Anda di halaman 1dari 12

EVALUASI DAN INVENTARISASI PENGELOLAAN

LIMBAH B3 DI UPT BALAI YASA PT.KAI YOGYAKARTA

Ahmad Sillahudin, Qorry Nugrahayu, Fajri Mulya Iresha


Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Islam Indonesia
e-mail : ahmadsillahudin7@gmail.com

Keywords: Abstract: Hazardous waste management is a way to avoid pollution and environmental
damage resulting from the inspection, maintenance and repair of railway facilities at Balai
Hazardous Waste, Yasa Yogyakarta. The purpose of this research is to plan a hazardous waste management
temporary disposal system in accordance with the applicable regulations by using the sampling method as a
area, Balai Yasa reference for conducting an inventory, then interviews and observations carried out to
Yogyakarta evaluate hazardous waste management so we can plan for a better design of hazardous
waste management. The results of the study revealed that most of the hazardous waste
generated in the process at the Balai Yasa Yogyakarta consisted of waste: used oil, used
bulbs, used paint packaging, packaging of used thinners, contaminated rags, contaminated
masks, and contaminated gloves. There is only one type of waste that is managed, namely
oil waste. In addition, repairs to the storage process at the temporary disposal site are
needed to provide labels and symbols, as well as to add the types of hazardous waste carried
out so that the management of hazardous waste management in Balai Yasa Yogyakarta can
better and adjust the conditions of the temporary dumping site to comply with BAPEDAL
Number KEP-01/BAPEDAL/09/1995 and Peraturan Menteri Lingkungan Hidup RI Number
30 of 2009.

Kata Kunci: Abstrak: Pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun atau limbah B3 merupakan cara
untuk menghindari pencemaran dan kerusakan lingkungan yang ditimbulkan dari proses
Limbah B3, Tempat pemeriksaan, perawatan dan perbaikan sarana kereta api di Balai Yasa Yogyakarta.
Penyimpanan Penelitian ini bertujuan untuk merencanakan sistem pengelolaan limbah B3 sesuai dengan
Sementara (TPS), Balai peraturan yang berlaku dengan menggunakan metode sampling sebagai acuan untuk
Yasa Yogyakarta melakukan inventarisasi, selanjutnya wawancara dan observasi dilakukan untuk
mengevaluasi pengelolaan limbah B3 sehingga perencanaan sistem pengelolaan limbah B3
yang lebih baik dapat dilakukan. Hasil dari penelitian terkait limbah B3 diketahui bahwa
sebagian besar limbah B3 yang dihasilkan dalam proses kegiatan di Balai Yasa Yogyakarta
yaitu terdiri dari limbah: pelumas (oli) bekas, bohlam bekas, kemasan cat bekas, kemasan
pengencer bekas, majun terkontaminasi, masker terkontaminasi, dan sarung tangan
terkontaminasi. Hanya ada satu jenis limbah saja yang dilakukan pengelolaan yaitu limbah
oli. Selain itu diperlukan perbaikan dalam proses penyimpanan di TPS yakni untuk
memberikan label dan simbol, serta menambahkan jenis limbah B3 yang dilakukan agar
pengelolaan limbah B3 di Balai Yasa Yogyakarta dapat lebih baik dan penyesuaian kondisi
TPS agar sesuai dengan BAPEDAL Nomor KEP-01/BAPEDAL/09/1995 dan Peraturan
Menteri Lingkungan Hidup RI No 30 tahun 2009.

