Q
S
P D
A
K
O
L T C
MB
Oleh :
Dra. Kusni M.Si
Nip. 130515748
JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2006
KATA PENGANTAR
Pada buku ajar ini dimulai dengan sudut bidang tiga, volum benda-benda ruang,
dilanjutkan dengan benda putaran yaitu tabung,kerucut dan bola.Penulisan buku ajar ini
dimulai dari hal yang paling dasar. Geometri ruang sendiri adalah merupakan materi
dasar yang dibutuhkan pada materi mata kuliah lainnya.Sedangkan referensi geometri
ruang sendiri sangat terbatas.
Kompetensi yang akan dicapai setelah mempelajari buku ajar ini mahasiswa
diharapkan :
1. Memahami konsep geometri ruang.
2. Mampu menggunakan dan menerapkan sifat-sifat pada geometri ruang.
3. Mampu mandiri dalam menyelesaikan tugas-tugas geometri ruang.
4. Mampu menyelesaikan masalah yang terkait dengan geometri ruang.
Dengan segala keterbatasannya, penulis tetap berharap buku ajar ini dapat
bermanfat. Lebih dari itu, buku ajar ini dapat digunakan sebagai bahan diskusi.
Semoga Allah melipat gandakan amal baik kita semua.
BAB I
Dalam hal ketiga bidang itu mempunyai 3 buah garis potong yang melalui satu
titik, maka ketiga bidang itu membentuk sebuah sudut – tiga – bidang.
S = titik-sudut.
c, a, dan b.
Gambar XI.
1
mendapatkan :
C
Q
B
Bidang PQR SC.
R
S
A(SC)B = PQR =
P A
Gambar XI. 2
Gambar XI.
Bidang PRP SB,
3
C(SB)A = PRP =
C A D
R
F
Q P
S T
E
B
bidang S.ABC ditarik garis-
berhadapan.
Bidang TQDR SA
B(SA)C = QDR =
Bidang TPER SB
A(SB)C = PER =
Bidang TPFQ SC
A(SC)B = PFQ =
sudut-tiga-bidang S.ABC.
bidang S.ABC.
3. Teorema – Teorema
Teorema 1 : Jika sebuah sudut-tiga-bidang mempunyai dua buah sisi yang sama,
PQ = PR
R B
S
P PQP PRP (s, s, sd )
Q A
Gambar XI. 5
PQP = PRP
akibat :
1. PQ = PR
Teorema 2 : Pada sebuah sudut-tiga-bidang tiap-tiap sisi lebih ketjil dari jumlah
SQ. SR
QT RT ∴ QST RST
ST ST DSA ASB
CSD CSB +
ASC ASB CSB
Teorema 3 : Pada sebuah sudut-tiga-bidang jumlah sisi-sisinya lebih kecil dari
2 × 180.
c a teorema 2
bc b b a b a
a a b
a b c a a b b
a b c 2 180
Gambar XI. 7
180.
α p β q γ r 3 180
rq p q r 2 180
p
α β γ 180
3. Hitung panjang jarak titik A kebidang BSC dari sudut-tiga-bidang S.ABC, jika
diketahui :
TAB = 60.
BAB II
VOLUM
A. Definisi : Bagian ruang yang ditempati pada sebuah benda disebut isi benda itu.
B. Prisma
AKLD.PQRS.
H G = 2 × 1 × 3 × AK × KL × KQ
E F
= 2 × AK × 1 × KL × 3 × KQ
= AB × BE × BF
S R
P Q = luas ABCD × BF
D C
L = luas dasar × tinggi
A B
K
Gambar XII. 1
2. Volum parallelepipedum-tegak :
Q = luas ABQP × BF
P D C
= AB × BQ × BF
A B
Gambar XII. 2 = luas ABCD × BF
G sama besar:
H
E F EFH
Isi prisama sisi-3 tegak
D C ABD
A B = EFGH
1 isi p.ep.
