Pengawasan Mutu Tepung Terigu Secara Kimiawi Di Pt. Indofood Sukses Makmur Tbk. Bogasari Flour Mills Division Jakarta
Pengawasan Mutu Tepung Terigu Secara Kimiawi Di Pt. Indofood Sukses Makmur Tbk. Bogasari Flour Mills Division Jakarta
Oleh:
JESSICA ASTELIA
NIM : 14.I1.0130
2016
HALAMAN PENGESAHAN
Oleh:
Jessica Astelia
NIM : 14.I1.0130
Program Studi : Teknologi Pangan
Pembimbing Akademik
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena kasih dan
penyertaan-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Kerja Praktek dengan judul
“Pengawasan Mutu Tepung Terigu secara Kimiawi di PT. Indofood Sukses Makmur
Tbk. Bogasari Flour Mills Division Jakarta”. Laporan ini ditulis dengan tujuan untuk
memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pangan di Universitas
Katolik Soegijapranata Semarang.
Sepanjang penulis melaksanakan Kerja Praktek dan menulis laporan Kerja Praktek ini
penulis mendapatkan pengetahuan, pengalaman, serta kemampuan terkait dengan
pengawasan mutu di PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. Bogasari Flour Mills Division
Jakarta, mulai dari penanganan bahan baku hingga produk akhir. Selesainya laporan ini
juga karena adanya peran dari berbagai pihak yang telah sabar membimbing dan
memberi dukungan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan
banyak terima kasih kepada:
1. Ibu Dr. V. Kristina Ananingsih, ST, MSc. selaku Dekan Fakultas Teknologi
Pertanian Universitas Katolik Soegijapranata Semarang dan sekaligus Dosen
Pembimbing Akademik yang telah meluangkan banyak waktu untuk
mengarahkan dan membimbing penulis.
2. Bapak Albertus Adrian Sutanto ST., MT., MSc. selaku Koordinator Kerja
Praktek Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Katolik Soegijapranata
Semarang yang telah membantu proses pelaksanaan Kerja Praktek.
3. Bapak Timotius Da Gomez selaku Public Relation di PT. Indofood Sukses
Makmur Tbk. Bogasari Flour Mills Jakarta yang telah memberikan kesempatan
kepada penulis untuk melaksanakan Kerja Praktek.
4. Bapak Menlu Winarko dan Ibu Rita Sahara selaku pembimbing lapangan selama
penulis melaksanakan Kerja Praktek di Lab. Center PT. Indofood Sukses
Makmur Tbk. Bogasari Flour Mills Jakarta.
5. Seluruh QC-team di PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. Bogasari Flour Mills
Jakarta yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu karena telah mau
ii
iii
Dalam penyusunan laporan ini penulis menyadari bahwa masih ada banyak kekurangan
dan keterbatasan. Oleh karena itu penulis meminta maaf apabila ada kesalahan,
kekurangan, ataupun hal-hal yang kurang berkenan bagi para pembaca. Penulis
menerima kritik dan saran atas laporan Kerja Praktek yang telah disusun ini. Penulis
berharap laporan Kerja Praktek ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak lain yang
membutuhkan, khususnya bagi mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian Universitas
Katolik Soegijapranata Semarang.
Penulis
DAFTAR ISI
iv
v
Gambar 1. Struktur Organisasi PQC Department PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. Bogasari
Flour Mills Jakarta .......................................................................................................................6
Gambar 2. Struktur Morfologi Biji Gandum .............................................................................. 13
Gambar 3. Perbandingan Jenis Gandum ..................................................................................... 14
Gambar 4. Tepung Terigu Protein Tinggi : (a) Cakra Kembar Emas dan ................................... 15
Gambar 5. Tepung Terigu Protein Sedang : (a) Segitiga Biru, (b) Taj Mahal, ........................... 15
Gambar 6. Tepung Terigu Protein Rendah (a) Kunci Biru, (b) Kunci Emas, ............................. 16
Gambar 7. Berbagai Merk Tepung Terigu Ekspor ..................................................................... 16
Gambar 8. Berbagai Merk Pasta PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. Bogasari Flour Mills
Jakarta ........................................................................................................................................ 17
Gambar 9. (a) Bran dan (b) Merk Kepala Kuda ......................................................................... 18
Gambar 10. (a) Pollard dan (b) Merk Angsa .............................................................................. 18
Gambar 11. (a) Pellet dan (b) Merk Kepala Sapi ....................................................................... 19
Gambar 12. Tepung Industri merk Cap Anggrek ....................................................................... 19
Gambar 13. Alur Proses Produksi Tepung Terigu PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. Bogasari
Flour Mills ................................................................................................................................. 22
Gambar 14. Moisture Tester Buhler ........................................................................................... 26
Gambar 15. (a) Muffle Furnace (b) Desikator ............................................................................ 28
Gambar 16. (a) Kjeltec-Tecator (b) Digestion Block ................................................................. 29
Gambar 17. (a) Glutomatic (b) Centrifuge ................................................................................. 30
Gambar 18. Falling Number Pertent .......................................................................................... 31
vi
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Quality Control System PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. Bogasari Flour Mills
Jakarta ........................................................................................................................................ 44
Lampiran 2. Syarat Mutu Tepung Terigu Sebagai Bahan Makanan SNI 01-3751-2009 ............ 45
Lampiran 3. Quality Guide Tepung Terigu PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. Bogasari Flour
Mills Jakarta (2010) ................................................................................................................... 45
Lampiran 4. Hasil Uji Statistik Kadar Air Tepung Terigu PT. Indofood Sukses Makmur Tbk.
Bogasari Flour Mills Jakarta (Januari 2016)............................................................................... 46
Lampiran 5. Hasil Uji Statistik Kadar Abu Tepung Terigu PT. Indofood Sukses Makmur Tbk.
Bogasari Flour Mills Jakarta (Januari 2016)............................................................................... 47
Lampiran 6. Hasil Uji Statistik Kadar Protein Tepung Terigu PT. Indofood Sukses Makmur
Tbk. Bogasari Flour Mills Jakarta (Januari 2016) ...................................................................... 48
Lampiran 7. Hasil Uji Statistik Kadar Gluten Tepung Terigu PT. Indofood Sukses Makmur Tbk.
Bogasari Flour Mills Jakarta (Januari 2016)............................................................................... 49
Lampiran 8. Hasil Uji Statistik Kadar Aktivitas Enzim α-amilase Tepung Terigu PT. Indofood
Sukses Makmur Tbk. Bogasari Flour Mills Jakarta (Januari 2016) ............................................ 50
Lampiran 9. Presensi Kerja Praktek di PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. Bogasari Flour Mills
Jakarta ........................................................................................................................................ 50
Lampiran 10. Formulir Penilaian Kerja Praktek di PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. Bogasari
Flour Mills Jakarta ..................................................................................................................... 50
viii
1. PENDAHULUAN
PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. Bogasari Flour Mills Jakarta merupakan perusahaan
pertama dan terbesar di Indonesia yang bergerak di bidang pengolahan gandum,
khususnya pengolahan menjadi tepung terigu. Sejak tahun 1971 perusahaan ini resmi
beroperasi sebagai pabrik penggilingan gandum pertama yang berlokasi di Tanjung
Priok, Jakarta Utara. PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. Bogasari Flour Mills Jakarta
memiliki sistem penyimpanan dan proses penggilingan modern, serta kapasitas produksi
yang besar untuk memenuhi kebutuhan tepung terigu baik secara nasional maupun
ekspor. Untuk tetap menjaga kepuasan konsumen, PT. Indofood Sukses Makmur Tbk.
Bogasari Flour Mills Jakarta terus mengontrol kualitas tepung terigu yang dihasilkan
melalui departemen Quality Control (QC) yang melakukan analisis dalam berbagai
parameter baik secara kimia, fisika, dan mikrobiologi. Pengawasan dilakukan mulai dari
bahan baku mentah hingga menjadi produk akhir. Hal inilah yang melatarbelakangi
pemilihan PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. Bogasari Flour Mills Jakarta sebagai
tempat untuk melaksanakan Kerja Praktek.
1.2. Tujuan
Pelaksanaan Kerja Praktek di PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. Bogasari Flour Mills
Jakarta bertujuan untuk:
1. menambah wawasan dan memberikan gambaran nyata aplikasi ilmu yang telah
diperoleh selama perkuliahan;
1
2
2. mengetahui proses produksi tepung terigu di PT. Indofood Sukses Makmur Tbk.
