Jawaban Kuesioner-IKP 2020-Henoch Rents Katoppo (KPID Kalteng)
Jawaban Kuesioner-IKP 2020-Henoch Rents Katoppo (KPID Kalteng)
II. PEWAWANCARA
Pernyataan-pernyataan pada kuesioner ini ditujukan untuk menggali informasi dari Informan Ahli
yang akan dipakai untuk menyusun Indeks Kemerdekaan Pers (IKP) 2020 yang merupakan
gambaran kondisi kemerdekaan pers di 34 provinsi di Indonesia di sepanjang tahun sebelumnya,
yaitu Januari hingga Desember 2019.
Penilaian IKP dilakukan pada TIga Kondisi Lingkungan, yaitu: (1) Kondisi Lingkungan Fisik dan
Politik, terdiri dari sembilan indikator; (2) Kondisi Lingkungan Ekonomi, terdiri dari lima indikator; dan
(3) Kondisi Lingkungan Hukum, terdiri dari enam indikator. Setiap indikator dituangkan dalam
beberapa pernyataan. Pada beberapa pernyataan, ada yang diberikan kisi-kisi lingkup sebagai
patokan dalam memahami, memberi nilai, dan menambahkan penjelasan mendalam yang akurat dan
tepat lingkup/konteksnya.
Pada masing-masing pernyataan, Informan Ahli diminta untuk memberi Nilai (dari ‘1’ hingga ‘100’).
Semakin tinggi nilai yang diberikan, maka kualitas dari indikator itu semakin baik (semakin sesuai
dengan realitas sebagaimana tertulis pada pernyataan di kuesioner), dan sebaliknya.
Selanjutnya, Informan Ahli akan menambahkan penjelasan, tanggapan, atau pendapat mendalam
yang mendasari penilaian yang telah diberikan.
Bapak/Ibu, pada bagian ini kami akan mengajukan 30 pernyataan yang ditujukan untuk menggali
informasi mengenai ketersediaan perlindungan politik terhadap kebebasan pers. Aspek-aspek yang
ingin diketahui adalah tentang sensor dan jaminan kebebasan dari intimidasi, kekerasan, dan teror
terhadap media dan wartawan ketika meliput. Pada setiap pernyataan kami minta, Bapak/Ibu dapat
memberikan penilaian apakah sesuai realitas atau tidak sesuai realitas pada rentang dari ‘1’ hingga
‘100’.
1. Wartawan bebas memilih organisasi wartawan sesuai dengan hati nurani tanpa
intervensi dari rezim penguasa maupun pelaku bisnis.
Pernyataan ini hendak menilai tingkat kebebasan untuk mendirikan, bergabung, atau tidak
bergabung dalam organisasi wartawan. Asosiasi profesi penting untuk melindungi wartawan
dalam menjalankan profesinya.
Dalam menjawab pernyataan ini, pertimbangkan ada tidaknya intervensi dari negara maupun
pelaku bisnis dalam pendirian organisasi wartawan, kebebasan menjalankan organisasi, atau
keharusan untuk bergabung di satu organisasi wartawan.
2. Wartawan bebas bergabung atau tidak bergabung ke serikat pekerja wartawan sesuai
dengan hati nuraninya tanpa intervensi dari rezim penguasa maupun pelaku bisnis.
3. Organisasi profesi wartawan bebas dari ancaman dalam bersikap dan menjalankan
fungsinya.
Dapat dijelaskan dengan memberikan contoh konkret program yang dijalankan dalam
kemajuan kemerdekaan pers (meliputi freedom from dan freedom for).
5. Tidak pernah terjadi upaya sensor isi berita oleh pemerintah daerah dan/atau partai
politik.
6. Tidak pernah terjadi pemerintah daerah dan/atau partai politik menekan dalam bentuk,
seperti menunjuk, memindahkan, atau memecat pengurus dan/atau anggota redaksi
perusahaan pers.
7. Redaksi bersikap independen dalam menentukan isi berita tanpa campur tangan
pemilik media massa.
8. Pers di daerah ini bebas dan independen dalam membuat pemberitaan tanpa
terganggu oleh kepentingan politik dan ekonomi, termasuk kepentingan pemilik.
10. Tidak terdapat intimidasi kepada wartawan berupa kekerasan oleh oknum aparat
negara karena isi pemberitaan atau untuk memengaruhi isi pemberitaan.
