Anda di halaman 1dari 14

PROPOSAL PENGOLAHAN

LIMBAH PADAT
BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3)

PT SURYA BUNDA USADA


2018
Kata Pengantar

“Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh”


Yth. Bapak Gubernur Nusa Tenggara Barat Zulkieflimansyah
Ibu Wakil Gubernur Sitti Rohmi Djalilah
Beserta segenap jajaran Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat

Pertama-tama ijinkan saya selaku direktur PT Surya Bunda mengucapkan rasa hormat
dan salam perkenalan kepada Bapak Gubernur dan Ibu Wakil Gubernur Nusa Tenggara
Barat. Kami adalah perusahaan yang bergerak di bidang pengolahan limbah khususnya
limbah medis B3. Kita sadari bersama masalah pengelolaan limbah merupakan isu hangat di
Nasional Indonesia, termasuk di wilayah Nusa Tenggara Barat. Untuk itulah kami sangat
berkeinginan membantu mengatasi permasalahan tersebut seperti yang sedang dan sudah
kami laksanakan di daerah lain.
Di tengah padatnya kegiatan di Pemerintahan Provinsi Nusa Tenggara Barat semoga
proposal ini dapat diterima untuk ditelaah lebih lanjut. Kami berharap semoga penawaran
kerjasama pengolahan limbah B3 ini dapat mememenuhi tujuan program pembangunan
Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat, khususnya di bidang pengelolaan limbah..
Dimohonkan kesediaan Bapak Gubernur dan Ibu Wakil Gubernur Nusa Tenggara Barat
menerima kami untuk mempresentasikan sistim pengelolaan limbah medis B3, sekaligus kita
bisa berkomunikasi lebih lanjut terkait ini.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan kesehatan dan kesuksesan
dalam setiap langkah dan upaya Bapak Gubernur dan Ibu Wakil Gubernur dalam memajukan
Provinsi Nusa Tenggara Barat, mohon maaf apabila ada kata-kata yang kurang berkenan

Bali, 10 November 2018


PT Surya Bunda Usada
Direktur

I Wayan Parna Arianta


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Masalah pengelolaan limbah khususnya untuk kategori limbah B3 (bahan berbahaya


dan beracun) dewasa ini menjadi hal yang kompleks. Seiring semakin berkembangnya
industri yang menghasilkan limbah tersebut, yaitu : rumah sakit dan perhotelan membuat
limbah B3 dari waktu ke waktu akan meningkat produksinya. Hal ini membuat pengelolaan
limbah B3 menjadi kebutuhan untuk segera diadakan.

Penghasil terbesar limbah B3 adalah rumah sakit. Rumah sakit sendiri adalah sarana
upaya kesehatan yang menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan. Kegiatan rumah
sakit menghasilkan berbagai macam limbah yang berupa benda cair, padat dan gas. Rumah
sakit tidak hanya menghasilkan sampah biasa, namun juga menghasilkan sampah infeksius
dan sampah medis lainnya yang dapat mengganggu kesehatan dan salah satu media
penyebaran penyakit. Jika tidak diolah dengan benar, maka  limbah yang  dihasilkan oleh
kegiatan rumah sakit  dapat mencemari lingkungan. Pengelolaan limbah rumah sakit  adalah
bagian dari kegiatan penyehatan lingkungan di rumah sakit yang bertujuan untuk melindungi
masyarakat dari bahaya pencemaran lingkungan yang bersumber dari limbah rumah sakit dan
upaya  penanggulangan penyebaran penyakit.

Diluar rumah sakit ada hotel/akomodasi pariwisata yang juga menghasilkan limbah
B3 walaupun tidak sebanyak rumah sakit. Mengingat Nusa Tenggara Barat sebagai daerah
bertumbuhnya sarana pariwisata maka limbah yang dihasilkan akumulasinya juga besar.

Pengelolaan Limbah padat (B3) saat ini menjadi masalah nasional dan isu strategis.
Ada 3 alasan :

1. Dampak Pencemaran lingkungan (outdoor pollution)  Hak hidup layak manusia


2. Risiko K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) dan Infeksi (Indoor impact) 
berdampak pada petugas dan kualitas lingkungan kerja
3. Potensi ekonomi (inefisiensi)
Oleh karenanya “Penanganan limbah B3 perlu dilaksanakan dengan SISTEM,
MANAJEMEN DAN TEKNOLOGI yang tepat”.
B. Situasi Terkini

Pada pengelolaan limbah RS, di masa ini menjadi masalah nasional di Indonesia,
karena :

1. Produksi Limbah B3 Infeksi : + 0,8 kg/ tempat tidur/hari


2. Sampel 421 RS = 85Kg/RS/Hari 195 Ton/Hari (DitjenP2PL, 2003) perkembangan
sekarang rumah sakit berjumlah 2.300 (Jan 2015) dengan + 60 RS berada di Pulau
Bali.
3. Kondisi pengolahan limbah RS terkini :

• 11,6% (268) RS Mengelola Limbah (Data : 10% Dari 2.300 RS)