1
1. Pendahuluan yang sesuai dengan peraturan dan tata cara yang
berlaku.
PT. Kereta Api Indonesia (Persero) UPT 2. Metode Penelitian
Balai Yasa Yogyakarta merupakan salah satu
dari empat Balai Yasa yang dimiliki oleh PT Metode yang digunakan dalam penelitian ini
Kereta Api Indonesia (PT KAI) yang terdapat terdiri dari:
dipulau Jawa. Tiga di antaraanya adalah balai 1. Data Primer
Yasa Manggarai, Balai Yasa Tegal dan Balai Data primer akan diperoleh dengan
Yasa Gubeng. Salah satu pekerjaannya yaitu mengetahui kondisi limbah yang ada,
pemeriksaan, perawatan dan perbaikan sarana termasuk jenis limbah, sumber, volume, dan
kereta api, yang pada kegiatannya akan metode pengelolaan yang telah dilakukan.
berkaitan langsung dengan limbah yang Untuk mencari data primer diperlukan cara
dihasilkan terutama limbah B3. berikut:
Berbagai jenis limbah industri B3 yang a. Wawancara
tidak memenuhi baku mutu yang dibuang Wawancara dilakukan dengan tanya
langsung ke lingkungan merupakan sumber jawab seputar pengelolaan Limbah B3
pencemaran dan perusakan lingkungan. Untuk diarea tempat penyimpanan dan
menghindari kerusakan tersebut perlu pengumpulan Limbah. Sasaran pihak
dilaksanakan pembangunan berkelanjutan yang yang akan diwawancarai yakni petugas
berwawasan lingkungan hidup. Salah satu HSE, dan PIC yang terkait seputar
komponen penting agar program tersebut dapat pengelolaan limbah B3 dan pihak yang
berjalan adalah dengan diberlakukannya pekerjaannya berhubungan langsung
peraturan perundang-undangan lingkungan atau menghasilkan limbah B3.
hidup sebagai dasar dalam menjaga kualitas b. Observasi
lingkungan. Dengan diberlakukannya peraturan Observasi dilakukan dengan
tersebut maka hak, kewajiban dan kewenangan menganalisa hasil dari pegamatan dan
dalam pengelolaan limbah oleh setiap orang, wawancara yang telah dilakukan
badan usaha maupun organisasi dengan mengidentifikasi jenis Limbah
kemasyarakatan dijaga dan dilindungi oleh B3 dan mengetahui kondisi eksisting
hukum (Setiyono, 2001). sesuai di lapangan.
Pengelolaan Limbah B3 yang baik dan c. Sampling
benar tidak hanya meningkatan citra Sampling dilakukan dengan mengambil
perusahaan, nilai akan kesehatan dari pekerja data secara langsung selama 8 hari
dan lingkungan hidup sekitar juga akan sehingga dapat dilakukan proyeksi lebih
berdampak baik dan sehat. Perusahaan akan lanjut untuk mengetahui jumlah
seimbang dan mengikuti hasil dari pengelolaan timbulan.
yang dilakukan. Pentingnya merancang 2. Data Sekunder
pengelolaan limbah B3 di Balai Yasa Data sekunder adalah data di luar penelitian
Yogyakarta karena penghasilan limbah B3 untuk mendukung data primer dalam
dengan jumlah yang cukup banyak perhari menganalisis data. seperti peraturan yang
dengan masa kerja 5-6 hari kerja perminggu terkait dengan pengelolaan limbah
sehingga akan harus dilakukan dengan sistem berbahaya dan desain tempat pembuangan
sementara. Peraturan terkait antara lain:

2
a. Pemerintah Nomor 101 Tahun 2014
Tentang Pengelolaan Limbah Bahaya dan Pemerik
Kereta
Beracun asaan
Masuk
b. BAPEDAL Nomor KEP- kondisi
01/BAPEDAL/09/1995 Tentang Tata
Cara dan Persyaratan Teknis Pemisahan
Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah bagian kereta
Bahaya dan Beracun
c. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup RI
Kerangka Atas Kerangka Bawah
No 30 tahun 2009 Tentang Laksana
Perizinan dan Pengawasan Pengelolaan
Limbah Bahan Beracun dan Berbahaya Bohlam Majun, Pelumas
Serta Pengawasan Pemulihan Akibat Lampu, Masker,
Pencemaran Limbah Bahan Beracun dan Kemasa dan
Berbahaya oleh Pemerintah Daerah. n Cat Sarung

3. Hasil dan Pembahasan


TPS Sampah TPS
3.1 Kondisi Eksisting Pengelolaan Limbah Limbah
Domestik
B3 UPT Balai Yasa Yogyakarta
Kondisi Eksisting merupakan kondisi Gambar 3.1 Diagram Proses Pengelolaan
yang telah dikerjakan dan terjadi di lokasi Limbah B3
pengamatan. Limbah B3 yang mendominasi Dari diagram dapat diketahui sumber
dihasilkan di Balai Yasa Yogyakarta berasal limbah B3 jenis bohlam, kemasan cat, dan
dari limbah perbaikan sarana kereta api kereta pengencer berasal dari kegiatan perbaikan
api mencangkup limbah oli, majun kerangka atas. Kerangka atas adalah bagian
terkontaminasi oli, masker dan sarung tangan interior kereta atau bagian gerbong. Sedangkan
terkontaminasi oli, dan kaleng bekas cat. limbah majun, masker, sarung tangan, dan oli
Diantara itu semua hanya limbah oli yang berasal dari kegiatan perbaikan kerangka
masuk dalam pengelolaan Limbah B3 yaitu bawah yaitu bagian mesin dan roda kereta.
dengan pengumpulan dan penyimpanan di TPS Bagian kereta yang dalam proses perawatannya
yang telah tersedia. dibagi dua jenis untuk memudahkan proses
Limbah B3 selain Oli seperti bohlam perbaikan dan pengecekan kondisi kereta.
lampu bekas, bekas kemasan cat dan pengencer,
majun terkontaminasi, sarung tangan 3.2 Identifikasi dan Inventarisasi Limbah B3
terkontaminasi, dan masker terkontaminasi di UPT Balai Yasa Yogyakarta
buang dengan tempat yang sama dengan Hasil identifikasi terkait limbah B3
sampah domestik lainnya sehingga dalam yang dihasilkan Balai Yasa Yogyakarta secara
proses pengambilan data di butuhkan sampling besar dari kawasan perbaikan sarana kereta api
untuk mengetahui komposisi dan berat Limbah adalah limbah B3 yang dapat dilakukan
B3 yang tidak termasuk dalam pengelolaan. inventarisasi antara lain limbah pelumas (oli)
Berikut diagram proses pengelolaan limbah B3 bekas, bohlam bekas, kemasan cat bekas dan
di Balai Yasa Yogyakarta:

