d. Penghimpunan saldo dalam jumlah besar yang tidak sesuai dengan karakteristik
perputaran usaha Nasabah yang kemudian ditransfer ke negara lain.
e. Transfer secara elektronis oleh Nasabah tanpa disertai penjelasan yang memadai
atau tidak dengan menggunakan rekening.
f. Permintaan travellers cheques, wesel dalam mata uang asing, atau negotiable
instrument lainnya dengan frekuensi tinggi.
g. Pembayaran dengan menggunakan travellers cheques atau wesel dalam mata uang
asing khususnya yang diterbitkan oleh Negara lain dengan frekuensi tinggi.
h. Seseorang yang tidak memiliki rekening di Bank dan tidak dapat memberikan
penjelasan yang memadai atas kegiatan transfer yang dilakukannya dalam jumlah
besar ke luar negeri.
i. Seorang Nasabah yang kelihatannya memiliki rekening di beberapa Bank yang
berlokasi di tempat yang sama, terutama ketika Bank waspada akan proses
28
konsolidasi yang teratur dari rekening-rekening dimaksud sebelumnya untuk
meminta transmisi seterusnya dari dana di mana saja. 8 :
j. Transfer yang dilakukan secara berulang atas sejumlah uang ke luar negeri yang
: 5
diikuti dengan penyetoran tunai.
k. Peningkatan yang besar dalam penyetoran uang tunai oleh Nasabah tanpa 1 0
1 7
penjelasan yang memadai, terutama apabila dana tersebut ditransfer kembali dalam
0
waktu yang singkat dengan tujuan transfer tidak terkait dengan Nasabah.
2
/
l. Laporan keuangan yang disediakan tidak konsisten dengan turn over bisnis
0
1
Nasabah, dan selanjutnya ditransfer ke rekening di luar negeri.
/
orang tanpa penjelasan yang memadai. 1 0
m. Penyetoran secara tunai kepada suatu rekening yang dilakukan oleh beberapa

-
n. Transaksi pengiriman uang yang dilakukan dari satu rekening ke rekening lainnya di

2 05
luar negeri dan sebagai penerima akhir adalah pengirim yang pertama kali
melakukan transaksi baik keseluruhan maupun sebagian (“U Turn” transaction).
5. Transaksi yang Berkaitan dengan Investasi
0 8
6 3
a. Pembelian surat berharga untuk disimpan di Bank sebagai kustodian yang
seharusnya tidak layak apabila memperhatikan reputasi atau kemampuan finansial
8
07
Nasabah.
b. Transaksi pinjaman dengan jaminan dana yang diblokir (back-toback deposit/loan
transactions) antara Bank dengan anak Perusahaan, Perusahaan afiliasi, atau
institusi perbankan di negara lain yang dikenal sebagai negara tempat lalu-lintas
perdagangan narkotika.
c. Permintaan Nasabah untuk jasa pengelolaan investasi dengan sumber dana
investasi yang tidak jelas sumbernya atau tidak konsisten dengan reputasi atas
kemampuan finansial Nasabah.
d. Transaksi surat berharga dalam bentuk uang tunai dalam jumlah besar yang tidak
sesuai dengan profil transaksi atas.
e. Pembelian dan penjualan surat berharga tanpa tujuan yang jelas.
f. Transfer jumlah besar atas surat berharga ke rekening yang tidak memiliki
keterkaitan.

Standar Prosedur - Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme L3 - 3


Edisi :3 Berlaku sejak tanggal : 12 September 2017 Diverifikasi oleh :
Revisi ke :0 Tanggal yang digantikan : 10 Juli 2015
g. Transaksi dengan pihak lawan (counterparty) yang tidak dikenal atau sifat, jumlah
dan frekuensi transaksi yang tidak lazim.
  h. Investor yang diperkenalkan oleh pihak ketiga (Bank atau Perusahaan afiliasi, atau
investor lain) dari negara yang dikenal sebagai sebagai tempat produksi atau
perdagangan narkotika.