tegak ABCD
2
Gambar XII. 3
= 1 luas ABCD × BF
2
= luas ABD × BF
PQRST
Isi prisma sisi-5
tegak ABCDE
T S
= luas (ABE+BDE+BCD) × BQ
R
P
= luas ABCDE × BQ
Q = luas dasar × tinggi
E D
A C
B
Gambar XII. 4
5. Volum prisama sisi-n sebarang :
tegak
= luas PQRS × BC
SH G
E R
F = PQ × t × BC
= BC × PQ × t
P C
Q = luas ABCD × t
A B
= luas dasar × tinggi
Gambar XII. 6
7. Volum prisma sisi-3 sebarang :
Sebuah p.ep. condong ABCD. EFGH oleh bidang-diagonal BDHF dibelah dua
sama besar :
t
D C
A B
= 1 luas ABCD × t
2
= luas ABD × t
E D + luas BCD × t
1
= luas penampang-tegak×rusuk-tegak
2
H
E
F = 1 luas PQRS × CG
P G
2
Q S = luas QRS × CG
R = 1 × d × SR × CG
D 2
A
Gambar XII. 9
C
B
= 1 × d × luas CDHG
2
= 1 × jarak rusuk-tegak kebidang sisi yang
2
RUMUS-RUMUS
SAOL-SOAL
1. Kolam kamar mandi yang berukuran : panjang 1,05 m, lebar 3 m, tinggi 1,08 m
4
dalam keadaan kosong dan hendak diisi air. Untuk itu digunakan blik minyak tanah
1
yang berukuran : panjang = lebar = 22 c2m dan tinggi 35 cm. Berapa blik air
sebaik – baiknya ?
120 cm dan 30 cm, sedangkan salah satu sudut yang dibentuk rusuk-rusuk itu = 60,
yang sebesar-besarnya, kayu itu digergaji hingga terdapat tiga buah benda. Hitunglah
panjang dengan AB = 6 cm, dan AD = 4 cm, bidang sisi ABFE tegak lurus bidang-
dasar, bidang-sisi ADHE memuat sudut 60 dengan bidang dasar AE = 5 cm.
6. Dari prisma- tegak DEF diketahui : luas bidang-dasar ABC = 15 cm2 dan luas
ABC
10. Hitung isi prisma ABC.DEF, jika diketahui : segitiga ABC sama sisi
11. Dari prisma ABC.DEF diketahui : AB = AD = a cm, BAC = 60, ABC = 90
C. Limas
Sifat : Dua buah limas sisi-3 yang bidang-dasar dan tingginya sama mempunyai
Cobalah perhatikan kebeneran sifat ini dengan membuat benda seperti pada gambar-
Gambar XII. 13
Isi D.CEF = Isi C.DEF
= 1 luas ABC × t
3
Akibat :
dianggap sebagai puncaknya dan bidang yang berhadapan sebagai dasarnya maka:
= luas BCD × 1
tA
3
= luas ACD 1
× tB
3
1 tC
= luas ABD 3
×
tingginya.
3. 1
Isi ABCD = . d . AB . CD . sin Q
6
Keterangan :
D Bukti :
CD
A C
PQ - d = jarak antara AB dan CD
B K = tinggi limas B.DCK.
Gambar XII. 14
- Isi limas D.ABC = Isi D.BCK (luas dasar dan tinggi sama )
= 1 .d .luas DCK
3
= 1 . d. 1
3 .CD.CK.sin Q
2
= 1 . d. CD . AB. sin Q
6
= 1 . d. AB . CD. sin Q
6
4. 2
Isi ABCD = . d. luas PQRS
3
Keterangan :
Bukti:
- SPQ = DCK = Q
ED T.BDE + T.BCD
D, maka akan terjadi empat buah bidang-4 baru yang isinya sama besar.
Buktikan!