3
kemasan pelarut bekas, majun, masker, dan Tabel 3.1 Inventaris Limbah Oli Balai Yasa
sarung tangan yang terkontaminasi limbah B3. Bulan Pelumas (Oli) Bekas (Lt)
Berikut identifikasi dan inventarisasi 2017
untuk limbah B3 yang ada di Balai Yasa: Januari 10.450
Februari -
3.2.1 Pelumas (Oli) Bekas Maret 14.000
Oli bekas diidentifikasikan sebagai April -
limbah B3 sesuai PP No 101 tahun 2014 yang Mei 4.000
termasuk dalam bahaya kategori 2 dari sumber Juni -
tidak spesifik lainnya yang memiliki Juli 7.200
Agustus 4.000
karakteristik mudah terbakar. Oli bekas yang September 15.600
dihasilkan di Balai Yasa Yogyakarta berasal Oktober -
dari perbaikan sarana kereta api kereta api November -
dengan pengantian oli dan perbaikan kerangka Desember -
2018
bawah yaitu bagian mesin sarana kereta api.
Januari -
Pengelolaan limbah oli bekas di Balai Februari -
Yasa Yogyakarta dengan pengumpulan dan Maret 5.500
penyimpanan di drum lalu di simpan di TPS April 8.000
yang sudah tersedia yang kemudian diolah Mei 6.400
Juni -
tingkat lanjut oleh pihak ketiga yang diangkut
Juli -
ke gudang UPT Andhika Makmur Persada. Sumber : Logistik Balai Yasa Yogyakarta,
Menurut penelitian yang dilakukan di 2018
PT.INKA Jawa Timur, penumpukan kemasan Dengan jumlah limbah oli pada tahun 2017
harus mempertimbangkan kestabilan tumpukan sebesar 55.250 liter maka rata-rata perbulan
kemasan. Jika berupa drum (isi 200 liter), maka Balai Yasa Yogyakarta menghasilkan 4.604
tumpukan maksimum 3 (tiga) lapis dengan tiap liter dengan rata-rata perhari 153,46 liter
lapis dialasi dengan palet dan bila tumpukan limbah sehingga jika penyimpanan maksimal
lebih dan 3 (tiga) lapis atau kemasan terbuat dan selama 3 bulan, dengan dipotong masa libur
plastik, maka harus dipergunakan rak (Rosana, kerja sehingga dalam perencanaannya akan
2001). digunakan waktu selama 80 hari maksimal
Pewadahan limbah oli di Balai Yasa penyimpanan. Maka diperlukan wadah
Yogyakarta sudah menggunakan drum dengan penyimpanan limbah oli dengan daya tampung
kapasitas 200 liter namun dengan kondisi sebesar 12.277 liter.
penyusunan yang tidak rapi sehingga akan 3.2.2 Bohlam Lampu Bekas
menyulitkan pencatatan dan pengecekan Bohlam lampu bekas diidentifikasikan
kondisi limbah nantinya. Limbah pelumas (Oli) sebagai Limah B3 sesuai PP No 101 tahun 2014
bekas yang diserahkan pihak Balai Yasa sebagai produk yang terkontaminasi kandungan
Yogyakarta ke gudang LPN Yogykarta untuk merkuri (Hg). Dalam peraturan bohlam bekas
dilakukan pengolahan oleh pihak ketiga yaitu termasuk dalam bahaya 2 dengan terdapat 5-10
PT. Andhika Makmur Persada seperti dalam mg merkuri (Hg) sehingga dapat berdampak
tabel 3.1 sebagai berikut: bagi manusia seperti kerusakan otak, hati,
ginjal, penghambat fungsi enzim, gangguan
saraf, mutasi genetik, hingga kematian (Alfian,
2006)