6. Transaksi yang Berhubungan dengan Pihak-pihak yang Tidak Dapat Diidentifikasi


a. Pihak ketiga yang tidak dikenali Bank dan tidak memiliki hubungan dengan Nasabah
menjanjikan atau menjaminkan tanpa adanya penjelasan yang memadai.
b. Permintaan pembayaran dengan informasi yang tidak akurat tentang pihak yang
meminta informasi tersebut.
c. Kepemilikan saham di sebuah Perusahaan yang unlisted yang aktivitasnya tidak
dapat dipastikan sebagai Bank.
7. Transaksi yang Terkait dengan Perilaku Nasabah atau Pelaku Transaksi
a. Menggunakan banyak nama untuk melakukan transaksi yang serupa.
b. Transfer dana ke organisasi amal yang terletak di luar negeri.
c. Banyak transaksi yang serupa yang dilakukan pada hari yang sama di lokasi yang
berbeda.
d. Pihak ketiga hadir dalam keseluruhan transaksi namun tidak berpartisipasi dalam
transaksi aktual.
e. Nasabah bersikeras agar transaksi dilakukan dengan cepat.
f. Transaksi dilakukan melalui telepon atau faksimili atau internet (non face to face).
28
g. Transfer dana dalam jumlah yang banyak ke atau dari luar negeri dengan instruksi
untuk pembayaran dalam bentuk tunai 8 :
h. Nasabah berbentuk grup tiba di Bank tetapi bertindak seolah-olah tidak saling : 5
mengenal satu sama lain, kemudian mereka melakukan transaksi yang bersamaan
secara terpisah. 1 0
1
i. Uang dalam jumlah besar namun sumber dana tidak jelas atau tidak konsisten7
dengan situasi keuangan Nasabah.
2 0
/
j. Nasabah memiliki pengetahuan tentang kewajiban pelaporan atau pengendalian
0
1
internal Bank, Pengawasan dan proses operasional secara tidak wajar.
/
pada Bank yang sama. 1 0
k. Nasabah memberikan informasi yang tidak konsisten kepada pegawai yang berbeda

-
l. Informasi detail mengenai Nasabah tidak jelas atau sulit untuk diverifikasi.

prosedur pengecualian. 2 05
m. Nasabah memiliki keingintahuan yang tinggi terhadap sesuatu yang terkait dengan

0 8
n. Nasabah tertutup dan menghindari pertemuan secara personal.
3
o. Nasabah menjelaskan transaksi secara berlebihan.
6
8
p. Nasabah bersikeras terhadap pertanyaan yang diajukan oleh pegawai Bank.

07
q. Pertanyaan yang diajukan kepada pegawai Bank tidak sesuai atau tidak wajar.
r. Nasabah terburu-buru, panik atau gugup.
s. Informasi yang diberikan oleh Nasabah berlawanan dengan informasi yang didapat
dari sumber lain.
t. Nasabah menggunakan banyak alamat yang mirip/sama.
u. Informasi mengenai nama, alamat atau tanggal lahir tidak konsisten.
v. Nasabah menolak memberikan penjelasan atau berusaha menutup-nutupi dengan
mengalihkan pembicaraan kepada masalah lain yang tidak terkait dengan transaksi
yang ditanyakan (transaksi besar yang dilakukan Nasabah dalam periode tertentu).
w. Nasabah menjawap pertanyaan dengan nada menantang, dengan mengatakan
bahwa Nasabah adalah orang terpandang atau dekat dengan pejabat di daerah
tertentu pada saat petugas Bank mengklarifikasi data Nasabah.
x. Pola transaksi Nasabah di luar kebiasaan, misalnya Nasabah terbiasa bertransaksi
melalui kurir kemudian berubah menjadi perintah tertulis.

Standar Prosedur - Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme L3 –4


Edisi :3 Berlaku sejak tanggal : 12 September 2017 Diverifikasi oleh :
Revisi ke :0 Tanggal yang digantikan : 10 Juli 2015
Lampiran 3
Contoh Transaksi, Aktivitas Dan Perilaku Tidak Wajar (Red Flag)
 
