14040120130136
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2020
BAB I
PENDAHULUAN
Melihat kasus tersebut, maka penulis tertarik untuk menganalisa bagaimana kegiatan
komunikasi politik teknik persuasi logos, pathos, dan ethos yang dilakukan oleh bapak Susilo
Bambang Yudhoyno yang terkenal punya citra bagus ketika berbicara di depan publik pada saat
kampanye pemilu dan saat menjabat presiden.
BAB II
PEMBAHASAN
Pada pemilihan umum di Indonesia biasanya tim sukses dari pasangan calon presiden
dan calon wakil presiden melakukan kampanye visi dan misi calon pemimpin kepada rakyat.
Saat waktu itu juga para pemimpin partai politik membuat diri mereka terus mempersuasi
masyarakat untuk mendapatkan popularitas sekaligus melindungi kekuasaan politiknya.
Susilo Bambang Yudhoyono memiliki komunikasi yang bagus kepada publik, beliau
kerap terlihat ketika berbicara kepada publik melalui pidato atau agenda lain di media massa
atau publik. Tahun 2004 ketika pemilihan umum pertama kali rakyat memilih langsung presiden,
banyak rakyat indonesia yang memuji SBY sebagai sosok yang kemanusiaan, religius dan
bermartabat. Singkatnya, mantan presiden Republik Indonesia ke-6 ini sangat menawan.
Alhasil SBY yang dipasangkan dengan Yusuf Kalla terpilih sebagai presiden walau harus
berhadapan dengan tokoh sekelas Amien Rais, dan juga ada Megawati Soekarnoputri, Wiranto,
beserta Hamzah Haz. Saat kembali mencalonkan dirinya menjadi presiden untuk kedua kalinya
(2009-2014), SBY masih sanggup memikat sebagian besar masyarakat Indonesia. Alhasil, SBY
yang saat itu berpasangan dengan Boediono kembali terpilih sebagai presiden.
...Kepada rakyat Indonesia di manapun berada, saya mengucapkan terima kasih, atas
dukungan dan kepercayaan yang diberikan kepada saya, dan Saudara Muhamad Jusuf Kalla.
Walaupun kini saya telah menjadi Presiden, saya tidak berbeda dari saudara semuanya :
saya hanyalah warga biasa yang lahir dari keluarga biasa yang lahir, tumbuh dan dibesarkan
Dengan mandat yang saya terima Iangsung dari saudara, saya bertekad bukan saja
untuk menjadi Presiden Republik Indonesia, namun juga menjadi Presiden Rakyat Indonesia,
Saya akan terus menjaga kontrak politik yang mulia dengan rakyat. Pikiran, tenaga dan
waktu yang saya miliki, akan saya dedikasikan untuk memajukan dan melindungi setiap insan
Indonesia.
Kepada anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan Daerah, saya dan
Wakil Presiden Yusuf Kalla bertekad, akan bekerja-sama dengan saudara-saudara untuk
Untuk itu, saya berharap kita dapat bekerja bersama-sama mengatasi berbagai
persoalan yang kita hadapi. Rakyat tentu menuntut kita semua untuk bahu-membahu
dan masih banyak lagi persoalan rakyat. Rakyat memerlukan kepemimpinan dan
keteladanan…
Dari kalimat-kalimat dalam pidatonya menunjukkan bahwa bapak Susilo Bambang Yudhoyono
berupaya menampilkan sosok beliau yang jujur, amanah dan berwelas asih kepada
masyarakat.
Pada aspek pathos ini, Aristoteles mengatakan bahwa jika komunikator ingin
membangkitkan perasaan atau emosi tertentu pada audiens, maka digunakan "aspek tragis"
dalam retorika.
Pada kampanye Pemilu 2009, SBY juga sukses menciptakan pathos ataupun jalinan
emosional yang baik dengan sebagian besar rakyat Indonesia. SBY serta wakilnya Boediono
menunjukkan diri sebagai pasangan calon pressiden serta calon wakil presiden yang berasal
dari rakyat, bukan dari golongan istana seperti Megawati, serta bukan dari golongan orang kaya
ataupun pengusaha seperti Jusuf Kalla. Dalam pidato Presiden SBY ini aspek Pathos terlihat
dalam hal berikut ini:
...Dengan ketekunan, keyakinan, dan kerja keras kita bersama, Insya Allah, bangsa dan
negara kita akan terus berkembang kehidupan rakyat akan semakin sejahtera, dalam
kerangka kehidupan yang semakin aman dan semakin adil. Dan, dengan ini pula, saya yakin,
bangsa kita akan menjadi bangsa yang disegani dan dihormati oleh bangsa-bangsa lain di
dunia.