T IsiT .DEF
IsiT .ABC IsiD.TE
F
IsiA.TB
D D’ F C
1
luasTEF. DD'
3
luasTBC. AA'
1
3
Gambar XII. 16
TE.TF.T
D
TB.TC.T
A
Gambar XII. 17
dua buah limas sisi-n sebarang yang sebangun berbanding sebagai pangkat tiga rusuk-rusuk yang seletak :
T .KLMNO
TK 3
IsiT .ABCDE TA
D = luas bidang-dasar
A = luas bidang-atas
KLMN
Isi limas
T terpancung ABCD
1 3 3 D A
= .tD +
3
1
.t A( A)
3 D
1
= .t (D + A + )
3 DA
D: A = ( t + x )2 : x2
D : A = (t + x ) : x
tA
x =t A
D A
D A .+ x . x =
SOAL-SOAL :
PQK dan hitunglah isi bagian-bagian limas yang diiris bidang itu !
Melalui PQ dibuat bidang sejajar dengan rusuk TA. Lukis penampang limas
dengan bidang itu dan hitung perbandingan isi bagian – bagian limas yang diiris
bidang itu.
3. Ditentukan kubus EFGH
, P titik-pusat ABFE, Q titik-pusat ADHE, R pada
ABCD
1
perpanjangan CG hingga GR CG.
= 2
bidang PQR.
EFGH
4. Tentukan kubus yang rusuk – rusuknya = a cm. P titik tengah EH,
ABCD
Q pada HG hingga HQ : QG = 2 : 1.
rusuk-rusuk BF dan DH, membagi kubus itu atas bagian – bagian yang
G. Prismoida
1
Isi prismoida = t ( D + A + 4M )
6
K Luas EFGH = D
P V U
T Luas IKL = A
Q S
R Luas PQRS.TUV = M
H
( Tentukan O PQRS.TUV dan
E
1. Limas terpancung
2. Limas
3. Prisma
5. bidang empat.
BAB III TABUNG
(g,r).
lingkaran paralelnya. g
(p2,q2).
Tabung
׳
α agT1 g T2 - Bidang ( g ׳, a ) = bidang α
- Titik potong antara garis a dengan P1 dan P2 = titik – titik tembus T1 dan T2 yang
diminta.
1. Tempat kedudukan titik-titik yang berjarak r dari sebuah garis g adalah bidang-
2. Tempat kedudukan garis-garis yang sejajar dengan garis g dan berjarak r dari
berhingga, maka luas bidang- dasar kedua macam prisma itu akan mencapai harga
Apabila banyaknya bidang sisi-tegak mendekati tak berhingga, maka isi kedua prisma
Isi tabung = π r2 t
Isi tabung = luas – dasar × tinggi
Perlu dicatat :
dibabarkan pada sebuah bidang datar, maka akan diperoleh sebuah empat persegi
panjang yang :
dengan rumus :
Luas bidang-lengkung tabung = 2 π r t
Dalil : Luas bidang – lengkung tabung = hasil kali keliling lingkaran-dasar dan
tinggi.
A 2πr A'
t t
B B'
Gambar XIII.8
Kalau kita menghendaki luas tabung seluruhnya, maka luas bidang – lengkung
itu masih harus ditambah pula dengan luas lingkaran- lingaran dasar dan atasnya.
SOAL :
berjarak r dari BC. Hitunglah isi dan luas benda yang terjadi, jika
KERUCUT
1. Batasan Umum
saja.
gambar XIV.3).
Catatan:
sebuah bidang-paralel.
6. Jarak titik puncak ketiap-tiap titik lingkaran dasar disebut apothema kerucut.
7. Sudut antara apothema dan sumbu kerucut dinamakan setengah sudut puncak
kerucut.
rusuk kerucut.
Kita misalkan lagi bidang yang dimaksudkan bidang α, sumbu kerucut g, setengah
sudut puncak = Q dan sudut antara bidang α dengan sumbu kerucut = ψ, maka
4. Lukisan
Ditentukan : Sebuah kerucut yang lingkaran dasarnya pada bidang H dan garis l
kerucut).