y. Pola transaksi Nasabah yang biasanya tidak pernah dilakukan tunai atau jarang,
berubah menjadi tunai dalam jumlah yang sangat signifikan.
z. Nasabah diberitakan terlibat tindakan kriminal (korupsi, illegal logging, dll), maka
terindikasi simpanannya berasal dari tindakan dimaksud.
aa. Nasabah memberikan penjelasan yang tidak masuk akal atas penyetoran uang
tunai yang dilakukan dengan jumlah sangat besar. Misalnya Nasabah
mengatakan bahwa uang tunai dimaksud berasal dari hasil penjualan tanah
untuk pengembangan jalan tol. Selazimnya transaksi tersebut melalui transfer
yang dilakukan oleh instansi yang jelas, dan tidak melalui setoran tunai.
8. Aktivitas yang Dapat Dikategorikan Ilegal
a. Nasabah diberitakan oleh media massa sebagai seseorang yang diduga terlibat
aktivitas illegal atau tindak pidana.
b. Instruksi transfer dana masuk dari Negara tax haven atau Negara yang terkenal
dengan pendanaan terorisme
9. Transaksi Mencurigakan yang Melibatkan Karyawan Bank dan/atau Agen
a. Peningkatan kekayaan karyawan dan agen Bank dalam jumlah besar tanpa disertai
penjelasan yang memadai;
b. Hubungan transaksi melalui agen yang tidak dilengkapi dengan informasi yang
memadai mengenai penerima akhir (ultimate beneficiary).
28
10. Transaksi Mencurigakan Melalui Transaksi Pinjam Meminjam
a. Pelunasan pinjaman bermasalah secara tidak terduga; 8 :
b. Permintaan fasilitas pinjaman dengan agunan yang asal usulnya dari asset yang
: 5
diagunkan tidak jelas atau tidak sesuai dengan reputasi dan kemampuan finansial
Nasabah; 1 0
1
c. Permintaan Nasabah kepada Bank untuk memberikan fasilitas pendanaan dimana7
0
porsi dana sendiri Nasabah dalam fasilitas dimaksud tidak jelas asal usulnya,
2
khususnya apabila terkait dengan properti.
0 /
1
11. Transaksi yang Terkait dengan Hasil Kejahatan di Bidang Kehutanan
/
secara ilegal melalui upaya penipuan dan penyuapan. 1 0
a. Penyetoran dengan sumber dana berasal dari hasil penjualan kayu yang diperoleh

-
b. Pemindahan dana baik melalui transfer atau pemindahbukuan dengan sumber dana

penipuan dan penyuapan. 2 05


berasal dari hasil penjualan kayu yang diperoleh secara illegal melalui upaya

8
c. Pembangunan kebun kelapa sawit dengan sumber dana berasal dari hasil penjualan
0
6 3
kayu yang diperoleh secara ilegal melalui upaya penipuan dan penyuapan.
d. Penjualan hasil kebun kelapa sawit dari lahan yang diperoleh melalui penipuan dan
8
07
penyuapan.
12. Tipe-tipe Transaksi Lainnya
a. Perluasan atau peningkatan penggunaaan fasilitas penyetoran/tabungan yang tidak
diikuti dengan aktivitas bisnis atau personal Nasabah yang meningkat.
b. Aktivitas rekening tidak setara dengan profile Nasabah (misal: umur, pekerjaan,
pendapatan)
c. Nasabah sering mengubah alamat dan tanda tangan.
d. Sejumlah besar dana diterima, dan tiba-tiba digunakan sebagai jaminan untuk
memperoleh fasilitas perbankan.
e. Seseorang yang baru berusia sekitar 17-26 tahun membuka rekening dan
melakukan penarikan atau transfer dana dalam waktu yang singkat, yang dapat
diindikasikan sebagai pendanaan teroris.