• 14 Provinsi Mengelola Limbah Di Atas Rata-rata Nasional

• 10 Provinsi Belum Mengelola Limbah

• 95% RS Sudah Melakukan Pemilahan Limbah Medis Dan Non-medis

• 64 % RS Sudah Melakukan Pemilahan Dan Pengolahan/ Pemusnahan Dengan


Incinerator (Mandiri Atau Dgn Pihak 3)

RS serta klinik/puskesmas rawat inap di Nusa Tenggara Barat sudah bekerjasama


dengan pihak ketiga dengan produksi sampah rata2 200-250 kg per hari, dengan biaya rata-
rata @ 35.000/kg = 8.750.000/hari = 262.500.000/bulan = 3,15 Milyar setahun

Sumber : e-monev Limbah Medis Thn 2015)


BAB II
PEMBAHASAN
A. Produksi Limbah
B. Tantangan Penanganan Limbah B3 (LB3)
1. Regulasi terkait LB3
UNDANG-UNDANG Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup Pasal 103
Setiap orang yg menghasilkan limbah B3 dan tidak melakukan pengelolaan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 59, dipidana dengan pidana penjara paling
singkat 1 tahun dan paling lama 3 tahun dan denda paling sedikit Rp. 1 Milyar
dan paling banyak Rp. 3 Milyar

2. Pemenuhan Amdal / PROPER


Kewajiban RS dan hotel untuk memenuhi standarisasi PROPER/Amdal :
 Dokumen LH dan Pelaporannya
 Pengendalian Pencemaran Air
 Pengendalian Limbah B3
 Pengendalian Pencemaran Udara
3. Resiko konflik sosial
4. Kinerja manajemen (Pencitraan organisasi)
5. Tuntutan Hukum
6. Akreditasi / JCI

Masa yang akan datang diperlukan PENGELOLAAN LIMBAH B3 YANG


BERKELANJUTAN
1. Berkelanjutan SISTEM
2. Berkelanjutan TEKNOLOGI
3. Berkelanjutan MANAJEMEN
C. Pendekatan Tatakelola Penanganan Limbah B3
1. Pendekatan MANAJEMEN
Rumah Sakit dan hotel memiliki perencanaan dan organisasi limbah :
 Konsisten dan berkelanjutan
 Update sistem dan teknologi
 Ketepatan pengendalian risiko
 Legalitas hukum
 Terencana dan sistematis
 Early Warning dampak negatif
 Continual improvement
 Kinerja pengelolaan
 Tanggung jawab
2. Pendekatan SISTEM
Sistem Penanganan Limbah dengan Re-Use dan Recycling
3. Pendekatan TEKNOLOGI
 Penerapkan prinsip “Proteksi Limbah” pada semua tahapan
penanganan limbah (Risk = hazard x exposure)
 Penerapan persyaratan teknis fasilitas
 Penerapan pengawasan K3 limbah
 Pemilihan teknologi pengolahan yang tepat dan berkelanjutan
(Teknologi Insinerasi dan Non-Insinerasi)

D. Beberapa cara pengolahan limbah B3 pada saat ini :


1. Menggunakan bahan kimia
Problem : Penggunaan bahan kimia secara berlebihan bisa menimbulkan
masalah bagi lingkungan
2. Menggunakan incinerator
Problem : Mengeluarkan emisi akibat pembakaran, memerlukan lahan yang
luas, persyaratan yang komplek, biaya operasional yang tinggi. Masalah terkait
polusi asap yang dihasilkan oleh pembakaran acap menimbulkan komplin dari
masyarakat sekitar area, menimbulkan dampak sosial yang tidak baik.
3. Kontrak dengan pihak ke-3
Problem : Resiko, waktu pengolahan dan pengambilan yang tidak setiap hari
dan Biaya yang tinggi.
E. Resiko dalam pengolahan limbah

F. Solusi Atas Masalah Nasional PENGELOLAAN LIMBAH RS ?


Mendorong daerah untuk membangun sentralisasi pengolahan Limbah B3 RS
(Off-Site) termasuk di Nusa Tenggara Barat !!!
1. Sistem yang digunakan ?
G. Dasar Hukum Perizinan DAN KEWAJIBAN PENGELOLAAN LIMBAH B3
1. Undang-undang RI No. 32/2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup :
a. Setiap orang yang menghasilkan limbah B3 wajib melakukan pengelolaan
limbah B3 yang dihasilkan (Pasal 59 ayat 1);
b. Pengelolaan limbah B3 wajib mendapat izin dari Menteri, Gubernur,
Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya (Pasal 59 ayat 4)
2. PP No. 18 Tahun 1999 Ttg Pengelolaan Limbah B3 :
a. Pasal 9 s/d Pasal 26 : pelaku pengelola limbah B3 (penghasil,
pengumpul, pengangkut, pemanfaat, pengolah dan/atau penimbun limbah B3)
wajib melakukan pengelolaan limbah B3 sesuai ketentuan yang berlaku;
b. Pasal 40 ayat (1) : setiap badan usaha yang melakukan kegiatan pengelolaan
limbah B3 wajib memiliki izin dan atau rekomendasi PLB3