H Q
Gambar XIV.5
- Lukis garis-garis TP dan TQ (garis-garis
dengan kerucut).
Pembicaraan:
1. Jika (α,H) memotong lingkaran dasar di dua titik, maka ada dua garis pelukis
2. Jika (α,H) memotong lingkaran dasar di satu titik (bersinggungan), maka ada
satu garis pelukis persekutuan, jadi ada satu titik tembus (berarti l
menyinggung kerucut).
3. jika (α,H) tidak memotong lingkaran dasar, maka tidak ada garis pelukis
Catatan: pada gambar hanya dilukis satu kemungkinan saja (pembicaraan 1),
dititik S. (T = puncak).
O
q Q
- Tarik dari S garis-garis singgung p dan q
singgungnya P dan Q.
Pembicaraan:
1. Jika S ada diluar lingkaran dasar, maka ada 2 garis singgung yang dapat
ditarik pada lingkran itu, jadi ada 2 bidang singgung (lihat gambar XIV.6).
2. Jika S pada lingkaran dasar, maka hanya dapat dilukis sebuah garis singgung,
3. Jika S didalam lingkaran dasar, maka tidak dapat ditarik garis singgung,
1. PSM = QSM.
5. Isi Kerucut
Bidang dasar limas yang kedua mempunyai lingkaan dasar kerucut sebagai lingkaran
Jika bidang-bidang sisi tegak kedua limas itu diperbanyak sampai tak berhingga,
maka luas kedua bidang dasar limas itu akan mencapai harga batas yang sama yaitu =
luas lingkaran dasar kerucut = r2. Jadi harga batas isi kedua limas itu = isi kerucut =
1
3 r2
1
Isi ker ucut πr 2t
3
Catatan:
Dalam keadaan banyak bidang sisi tegak limas itu tak berhingga, maka kecuali kedua
sedangkan apothema limas yang diluar kerucut berimpit dengan sebuah garis
pelukis kerucut, oleh sebab itu garis pelukis kerucut disebut juga apothema.
2. Sisi-sisi segi banyak yang merupakan bidang dasar keduia limas mendekati
lingkaran dasar kerucut, oleh sebab itu busur lingkaran itu dinamakan juga rusuk.
Keliling dasar limas itu mendekati keliling lingkaran dasar kerucut = 2πr .
6. Luas Bidang Lengkung (Selimut) Kerucut
1
Theorema: luas bidang ker ucut x keliling lingkaran dasar x apothema.
2
Bukti:
Karena kita ketahui bahwa luas bidang-bidang sisi tegak sebuah limas beraturan =
1
x keliling dasar x apothema , dan mengingat catatan 1 dan 2 pada 5, maka ternyata,
2
1
bahwa: Luas bidang lengkung kerucut= x keliling lingkaran dasar x apothema =
2
1
2 π r.A= π rA (A = apothema).
2
catatan: istilah lain untuk bidang lengkung kerucut ialah selimut kerucut.
Apabila bidang lengkung kerucut digunting menurut sebuah garis pelukisnya dan
kemudian dibentangkan pada sebuah bidang datar, maka terdapatlah sebuah juring
P P'
2π r
M r M
P
Gambar XIV.8
Jika dimisalkan :
ϕ
Pada juring lingkaran : panjang busur PP’ 2πA
= 3600
= 2 π r.
ϕ
Jadi : 0
2πA 2π r ϕ : 3600 r : A
360
π
ϕ 0
A x360
r
Dalam kerucut: sinφ =
A
sin ϕ r : A ϕ : 3600
8. Kerucut Terpancung
a. Pengertian
Batasan: Kerucut terpancung adalah benda putaran yang terjadi karena trapesium
XIV.9).