Standar Prosedur - Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme L3 - 5


Edisi :3 Berlaku sejak tanggal : 12 September 2017 Diverifikasi oleh :
Revisi ke :0 Tanggal yang digantikan : 10 Juli 2015
f. Nasabah menerima dana dari organisasi keagamaan atau amal dan memanfaatkan
dananya untuk pembelian aset atau mentransfer dana dimaksud keluar dalam waktu
  yang relative pendek.
g. Nasabah atau WIC yang bersikeras tidak mau memberikan informasi dan dokumen
yang dipersyaratkan atau hanya mau memberikan informasi yang minim, dan atau
memberikan informasi yang tidak sesuai dengan dokumen pendukung.
13. Transaksi yang Dilakukan oleh Nasabah yang Mendapatkan Perlakuan CDD
Sederhana
a. Sikap Nasabah yang kurang kooperatif ketika petugas Bank mengajukan
pertanyaan lebih lanjut dalam rangka mendapatkan informasi yang lebih lengkap
atau Bank mengidentifikasikan adanya perilaku Nasabah yang mencurigakan.
b. Terdapat pola transaksi yang tidak konsisten dengan profil Nasabah yang pada awal
melakukan hubungan usaha dengan Bank memenuhi kriteria mendapat perlakuan
CDD sederhana.
c. Nasabah diindikasikan terlibat dalam kegiatan pendanaan terorisme.
d. Nasabah diindikasikan melakukan percobaan penyuapan untuk mempengaruhi
Pejabat atau pegawai Bank.
e. Nasabah dengan sengaja menyampaikan informasi yang tidak benar sebagai upaya
untuk mendapatkan perlakuan CDD sederhana.
14. Transaksi yang Dilakukan Terkait dengan Proses Rehabilitasi
Pencatuman Nama dalam Daftar Hitam Nasional Dalam proses rehabilitasi, Nasabah
melakukan penyelesaian transaksi yang sebelumnya ditolak karena tidak memenuhi
28
persyaratan yang ditetapkan dalam ketentuan yang mengatur mengenai system
pembayaran. Penyelesaian dilakukan dengan melakukan beberapa transaksi secara tunai 8 :
pada hari yang sama dalam jumlah yang signifikan tanpa disertai dengan underlying yang : 5
jelas.
1 0
1 7
2 0
0 /
/1
1 0
-
2 05
0 8
6 3
8
07

Standar Prosedur - Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme L3 –6


Edisi :3 Berlaku sejak tanggal : 12 September 2017 Diverifikasi oleh :
Revisi ke :0 Tanggal yang digantikan : 10 Juli 2015
Lampiran 4
Daftar Istilah Yang Lazim Digunakan Dalam APU PPT
 
DAFTAR ISTILAH YANG LAZIM DIGUNAKAN DALAM APU DAN PPT

Anti Tipping-Off : larangan memberikan keterangan pada pihak yang tidak berhak
dengan tujuan untuk mencegah pihak yang dilaporkan (Nasabah) mengalihkan
dananya dan/atau melarikan diri untuk menjaga efektifitas penyelidikan dan
penyidikan tindak pidana pencucian uang.
Bank Draft : warkat pembayaran yang diterbitkan dalam valas oleh Bank di Indonesia
yang dapat diuangkan pada Bank di luar negeri.
Bank Mandiri : yang dimaksud Bank Mandiri dalam Standar Prosedur ini adalah Bank
Mandiri sebagai Entitas Utama termasuk di dalamnya Kantor Luar Negeri.
Bank Notes : layanan ini rentan terhadap aksi pencucian uang karena Bank notes
diterima di hampir semua jenis usaha dan lokasi.
Bank Pengirim : bank yang mengirimkan perintah Transfer Dana.
Bank Penerus : bank yang meneruskan perintah Transfer Dana.
Beneficial Owner : setiap orang yang berhak atas dan/atau menerima manfaat tertentu
yang berkaitan dengan rekening Nasabah, merupakan pemilik sebenarnya dari dana
yang ditempatkan pada Bank (ultimately own account); mengendalikan transaksi
Nasabah; memberikan kuasa untuk melakukan transaksi; mengendalikan badan
hukum; dan/atau merupakan pengendali akhir dari transaksi yang dilakukan melalui
28
badan hukum atau berdasarkan suatu perjanjian.
Correspondent Banking : kegiatan suatu bank (correspondent) dalam menyediakan 8 :
layanan jasa bagi bank lainnya (respondent) berdasarkan suatu kesepakatan tertulis
: 5
dalam rangka memberikan jasa pembayaran dan jasa perbankan lainnya.
Credit : penyediaan dana atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan 1 0
1 7
persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara Bank dan pihak lain yang
0
mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutang setelah jangka waktu tertentu
2
dengan pemberian bunga atau imbalan/bagi hasil.
0 /
Credit Card : lihat penjelasan dalam credit.
/1
1 0
Cross Border Correspondent Banking : Correspondent Banking di mana salah satu
kedudukan bank corespondent atau bank respondent berada di luar wilayah Negara
Republik Indonesia. -
2 05
Cuckoo Smurfing : adalah upaya mengaburkan asal usul sumber dana dengan
mengirimkan dana-dana dari hasil kejahatannya melalui rekening pihak ketiga yang
8
menunggu kiriman dana dari luar negeri dan tidak menyadari bahwa dana yang
0
6 3
diterimanya tersebut merupakan “proceed of crime”. Istilah ini pertama kali muncul di
Eropa karena adanya kesamaan antara modus operandi TPPU ini dengan aktivitas
8
07
dari “Cuckoo Bird”.
Custodian : jasa penitipan dan penatausahaan surat berharga yang telah
diperdagangkan di pasar modal yang dimiliki oleh perorangan atau Perusahaan baik
lokal maupun asing. Bank Custodian bertindak untuk dan atas nama Nasabah
melakukan pengurusan kepentingan Nasabahnya, seperti penerimaan dividen,
pembelian saham baru yang ditawarkan oleh suatu Perusahaan secara terbatas
(right issue), penerimaan saham bonus, pendaftaran saham atas nama pembeli
untuk dicatat sebagai pemegang saham, mencatat perubahan akibat pemecahan
saham, dan pengiriman dan penerimaan obligasi baik dari/ke broker maupun
custodian lainnya.
Customer Due Diligence (CDD) – Uji Tuntas Nasabah: adalah kegiatan berupa
identifikasi, verifikasi, dan pemantauan yang dilakukan Bank untuk memastikan
transaksi sesuai dengan profil, karakteristik, dan/atau pola transaksi Calon
Nasabah, Nasabah atau WIC.