Bogasari Flour Mills Jakarta;
3. mengetahui proses pengawasan mutu tepung terigu di PT. Indofood Sukses
Makmur Tbk. Bogasari Flour Mills Jakarta.
Proses penggilingan gandum pertama kali dilakukan pada tanggal 29 November 1971
yang berlokasi di wilayah Cilincing, Tanjung Priok, Jakarta. Industri utama dari
perusahaan ini adalah proses pengolahan atau penggilingan biji gandum menjadi tepung
terigu. Biji gandum yang diolah diperoleh dari impor mancanegara seperti Canada,
Australia, USA, India, beberapa Negara Timur Tengah serta Amerika Selatan. Satu
tahun kemudian tepatnya pada tanggal 10 Juli 1972, didirikanlah pabrik tepung terigu
Bogasari yang kedua seiring dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat akan tepung
terigu. Pabrik kedua berlokasi di kawasan Tanjung Perak, Surabaya, Jawa Timur.
Selain kedua pabrik tepung terigu tersebut, PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. Bogasari
Flour Mills juga memiliki beberapa sarana penunjang guna mendukung kelancaran
3
4
proses produksi, diantaranya adalah divisi Pasta, divisi Maritim dan divisi Tekstil.
Pabrik Pasta didirikan pada Desember 1991 dengan tujuan untuk meningkatkan daya
saing serta menciptakan penganekaragaman bahan pangan. Divisi ini menghasilkan
produk berupa Long Pasta dan Short Pasta dengan merk dagang La Fonte dan Sedani.
Pabrik ini dapat memproduksi sekitar 60.000 ton pasta setiap tahunnya. Produksi pasta
ditujukan untuk memenuhi kebutuhan mancanegara sebesar 95% dan kebutuhan dalam
negeri sebesar 5%. Divisi Kemasan didirikan pada tahun 1977 di Citeureup, Jawa Barat
yang memproduksi kebutuhan kantong terigu untuk pabrik tepung terigu yang ada di
Jakarta dan Surabaya. Pabrik ini memiliki kapasitas produksi kantung blacu (cotton
bag) dan Polypropylene bag (PP Bag) lebih dari 4.5 juta kantung per tahun. Sedangkan
Divisi Maritim bertugas untuk menjamin ketersediaan gandum dengan mengoperasikan
tiga kapal angkut gandum dan tiga kapal tongkang untuk pelayaran antar pulau serta
mengawasi dan mengatur dermaga. PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. Bogasari Flour
Mills Jakarta memiliki dua dermaga, sedangkan PT. Indofood Sukses Makmur Tbk.
Bogasari Flour Mills Surabaya hanya memiliki satu dermaga.
Pada tanggal 28 Juli 1992, PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. Bogasari Flour Mills
diakuisisi oleh PT. Indocement Tunggal Prakarsa sehingga terjadi perubahan nama
menjadi PT. Indocement Tunggal Prakarsa Bogasari Flour Mills. Namun seiring dengan
berkembangnya pasar, terjadi pengakusisian kembali oleh PT. Indofood Sukses
Makmur Tbk. pada tanggal 30 Juni 1995. Hal ini menyebabkan terjadinya penggantian
nama kembali menjadi PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. Bogasari Flour Mills yang
berlaku hingga saat ini.
Pada September 2003, PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. Bogasari Flour Mills
memperoleh sertifikat ISO 9001:2000. Kemudian di tahun 2000 PT. Indofood Sukses
Makmur Tbk. Bogasari Flour Mills juga memperoleh sertifikat HACCP (Hazard
Analyst and Critical Control Points) mengenai keamanan pangan dari SGS (Societe
Generate de Surveillance). Mengenai standar keselamatan dan kesehatan kerja, PT.
Indofood Sukses Makmur Tbk. Bogasari Flour Mills mendapatkan penghargaan
OHSAS (Occupational Health and Safety Advisory Services) 18000 dari Sucofindo
pada November 2004.
5
PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. Bogasari Flour Mills Jakarta berbatasan dengan:
Sebelah Utara : PT. Dok Kodja Bahari, PT. Sarpindo dan Laut Jawa
Sebelah Timur : Pelabuhan Sarpindo dan PT. Eastern Polyester
Sebelah Selatan : Jalan Raya Cilincing
Sebelah Barat : Sungai Kresek dan Depo Pertamina
Lokasi pabrik PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. Bogasari Flour Mills Jakarta yang
strategis sangatlah menguntungkan karena memudahkan proses bongkar muat gandum
serta memudahkan proses distribusi produk mulai dari tepung terigu, pasta, dan by
product sehingga dapat mengemat biaya transportasi dan memudahkan pelaksanaan
kegiatan ekspor produk.
membawahi PQC (Lab) Section Head dan QC Line Section Head. QC Line Section
Head membawahi QC Line Inspector, sedangkan QC Lab Section Head membawahi
QC Analyst dan QC Operator.
Departemen Quality Control bekerja 24 jam, dan terbagi menjadi 3 shift (shift Cakra
Kembar, Segitiga Biru, dan Kunci Biru). Departemen Quality Control (QC) bertugas
melakukan pengujian terhadap seluruh tepung terigu yang diproduksi dari Mill dan
tepung terigu yang telah dikemas dari bagian Flour Silo Bulk and Packing untuk
kemudian dilaporkan apakah produk tersebut layak dilanjutkan ke proses selanjutnya.
QC Line bertugas merencanakan, mengkoordinasikan, dan mengendalikan proses
analisis dan pengawasan mutu bahan baku, kemasan, supporting material, serta
komposisi tepung telah sesuai dengan standar yang telah ditetapkan (Quality Guide).
Sedangkan QC Lab bertugas mengevaluasi pengawasan mutu bahan baku, produk akhir,
dan produk samping sesuai dengan standar yang ditetapkan (Quality Guide).
Misi:
Untuk mewujudkan visi tersebut, PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. Bogasari Flour
Mills memiliki beberapa misi, yaitu
Senantiasa meningkatkan kompetensi karyawan, proses produksi dan teknologi
Menyediakan produk berkualitas dan inovatif sesuai pilihan pelanggan dengan
harga terjangkau
Memastikan ketersediaan produk bagi pelanggan domestik maupun internasional
Memberikan kontribusi dalam peningkatan kualitas hidup bangsa Indonesia,
khususnya dalam bidang nutrisi
Meningkatkan stakeholders value secara berkesinambungan.
2.4.2. Motto
Motto dari PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. Bogasari Flour Mills adalah “Bogasari -
Turut Membangun Gizi Bangsa”
2.4.3. Nilai-Nilai
Nilai-nilai yang diterapkan oleh seluruh karyawan PT. Indofood Sukses Makmur Tbk.
Bogasari Flour Mills antara lain sebagai berikut:
1. Integritas
Seluruh karyawan di PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. Bogasari Flour Mills
diharapkan dapat menjalankan pekerjaannya dengan itikad baik, tulus, jujur,
bertanggung jawab, disiplin, dan optimis baik kepada pelanggan, mitra usaha,
masyarakat, maupun sesama karyawan
8
2. Keunggulan
Seluruh karyawan di PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. Bogasari Flour Mills
diharapkan selalu memberikan yang terbaik dalam pekerjaannya dengan mampu
bersikap professional dalam bekerja, pantang menyerah, proaktif dan peka terhadap
kebutuhan pelanggan.
3. Kepedulian
PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. Bogasari Flour Mills merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat banyak. Oleh karena itu, seluruh
karyawan harus senantiasa memperhatikan kepentingan masyarakat serta
menumbuhkan sikap penuh perhatian dan saling menghargai.
4. Kebersamaan
Seluruh karyawan PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. Bogasari Flour Mills
senantiasa menjunjung tinggi harkat martabat, kerjasama, gotong royong, serta
tumbuh bersama dalam membangun Bogasari.
5. Keterbukaan
Seluruh karyawan PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. Bogasari Flour Mills
memiliki kebebasan dalam mengeluarkan ide, percaya satu sama lain, serta selalu
informatif dan komunikatif demi kebaikan dan kemajuan bersama.
PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. Bogasari Flour Mills Jakarta memiliki karyawan
sebanyak 1729 orang (per Desember 2009). Dapat dilihat bahwa 90% dari total
karyawan yang bekerja adalah laki-laki, yaitu sebanyak 1991 orang. Sedangkan jumlah
karyawan perempuan yang bekerja hanya 10% dari total keseluruhan, yaitu sebanyak
131 orang.
Sedangkan distribusi karyawan PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. Bogasari Flour
Mills berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 2.
PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. Bogasari Flour Mills Jakarta memiliki karyawan
sebanyak 1729 orang (per Desember 2009). Dapat dilihat bahwa 65% dari total
karyawan yang bekerja adalah lulusan SLTA. Kemudian 15% dari total karyawan yang
10
bekerja adalah lulusan S1, sedangkan karyawan lainnya memiliki beragam tingkat
pendidikan.
Sarana ibadah, berupa masjid bagi pekerja islam dan auditorium bagi pekerja
kristiani
Media komunikasi, berupa majalah internal Warta Bogasari dan website
Bogasari
Kantin dan ruang istirahat
Sarana transportasi, berupa bus antar jemput karyawan serta program bantuan
kepemilikan kendaraan (car loan, owning, dan juga motor loan).
Asuransi bagi karyawan, berupa asuransi kecelakaan saat bekerja (Jamsostek)
dan asuransi bagi keselamatan karyawan ketika di luar area Pabrik (Bumiputera
Muda)
Seragam sesuai standar perusahaan dan perlengkapan keselamatan kerja
Sarana pelatihan dan program pengembangan (training) guna meningkatkan
mutu dan kinerja para karyawan
Jaminan kesehatan, yang berlaku baik bagi pekerja maupun keluarganya
Fasilitas olahraga dan rekreasi
Koperasi
Bantuan kepemilikan tempat tinggal/rumah, berupa kompleks perumahan
karyawan
Bantuan kepemilikan kendaraan bermotor pribadi
Poliklinik, sebagai tempat pelayanan kesehatan karyawan serta penanganan awal
keadaan gawat darurat
Tunjangan-tunjangan serta bonus perusahaan
3. SPESIFIKASI BAHAN BAKU DAN PRODUK
Biji gandum berbentuk oval dengan panjang antara 5-8 mm, lebar 2.5-5 mm, dan berat
37 mg/biji (Herschdoerfer, 1986). Biji gandum terdiri dari tiga bagian utama yaitu
sekam (bran) (14.5%), endosperm (83%), dan lembaga (germ) (2.5%). Bran adalah
bagian yang keras, berwarna coklat, dan berfungsi sebagai pelindung luar kulit gandum.
Bran banyak mengandung fiber (selulosa). Endosperm merupakan sumber utama
protein dan karbohidrat serta merupakan sumber utama yang diambil dalam proses
pengolahan menjadi tepung terigu (Fance, 1964). Endosperm berfungsi sebagai
penyedia makanan bagi tanaman baru, dimana bagian ini terdiri dari pati dan protein.
Sedangkan germ merupakan tempat tumbuh atau tempat berkecambah. Germ banyak
mengandung lemak sehingga merupakan sumber cadangan makanan. Biasanya germ
dipisahkan saat proses penggilingan karena kandungan lemaknya yang tinggi dapat
mempengaruhi kualitas tepung yang dihasilkan (Makfoeld et al., 2002). Struktur
morfologi gandum dapat dilihat pada Gambar 2.
12
13
Secara keseluruhan biji gandum mengandung pati, protein, lemak, vitamin B (tiamin,
niasin, riboflavin), mineral, dan serat (Hoseney, 1994). Hasil penggilingan dari lapisan
luar biji gandum dan lembaga menghasilkan sekam atau bran. Bagian kulit luar dari
gandum lebih banyak mengandung protein, serat kasar, dan mineral bila dibandingkan
dengan biji gandum utuh atau tepung gandum yang berasal dari lapisan aleuron.
Gandum umumnya mengandung protein sebanyak 8-20%. Protein pada gandum
dibedakan menjadi dua, yaitu soluble protein (albumin dan globulin) yang banyak
terdapat dalam aleuron dan insoluble protein (gliadin dan glutenin) yang banyak
terdapat dalam endosperm. Penambahan air dan garam pada protein gliadin dan glutenin
akan membentuk protein gluten (Fance, 1964).
Penggolongan gandum dilakukan berdasarkan warna bran, musim tanam gandum, dan
tekstur kernel. Berdasarkan warna bran, gandum dibedakan menjadi dua, yaitu red dan
white. Sedangkan penggolongan berdasarkan musim tanam gandum dibedakan menjadi
dua, yaitu winter dan spring (Bogasari, 2007). Sebagian besar dari produksi gandum di
dunia terdiri dari tiga species, yaitu Triticum aestivum (hard wheat), Triticum
compactum (soft wheat), dan Triticum durum (durum wheat) (Serna-Saldivar, 2002).
Triticum aestivum (hard wheat) adalah jenis yang paling banyak ditanam. Gandum
keras memiliki ciri-ciri biji yang keras, berwarna gelap, daya serap air tinggi, dan
memiliki kadar gluten yang lebih tinggi (Bogasari, 1997). Sedangkan Triticum
14
compactum (soft wheat) memiliki ciri-ciri biji yang lunak, berwarna putih sampai
merah, daya serap air rendah, dan memiliki kadar gluten yang lebih rendah. Jenis
gandum ini adalah jenis yang paling jarang ditanam (Fance, 1964). Triticum durum
(durum wheat) adalah jenis gandum khusus. Bagian dalamnya (endosperm) berwarna
kuning, dimana pada jenis gandum lainnya berwarna putih. Jenis ini memiliki biji yang
keras dan berwarna coklat dengan ukuran panjang hampir dua kali lipat dibandingkan
dengan jenis gandum lainnya. Gandum ini khusus dipakai untuk membuat produk pasta
seperti macaroni dan spaghetti (Milatovic & Mondelli, 1991).
(a) (b)
Gambar 4. Tepung Terigu Protein Tinggi : (a) Cakra Kembar Emas dan
(b) Cakra Kembar
Tepung terigu protein sedang merupakan tepung terigu dengan bahan baku campuran
antara gandum keras (hard wheat) dan gandum lunak (soft wheat) dan memiliki
kandungan protein berkisar antara 11-12.5%. Tepung terigu dengan protein sedang
paling banyak digunakan oleh masyarakat karena memiliki sifat multifungsi dimana
dapat digunakan untuk pembuatan aneka makanan seperti roti manis, donat, dan juga mi
basah (Fance, 1964). Beberapa merk yang dipasarkan dan dikenal masyarakat antara
lain Segitiga Biru, Taj Mahal, Kastil, Pena Kembar, dan Piramida.
Sedangkan tepung terigu berprotein rendah merupakan tepung terigu dengan bahan
baku 100% gandum lunak (soft wheat) dan memiliki kandungan protein kurang dari
11%. Tepung terigu jenis ini memiliki kandungan protein dan gluten yang sangat rendah
sehingga cocok digunakan untuk produk-produk yang tidak memerlukan pengembangan
seperti biskuit dan cookies (Fance, 1964). Beberapa merk yang dipasarkan dan dikenal
masyarakat antara lain Kunci Biru, Kunci Emas, Lencana Merah, dan Segitiga Merah.
16
Sejak tahun 1990 PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. Bogasari Flour Mills Jakarta
mulai memasarkan produknya ke luar negeri atau ekspor. Tepung terigu yang diekspor
biasanya dibuat dengan bahan baku biji gandum terbaik sesuai dengan Negara
penerima, seperti Singapura, Malaysia, Brunei Darissalam, dan Jepang. Beberapa merk
dagangnya antara lain Blue Triangle, Brown Triangle, Orange Triangle, Green
Triangle, Pink Triangle, Red Triangle, Yellow Triangle, Brown Triangle, Double
Arrows, Gold Key, dan Golden Crest. Tepung terigu ekspor diproduksi sesuai dengan
pesanan Negara-negara penerima. Di luar produksi tepung terigu untuk lokal dan
ekspor, PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. Bogasari Flour Mills Jakarta juga
memproduksi tepung terigu khusus yang hanya dibuat berdasarkan pesanan dari
berbagai perusahaan, misalnya Bread Talk, Pizza Hut, dan J.Co
3.2.1.2. Pasta
Selain tepung terigu, PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. Bogasari Flour Mills juga
memproduksi produk pasta untuk memenuhi kebutuhan dalam dan luar negeri. Pasta
terbuat dari campuran adonan tepung durum semolina dengan air, telur, dan garam serta
diproses tanpa tambahan bahan pewarna maupun bahan aditif lainnya (Milatovic &
Mondelli, 1991). Semolina adalah butiran yang diperoleh dari endosperm biji gandum
jenis durum wheat yang mengandung kadar gluten tinggi. Produk pasta yang dihasilkan
PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. Bogasari Flour Mills dijual dengan menggunakan
merk La Fonte dan Sedani. Secara umum bentuk pasta dibedakan menjadi dua, yaitu
long pasta dan short pasta. Long Pasta adalah pasta yang berbentuk panjang dan lurus,
misalnya Spaghetti, Vermicelli, Linguine, Bucatini, dan Fettuccine. Sedangkan short
pasta adalah pasta yang berbentuk potongan-potongan pendek dan seragam, misalnya
Zitoni (silinder), Fusilli (spiral), Conchiglie (kerang), dan Chifferi Rigate (setengah
lingkaran).