Kedua sisi sejajar trapesium itu dalam perputaran membentuk lingkaran-
lingkaran-parallel, yang besar menjadi lingkaran dasar dan yang kecil menjadi
Karena kerucut terpancung didapat pula dengan jalan membuat irisan parallel
pada sebuah kerucut, maka batasan untuk kerucut terpancung dapat pula
berbunyi;
terpancung =y
r : R = y : (y + a)
ar
→ y R ………………………………(1)
r
Luas bidang lengkung-kerucut terpancung = luas bidang lengkung kerucut yang
= π (a + y)R - π r y
ar
= πRa + π(R - = πRa + πra
r). R
r
= πa(R + r)
Jika dikehendaki luas semua bidang yang membatasi seluruh kerucut terpancung,
maka luas bidang lengkung itu harus ditambah dengan luas bidang dasar dan luas
bidang atas:
XIV.8a), sehingga tidak sukar untuk melaksanakan hal yang sama dengan kerucut
a a
A B
a
D C
2πr
R
2πr
Soal: Gambar XIV.10
dengan lingkaran dalam ABCD sebagai lingkaran dasarnya dan titik tengah FH
kerucut itu. Jika α = sudut antara kedua garis pelukis persekutuan bidang-bidang
singgung itu dengan kerucut, hitunglah cos α . Kemudian lukis titik tembus garis
2. Diketahui sebuah kerucut yang lingkaran alasnya berjari-jari a dan tinggi = 4a.
Didalam kerucut tsb. dibuat tabung dengan lingkaran alasnya pada alas kerucut
dan lingkaran atasnya sebuah lingkaran parallel kerucut. Sumbu tabung berimpit
maksimal. Kemudian hitung tinggi tabung, jika isinya = 3/8 isi kerucut.
jari-jari A dan sudut pusat ψ . Hitung isi kerucut yang dinyatakan dengan ψ .
lingkaran. Sisi-sisi sejajarnya 2a dan 2b ( a › b). Hitung isi dan luas seluruh
BOLA
Setengah lingkaran ABC yang bergaris tengah AC pada sumbu g, maka pada
perputaran bidang α setengah lingkaran itu membentuk bidang lengkung yang disebut
bidang bola.
Jika setengah lingkaran itu bertitik pusat M, jarak MA = R dan karena tiap-tiap
titik pada setengah lingkaran itu berjarak sama (= R) dari titik M, maka tiap-tiap titik
pada bidang bola itu berjarak sama pula (= R) dari titik M. Dengan demikian kita
Sebuah bidang bola adalah tempat kedudukan titik-titik yang berjarak sama (=R)
batasan :
Titik tertentu M dinamakan titik pusat bola dan jarak sepanjang R antara titik pusat M
Sepotong garis yang menghubungkan dua buah titik pada bidang bola dinamakan tali
busur. Tali busur yang melalui titik pusat dinamakan garis tengah.
Sebuah bola yang berpusat di titik M dan berjari-jari R dinyatakan dengan “ bola
(M,R) ”.
A A
M B g M
B
2. Sebuah Bola dan Sebuah Bidang Datar
a. Apabila kita mempunyai sebuah bola (M,R) dan sebuah bidang α dan jarak titik
pusat M ke bidang α = d, maka dalam hal 0 < d < R bidang α itu memotong bola
Karena P dan Q adalah sembarang titik-titik pada irisan antara bidang dengan
bola dan ternyata OP = OQ, maka sifat itu berlaku pula untuk setiap titik pada
Karena P, Q, R, S, dst. Terletak pada bidang α dan letaknya sama jauh dari titik
O, maka irisan itu berbentuk lingkaran yang berpusat di O dan berjari-jari OP.
d, makin kecil r.