4
Lampu Bohlam bekas berasal dari dijadikan sebagai sarana pembersihkan area
proses penggantian lampu bohlam pada sarana yang terkena tumpahan oli. Majun sudah
yang diperbaiki, baik sarana kereta api, genset banyak digunakan karena lebih mudah dan
maupun KRD dengan rata-rata 100 bohlam murah seperti pada pengelolaan limbah oli di
lampu yang diganti dengan berat estimasi terminal bahan bakar minyak Luwuk
dalam penyerahan limbah sebesar 100kg. Kabupaten Banggai yang memiliki pengelolaan
Belum ada pengelolaan terhadap limbah limbah majun dengan Majun dikemas di dalam
bohlam bekas, limbah bohlam bekas hanya karung yang berlapiskan plastik dan diikat
dibuang bercampur dengan sampah domestik dengan kuat setelah dikemas. Disimpan
lainnya. Inventarisasi juga belum dilakukan menunggu pengangkutan oleh pihak ketiga
untuk limbah bohlam tersebut dikarenakan (Habibi, 2017).
limbah bohlam tidak termasuk dalam sampah Berikut hasil inventarisasi sampah majun,
yang diserahkan ke gudang LPN yogyakarta masker, dan sarung tangan yang dapat diliaht
melainkan hanya dibuang dan bercampur dalam tabel 3.2:
dengan sampah domestik yang ada. Untuk Tabel 3.1 Data Limbah Majun, Masker,
dilakukan perhitungan jumlah bohlam bekas di Sarung Tangan
Balai Yasa Yogyakarta tidak dilakukan oleh
Jenis Limbah B3
penulis karena kondisi bohlam yang tersebar
Majun, Sarung Tangan, dan
secara acak dan sudah alam keadaan tidak utuh Hari
masker
atau pecah dan bercampur dengan sampah
Kg cm3
lainnya.
Rabu 11 Juli
3.2.3 Majun, Masker, Sarung Tangan 13 37
2018
Bekas Kamis 12 Juli
Majun bekas, masker bekas dan sarung 10,1 37
2018
tangan bekas yang dipakai oleh para pekerja Jumat 13 Juli
workshop secara langsung akan terkontaminasi 12,55 35
2018
oleh oli karena lingkungan workshop yang Senin 16 Juli
secara keseluruhan terkena paparan oli dalam 13,3 40
2018
setiap kegiatannya. Sesuai PP No 101 tahun Selasa 17 Juli
12,6 48
2014 majun, masker, sarung tangan yang 2018
terkontaminasi limbah B3 masuk dalam Rabu 18 Juli
13 38
kategori bahaya 2 karena oli merupakan bahan 2018
beracun yang bersifat korosif, mudah terbakar, Kamis 19 Juli
13,7 41
mudah meledak, reaktif, beracun, dan bisa 2018
menyebabkan iritasi bagi kulit manusia Jumat 20 Juli
13,3 40
sehingga diperlukan pengumpulan dan 2018
penyimpananan seperti limbah B3 lainnya. Jumlah 101,55 316
Pengelolaan yang dilakukan di Balai Yasa Rata-rata 12,7 39,5
Yogyakarta hanya membuang limbah tersebut Dari data diperoleh rata-rata 12,7 Kg
ke tempat sampah yang tercampur dengan per 8 hari dan 39,5 cm3 per 8 hari yang
sampah domestik lainnya kemudian diasumsikan waktu terlama dalam
Majun merupakan kain sisa atau penyimpanan sementara di TPS yakni selama 3
potongan-potongan kain yang tidak dipakai dan bulan, dengan dipotong masa libur kerja

5
sehingga dalam perencanaannya akan bercampur dengan sampah domestik yang
digunakan waktu selama 80 hari maksimal sudah ada.
penyimpanan Tabel 4.3 Data Limbah Kemasan Cat dan
3.2.4 Kemasan Kaleng Bekas Cat dan Pengencer
Kemasan Kaleng Bekas Pelarut Jenis Limbah B3
Kemasan Kaleng bekas cat Kaleng Bekas Cat dan
Hari
diidentifikasikan sebagai limbah B3 menurut pelarut
lampiran PP No 101 tahun 2014 karena Kg cm3
termasuk bahan yang mengandung timbal (Pb) Rabu 11 Juli 2018 3,5 30,8
dan termasuk dalam kategori bahaya 2. Timbal
Kamis 12 Juli
yang terkandung di dalam bekas kemasan cat 3 50,4
2018
dapat mengganggu kesehatan manusia seperti Jumat 13 Juli
gangguan saraf dan reproduksi (Musthapia, 5,5 60,2
2018
et.al. 2006). Senin 16 Juli
Kemasan kaleng bekas pelarut juga 4,8 62
2018
termasuk dalam limbah B3 kategori 2 menurut Selasa 17 Juli
4,5 58,7
Lmapiran PP No 101 tahun 2014 yang palarut 2018
terhalogenasi maupun tidak terhalogenasi. Rabu 18 Juli 2018 4 46
Pelarut Thinner mengandung senyawa Toluena
yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan Kamis 19 Juli
3,7 39,2
2018
untuk manusia seperti gangguan otak, saraf, dan
Jumat 20 Juli
tidur (WHO, 2000). 5 56
2018
Pada perusahaan yang dalam proses
Jumlah 34 403,3
produksi menggunakan cat dan pengencer
Rata-rata 4,3 50,4
sebagai salah satu rangkaian produksi akan
menghasilkan limbah kemasan cat dan
Dari data diperoleh rata-rata 4,3 Kg per 8
pengencer dengan jumlah yang cukup banyak
hari dan 50,4 cm3 per 8 hari yang kemudian
seperti pada PT. Toyota Motor Manufacturing
diasumsikan waktu terlama dalam
Indonesia. Perusahaan tersebut memiliki
penyimpanan sementara di TPS yakni selama 3
pengelolaan limbah B3 dengan konsep yang
bulan, dengan dipotong masa libur kerja
diadopsi dari RCRA (USA) yaitu konsep
sehingga dalam perencanaannya akan
Cradle to Grave yang berisi identifikasi limbah
digunakan waktu selama 80 hari maksimal
B3, persyaratan-persyaratan mulai dari sumber
penyimpanan.
(timbulan), penyimpanan, transportasi,
3.3 Evaluasi Pengelolaan Limbah B3
pengolahan, dan penyingkiran/pemusnahan
UPT Balai Yasa Yogyakarta
(disposal) limbah B3. Konsep ini merupakan
Setelah melakukan observasi dan
upaya sistematis agar seluruh rangkaian
wawancara di lapangan terkait pengelolaan
(subsistem) dalam setiap teknik operasional
limbah B3 di Balai Yasa Yogyakarta secara
pengelolaan limbah B3 berjalan sesuai rencana
keseluruhan masih kurangnya jenis limbah B3
(Caesar, 2010).
yang dilakukan pengelolaan di Balai Yasa
Kemasan kaleng bekas cat dan pelarut
Yogyakarta. Karena sesuai Lampiran PP No
Thinner tidak ada pengelolaan secara khusus di
101 tahun 2014 limbah B3 yang dihasilkan
Balai Yasa Yogyakarta hanya dibuang