Gambar 8. Berbagai Merk Pasta PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. Bogasari
Flour Mills Jakarta
3.2.2.1. Bran
Bran merupakan bagian terluar dari kulit biji gandum atau lebih dikenal dengan nama
dedak. Bran berupa serpihan kasar dan biasanya digunakan sebagai pakan ternak besar
seperti kuda, sapi, babi, dan kambing. Bran yang diproduksi oleh PT. Indofood Sukses
Makmur Tbk. Bogasari Flour Mills dipasarkan dengan merk kepala kuda.
(a) (b)
Gambar 9. (a) Bran dan (b) Merk Kepala Kuda
3.2.2.2. Pollard
Pollard merupakan bagian kulit gandum yang berukuran lebih kecil dan memiliki
tekstur yang lebih halus dibandingan dengan bran. Pollard biasanya dimanfaatkan
sebagai pakan ternak besar (sapi dan babi) dan kecil (ayam dan itik). Pollard yang
diproduksi oleh PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. Bogasari Flour Mills dipasarkan
dengan merk Angsa.
(a) (b)
Gambar 10. (a) Pollard dan (b) Merk Angsa
3.2.2.3. Pellet
Pellet merupakan hasil campuran dari bran dan pollard yang dicetak berbentuk silinder
dengan diameter 8 mm dan panjang 3 – 4 cm. Pellet biasanya juga dimanfaatkan
sebagai pakan ternak. Pellet yang dihasilkan tidak dikemas ke dalam wadah kemasan
melainkan menggunakan sistem bulk atau curah dan diangkut menggunakan truk atau
kapal. Pellet yang diproduksi oleh PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. Bogasari Flour
Mills dipasarkan dengan merk Kepala Sapi.
19
(a) (b)
Gambar 11. (a) Pellet dan (b) Merk Kepala Sapi
Proses produksi diawali dengan datangnya persediaan bahan baku gandum dari negara
pemasok di pelabuhan yang diangkut menggunakan kapal bulk cargo. Pada tahapan ini
dilakukan pemisahan biji gandum terlebih dahulu sesuai dengan jenis dan ukuran.
Gandum ini masih banyak mengandung material asing, oleh karena itu perlu dilakukan
pembersihan yang dibagi menjadi dua tahap. Cleaning process I dilakukan sebelum
gandum dimasukkan ke dalam wheat silo. Gandum dibersihkan dan dipisahkan dari
pengotor seperti debu, biji-bijian selain gandum (misalnya biji kedelai dan biji gandum),
kulit gandum, batang gandum, batu-batuan, kerikil, dan lain-lain (Morris & James,
2000). Proses ini disebut wheat precleaning, yaitu pembersihan biji gandum dari
pengotor-pengotor yang berukuran besar menggunakan precleaning separator. Biji
gandum yang sudah bersih kemudian diangkur dengan screw conveyor menuju wheat
silo yang telah dipisahkan sesuai dengan ukuran dan jenis gandum. Lalu dilanjutkan
dengan cleaning process II untuk menjamin biji gandum sudah benar-benar bersih. Pada
tahap ini dilakukan pemisahan biji gandum dari material ikutan menggunakan berbagai
alat seperti magnetic separator (berdasarkan sifat kemagnetan terhadap logam),
separator (berdasarkan ukuran, misalnya sampah kasar dan halus), dry stoner (berdasar
berat jenis, misalnya batu), air classifier (berdasar tahanan udara), indented disc /
cylinder separator (berdasar bentuk dan ukuran), dan scourer (menggesek biji gandum).
20
21
tahap pengkondisian atau conditioning, yaitu perendaman biji gandum selama periode
waktu tertentu di dalam tempering bin. Seluruh tahapan ini disebut juga tempering yang
merupakan satu-satunya tahapan untuk memodifikasi kondisi fisik dan kimia dari biji
gandum (Serna-Saldivar, 2002). Tahapan ini bertujuan untuk mempermudah pemisahan
endosperm dan bran saat proses penggilingan sehingga dapat diperoleh tepung terigu
dengan kadar air optimum (Morris & James, 2000). Dampening dan conditioning dapat
dilakukan satu maupun dua kali, tergantung pada kebutuhan. Namun second dampening
dan conditioning hanya dilakukan apabila tingkat kelembapan masih belum mencukupi.
Tepung terigu yang sudah jadi diterima oleh Flour Silo Bulk and Packing Department,
yaitu bagian yang berperan sebagai penerima tepung terigu dan by product hasil dari
proses penggilingan untuk kemudian disimpan di flour silo. Produk-produk akan
dikemas sesuai dengan permintaan, baik berupa kemasan (consumer pack, jumbo bag)
maupun berupa sistem curah. Produk yang telah dikemas kemudian dimasukkan ke
dalam box karton dan disusun di atas palet untuk disimpan di dalam gudang
penyimpanan. Sebelum dipasarkan, terlebih dahulu akan dilakukan pengujian terhadap
kualitas dari produk di laboratorium Quality Control.
22
Gandum
Sortasi
Cleaning Process I
Silo
Cleaning Process II
Milling
Packaging
Gambar 13. Alur Proses Produksi Tepung Terigu PT. Indofood Sukses Makmur
Tbk. Bogasari Flour Mills
4.2. Pengemasan
Proses pengemasan bertujuan untuk membantu mencegah kerusakan akibat suhu,
peningkatan kadar air, serangan hama, maupun pencemaran dari udara luar. Selain itu
pengemasan juga memudahkan proses penyimpanan, pengangkutan, dan distribusi.
Pengemasan terigu terigu di PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. Bogasari Flour Mills
dilakukan oleh FSBP (Flour Silo Bulk and Packing) Department. Untuk memenuhi dan
menyesuaikan kebutuhan konsumen, tepung terigu dikemas dalam berbagai ukuran,
antara lain consumer pack (kemasan 0.5 kg dan 1 kg); packing (kemasan 25 kg); jumbo
bag (kemasan 250 kg); dan bulk truck. Bahan untuk kemasan packing dan jumbo bag
adalah paper bag atau Polypropylene bag (karung). Sedangkan untuk kemasan
consumer pack digunakan plastic wrapper sebagai kemasan primer dan carton box
sebagai kemasan sekunder. Kemasan consumer pack umumnya digunakan untuk rumah
23
tangga, sedangkan untuk kemasan packing, jumbo bag, dan sistem bulk umumnya
digunakan untuk industri, baik industri kecil menengah (UKM) maupun industri besar.
4.3. Sanitasi
Sanitasi merupakan upaya untuk mencegah dan menghindari adanya kontaminasi yang
dapat menimbulkan kerusakan dan penurunan kualitas pada produk. PT. Indofood
Sukses Makmur Tbk. Bogasari Flour Mills menerapkan sanitasi pada pekerja, peralatan,
serta lingkungan. Seluruh pekerja diharuskan menjaga kebersihan dengan mencuci
tangan sebelum dan sesudah bekerja serta menjaga kesehatan tubuh masing-masing.
Untuk menjaga sanitasi selama proses analisa, para pekerja di laboratorium diwajibkan
mengenakan jas laboratorium, sarung tangan, dan masker selama proses analisa
pengawasan mutu tepung terigu.
Laboratorium dibagi menjadi delapan ruangan untuk menjaga sanitasi area dan
mencegah terjadinya kontaminasi silang. Pembagian tersebut antara lain office, walk
station room, washing room, cooking room, microbiology room, granulation room,
protein room, dan retained sample room (ruang penyimpanan tepung sisa pengujian).
Selain itu secara teratur juga dilakukan pembersihan lantai, dinding, kaca, dan langit-
langit. Sedangkan sanitasi peralatan dilakukan secara mandiri oleh masing-masing
bagian, misalnya para pekerja di bagian Quality Control bertanggung jawab terhadap
kebersihan peralatan di laboratorium Quality Control.
PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. Bogasari Flour Mills Jakarta selalu menjamin
kualitas tepung terigu yang dihasilkan dengan melakukan pengontrolan selama 24 jam
yang dilakukan oleh divisi Quality Management Department. Divisi ini mempunyai
tugas utama untuk mengendalikan mutu produk yang dihasilkan dengan melakukan
berbagai analisa, baik secara fisik, kimia, maupun mikrobiologi. Pada divisi Quality
Management Department terdapat dua kelompok analyst, yaitu QC Line Inspector dan
QC Lab. Analyst QC Line Inspector bertugas menganalisa tepung selama masih berada
di jalur produksi. Sedangkan analyst QC Lab bertugas menganalisa tepung yang sudah
dikemas. Terdapat suatu standar yang telah ditetapkan untuk menjamin keseragaman
mutu tepung terigu yang disebut Quality Guide. Quality Guide tepung terigu Cakra
Kembar, Segitiga Biru, dan Kunci Biru dapat dilihat pada lampiran (Lampiran 4, 5, dan
6). Sedangkan standar mutu tepung terigu menurut SNI 01-3751-2006 dapat dilihat pada
Lampiran 3.
Pengambilan sampel tepung terigu dilakukan secara acak oleh QC Line Inspector dari
packing group. Pengambilan sampel tepung terigu dilakukan sebanyak tiga kali dalam
satu shift (± setiap 2-3 jam sekali), sehingga terdapat 9 kali pengambilan sampel dalam
setiap harinya. Jumlah tepung terigu yang diambil setiap kali pengambilan sebanyak
±0.75 kg. Jadwal pengambilan sampel tepung terigu dapat dilihat pada Tabel 4.
Berdasarkan jadwal pengambilan sampel, QC Team akan menganalisa sampel tepung
terigu yang dikemas pada shift sebelumnya.
24
25
Ada tiga hasil pernyataan yang digunakan, yaitu pass (lulus), hold (ditahan), dan reject
(tidak lulus). Status pass artinya produk sudah boleh didistribusikan ke pasar karena
telah memenuhi quality guide. Status hold artinya produk harus ditahan terlebih dahulu
karena masih ada beberapa parameter yang belum memenuhi quality guide sehingga
perlu dilakukan analisa kembali. Bila ternyata terjadi ketidaksesuaian pada sampel,
maka produk tersebut akan ditangani lebih lanjut dengan melakukan pencampuran atau
pengolahan ulang agar memenuhi quality guide. Sedangkan status reject artinya tepung
tersebut tidak memenuhi quality guide. Namun produk tersebut tidak akan dibuang
melainkan dimanfaatkan kembali sebagai campuran pada produksi tepung terigu
lainnya.
Tabel 5. Frekuensi Analisa Tepung Terigu di PT. Indofood Sukses Makmur Tbk.
Bogasari Flour Mills Jakarta
Jenis Uji Frekuensi Uji Merk Tepung
Kadar Air Setiap hari Semua merk
pH 1x / bulan Semua merk
Secara Kimiawi
Mills Jakarta., yaitu uji kadar air, uji kadar abu, uji kadar protein, uji kadar gluten, dan
uji Falling Number.
Sebelum dilakukan analisa, terlebih dahulu dilakukan kalibrasi pada suhu dan
timbangan. Kalibrasi suhu dilakukan dengan mengukur suhu heating plate
menggunakan termometer air raksa (0-200°C). Termometer dimasukkan pada lubang
penutup drying chamber sehingga dapat berdiri secara vertikal dan suhu ditetapkan pada
130±1°C. Sedangkan kalibrasi pada timbangan dilakukan dengan mengukur batu
timbang standar 10 gram di atas lower pan yang bersih dan kering. Setelah kalibrasi
selesai, penetapan sampel dapat dilakukan dan diawali dengan penimbangan sampel
sebanyak 10 gram di lower pan yang bersih dan kering (Nielsen, 2003). Pan yang telah
berisi sampel kemudian diletakkan di atas heating plate. Waktu pemanasan yang
dibutuhkan untuk setiap produk berbeda-beda, seperti dapat dilihat pada Tabel 6.
27
Setelah waktu pemanasan selesai, pan dipindahkan ke upper pan support untuk
ditimbang. Pembacaan hasil penimbangan dilakukan dengan cara memutar knob hingga
pointer berada tepat di tengah tanda garis dimana kadar air (dalam %) dapat dibaca
langsung pada skala yang tertera.
Prosedur dimulai dengan memasukkan krusibel kosong dalam muffle furnace dengan
temperatur ±200°C, kemudian suhunya dinaikkan hingga mencapai temperatur 600°C
selama 1 jam. Setelah itu krusibel dikeluarkan dari muffle furnace dan dimasukkan ke
dalam desikator dengan kran terbuka selama 5 menit dan ditutup kembali serta
didiamkan di dalam desikator hingga mencapai suhu ruang (±30 menit) (Nielsen, 2003).
Lalu krusibel diambil dan ditimbang (4 angka di belakang koma) dan dicatat sebagai
berat krusibel kosong. Sampel ditimbang ke dalam krusibel (2-3 gram untuk by product
dan 3-5 gram untuk gandum, tepung terigu, by product, semolina, pasta) dan dicatat
sebagai berat sampel. Krusibel yang berisi sampel dimasukkan ke dalam muffle furnace
dengan temperatur ±200°C, kemudian suhunya dinaikkan mencapai temperatur 600°C
hingga terbentuk abu (±6 jam). Setelah selesai, krusibel dipindahkan ke dalam desikator
(kran dibuka selama 5 menit, ditutup dan didamkan selama 30 menit hingga mencapat
28
temperatur ruang). Krusibel segera ditimbang dan dicatat sebagai berat krusibel dengan
abu. Kadar abu dapat dihitung menggunakan rumus berikut:
% abu =
(a) (b)
Gambar 15. (a) Muffle Furnace (b) Desikator
Prosedur diawali dengan menyiapkan sampel sebanyak 1 gram dan dibungkus dengan
kertas tissue, sedangkan blanko hanya berupa kertas tissue kosong. Penetapan sampel
dilakukan duplo (rangkap dua). Kemudian sampel dimasukkan ke dalam digestion tube
dan ditambahkan 2 tablet kjeltabs dan 15 ml H2SO4 pekat, kemudian tabung diletakkan
pada rak. Rak berisi tabung dimasukkan ke dalam digestion block (Gambar 16b) untuk
didestruksi pada suhu 420°C selama ±60 menit. Bagian atas digestion tube ditutup
dengan exhaust system yang berfungsi untuk mengalirkan gas SO2 yang terbentuk
selama pemanasan ke dalam bak penetral berisi air. Setelah ±60 menit, sampel diangkat
dan didinginkan di udara bebas. Jika larutan masih terlihat keruh atau berwarna abu-abu
29
kehitaman, berarti proses destruksi belum sempurna dan sampel harus dipanaskan
kembali (James, 1995). Sebelum alat Kjeltec Tecator digunakan, terlebih dahulu
dilakukan kalibrasi dengan melakukan titrasi sebanyak 0.5 gram ammonium sulfat
tetrahidrat di dalam tabung kjeltech (tabung destruksi). Titran yang digunakan adalah
asam klorida, sedangkan sebagai penampung digunakan asam borat. Indikator yang
digunakan adalah BCG dan MO. Setelah itu digestion tube dimasukkan ke alat Kjeltec
Tecator (Gambar 16a) yang akan bekerja secara otomatis sesaat setelah ditutup. Apabila
hasil titrasi kurang atau bahkan melebihi angka yang telah ditentukan, maka proses
kalibrasi ini diulang kembali sampai mendapatkan angka yang seharusnya. Larutan
yang ada di dalam digestion tube akan didestilasi dan destilatnya akan ditampung di
dalam tabung yang berisi larutan receiver. Destilat yang telah bercampur dengan larutan
receiver tersebut kemudian dititrasi dengan HCl 0.2 N. Hasil analisis dapat langsung
terlihat pada tampilan berupa persentase kadar protein.
(a) (b)
Gambar 16. (a) Kjeltec-Tecator (b) Digestion Block
Penetapan kadar gluten diawali dengan penimbangan sampel tepung terigu sebanyak 10
gram (±0.01) dan dimasukkan ke dalam washing chamber yang sudah dilapisi polyester
screen. Larutan garam NaCl 2% sebanyak 4,8 ml dimasukkan secara perlahan dan
merata melalui dinding washing chamer dengan posisi kemiringan 30° dan digoyangkan
secara perlahan agar memenuhi permukaan sampel tepung terigu (Fance, 1964).