Suasana gembira hari ini diselimuti oleh rasa optimisme yang besar. Namun kita harus
ingat, bahwa kita akan melampaui masa yang sulit, dan akan menghadapi tantangan yang
berat….
…..Bagi bangsa yang besar, semakin berat ujian yang membebaninya akan semakin tinggi
ketangguhannya; dan semakin hebat cobaan yang dialaminya akan semakin kokoh imannya;
semakin deras ia diterpa badai akan semakin kokoh rasa kesetia-kawanannya; semakin
ditantang rasa kebangsaannya akan semakin kokoh rasa persatuannya. Mari kita buktikan
Argumen yang dikemukakan SBY dalam berbagai sesi tanya jawab pada Pemilu 2009
juga dinilai masuk akal (logo atau logika) oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. SBY
seakan ingin menyampaikan pesan kepada masyarakat Indonesia, yaitu ketika memilih calon
pemimpin nasional jangan hanya mendengarkan atau mendengarkan orang lain.
Dari sisi Logos juga mengacu pada apa yang dikatakan oleh Aristoteles bahwa semua
angka‐angka, grafik dan klaim, bahwa semua itu merupakan hasil penelitian ilmiah adalah
merupakan elemen dari Logos dalam proses retorika.
...Dengan keberhasilan ini, kita bukan saja berhasil memantapkan langkah sebagai
negara demokrasi yang besar, kita juga menjadi tauladan bagi komunitas demokrasi dunia.
Bangsa kita telah dua kali melakukan pemilu sejak bergulirnya reformasi : yakni tahun
1999 dan tahun 2004. Dalam transisi demokrasi di negara manapun, pemilu yang kedua
biasanya disebut sebagai pemilu yang kritis, yang merupakan batu ujian dari kematangan
suatu demokrasi…
Suasana gembira hari ini diselimuti oleh rasa optimisme yang besar. Namun kita harus ingat,
bahwa kita akan melampaui masa yang sulit, dan akan menghadapi tantangan yang berat:
- Pertumbuhan ekonomi kita tahun ini, yang masih jauh dibawah 7 %, belum cukup untuk
- Walaupun ada kecenderungan rasio hutang terhadap PDB menurun, namun masalah
- Situasi keamanan di Poso dan Maluku sudah terkendali, namun belum sepenuhnya
pulih.
- Dan ancaman terorisme serta kejahatan transnasional masih terus menghantui kita.
Karena mendapat simpati dan menarik sebagian besar rakyat Indonesia, SBY akhirnya
mengalahkan Jusuf Kalla dan Megawati pada Pemilu 2009. Sebaliknya, Jusuf Kalla dan
Megawati yang sudah berupaya penuh, gagal menarik simpati sebagian besar warga Indonesia,
karena logos, ethos, dan pathos mereka tidak sesempurna SBY.
BAB III
PENUTUP
Dari hasil komunikasi politik tenik persuasi ethos, pathos dan logos SBY dapat
disimpulkan bahwa tidak semua penyelenggara negara memiliki ciri yang ideal untuk menjadi
pembicara yang handal, memiliki konsep diri yang menarik, memiliki ilmu (knowledge) untuk
menunjang pidatonya, dan memiliki kemampuan retorika yang dibutuhkan untuk berbicara
secara efektif dan membujuk hadirin. Oleh karena itu, dalam menjalankan retorika politik untuk
menjalin komunikasi politik yang efektif, sangat penting untuk memahami logos, pathos, dan
ethos.
Dilihat dari teks pidato Presiden SBY, sisi etos yang paling banyak mempengaruhi
penonton. Aristoteles menjelaskan ethos inilah yang terkuat dan paling berpengaruh diantara 3
teknik persuasi tersebut, dengan dilatarbelakangi oleh rekam jejak, catatan sikap, serta suri
teladan.
DAFTAR PUSTAKA
Luhukay, M. S. (2007). Presiden SBY dan Politik Pencitraan: Analisis Teks Pidato Presiden
SBY dengan Pendekatan Retorika Aristoteles. Scriptura, 1(2).
Subiakto, H., & Ida, R. (2012). Komunikasi Politik. Media dan Demokrasi, Jakarta: Prenada
Media Group.