Standar Prosedur - Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme L4 –1


Edisi :3 Berlaku sejak tanggal : 12 September 2017 Diverifikasi oleh :
Revisi ke :0 Tanggal yang digantikan : 10 Juli 2015
Lampiran 4
Daftar Istilah Yang Lazim Digunakan Dalam APU PPT
 
Electronic Banking : meliputi antara lain jasa ATM, jasa transaksi on line, mobile
banking, phone Banking dan SMS banking.
Enhance Due Dilligence (EDD) – Uji Tuntas Lanjut: tindakan CDD lebih mendalam
yang dilakukan Bank pada saat berhubungan dengan Calon Nasabah, WIC, atau
Nasabah yang tergolong berisiko tinggi, termasuk Politically Exposed Person,
terhadap kemungkinan pencucian uang dan pendanaan terorisme.
Financial Action Task Force (FATF) : Didirikan tahun1989 oleh G-7 dengan mandata
dan menilai hasil kerjasama antar negara yang telah ada untuk mencegah
dipergunakannya sistem perbankan sebagai media pencucian uang antara lain
dengan mengeluarkan standar mengenai anti-pencucian uang yang komprehensif
(40 Rekomendasi FATF).
Front Liner/Officer : petugas Bank yang langsung berhubungan dengan Nasabah yang
membutuhkan pelayanan perbankan, antara lain teller dan customer service.
Hak Pengusahaan Hutan (HPH) : izin konsesi kehutanan dengan daur 20-25 tahun
(tergantung jenis topologi hutannya). Pada dasarnya pemegang HPH diberikan izin
untuk mengelola kawasan yang sudah ada hutannya untuk ditebang kayunya
berdasarkan sistem Tebang Pilih Tanam Indonesia. Dengan sistem ini hutan yang
dikelola HPH akan tetep utuh sepanjang siklus 25 tahun tersebut. Nama HPH
sekarang berubah menjadi Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan
28
Alam atau disingkat IUPHHK-HA.
High Risk Countries : negara-negara yang diklasifikasikan mempunyai risiko tinggi 8 :
terhadap terjadinya pencucian uang atau pendanaan terorisme, antara lain karena : 5
tidak/belum menerapkan rekomendasi FATF, seperti negara dengan tingkat korupsi
tinggi, tingkat penyelundupan, perdagangan manusia, dll. 1 0
1 7
High Risk Customer : Nasabah yang diklasifikasikan mempunyai risiko tinggi sebagai
0
pelaku/ikut serta dalam kegiatan pencucian uang baik karena pekerjaan, jabatan,
2
jasa perbankan yang digunakan maupun kegiatan usahanya.
0 /
1
High Risk Product/Service : Produk/Jasa perbankan yang banyak diminati oleh
/
deposit box, dll. 1 0
pelaku pencucian uang, seperti electronic banking, custodian, reksadana, safe

-
Internet Banking : layanan yang diberikan kepada Nasabahnya untuk melakukan

2 05
transaksi perbankan melalui komputer dalam jaringan internet.
Izin Pemanfaatan Kayu : izin ini diperoleh untuk melakukan pembukaan lahan (land
0 8
clearing) pada kawasan hutan yang telah dilepaskan menjadi kawasan bukan hutan.
3
Joint Account : rekening yang dimiliki secara bersama-sama oleh dua orang atau lebih
6
8
Nasabah yang memiliki hak dan kewajiban yang sama atas rekening tersebut.