Washing chamber yang telah berisi sampel dipasangkan pada alat glucomatic dan
diwadahi oleh gelas piala plastik. Alat dinyalakan dan proses pembentukan gluten akan
berjalan selama ±25 menit yang terdiri dari 20 menit proses pengadukan adonan dan 5
menit proses pencucian adonan. Pada saat pengadukan akan terbentuk suatu senyawa
yang plastis dan elastis yang disebut sebagai gluten. Sedangkan bagian lainnya,
terutama pati akan ikut terbuang bersama dengan larutan garam. Bulatan gluten yang
dihasilkan kemudian dimasukkan ke dalam gluten index sieve dan dilakukan proses
sentrifugasi selama 1 menit pada 6000 ± 5 rpm. Setelah selesai, gluten index sieve
dilepas dan bagian gluten yang lolos dikeluarkan dan ditimbang sebagai gluten yang
lolos. Spatula digunakan untuk mengeluarkan seluruh gluten pada dinding saringan
dengan hati-hati. Seluruh gluten yang tertinggal pada sisi lainnya dikeluarkan dan
ditimbang sebagai total wet gluten. Total wet gluten kemudian dimasukkan ke dalam
glutork selama 4 menit pada suhu 150°C untuk mendapatkan hasil dry gluten. Kadar
gluten dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
% Gluten Index =
(a) (b)
Gambar 17. (a) Glutomatic (b) Centrifuge
31
Prosedur diawali dengan menyalakan waterbath hingga suhu 200°C. Sampel ditimbang
berdasarkan moisture nya dan ditambahkan 25 ml aquades yang memiliki suhu 22 ±
2°C untuk kemudian dimasukkan ke dalam tabung viskotester. Penetapan sampel
dilakukan duplo (rangkap dua). Tabung viskotester ditutup dengan stopper shakematic
dan dikocok menggunakan shakematic hingga membentuk suspense yang homogen.
Setelah selesai, tabung dikeluarkan untuk dilakukan proses scrap menggunakan stirrer
dan harus segera dimasukkan ke dalam cassette (dilakukan dalam waktu maksimal 30
detik setelah pengocokan). Penutup plastik akan menutup secara otomatis dalam waktu
4 detik. Proses stirring akan bekerja selama 60 detik dan akan berhenti secara otomatis.
Setelah stirrer turun, nilai falling number akan terbaca pada counter sebagai total waktu
(detik). Nilai rata-rata hasil dari pengujian falling number maksimal harus sebesar 2.5%
dari deviasi. Bila hasil lebih besar dari 2,5%, maka analisis harus diulang kembali.
PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. Bogasari Flour Mills Jakarta selalu menjamin
kualitas tepung terigu yang dihasilkan dengan melakukan pengontrolan selama 24 jam
yang dilakukan oleh divisi Quality Management Department. Pada pengawasan mutu
secara kimiawi kali ini akan dibahas lima uji utama yang dilakukan di Lab Centre PT.
Indofood Sukses Makmur Tbk. Bogasari Flour Mills Jakarta., yaitu uji kadar air, uji
kadar abu, uji kadar protein, uji kadar gluten, dan uji Falling Number. Jenis tepung
terigu yang dianalis adalah merk Cakra Kembar, Segitiga Biru, dan Kunci Biru.
32
33
Tabel 7. Hasil Analisis Kadar Air Tepung Terigu PT. Indofood Sukses Makmur
Tbk. Bogasari Flour Mills Jakarta (Januari 2016)
Kadar Air (%)
Sampel
Cakra Kembar Segitiga Biru Kunci Biru
1 14.20 13.90 13.69
2 14.20 14.00 13.40
3 14.25 14.10 13.50
c b
Rata-Rata 14.22 ± 0.03 14.00 ± 0.10 13.53 ± 0.15a
Standar Maks. 14.30 Maks. 14.30 Maks. 14.30
Pada Tabel 7 dapat dilihat hasil dari uji kadar air yang telah dilakukan pada ketiga jenis
tepung terigu, yaitu Cakra Kembar, Segitiga Biru, dan Kunci Biru. Dapat diketahui
bahwa ketiga jenis tepung telah memenuhi standar mutu yang diterapkan oleh PT.
Indofood Sukses Makmur Tbk. Bogasari Flour Mills Jakarta, yaitu maksimal sebesar
14.3%. Namun terdapat perbedaan persentase kadar air pada ketiga jenis tepung terigu,
dimana kadar air terbesar didapatkan oleh Cakra Kembar dan berbeda nyata dengan dan
kadar air terkecil didapatkan oleh Kunci Biru. Pada pengujian kadar air ditemukan
perbedaan yang nyata pada antar jenis tepung yang digunakan pada tingkat kepercayaan
95%. Rata-rata kadar air tepung terigu Cakra Kembar adalah sebesar 14.22%, Segitiga
Biru sebesar 14.00% dan Kunci Biru sebesar 13.53%.
Tepung Cakra Kembar menggunakan 100% gandum keras sebagai bahan baku sehingga
memerlukan penambahan air dalam jumlah yang lebih banyak pada proses tempering
dibanding dua jenis tepung lainnya. Sedangkan tepung Kunci Biru memiliki kadar air
paling rendah karena dibuat dari gandum soft wheat. Tepung terigu Segitiga Biru
memiliki kadar air di antara Cakra Kembar dan Kunci Biru karena dibuat dari campuran
antara gandum hard wheat dan soft wheat dengan komposisi tertentu. Hal ini sesuai
dengan teori Morris & James (2000) yang menyatakan bahwa kadar air pada tepung
terigu dipengaruhi oleh jenis gandum yang digunakan, dimana terdapat perbedaan pada
penambahan air selama proses tempering. Hard wheat memiliki ciri-ciri biji yang keras,
berwarna gelap, daya serap air tinggi, dan memiliki kadar gluten yang lebih tinggi
(Bogasari, 1997). Sedangkan soft wheat memiliki ciri-ciri biji yang lunak, berwarna
putih sampai merah, daya serap air rendah, dan memiliki kadar gluten yang lebih
rendah.
34
Kadar abu yang terlampau tinggi akan menghasilkan kualitas penggilingan yang kurang
baik karena semakin besar kemungkinan bran atau pollard yang masuk dalam tepung
terigu. Hal ini akan menurunkan kemurnian tepung dan stabilitas adonan terhadap
pengadukan. Selain itu tepung terigu dengan kadar abu yang tinggi akan menghasilkan
penampakan warna yang lebih gelap. Kadar abu maksimum pada tepung terigu
maksimal sebesar 0.64%. Hasil pengujian kadar abu pada tepung terigu dapat dilihat
pada Tabel 8.
Tabel 8. Hasil Analisis Kadar Abu Tepung Terigu PT. Indofood Sukses Makmur
Tbk. Bogasari Flour Mills Jakarta (Januari 2016)
Kadar Abu (%) (d.b.)
Sampel
Cakra Kembar Segitiga Biru Kunci Biru
1 0.62 0.62 0.63
2 0.62 0.63 0.63
3 0.63 0.62 0.63
a a
Rata-Rata 0.62 ± 0.01 0.62 ± 0.01 0.63 ± 0.00a
Standar Maks. 0.64 Maks. 0.64 Maks. 0.64
Pada Tabel 8 dapat dilihat hasil dari uji kadar abu yang telah dilakukan pada ketiga jenis
tepung terigu, yaitu Cakra Kembar, Segitiga Biru, dan Kunci Biru. Dapat diketahui
bahwa ketiga jenis tepung telah memenuhi standar mutu yang diterapkan oleh PT.
Indofood Sukses Makmur Tbk. Bogasari Flour Mills Jakarta, yaitu maksimal sebesar
0.64%. Pada pengujian kadar abu tidak ditemukan perbedaan yang nyata antar jenis
tepung yang digunakan pada tingkat kepercayaan 95%. Rata-rata kadar abu tepung
terigu Cakra Kembar dan Segitiga Biru adalah 0.62% dan Kunci Biru sebesar 0.63%.
35
Setelah proses destruksi sempurna maka dilanjutkan ke tahap berikutnya, yaitu destilasi
menggunakan alat Kjeltech-Tecator Unit. Destilat yang diperoleh ditampung dalam
tabung yang berisi larutan receiver, yaitu larutan borat. Tahap terakhir yaitu titrasi,
dimana amoniak yang dihasilkan akan diuapkan dan dikumpulkan dalam suatu wadah
penampungan. Setelah destilasi selesai, maka dilakukan titrasi dengan 0.1M asam
klorida (HCl) menggunakan indicator warna bromokresol green dan methyl red. Hasil
dari titrasi dapat langsung dilihat pada layar. Hasil pengujian kadar protein pada tepung
terigu dapat dilihat pada Tabel 9.