11. Aparat penegak hukum dan keamanan melindungi wartawan atau perusahaan pers
dari ancaman intimidasi, tekanan, dan kekerasan fisik dalam berbagai bentuk oleh
kekuatan-kekuatan non-negara untuk memengaruhi atau karena isi pemberitaan.
Jurnalisme warga yang dimaksud adalah produk informasi yang disampikan warga untuk
kepentingan publik sesuai kaidah produk jurnalistik.
13. Jurnalisme warga di daerah ini memberi kontribusi positif terhadap kemerdekaan pers.
14. Pemerintah daerah mendorong keragaman isi pemberitaan di daerah ini yang
ditunjukkan dengan adanya program untuk wartawan, seperti pelatihan bagi wartawan
terkait kesetaraan gender, dan liputan perempuan, anak, dan adat.
Contoh, program pemerintah daerah dalam bentuk pelatihan bagi wartawan terkait kesetaraan
gender dan liputan perempuan, anak dan adat.
16. Ada upaya dari pemerintah daerah melarang praktik diskriminatif atas dasar suku,
etnis, agama, kebangsaan, atau kelas sosial terhadap insan pers dalam menjalankan
profesinya.
17. Publik mendapat informasi yang akurat dan berimbang dalam berita, halaman opini,
atau kolom tajuk yang disampaikan oleh media di daerah ini.
18. Wartawan termasuk jajaran redaksi memberlakukan sensor diri (self cencorship) untuk
tidak mengikuti intervensi berupa permintaan, imbauan, atau tekanan dari pejabat atau
institusi di luar pers untuk mengubah isi berital.
19. Tidak ada upaya dari pemilik perusahaan pers untuk mengatur isi pemberitaan dalam
bentuk menghambat wartawan dalam mencari, mengumpulkan, dan memberitakan
informasi atau bahkan berujung pada pemecatan.
Pernyataan ini untuk menilai seberapa tinggi hambatan dari pemilik perusahaan pers terhadap
wartawan dalam mencari, mengumpulkan dan memberitakan informasi. Pertimbangkan juga
ada tidaknya wartawan yang dipecat semata-mata karena hasil pemberitaan.
20. Di daerah ini wartawan bebas mencari, meliput, atau memeroleh informasi publik.
21. Pemerintah daerah menyediakan sarana bagi kalangan wartawan dalam menjalankan
tugas jurnalistiknya.
22. Hasil penyelesaian sengketa informasi di Komisi Informasi Publik (KIP) di daerah ini
mendukung kemerdekaan pers.
24. Tersedia pelatihan bagi wartawan oleh organisasi wartawan, universitas, atau
perusahaan media untuk meningkatkan kompetensi profesi di daerah ini.
25. Media di daerah memberi ruang pemberitaan terkait masalah kelompok rentan, seperti
ketidakadilan gender, masyarakat miskin, masyarakat hukum adat, penyandang
26. Pers di daerah ini memiliki perspektif pada liputan ramah dan layak anak.
Upaya-upaya khusus yang dimaksud dapat berupa komunikasi pemerintah daerah kepada
Komisi Penyiaran Indonesia di daerah ini untuk memantau isi pemberitaan khusus materi,
seperti gender yang dialami oleh perempuan, masyarakat miskin, masyarakat hukum adat,
pelanggaran HAM masa lalu, dan/atau kelompok minoritas.
30. Media menyiarkan berita yang dapat dicerna oleh penyandang disabilitas, misalnya,
bagi penyandang tunarungu dan tuna netra.
Bapak/Ibu, pada bagian ini kami akan mengajukan 26 pernyataan yang ditujukan untuk menggali
informasi mengenai ketersediaan pengaruh kondisi ekonomi terhadap kebebasan pers. Aspek-aspek
yang ingin diketahui adalah kebebasan pendirian dan operasionalisasi perusahaan pers, independesi
dari kelompok kepentingan yang kuat, keragaman kepemilikan, tata kelola perusahaan pers, dan
lembaga penyiaran publik. Pada setiap pernyataan, kami minta Bapak/Ibu memberikan penilaian
apakah sesuai realitas atau tidak sesuai realitas pada rentang dari ‘1’ hingga ‘100’.
1. Individu, entitas, atau kelompok bisnis dapat mendirikan dan menjalankan perusahaan
pers cetak dan siber, sesuai ketentuan peraturan tentang pers.