6
tidak keseluruhan dilakukan pengelolaan sesuai Dalam perencanaan juga memperhatikan
karakteristik dan dampak yang ditimbulakn kemiringan lantai sebesar 1° sesuai PP No 30
baik terhadap manusia maupun lingkungan. tahun 2009 terkait pembangunan TPS. Berikut
Selain harus dilakukan perbanyakan jenis rincian rekomendasi untuk TPS limbah B3 yang
limbah B3 yang dikelola, pengelolaan yang sudah ada di Balai Yasa Yogyakarta agar dapat
sudah ada belum cukup sesuai dengan peraturan lebih optimal dan baik dalam proses
yang berlaku, masih ada kekurangan seperti pengelolaan limbah B3:
penggunaan simbol dan logo limbah B3 dan 3.4.1 Penyimpanan
fasilitas TPS limbah B3 yang belum memadai. TPS limbah B3 dibalai yasa
Tindakan pengurangan seperti direncanakan untuk menyimpan limbah oli,
penggantian penggunaan majun sebagai media bohlam lampu, kemasan cat, kemasan
pembersihan oli dan dapat diganti dengan pengencer (thinner), majun, masker, dan sarung
media lain seperti serbuk kayu. Penggunaan tangan bekas dengan menggunakan media
masker, sarung tangan dengan kualitas yang penyimpanan drum dan rak (pallet mesh).
lebih baik sehingga tidak mudah rusak dan Limbah pelumas (oli) bekas
kotor. Lalu penggunaan bohlam lampu dengan memerlukan tempat pengemasan berupa drum
kualitas paling baik sehingga memperpanjang dengan ukuran 200 liter (daya tampung
umur lampu dan memperlambat penggantian. dikurang 10% untuk area bebas) dengan
Untuk seluruh limbah B3 yang teridentifikasi di dimensi tinggi 87cm dan diameter 60cm,
Balai Yasa Yogyakarta seharusnya dilakukan memerlukan sekitar 85 drum dengan estimasi
pengelolaan dengan memperhatikan 15.300 liter daya tampung untuk pengemasan
pengumpulan dan penyimpanan limbah agar limbah oli karena rata-rata perbulan Balai Yasa
tidak merusak lingkungan dan membahayakan menghasilkan 4.604 liter limbah yang rata-rata
kesehatan pekerja. perhari 153,46 liter limbah sehingga jika
3.4 Perencanaan Rekomendasi Tempat penyimpanan maksimal selama 3 bulan, dengan
Penyimpanan Sementara (TPS) Limbah B3 dipotong masa libur kerja sehingga dalam
TPS limbah B3 yang sebelumnya sudah perencanaannya akan digunakan waktu selama
dimiliki hanya melakukan satu jenis limbah saja 80 hari maksimal penyimpanan. Maka
yang disimpan yakni limbah pelumas (oli) diperlukan wadah penyimpanan limbah oli
bekas. Hal ini harus segera dilakukan dengan daya tampung sebesar 12.277 liter.
penambahan jenis limbah karena masih banyak Drum yang akan dipakai seperti pada
limbah B3 yang memerlukan penanganan gambar 3.2:
dalam pengumpulan dan penyimpanan limbah
B3 di Balai Yasa Yogyakarta. Untuk pelumas
(oli) bekas diserahkan kepihak ketiga dalam
jangka waktu rata-rata 2-3 bulan (60-90 hari)
dari sejak limbah dihasilkan dan disimpan di
TPS, dalam perencanaan ini dilakukan
pemilihan waktu selama 80 hari masa kerja
karena perusahaan berhenti bekerja pada hari
minggu dan pada hari sabtu dilakukan
pekerjaan jika dibutuhkan saja. Gambar 3.2 Drum Oli