36
Tabel 9. Hasil Analisis Kadar Protein Tepung Terigu PT. Indofood Sukses
Makmur Tbk. Bogasari Flour Mills Jakarta (Januari 2016)
Kadar Protein (%) (d.b.)
Sampel
Cakra Kembar Segitiga Biru Kunci Biru
1 13.96 12.04 9.98
2 14.05 11.76 10.14
3 13.93 11.82 9.92
c b
Rata-Rata 13.98 ± 0.06 11.87 ± 0.15 10.01 ± 0.11a
Standar Min. 13.0 11.0 – 12.50 Max. 11.0
Pada Tabel 9 dapat dilihat hasil dari uji kadar protein yang telah dilakukan pada ketiga
jenis tepung terigu, yaitu Cakra Kembar, Segitiga Biru, dan Kunci Biru. Dapat diketahui
bahwa ketiga jenis tepung telah memenuhi standar mutu yang diterapkan oleh PT.
Indofood Sukses Makmur Tbk. Bogasari Flour Mills Jakarta. Namun terdapat perbedaan
persentase kadar protein pada ketiga jenis tepung terigu, dimana kadar air terbesar
didapatkan oleh Cakra Kembar dan kadar air terkecil didapatkan oleh Kunci Biru. Pada
pengujian kadar protein ditemukan perbedaan yang nyata pada antar jenis tepung yang
digunakan pada tingkat kepercayaan 95%. Rata-rata kadar protein tepung terigu Cakra
Kembar adalah sebesar 13.98%, Segitiga Biru sebesar 11.87% dan Kunci Biru sebesar
10.01%.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, perbedaan ini dapat terjadi karena perbedaan
jenis gandum yang digunakan dalam proses pembuatan. Tepung terigu Cakra Kembar
memiliki kadar protein paling tinggi jika dibandingkan dengan tepung terigu Segitiga
Biru dan Kunci Biru karena dibuat menggunakan 100% gandum hard wheat sebagai
bahan bakunya. Sedangan tepung Kunci Biru memiliki kadar protein paling rendah
karena dibuat dari 100% gandum soft wheat. Tepung terigu Segitiga Biru memiliki
kadar protein di antara Cakra Kembar dan Kunci Biru karena dibuat dari campuran
antara gandum hard wheat dan soft wheat dengan komposisi tertentu (Morris & James,
2000). Setiap jenis tepung memiliki standart yang berbeda-beda namun tetap mengacu
pada SNI 01-3751-2009 yang dikeluarkan oleh pemerintah dikarenakan setiap
perusahaan memiliki standartnya masing-masing (Herschdoerfer, 1986)
37
Penambahan air dan garam pada protein gliadin dan glutenin akan membentuk protein
gluten (Fance, 1964). Kadar protein gluten menentukan kadar protein pada tepung
terigu, dimana semakin besar kadar gluten maka semakin tinggi pula kadar protein
tepung terigu yang diperoleh (Rao & J, 1992). Pada prosedurnya, gluten diperoleh dari
hasil pengadukan tepung terigu yang sudah dilapisi polyester screen dan dialirkan
dengan larutan garam NaCl 2%. Melalui cara ini zat pati akan terpisah bersama larutan
garam dan melewati saringan sehingga diperoleh gluten (Wardani & Widjanarko, 2013).
Hasil pengujian kadar gluten pada tepung terigu dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Hasil Analisis Kadar Gluten Tepung Terigu PT. Indofood Sukses
Makmur Tbk. Bogasari Flour Mills Jakarta (Januari 2016)
Kadar Gluten (%) (w.b.)
Sampel
Cakra Kembar Segitiga Biru Kunci Biru
1 33.30 28.30 24.20
2 33.00 27.40 23.60
3 33.50 27.90 23.30
c b
Rata-Rata 33.27 ± 0.25 27.87 ± 0.45 23.70 ± 0.46a
Standar Min. 30 Min. 26.50 Max. 25.50
Pada Tabel 10 dapat dilihat hasil dari uji kadar gluten yang telah dilakukan pada ketiga
jenis tepung terigu, yaitu Cakra Kembar, Segitiga Biru, dan Kunci Biru. Dapat diketahui
bahwa ketiga jenis tepung telah memenuhi standar mutu yang diterapkan oleh PT.
Indofood Sukses Makmur Tbk. Bogasari Flour Mills Jakarta. Namun terdapat perbedaan
persentase kadar protein pada ketiga jenis tepung terigu, dimana kadar air terbesar
didapatkan oleh Cakra Kembar dan kadar air terkecil didapatkan oleh Kunci Biru. Pada
38
pengujian kadar gluten ditemukan perbedaan yang nyata pada antar jenis tepung yang
digunakan pada tingkat kepercayaan 95%. Rata-rata kadar gluten tepung terigu Cakra
Kembar adalah sebesar 33.27%, Segitiga Biru sebesar 27.87% dan Kunci Biru sebesar
23.70%.
Perbedaan ini disebabkan oleh komposisi yang berbeda pada saat penggilingan biji
gandum, dimana tepung terigu yang mengandung banyak endosperm akan
menghasilkan kadar gluten yang tinggi juga. Hal ini dikarenakan gluten banyak
terkandung di dalam endosperm biji gandum. Tepung terigu Cakra Kembar memiliki
kadar protein paling tinggi jika dibandingkan dengan tepung terigu Segitiga Biru dan
Kunci Biru karena dibuat menggunakan 100% gandum hard wheat sebagai bahan
bakunya. Sedangan tepung Kunci Biru memiliki kadar protein paling rendah karena
dibuat dari 100% gandum soft wheat. Tepung terigu Segitiga Biru memiliki kadar
protein di antara Cakra Kembar dan Kunci Biru karena dibuat dari campuran antara
gandum hard wheat dan soft wheat dengan komposisi tertentu (Morris & James, 2000).
Tepung terigu Cakra Kembar memiliki kandungan protein dan gluten yang sangat tinggi
sehingga cocok digunakan untuk produk-produk yang memerlukan pengembangan
seperti pembuatan roti dan mie. Tepung terigu dengan protein sedang (Segitiga Biru)
memiliki sifat multifungsi dimana dapat digunakan untuk pembuatan aneka makanan
seperti roti manis, donat, dan juga mi basah. Sedangkan tepung terigu protein rendah
(Kunci Biru) memiliki kandungan protein dan gluten yang sangat rendah sehingga
cocok digunakan untuk produk-produk yang tidak memerlukan pengembangan seperti
biskuit dan cookies (Fance, 1964)
falling number (Perten, 1964). Nilai falling number pada tepung terigu minimal 300
detik. Pengukuran dilakukan terhadap starch dalam bentuk gel dimana gel starch yang
kental akan menjadi encer yang menandakan bahwa ikatan starch telah terpotong oleh
enzim ɑ-amilase. Nilai Falling Number yang terlalu tinggi akan menghasilkan adonan
yang kurang mengembang, sedangkan nilai yang terlalu rendah akan menghasilkan
adonan yang lengket.
Tabel 11. Hasil Analisis Kadar Falling Number Tepung Terigu PT. Indofood
Sukses Makmur Tbk. Bogasari Flour Mills Jakarta (Januari 2016)
Kadar Falling Number (sec)
Sampel
Cakra Kembar Segitiga Biru Kunci Biru
1 384 421 438
2 384 415 443
3 384 429 431
Rata-Rata 384 ± 0a 421 ± 7b 437 ± 6c
Standar Min. 300 Min. 300 Min. 300
Pada Tabel 11 dapat dilihat hasil dari uji enzim ɑ-amilase yang telah dilakukan pada
ketiga jenis tepung terigu, yaitu Cakra Kembar, Segitiga Biru, dan Kunci Biru. Dapat
diketahui bahwa ketiga jenis tepung telah memenuhi standar mutu yang diterapkan oleh
PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. Bogasari Flour Mills Jakarta. Namun terdapat
perbedaan persentase kadar aktivitas enzim α-amilase pada ketiga jenis tepung terigu,
dimana kadar aktivitas enzim α-amilase terbesar didapatkan oleh Cakra Kembar dan
kadar aktivitas enzim α-amilase terkecil didapatkan oleh Kunci Biru. Pada pengujian
kadar aktivitas enzim α-amilase ditemukan perbedaan yang nyata pada antar jenis
tepung yang digunakan pada tingkat kepercayaan 95%. Rata-rata hasil falling number
40
tepung terigu Cakra Kembar adalah sebesar 384s, Segitiga Biru sebesar 421s, dan Kunci
Biru sebesar 437s. Nilai dalam satuan detik ini menunjukkan seberapa cepat enzim α-
amilase memotong ikatan pada pati didalam tepung terigu.