Akibat:
bola hanya mempunyai satu titik persekutuan ( titik singgung ) dan bidang α
Catatan:
M
d.R Apabila ditentukan bidang singgung α dan titik
S
singgung S, maka tempat kedudukan
α
titik-Gtiatimkbpaur sXatVb.3ola yang menyinggung bidang α di titik S
adalah sebuah garis yang melalui titik S dan tegak lurus bidang α.
titik pusat M ke garis g adalah d dan d < R, maka kita dapat melukis titik-titik potong
garis g dengan bola sebagai berikut: (lihat gambar XV.4 yang mengenai garis g1)
kedudukan titik-titik pusat bola yang menyinggung garis g dititik S adalah bidang
Semua garis-garis singgung pada sebuah bola yang mempunyai titik singgung
Tiap-tiap garis yang menyinggung lingkaran pada sebuah bola, merupakan garis
pada lingkaran-lingkaran bola itu yang letaknya sebidang dengan garis itu.
Semua garis singgung pada bola yang melalui sebuah titik T di luar bola itu
merupakan garis-garis pelukis kerucut singgung pada bola itu yang berpuncak di T
Semua garis-garis singgung pada bola yang sejajar dengan garis g merupakan
garis-garis pelukis tabung yang menyinggung bola itu dan sumbunya garis sejajar
dengan garis g dan melalui titik pusat bola (lihat gambar XV.5b).
B
T
O M
M
A g
PerhatikGaanmgbaamr bXaVr .d5iaatas : Panjang g a r is-
G am
g a r is si n ggung itu antara T dan titik-
b a r X V .5 b
titik singgungnya adalah sama ( TA = TB = ….).
Untuk mencari titik singgung X pada garis singgung a yang melalui T digunakan
Sebuah bola yang melalui dua buah titik A dan B titik pusatnya terletak sama jauh
dari titik A dan titik B, maka titik pusat itu terletak pada bidang sumbu garis AB.
Karena tiap-tiap titik pada bidang sumbu itu dapat merupakan titik pusat bola
yang melalui A dan B, maka melalui dua buah titik dapat dilukis bola-bola yang
Sebuah bola yang melalui tiga buah titik A, B dan C yang letaknya sembarang
(tidak pada satu garis lurus), titik pusatnya terletak sama jauh dari ketiga titik itu,
maka titik pusat itu terletak pada garis yang melalui titik pusat lingkaran luar
Karena tiap-tiap titik pada garis itu dapat menjadi titik pusat bola yang melalui A,
Catatan: Sebuah titik singung S juga mempunyai sifat sebagai titik biasa pada
Dalam buku jilid II sudah diketahui bagaimana melukis sebuah titik M yang sama
jauh dari empat buah titik A, B, C dan D (titik pusat bola luar). M = titik pusat
bola luar dan MA = MB = MC = MD = jari-jari bola luar itu. Hal itu dilukis
melalui empat buah titik A, B, C dan D (yang tidak terletak pada satu bidang)
ialah : (gambar)
1. Bagian-Bagian Bola
Tembereng bola yang kecil + kerucut pusat MAB = juring bola convex (gambar
XV.8).
Tembereng bola yang besar + kerucut pusat MAB = juring bola concaaf.
D D
M
M
Or O
C O r
C
Gambar XV.8
c. Keratan bola:
D
M M
O O
B B N
A
(A’B’BA)
g = . AB . (AA’ + BB’)
A = . AB . (2TT’)
A’
T = 2 . AB . TT’ TTM’ ABC
M
TM : AB = TT’ : AC
B B’
AB x TT’ = TM x AC
= 2 . TM . AC
= 2 . TM . A’B’
Gambar XV.13
= (keliling lingkaran (M, MT)) x (proyeksi AB
pada poros).
T M
B
AB
Bukti :
M
B
Gambar XV.15
a. Jika MAB diputar mengelilingi sisi MB, maka terjadilah sebuah benda yang
terdiri dari dua buah kerucut yaitu kerucut ( AA'B) dan kerucut ( AA'M).