07
Konglomerasi Keuangan : PJK yang berada dalam satu grup atau kelompok karena
keterkaitan kepemilikan dan/atau pengendalian.
Legal Risk : risiko yang disebabkan oleh adanya kelemahan aspek yuridis. Kelemahan
aspek yuridis antara lain disebabkan adanya tuntutan hukum, ketiadaan peraturan
perundang-undangan yang mendukung atau kelemahan perikatan seperti tidak
terpenuhinya syarat sahnya kontrak dan pengikatan agunan yang tidak sempurna.
Letter of Credit : dokumen yang diterbitkan bagi pihak ketiga atas permintaan Nasabah
Bank penerbit. Dalam transaksi tersebut Bank penerbit berjanji untuk melakukan
pembayaran atas instruksi pihak ketiga tersebut sebagai pembayaran hutang
Nasabah Bank penerbit.
Money Laundering (Pencucian Uang) : perbuatan menempatkan, mentransfer,
membayarkan, membelanjakan, menghibahkan, menyumbangkan, menitipkan,
membawa ke luar negeri, menukarkan, atau perbuatan lainnya atas Harta Kekayaan
yang diketahuinya atau patut diduga merupakan Hasil Tindak Pidana dengan

Standar Prosedur - Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme L4 - 2


Edisi :3 Berlaku sejak tanggal : 12 September 2017 Diverifikasi oleh :
Revisi ke :0 Tanggal yang digantikan : 10 Juli 2015
Lampiran 4
Daftar Istilah Yang Lazim Digunakan Dalam APU PPT
 
maksud untuk menyembunyikan, atau menyamarkan asal usul Harta Kekayaan
sehingga seolah-olah menjadi Harta Kekayaan yang sah.
Operational Risk : risiko Bank tidak dapat melakukan kegiatan operasionalnya secara
normal, yang antara lain disebabkan adanya ketidak-cukupan dan atau tidak
berfungsinya proses internal, kesalahan manusia, gangguan dan
kegagalan sistem informasi manajemen dan komunikasi, ketidakpastian ketentuan,
kelemahan struktur pengendalian, adanya problem eksternal, atau adanya hal-hal
yang bersifat force majeur, seperti bencana alam, kebakaran, dll.
Payable Through Account : memberikan peluang bagi pelaku transaksi untuk
menyembunyikan identitas dirinya mengingat pelaku transaksi mendapatkan ijin dari
Bank dimana dia tercatat sebagai Nasabah untuk menarik cek dari rekening Bank
yang tersimpan pada Bank koresponden. Karena rekening koresponden digunakan
secara langsung oleh Nasabah sehingga dalam transaksi ini hanya melibatkan Bank
responden dan Bank koresponden, tanpa melibatkan keberadaan pelaku transaksi
yang merupakan Nasabah Bank responden. Oleh karena itulah, Payable Through
Account sangat rentan terhadap terjadinya pencucian uang.
Politically Exposed Person :
1. PEP Asing yaitu orang yang diberi kewenangan untuk melakukan fungsi penting
(prominent function) oleh negara lain (asing), seperti kepala negara atau
28
pemerintahan, politisi senior, pejabat pemerintah senior, pejabat militer atau
pejabat di bidang penegakan hukum, eksekutif senior pada Perusahaan yang 8 :
dimiliki oleh negara, pejabat penting dalam partai politik;
: 5
2. PEP Domestik yaitu orang yang diberi kewenangan untuk melakukan fungsi
penting (prominent function) oleh negara, seperti kepala negara atau 1 0
1 7
pemerintahan, politisi senior, pejabat pemerintah senior, pejabat militer atau
0
pejabat di bidang penegakan hukum, eksekutif senior pada Perusahaan yang
2
dimiliki oleh negara, pejabat penting dalam partai politik;
0 /
1
3. Orang yang diberi kewenangan untuk melakukan fungsi penting (prominent
/
1 0
function) oleh organisasi internasional, seperti senior manajer meliputi antara lain
direktur, deputi direktur, dan anggota dewan atau fungsi yang setara.
-
Private Banking : jasa pelayanan khusus yang diberikan Bank kepada Nasabah