Tepung terigu Cakra Kembar memiliki kandungan kadar aktivitas enzim α-amilase yang
sangat tinggi sehingga cocok digunakan untuk produk-produk yang memerlukan
pengembangan seperti pembuatan roti dan mie. Sedangan tepung Kunci Biru dengan
kadar aktivitas enzim α-amilase paling rendah cocok digunakan untuk produk-produk
yang tidak memerlukan pengembangan seperti biskuit dan cookies. Tepung terigu
Segitiga Biru memiliki kadar aktivitas enzim α-amilase di antara Cakra Kembar dan
Kunci Biru memiliki sifat multifungsi dimana dapat digunakan untuk pembuatan aneka
makanan seperti roti manis, donat, dan juga mi basah (Fance, 1964).
7. KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan
Hasil analisis kadar air, kadar protein, kadar abu, kadar gluten, dan aktivitas
enzim α-amilase pada ketiga sampel tepung terigu dengan merk Cakra Kembar,
Segitiga Biru, dan Kunci Biru sudah sesuai dengan standar mutu yang ditetapkan
oleh PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. Bogasari Flour Mills.
Perbedaan jenis gandum yang digunakan mempengaruhi hasil analisis kadar air,
kadar protein, kadar gluten, dan aktivitas enzim α-amilase namun tidak
mempengaruhi hasil analisis kadar abu pada sampel tepung terigu.
PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. Bogasari Flour Mills telah melakukan proses
produksi tepung terigu dengan baik, mulai dari penanganan bahan baku mentah
hingga menjadi produk akhir.
PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. Bogasari Flour Mills telah melakukan
pengendalian mutu pada tepung terigu dengan baik.
7.2. Saran
Saran yang dapat penulis berikan terhadap pengawasan mutu tepung terigu secara
kimiawi di PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. Bogasari Flour Mills yaitu dapat
dilakukan analisis cemaran logam berat yang mungkin terkandung dalam tepung terigu
agar dapat mengefisienkan waktu serta biaya yang dikeluarkan, dimana selama ini tidak
dilakukan di laboratorium Quality Control PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. Bogasari
Flour Mills Jakarta, melainkan dikirim ke perusahaan jasa analisis.
41
8. DAFTAR PUSTAKA
Bogasari. (1997). Quality Control of Raw Material Wheat Flour and By Product.
Jakarta: PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. Bogasari Flour Mills.
Bogasari. (2007). Milling For Non Miller Commercial Program. Jakarta: PT. Indofood
Sukses Makmur Tbk. Bogasari Flour Mills.
Fance, Wilfred James. (1964). The Student’s Technology of Breadmaking and Flour
Confectionery. Routledge and Kegan Paul, Ltd, London.
Fieser, Louis F., and Mary Fieser. (1956). Organic Chemistry 3rd Edition. Reinhold
Publishing Corporation, New York.
Herschdoerfer, S. M. (1986). Quality Control in The Food Industry Vol 3. 2nd Edition.
Academic Press. London.
Murtini, Erni Sofia; Tri Susanto; dan Ratih Kusumawardani. (2005). Karakterisasi Sifat
Fisik, Kimia dan Fungsional Tepung Gandum Lokal Varietas Selayar, Nias dan Dewata.
Jurnal Teknologi Pertanian, Vol. 6 No. 1 (April 2005) 57-65
Perten, Harald. (1964). Application of the Falling Number Method For Evaluating
Alpha-Amlylase Activity. Cereal Chemistry Vol. 41 No.3
Rao, M.A. and J.F. Steffe. (1992). Viscoelastic Properties of Foods. Elsevier Applied
Science. New York.
SNI 01-3751-2009. Syarat Mutu Tepung Terigu Sebagai Bahan Makanan. Dewan
Standarisasi Nasional – BSN. Jakarta.
Sudarmadji, S.; B. Haryono; & Suhardi. (1989). Analisa Bahan Makanan dan Pertanian.
Sugiyono. (2002). Teknologi Tepung dan Pati. Asosiasi Produsen Terigu Indonesia
Wardani, Nela Agustin Kusuma dan Simon Bambang Widjanarko. (2013). Potensi
Jamur Tiram (Pleurotus ostreatus) dan Gluten dalam Pembuatan Daging Tiruan Tinggi
Serat. Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 14 No. 3 [Desember 2013] 151-164
Whitehurst, Robert J. and M.V. Oort. (2010). Enzymes in Food Technology 2nd Edition.
Chichester: Blackwell Publishing Ltd.
9. LAMPIRAN
Lampiran 1. Quality Control System PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. Bogasari
Flour Mills Jakarta
44
45
Lampiran 2. Syarat Mutu Tepung Terigu Sebagai Bahan Makanan SNI 01-3751-
2009
Lampiran 3. Quality Guide Tepung Terigu PT. Indofood Sukses Makmur Tbk.
Bogasari Flour Mills Jakarta (2010)
Tepung Terigu
Parameter
Cakra Kembar Segitiga Biru Kunci Biru
Kadar Air (%) max. 14.3 max. 14.3 max. 14.3
Protein (%) (d.b.) min. 13.0 11.0 – 12.5 max. 11.0
Abu (%) (d.b.) max. 0.64 max. 0.64 max. 0.64
Falling Number (sec) min. 300 min. 300 min. 300
Gluten (%) (w.b.) min. 30 min. 26.5 min. 25.5
46
Lampiran 4. Hasil Uji Statistik Kadar Air Tepung Terigu PT. Indofood Sukses
Makmur Tbk. Bogasari Flour Mills Jakarta (Januari 2016)
Hasil uji signifikansi kadar air terbesar didapatkan oleh Cakra Kembar dan berbeda
nyata dengan Segitiga Biru dan Kunci Biru pada tingkat kepercayaan 95%. Rata-rata
kadar air tepung terigu Cakra Kembar adalah sebesar 14.22%, Segitiga Biru sebesar
14.00% dan Kunci Biru sebesar 13.53%.
47
Lampiran 5. Hasil Uji Statistik Kadar Abu Tepung Terigu PT. Indofood Sukses
Makmur Tbk. Bogasari Flour Mills Jakarta (Januari 2016)
Pada pengujian kadar abu tidak ditemukan perbedaan yang nyata antar jenis tepung
yang diuji pada tingkat kepercayaan 95%. Rata-rata kadar abu tepung terigu Cakra
Kembar dan Segitiga Biru adalah 0.62% dan Kunci Biru sebesar 0.63%.
48
Lampiran 6. Hasil Uji Statistik Kadar Protein Tepung Terigu PT. Indofood Sukses
Makmur Tbk. Bogasari Flour Mills Jakarta (Januari 2016)
Hasil uji signifikansi kadar protein terbesar didapatkan oleh Cakra Kembar dan berbeda
nyata dengan Segitiga Biru dan Kunci Biru pada tingkat kepercayaan 95%. Rata-rata
kadar protein tepung terigu Cakra Kembar adalah sebesar 13.98%, Segitiga Biru sebesar
11.87% dan Kunci Biru sebesar 10.01%.
49
Lampiran 7. Hasil Uji Statistik Kadar Gluten Tepung Terigu PT. Indofood Sukses
Makmur Tbk. Bogasari Flour Mills Jakarta (Januari 2016)
Hasil uji signifikansi kadar gluten terbesar didapatkan oleh Cakra Kembar dan berbeda
nyata dengan Segitiga Biru dan Kunci Biru pada tingkat kepercayaan 95%. Rata-rata
kadar gluten tepung terigu Cakra Kembar adalah sebesar 33.27%, Segitiga Biru sebesar
27.87% dan Kunci Biru sebesar 23.70%.
50
Lampiran 8. Hasil Uji Statistik Kadar Aktivitas Enzim α-amilase Tepung Terigu
PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. Bogasari Flour Mills Jakarta (Januari 2016)
Kadar Falling
Perlakuan
Number (%)
Cakra Kembar 384.0000 a
Segitiga Biru 421.6667 b
Kunci Biru 437.3333 c
Pada pengujian kadar aktivitas enzim α-amilase ditemukan perbedaan yang nyata pada
antar jenis tepung yang digunakan pada tingkat kepercayaan 95%. Rata-rata hasil falling
number tepung terigu Cakra Kembar adalah sebesar 384s, Segitiga Biru sebesar 421s,
dan Kunci Biru sebesar 437s.
Lampiran 10. Formulir Penilaian Kerja Praktek di PT. Indofood Sukses Makmur
Tbk. Bogasari Flour Mills Jakarta