Pertimbangkan apakah prosedur pendirian itu transparan, objektif, dan adil, dan apakah ada
faktor-faktor politik, agama, dan etnis yang menghambat pembentukan perusahaan pers.
2. Individu, entitas, atau kelompok bisnis dapat mendirikan dan menjalankan lembaga
penyiaran, seperti radio dan TV swasta, serta radio dan TV komunitas, sesuai
ketentuan peraturan tentang penyiaran.
3. Pemerintah daerah memungut biaya sesuai regulasi kepada perusahaan pers cetak
dan siber, baik dalam pendirian maupun dalam operasi, seperti biaya perizinan,
retribusi, dan pajak.
Tentunya Lembaga Penyiaran lebih taat karena jika terlambat atau ada data yang
tidak sesuai, maka Ijin tidak keluar/terbit.
4. Pemerintah daerah memungut biaya sesuai regulasi kepada lembaga penyiaran, baik
dalam pendirian maupun dalam operasi, seperti biaya perizinan, retribusi, dan pajak.
5. Alokasi dana untuk iklan dan advertorial dari pemerintah daerah mengendalikan
kebijakan redaksi.
Dalam menjawab pernyataan ini, pertimbangkan tindakan pejabat pemerintah menekan media
melalui iklan dan advertorial.
Dalam menjawab pernyataan ini, pertimbangkan tindakan pejabat pemerintah menekan media
melalui berita berbayar.
7. Alokasi subsidi, seperti bantuan sosial dan hibah, dari pemerintah daerah
memengaruhi kebijakan redaksi.
Pernyataan ini untuk mengetahui apakah bantuan sosial dan hibah dari pemerintah daerah
memengaruhi kebijakan redaksi. Seruan Dewan Pers Tanggal 14 November 2002 tentang
Pemuatan Rubrik Pemberitaan yang Bertujuan Kehumasan mewajibkan setiap produk tulisan
hasil kerja sama dengan pemerintah atau bagian dari hibah/bantuan harus dibedakan dengan
tulisan berita. Pertimbangkan juga isi Pernyataan Dewan Pers No. 1/P-DP/IX/2009 tentang
Penempatan Pejabat Pemerintah di Dalam Struktur Redaksi Pers. Pernyataan ini melarang
pejabat pemerintah duduk dalam struktur kepengurusan di Perusahaan Pers.
Dapat digali dari persentase perbandingan antara berita dengan iklan, pariwara, berita
berbayar, atau siaran pers.
12. Wartawan atau media di daerah ini menolerir pemberian uang dan/atau fasilitas dari
individu atau lembaga/perusahaan komersial dengan tujuan memengaruhi isi media.
Dalam menjawab pernyataan ini, pertimbangkan ada tidaknya praktik ‘amplop’ melalui berbagai
bentuk.
13. Pemberian uang dan/atau fasilitas dari individu atau lembaga/perusahaan komersial
berpengaruh terhadap isi media.
Dalam menjawab pernyataan ini, pertimbangkan ada tidaknya praktik ‘amplop’ melalui berbagai
bentuk.
15. Situasi ekonomi di daerah ini menciptakan ketergantungan perusahaan pers pada
pemerintah, partai politik, kekuatan politik lain, atau perusahaan besar sebagai sumber
pendanaan.
16. Terdapat intervensi pemilik perusahaan pers terhadap kebijakan redaksi (newsroom).
17. Di daerah ini terdapat keberagaman kepemilikan perusahaan pers cetak, penyiaran,
dan media siber.
18. Tata kelola perusahaan pers di daerah ini dilakukan sesuai dengan kepentingan
publik.
Yang dimaksud sebagai perusahaan pers adalah, badan usaha yang dikelola sesuai ketentuan
dan aturan yang berlaku.
19. Publik dapat mengetahui afiliasi politik atau afiliasi bisnis dari pemilik dan pemegang
saham perusahaan pers.
20. Wartawan mendapat paling sedikit 13 kali gaji setara UMP dalam satu tahun, dan
jaminan sosial lainnya sebagaimana diatur dalam Peraturan Dewan Pers Nomor
4/Peraturan-DP/III/2008 tentang Standar Perusahaan Pers.
21. Lembaga penyiaran publik bebas membuat berita secara objektif dan
merepresentasikan kepentingan publik.
23. Perizinan frekuensi radio dan televisi komunitas di daerah ini diproses sesuai
peraturan.