2 05
tertentu (prime customer), berupa pemberian keistimewaan jasa pelayanan dan jasa
bunga/bagi hasil dan pelayanan multiproduk guna memberikan keuntungan yang
8
lebih kepada Nasabah dan pemahaman atas risiko berinvestasi yang mungkin
0
6 3
timbul. Jasa atau produk Private Banking selain produk konvensional perbankan
juga meliputi penasihat keuangan pribadi yang melibatkan officer Bank sebagai
8
07
financial analyst, economist, treasury dan product specialist untuk memberikan
advise yang optimum juga melakukan pengelolaan dana di luar negeri yang tidak
bisa diakomodasi oleh Bank di dalam negeri seperti trust fund. Selain itu ditawarkan
juga rangkaian produk keuangan yang "tailor made" sesuai kebutuhan Nasabahnya
seperti asuransi, forex trading, derivative, equity trading, bond trading, dsb.
Pengawasan terhadap private Banking perlu mendapat perhatian khusus,
mengingat besarnya potensi Nasabah untuk mempengaruhi keputusan Bank,
sehingga memungkinkan masuknya dana illegal ke dalam Bank.
Reksadana : Reksadana merupakan produk penghimpunan dana dari masyarakat
pemodal (investor) yang ditanamkan oleh Manajer Investasi dalam portofolio surat
berharga pasar modal dan pasar uang.
Reputational Risk : risiko yang antara lain disebabkan adanya publikasi negative yang
terkait dengan kegiatan usaha Bank atau persepsi negatif terhadap Bank.

Standar Prosedur - Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme L4 –3


Edisi :3 Berlaku sejak tanggal : 12 September 2017 Diverifikasi oleh :
Revisi ke :0 Tanggal yang digantikan : 10 Juli 2015
Lampiran 4
Daftar Istilah Yang Lazim Digunakan Dalam APU PPT
 
Risk assessment : Proses identifikasi, evaluasi, dan perkiraan tingkat risiko, serta
membandingkan tingkat risiko tersebut terhadap tolok ukur atau standar yang telah
ditetapkan.
Save Deposit Box : Safe Deposit Box adalah jasa yang ditawarkan oleh Bank dengan
menyediakan tempat penyimpanan barang atau dokumen berharga.
Shell Banks : Bank yang tidak memiliki kehadiran secara fisik (physical presence) di
Negara tempat Bank tersebut didirikan dan memperoleh izin, dan tidak berafiliasi
dengan kelompok usaha jasa keuangan yang menjadi subyek pengawasan
terkonsolodasi yang efektif.
Single Customer Information File: data profil Nasabah yang mencakup seluruh
rekening yang dimiliki oleh satu Nasabah pada suatu Bank antara lain tabungan,
deposito, giro dan kredit Smurfing : adalah upaya untuk menghindari pelaporan
dengan memecah-mecah transaksi yang dilakukan oleh banyak pelaku.
Straight-through Processing : transaksi pembayaran yang dilakukan secara elektronik
tanpa memerlukan intervensi manual.
Tax Haven Country/Territory : negara atau wilayah yang undangundang dan
kebijakannya dapat dipergunakan untuk menghindari atau mengelabui ketentuan
pajak dari negara lain. Kriteria pada umumnya memenuhi :
1. tidak ada pajak atau pajak hanya nominal saja,
28
2. tidak adanya pertukaran informasi perpajakan dengan negara lain,
3. tidak ada transparansi dalam pelaksanaan undangundang dan peraturan 8 :
pelaksanaannya,
: 5
4. tidak ada kewajiban bagi badan usaha asing untuk berada secara fisik pada
negara itu, 1 0
1
5. mempromosikan negara atau wilayahnya sebagai offshore financial center, 7
0
6. negara atau wilayah kecil yang keadaan politik dan ekonominya stabil serta
2
didukung oleh prasarana yang baik.
0 /
1
Terrorist List : daftar nama-nama teroris yang tercatat pada Resolusi Dewan Keamanan
/
PBB 1267
1 0
Trust : adalah kegiatan penitipan dengan pengelolaan atas harta milik settlor berdasarkan
-
perjanjian tertulis antara Bank sebagai trustee dengan settlor untuk kepentingan
beneficiary.
2 05
U Turn : adalah upaya untuk mengaburkan asal usul hasil kejahatan dengan
8
memutarbalikkan transaksi untuk kemudian dikembalikan ke rekening asalnya
0
6 3
Walk in Customer : pihak yang menggunakan jasa Bank namun tidak memiliki rekening
pada Bank tersebut, tidak termasuk pihak yang mendapatkan perintah atau
8
07
penugasan dari Nasabah untuk melakukan transaksi atas kepentingan Nasabah.