7
Untuk limbah bohlam, kemasan cat, Jumlah limbah bohlam yang akan disimpan:
kemasan pengencer, majun, masker dan sarung a) Rata rata limbah (kg))
tangan direncakan akan dikemas dalam wadah = 100 kg
yang sama yaitu bak container berupa pallet Sehingga sesuai perhitungan maka yang
mesh seperti gambar 3.3: akan dipakai adalah ukuran Pallet mesh Stocky
3 (80 x 60 x 64 cm atau 0,3 m3) untuk limbah
bohlam dan kemasan cat dan pengencer
sedangkan Pallet mesh Stocky 7 (120 x 100 x
89 cm atau 1,07 m3 ) untuk limbah majun,
masker, dan sarung tangan dengan kapasitas
masing-masing 800 kg dan 1.500 kg. Sehingga
dibutuhkan 3 rak Pallet mesh dengan setiap
jenis limbah yang berbeda didalamnya. Namun
untuk Pallet mesh yang berisi limbah bohlam
sebelum dimasukkan ke rak akan dilapiskan
Gambar 3.3 Pallet Mesh (Keranjang Besi) plastik terlebih dahulu agar serpihan kaca sisa
Pallet mesh (Keranjang Besi) memiliki bohlam lampu tidak jatuh dan membahayakan
kelebihan yaitu memudahkan barang yang akan operator.
dimasukkan kedalamnya karena pallet mesh 3.4.2 Pencahayaan
dapat dibuka dari setiap sisinya dan memiliki Pencahayaan baik dari lampu maupun
roda sehingga mempermudah dalam proses cahaya matahari harus memadai sebagai salah
pemindahan. Pallet mesh juga dapat ditumpuk satu unsur penting dalam pembuatan TPS
sehingga menghemat tempat penyimpanan limbah B3. Hal ini memudahkan untuk proses
TPS. Untuk menentukan pemakaian jumlah operasional inspeksi rutin TPS. Sakelar listrik
pallet mesh sebagai berikut: harus terpasang diluar bangunan agar
Volume = Timbulan limbah perbulan x 80 hari mencegah munculnya sumber api dan
*asumsi pengangkutan tiap 3 bulan maksimal pemasangan lampu harus 1 meter minimal di
Jumlah limbah majun, sarung tangan, dan atas kemasan penyimpanan limbah B3 dengan
masker yang akan disimpan: posisi saeklar listrik berada diluar bangunan.
a) Rata rata limbah (kg) x 80 (hari) Sistem pencahayaan mengacu pada SNI 03-
= 12,7 kg x 80 hari 6179-2000 dengan menetukan tingka
= 1.016 kg pencayaaan yang akan digunakan dalam
b) Rata rata limbah (cm3) x 80 (hari) perencanaan pembangunan. TPS limbah B3
= 39,5 cm3 x 80 hari dibalai yasa hanya memiliki satu lampu untuk
= 3.160 cm3 atau 0,00316 m3 penerangan di malam hari. Pemasangan lampu
Jumlah limbah kaleng cat dan pengencer yang yang ada belum cukup untuk penerangan yang
akan disimpan: berfungsi untuk mengetahui kondisi limbah
a) Rata rata limbah (kg) x 80 (hari) yang tersimpan pada saat malam hari. Dengan
= 4,3 kg x 80 hari ukuran bangunan 15x7 meter direncanakan
= 344 kg pemasangan 3 buah lampu.
b) Rata rata limbah (cm3) x 80 (hari) 3.4.3 Ventilasi
= 50,4 cm3 x 80 hari Bangunan TPS harus memiliki sistem
= 4.032 cm3 atau 0,004032 m3 ventilasi udara yang baik dan cukup selain itu