H. JENIS-JENIS PERIZINAN PLB3 yang kewenangannya telah diserahkan ke


daerah sesuai Permen LH 30/2009
Izin Penyimpanan Sementara; Izin Pengumpulan skala Provinsi dan
Kabupaten/Kota (tidak termasuk izin pengumpulan minyak pelumas bekas/ oli bekas);
Rekomendasi izin pengumpulan limbah B3 skala nasional

I. Peluang Ekonomi bagi daerah Dalam Pengelolaan Limbah B3


Ditengah situasi dimana mayoritas daerah termasuk Nusa Tenggara Barat
mengalami kesulitan di dalam pengelolaan sampah secara keseluruhan, bukan hanya
limbah B3 yang berasal dari fasilitas medis saja termasuk juga akomodasi pariwisata
(hotel, villa dll) menghasilkan limbah tersebut. Apabila dikelola dengan organisasi
yang baik serta menggunakan teknologi yang tepat, maka pengelolaan limbah akan
mampu memberikan nilai ekonomi yang baik bagi masyarakat sekitar, di luar dampak
megurangi inefisiensi yang timbul di fasilitas kesehatan dan akomodasi pariwisata. Di
luar itu apabila skala pengelolaan limbah B3 ini mencakup seluruh Provinsi Nusa
Tenggara Barat maka hal ini akan berdampak pada peningkatan pemasukan dari
retribusi bagi daerah.
Banyak contoh yang sudah diketahui negara-negara luar yang sudah lumrah
dalam pengelolaan sampah. Pengelolaan sampah menghasilkan listrik sebagai sumber
energy, menghasilkan barang-barang daur ulang yang digunakan bermacam-macam
kebutuhan, serta media edukasi bagi masyarakat terkait dengan bahaya akibat limbah
yang tidak dikelola baik.
Bertolak dari itu maka kami PT SURYA BUNDA USADA dengan
pengalaman yang dimiliki dalam pengelolaan :
1. Hospitality Service termasuk Konsultan Perumahsakitan/Klinik
2. IT (Information & Technology)
3. Manajemen SDM
4. Pengelolaan Limbah RS/Klinik
Berkeinginan untuk mendirikan pengolahan limbah padat B3 di daerah
Provinsi Nusa Tenggara Barat, yang akan melayani berbagai fasilitas kesehatan
(rumah sakit, klinik, praktik tenaga medis) serta akomodasi pariwisata (hotel, villa)
yang akan menjadi pusat di Provinsi Nusa Tenggara Barat dan daerah sekitarnya.

J. Tata Kelola dan Organisasi Pengolahan Limbah B3


1. Pengelola
Sesuai kesepakatan antara PT Surya Bunda Usada (Keputusan Menteri Hukum
dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No AHU-
0034604.AH.01.01.TAHUN 2017) dengan Pemerintah Provinsi Nusa
Tenggara Barat.

2. Lokasi
Provinsi Nusa Tenggara Barat (sesuai petunjuk)

3. Sistem kerja
a. Pengambilan
Limbah medis B3 yang sudah terpilah sesuai ketentuan (dalam plastik
warna kuning, dengan limbah padat tajam ditempatkan dalam safety box)
diangkut dari fasilitas yang menghasilkan dengan jadwal yang disepakati
dengan menggunakan mobil box tertutup dilengkapi dengan tanda jelas
sebagai mobil pengangkut limbah B3 dengan dilengkapi ijin yang sesuai
ketentuan.
b. Proses pengolahan
Menggunakan alat diolah dalam 2 shift (pagi-siang dan sore-malam, sesuai
kebutuhan), residu hasil pengolahan yang sudah bukan merupakan limbah
B3 akan di tempatkan ke tempat pembuangan akhir milik pemprov Nusa
Tenggara Barat, ataupun digunakan untuk keperluan lain yang diijinkan
(bata hebel, pengeras jalan, kerajinan, dll).
c. Pembiayaan
Biaya transportasi dan pengolahan limbah padat B3 dari fasilitas akan
dikenai biaya Rp/Kg (sesuai kesepakatan/dikonfirmasi lebih lanjut) dengan
pembayaran dilaksanakan per bulan ke rekening yang ditunjuk.
d. Kontrak
Masing-masing fasilitas yang bekerjasama akan dituangkan dalam bentuk
Ikatan Kontrak Kerjasama yang berlaku…….tahun (sesuai
kesepakatan/dikonfirmasi lebih lanjut)
BAB III
PENUTUP

Demikian proposal ini kami sampaikan semoga keinginan kami untuk melaksanaan
pengelolaan limbah padat B3 ini atas seijin dari Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat
dapat terlaksana dengan baik, untuk selanjutnya mampu memberikan dampak positif bagi
pemerintah serta warga masyarakat. Akhir kata semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa
memberikan kemudahan dan kesuksesan dalam setiap upaya dan kerja keras dari Bapak
Gubernur dan Ibu Wakil Gubernur beserta jajaran Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Anda mungkin juga menyukai