Pernyataan ini ingin menggambarkan tingkat kemudahan dan kesulitan proses perizinan
frekuensi. Peraturan yang relevan dengan hal ini adalah Peraturan Pemerintah Nomor 51
Tahun 2005 tentang Lembaga Penyiaran Komunitas.
24. Fungsi komunikasi dan informasi dari instansi di daerah mendorong pers agar
menyiarkan aspirasi masyarakat di daerah ini.
25. Dewan Pers mendorong pers agar memberitakan aspirasi masyarakat di daerah ini.
26. Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) di provinsi mendorong pers agar menyiarkan
aspirasi masyarakat.
27. Komisi Informasi Publik (KIP) Daerah ikut mendorong pers memberitakan kepentingan
publik.
1. Lembaga peradilan menangani perkara pers secara independen, mandiri, dan tidak
berpihak (imparsial).
Perkara pers yang dimaksud adalah kasus pidana terkait pers (media atau wartawan) yang
ditangani kepolisian, kejaksaan dan pengadilan, dan/atau gugatan keperdataan terkait pers
yang ditangani oleh pengadilan.
Pertimbangkan bahwa saat ini masih ada undang-undang yang kontradiktif dengan semangat
kemerdekaan pers. Contoh: UU ITE, UU terkait rahasia perbankan, KUHP Pasal 310 dan Pasal
311 tentang pencemaran nama baik dan fitnah, dan UU tentang Tindak Pidana Pencucian
Uang.
3. Peraturan atau kebijakan di daerah mendorong aparat pemerintah daerah patuh pada
kewajiban hukum untuk menghormati dan melindungi kemerdekaan pers.
Yang dimaksud peraturan dan kebijakan, antara lain, peraturan daerah, keputusan
bupati/gubernur, surat edaran, instruksi, dan surat keputusan.
Yang dimaksud peraturan dan kebijakan, antara lain, peraturan daerah, keputusan
bupati/gubernur, surat edaran, instruksi, dan surat keputusan.
Yang dimaksud peraturan, antara lain, peraturan daerah, keputusan bupati/gubernur, surat
edaran, dan surat keputusan.
Dalam menjawab pernyataan ini pertimbangkan apakah, misalnya, ada peraturan di daerah ini
yang memberikan ancaman pidana bagi wartawan yang menyebarkan informasi atau pikiran
atas dasar penghinaan pada kepala daerah, DPRD, dan aparat pemerintah, pencemaran nama
baik, penodaan agama, atau penyebaran kebencian.
Kemerdekaan pers bukan hak yang absolut. Namun, sejumlah daerah menerapkan larangan
meliput di kantor Bupati. Pelanggaran terhadap aturan ini diancam dengan sanksi tertentu.
10. Pemerintah daerah mendukung dan mendorong wartawan untuk menaati kode etik
pers dan standar perusahaan pers.
Tindakan pemerintah daerah untuk hal ini, misalnya, menyediakan anggaran dan mendorong
setiap perusahaan pers menyelenggarakan pelatihan dan pendidikan kepada wartawan,
mendorong wartawannya tidak menerima amplop, dan tidak menjadikan media menjadi bagian
dari industri pornografi.
Pemerintah daerah juga dapat mendorong perusahaan pers untuk memenuhi standar
perusahaan pers dan standar kompetensi wartawan.
11. Wartawan di daerah ini menaati UU Pers, peraturan-peraturan Dewan Pers, Kode Etik
Jurnalistik, dan kaidah jurnalistik.
12. Kasus pers di daerah ini ditangani oleh Dewan Pers secara independen.
13. Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) di provinsi ini bekerja secara bebas dan
independen.
14. Komisi Informasi Publik (KIP) di provinsi ini bekerja secara bebas dan independen.
15. Aparat hukum di daerah ini melakukan proses hukum (penyelidikan, penyidikan,
penuntutan, dan penghukuman) secara adil atas kekerasan-kekerasan terhadap
wartawan.
16. Penyelesaian perkara pers oleh lembaga peradilan di daerah ini mengedepankan
mekanisme menurut UU Pers (Dewan Pers) dibandingkan peradilan umum.
17. Penyelesaian perkara pers oleh lembaga peradilan di daerah ini mengedepankan
hukum perdata daripada hukum pidana.
18. Peraturan di daerah ini mewajibkan media massa untuk menyiarkan berita yang dapat
dicerna oleh penyandang disabilitas, seperti penderita tunarungu dan tuna netra.