8
juga harus tetap mencegah masuknya hal-hal keadaan darurat maka diperlukan penambahan
yang dapat mengganggu tempat penyimpanan alat-alat tersebut.
limbah B3 seperti masuknya binatang-binatang 3.4.5 Label dan Simbol
kecil. Kondisi bangunan dibuat tanpa plafond Berikut label limbah B3 yang berisikan
agar ventilasi udara diruangan terasa cukup. informasi terkait limbah tersebut:
Sesuai dengan SNI 03-6571-2001 maka
ventilasi alami adalah dengan memilki jumlah
bukaan yang tidak kurang dari 5% terhadap luas
lantai ruangan. Ventilasi yang sudah ada sudah
cukup untuk pencahayaan matahari namun
kemungkinan masuknya binatang kecil dan
debu sangat besar karena bangunan ventilasi
bangunan digabung dengan bangunan sebelah
TPS yaitu gudang. Sehingga rekomendasi yang
berikan dengan memasang jaring yang lebih
rapat dan menutup bagian bangunan yang Gambar 3.4 Label Limbah B3
terhubung dengan bangunan sebelahnya untuk
(Sumber:Kepka Bapedal,1995)
menjaga limbah agar tidak terkontaminasi hal
yang tidak diinginkan. Sesuai dengan PP No 101 tahun 2014/
3.4.4 Peralatan Tanggap Darurat Untuk penerapannya dalam jenis limbah B3
Peralatan-peralatan yang harus disediakan yang akan disimpan di TPS limbah B3 Balai
dalam hal darurat dalam pelaksanaan kegiatan Yasa Yogyakarta dengan menyesuaikan limbah
di TPS limbah B3 meliputi: B3 yang dihasilkan yaitu dengan simbol
a) Alat pelindung diri (APD); berikut:
b) Drum kosong; a) Mudah menyala
c) Label penanda drum; Digunakan untuk kemasan limbah yang
d) Bubuk deterjen; memiliki karakteristik mudah menyala jika
e) Sapu; terkena paparan api seperti limbah pelumas
f) Sekop; (oli) bekas. Simbol ini akan dipasang
g) Corong logam; disetiap drum berisi limbah pelumas (oli)
h) Bahan penyerap (absorben) seperti: bekas. Berikut limbah simbol mudah
pasir, granulated clay, serbuk gergaji, kain menhyala:
majun.
Untuk alat dalam tanggap kebakaran yang
harus disediakan meliputi:
a) Alat pemadam api ringan (APAR)
b) Pendeteksi api (Fire detector) yang
dapat memberikan sinyal alarm jika mendeteksi
sumber api yang muncul untuk mencegah
penyebaran luasan api karena sudah diketahui Gambar 3.5 Simbol Limbah B3 Cairan
jika terjadi sesuatu hal. Mudah Menyala
TPS yang sudah ada belum memiliki alat-
(Sumber:Kepka Bapedal,1995)
alat darurat tersebut. Agar TPS siap dalam

9
b) Limbah Beracun Berikut layout penempatan kemasan tampak
Digunakan untuk kemasan limbah yang atas desain TPS limbah B3 yang direncanakan:
memiliki karakteristik beracun jika memiliki
kontak langsung terhadap lingkungan hidup 0,6
seperti limbah majun, masker, sarung
tangan, dan bohlam bekas. Berikut simbol
limbah beracun: DRUM DRUM DRUM DRUM DRUM DRUM DRUM DRUM
KOTAK
K3

7
RAK MEJA

DRUM DRUM DRUM DRUM DRUM DRUM

PINTU

APAR

15

Gambar 3.7 Layout dimensi TPS Limbah B3


Gambar 3.6 Simbol Limbah B3 Beracun
tampak atas
(Sumber:Kepka Bapedal,1995)
3.4.8 Desain Perencanaan TPS
3.4.6 Operasional
Dalam pelaksanaan operasional TPS Berikut desain TPS Limbah B3 dengan
limbah B3 di Balai Yasa Yogyakarta akan memperhatikan pemaksimalan ukuran yang
memerlukan operator sebagai person in charge sudah ada namun dengan fungsi maksimal:
atau yang bertanggung jawab baik dalam a) Tampak depan TPS
perawatan maupun menjalankan fungsi dari Desain tampak depan TPS limbah B3 Balai
TPS tersebut. Seseorang tersebut harus Yasa Yogyakarta dengan posisi pintu
memiliki kriteria sebagai berikut: berada ditengah yang berfungsi
a) Mengetahui dan dapat melakukan mempermudah proses pengangkutan
identifikasi terhadap bahaya dan limbah masuk maupun keluar TPS. Berikut
pencegahan terhadap kemungkinan desain tampak depan TPS:
terjadinya bahaya di TPS
b) Dapat melakukan tindakan awal
terhadap adanya ceceran dari limbah B3
dengan peralatan yang sudah ada
c) Melakukan pencatatan terkait masuk
dan keluarnya imbah B3

3.4.7 Layout desain TPS

Ukuran TPS yang sudah ada yaitu 15x7


meter cukup untuk menyimpan drum sebanyak Gambar 3.8 Tampak Depan TPS
85 drum dan 2 rak dengan penyusunan drum
b) Tampak belakang TPS
menjadi 2 tingkat dan rak 2 tingkat dengan jarak
Desain tampak belakang TPS limbah B3
setiap blok kemasan limbah sebesar 60cm
Balai Yasa Yogyakarta dengan
pembangunan ventilasi di sekeliling