Standar Prosedur - Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme L4 - 4


Edisi :3 Berlaku sejak tanggal : 12 September 2017 Diverifikasi oleh :
Revisi ke :0 Tanggal yang digantikan : 10 Juli 2015
Lampiran 5
Dasar Hukum

 
DASAR HUKUM

1. Peraturan Kepala PPATK No. PER-09/1.02.2/PPATK/09/12 tanggal 4 September


2012 Tentang Tata Cara Penyampaian LTKM dan LTKT bagi Penyedia Jasa
Keuangan.
2. Surat Edaran Bank Indonesia No. 15/21/DPNP tanggal 14 Juni 2013
tentangPenerapan Program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan
Terorismebagi Bank Umum.
3. Peraturan Kepala PPATK No. PER-12/1.02/PPATK/06/13 tanggal 26 Juni 2013
Tentang Tata Cara Penyampaian Transaksi Keuangan Transfer Dana dari dan ke
Luar Negeri bagi Penyedia Jasa Keuangan.
4. Peraturan Kepala PPATK No. PER-21/1.02/PPATK/11/2013 tanggal 29 November
2013 Tentang Identifikasi Transaksi Keuangan Tunai bagi Penyedia Jasa Keuangan
5. Peraturan Kepala PPATK No. PER-11/1.02/PPATK/06/2013 tanggal 22 Juli 2013
Tentang Identifikasi Transaksi Keuangan Mencurigakan bagi Penyedia Jasa
Keuangan
6. Peraturan Kepala PPATK No. PER-04/1.02/PPATK/03/2014 tanggal 28 Maret 2014
Tentang Perubahan Atas Peraturan Kepala Pusat Pelaporan Dan Analisis Transaksi
Keuangan No. PER-11/1.02/PPATK/06/2013 Tentang Identifikasi Transaksi
Keuangan Mencurigakan bagi Penyedia Jasa Keuangan
28
7. POJK No. 17/POJK.03/2014 tgl 18 November 2014 tentang Penerapan Manajemen
8 :
Terintegrasi Bagi Konglomerasi Keuangan
: 5
8. Peraturan Kepala PPATK No. PER-02/1.02/PPATK/02/15 tanggal 03 Februari 2015
tentang Kategori Pengguna Jasa Yang Berpotensi Melakukan Tindak Pidana 1 0
9.
Pencucian Uang
1 7
Kebijakan Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme (AntiMoney
Laundering - Counter Financing of Terrorism) Bank Mandiri – KAPTBM
2 0
10. Kebijakan Manajemen Risiko Bank Mandiri (KMRBM).
0 /
11.
/
Kebijakan Sistem Pengendalian Internal Bank Mandiri (KSPIBM)1
12. Kebijakan Kepatuhan Bank Mandiri (KKBM)
1 0
13.
-
Kebijakan Penyertaan Modal dan Pengelolaan Perusahaan Anak Bank Mandiri

05
(KPMPPABM)
14. Standar Pedoman Kepatuhan (SPKp)
15. Standar Prosedur Hukum (SPH)
8 2
16. 0
Standar Prosedur Penyertaan Modal dan Pengelolaan Perusahaan Anak.
3
8 6
07

Standar Prosedur - Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme L5 - 1


Edisi :3 Berlaku sejak tanggal : 12 September 2017 Diverifikasi oleh :
Revisi ke :0 Tanggal yang digantikan : 10 Juli 2015

Anda mungkin juga menyukai