1
B = 3
π. (AA')2 . (MB)
1
= 3
π. (AA'). (AA'). (MB)
A A'
1
M = 3
π. (AA') . (AB). t
= 13 t. π. (AA'). (AB)
b. Jika MAB diputar mengelilingi poros MC yang melalui salah satu titik sudut
segitiga itu, maka rumus diatas masih berlaku : (lihat gambar XV.17)
Bukti :
1
Isi ( MAC) 3
t. luas (AB)
C =
B
B'
A A'
Isi ( MBC) = 1
t. luas (BC)
_ 3
= 13 t. luas (AB).
c. Jika MAB diatas diganti dengan juring lingkaran MAB dari sebuah lingkaran
(M,R) dan garis poros adalah sebuah garis tengah lingkaran itu yang ada diluar
juring MAB, maka analog dengan hasil diatas, setelah diputar terjadi : (lihat gambar
XV.18a)
B
B B l1M
l2
R M M C
A
A A
Bukti :
Isi ( MAB 1
t. luas (AB)
3
=
- Busur AB dibagi dua sama panjang menjadi : ∩AC = ∩CB (gambar XV.18c):
talibusur AC = talibusur CB
t1 = t2 = apothema
Isi ( MAC) 1
. apothema . luas (AC)
3
=
Isi ( MCB) =
3
1
. apothema . luas +
(CB)
Isi (MACB) 1
3
. apothema . luas (AC) + luas (CB).
=
- Jika jumlah tali busur- tali busur yang menambah ∩AB diperbanyak, maka tali
busur – tali busur itu makin mendekati ∩AB, hingga jumlah luas bidang lengkung
yang terjadi karena perputaran tali busur – tali busur itu mendekati luas ( ∩AB ),
karena bentuk MAC…..B makin mendekati juring MAB dan apothemanya
= 23 πR2 t.
C M = 13 R . 4πR2
A = 43 πR3
C Mt
= 1 R . luas (∩AB )- 1
. ap. luas ( AB )
3 3
= 13 R . 2 πRt - 1
3
ap. 2. π.ap.t
= 2 πR2 t - 2
πt. (ap)2
3 3
2
= πR2 t - 2
πt. (R2 - 1 k2)
3 3 4
1
= 6 πt k2 ( AB = k )
r -r 1
A' = πt { (r1 - r2 ) 2 + t2 }+ 1
2 πt ( r 2 + r + r1r2)
A 1 2 r1 6 3 1 2
1
=
2 πt ( r 2 + r 2 - 2 r1r2 + t2 + 2 r 2 +2 r
+ 2r1r2)
6 1 2 1 2
Gambar XV.20
1 2 2 2
= πt (3 r + 3 r + t )
6 1 2
= π r 2 ( 1 t) + π r 2
( 1 t) + 4
π ( 12 t)3
1 2 2 2 3
'
Sebuah tembereng – bola dapat dianggap sebagai
E t E
N
r keratan-bola yang lingkaran atasnya menjadi
A 2R-t M A'
lingkaran titik (jadi r2 = 0) dan apabila r1 ditulis r saja,
Gambar XV.21
maka rumus isi keratan – bola berubah menjadi rumus
= π r 2 ( 1 t) + 0 +
4
π ( 1 t)3 1 2 3 2
1
t)
Bila dalam rumus diatas r 2 diganti dengan : ( 2R – t ).t maka rumus tersebut
berubah menjadi :
= π( 2R – t ).t . 1 t + 4 π ( 1 t)3
2 3 2
= πRt2 – 12 πt3 + 1
πt3
6
= πRt2 – 13 πt3 = 1
3 πt2 ( 3R - t)
Bola = 4 πR3
3
1
πt 2 (3R t)
3
Tembereng-bola
=
1 4 1
πr 2 ( t) π ( t) 2
2 3 2
Juring-bola = 4 πR3
3
1
= πt k2
Cincin-bola 6
Keratan-bola = π r1 2 ( 1 t) + π r 22 ( 1 t) + 4
π ( 1 t)3
2 2 3 2
Soal :
1. Dari limas beraturan T.ABCD diketahui AB = a dan tinggi limas = t. Hitung
2. Tentukan panjang jari-jari bola dalam limas beraturan T. ABCD, jika AB = 4 dan
tinggi limas = 6.
DAFTAR PUSTAKA