10
bangunan yang berguna baik untuk 4. Kesimpulan
sirkulasi udara dan cahaya matahari yang 1) Balai Yasa Yogyakarta menghasilkan
masuk kebangunan. Berikut desain tampak limbah B3 dengan di dominasi oleh limbah
belakang TPS: pelumas (oli) bekas, bohlam bekas, majun
terkontaminasi, masker terkontaminasi,
sarung tangan terkontaminasi, kemasan
kaleng cat, dan kemasan kaleng pengencer
(thinner).
2) Pengelolaan limbah B3 di Balai Yasa
Yogyakarta hanya melakukan pengelolaan
terhadap limbah oli saja, namun belum ada
simbol dan logo informasi yang ditempe di
setiap kemasan drum oli.
Gambar 3.9 Tampak Belakang TPS
3) TPS yang ada belum sesuai berdasarkan
c) Desain bagian dalam TPS Peraturan Mentri Lingkungan Hidup No 30
Desain untuk bagian dalam TPS harus rapi tahun 2009, BAPEDAL Nomor KEP-
untuk mempermudah kegiatan pencatatan 01/BAPEDAL/09/1995 dan PP No 101
dan penyimpanan limbah, maka di buat blok tahun 2014 terkait logo, simbol, jenis
untuk drum limbah oli agar mempermudah limbah yang dilakukan pengelolaan,
akses jalan di dalam TPS. Berikut desain pengemasan, pencahayaan, ventilasi,
bagian dalam TPS limbah B3 Balai Yasa peralatan tanggap darurat, dan operasional
Yogyakarta: TPS.
5. Daftar Pustaka

Alfian, 2006. Merkuri: Antara Manfaat dan Efek


Penggunaannya Bagi Kesehatan
Manusia dan Lingkungan. Medan: USU
Repository

Babu, B.V dan Ramakhrisna,V. 2010. Hazardous


Waste Management in India. Birla
Institute of Technology & Science.
Journal, India.

Badan Standarisasi Nasional. SNI 03-6197-2000


Tentang Konservasi Energi pada Sistem
Pencahayaan

Badan Standarisasi Nasional. SNI 03-6572-2001


Tentang Tata Cara Perencanaan Sistem
Ventilasi dan Pengkondisian Udara pada
Bangunan Gedung.

Gambar 3.10 Tampak Bagian Dalam TPS Cesar, Ratman, dan Syafrudin. 2010. Penerapan
Pengelolaan Limbah B3 di PT. Toyota

11
Motor Manufacturing Indonesia. Jurnal Environmental Research and
Presipitasi Development. Vol 2 No.1 page 36

Dayo, Felix B. International Issues in Hazardous Peraturan Menteri Lingkungan Hidup RI No 30


Waste Management. Journal. Nigeria tahun 2009 Tentang Laksana Perizinan
dan Pengawasan Pengelolaan Limbah
Habibi, Rahayu, Ratih, Amansyah, Munawir, Abd. Bahan Beracun dan Berbahaya Serta
Majid HR. Lagu, Aeni, Syahratul. 2017. Pengawasan Pemulihan Akibat
Gambaran Pengelolaan Limbah Bahan Pencemaran Libah Bahan Beracun dan
Berbahaya Dan Beracun Di Terminal Berbahaya oleh Pemerintah Daerah.
Bahan Bakar Minyak Luwuk Kabupaten
Banggai. Makassar. Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2014
tentang Pengolahan Limbah Bahan
Prodi Kesehatan Masyarakat Universitas Islam Beracun dan Berbahaya.
Negeri Alauddin Makassar
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014
Keputusan BAPEDAL Nomor KEP- tentang Pengelolaan Barang Milik
01/BAPEDAL/09/1995 tentang Tata Negara/Daerah
Cara dan Persyaratan Teknis
Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah Rosana, Kusuma, Angga. 2011. Sistem
Bahan Berbahaya dan Beracun Penyimpanan dan Pengumpulan Minyak
Pelumas Bekas Sebagai Limbah Bahan
Keputusan Bapedal Nomor Berbahaya dan Beracun (B3) PT. Inka
255/BAPEDAL/08/1996 Tentang Cara (Persero) Madiun Jawa Timur.
Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah Surakarta. Universitas Sebelas Maret
B3
Setiyono. 2001. Dasar Hukum Pengrlolaan Limbah
Massimo Delogu, Del Pero Fransisco, Lorenzo B3. Jurnal Teknik Lingkungan
Berzi1, Marco Pierini, dan Davide
Bonaffini. 2016. End-of-Life in the UNDP (United National Develpoment Programme)
railway sector: Analysis of recyclability GEF Global Healthcare Wate Project :
and recoverability for different vehicle Guidance on Mercury Cleanup, Storage,
case studies. University of Florence. dan Transport.
Italy
William.2015.www.nasional.kompas.com/read/20
Mauro, Laruccia, Maia. 2011. A Study of Consumer 15/09/10/173620730/Mengenal.Bahan.
Behavior on Recycling of Fluorescent Dasar.untuk.Membuat.Oli
Lamps in São Paulo, Brazil. Brazil.
Universidade Braz Cubas World Health Organization (WHO). 2000. Chapter
5.14. Toluene.
Mudgal, Manish, B.Chakradhar, dan Rajnish
Shrivastava. 2007. Advances in www. Jualpalletmesh.com/product/pallet-mesh
Treatment Technologies for Industrial diakses pada 8 agustus 2018
Hazardous Waste Management. Journal.
India

Musthapia, I. 2007. Advances in Threatment


Technologies for Industrial Hazardous
Wate Management. Journal of

12

Anda mungkin juga menyukai