Anda di halaman 1dari 33

Identifikasi

Kebutuhan
Peserta
Didik
Mata Kuliah: Program BK
Dosen Pengampu: Yohana Oktariana, S. Pd., M. Pd.
Kelompok 4
Bagus Dwi Rissadi Maria Susana
2013052012 2

Diah Tathira Putri Salma Fahmi Arsita


2013052060 2

Yuliaddini Az Zahra
Dinnia Sabrina Mufti
2013052006
TABLE OF CONTENT

01 02 03 04

Pemahaman Karakteristik Peserta Tugas Perkembangan Kedudukan Assesment


Karakteristik Peserta Didik atau Konseli Peserta Didik dalam Bimbingan dan
Didik atau Konseli Konseling

Teknik Assesment yang Tujuan Assessment


05 Dipakai dalam Bimbingan dan 06
Konseling
01
Pemahaman
Karakteristik Peserta
Didik atau Konseli
Peserta didik/konseli adalah subyek utama layanan bimbingan dan
konseling di Sekolah. Sebagai subyek layanan, peserta didik/konseli
menjadi dasar pertimbangan guru bimbingan dan konseling atau
konselor dalam merancang dan melaksanakan layanan bimbingan dan
konseling di sekolah. Tujuan layanan, pendekatan, teknik dan strategi
layanan yang ditetapkan guru bimbingan dan konseling atau konselor
harus mempertimbangkan karakteristik peserta didik/konseli. Ketepatan
rumusan tujuan, ketepatan pendekatan, teknik dan strategi layanan yang
dipilih sesuai dengan karakteristik peserta didik/konseli akan sangat
mempengaruhi keberhasilan proses dan hasil layanan bimbingan dan
konseling.
02
Karakteristik
Peserta Didik atau
Konseli
Karakteristik peserta didik/konseli diartikan
sebagai ciri-ciri yang melekat pada peserta
didik/konseli di yang bersifat khas dan
membedakannya dengan peserta didik/konseli
pada satuan pendidikan lainnya.
1 Aspek Fisik

Peserta didik/konseli berada pada masa remaja madya yang telah


mencapai kematangan fisik diantaranya: perubahan bentuk tubuh,
ukuran, tinggi, berat badan, dan proporsi muka serta badan yang
tidak lagi menggambarkan anak-anak. Perkembangan fisik yang
telah sempurna diiringi dengan perkembangan psikoseksual
dengan kematangan organ- organ seksualnya. Mereka menjadi
lebih memberikan perhatian terhadap penampilan fisiknya serta
mulai tertarik pada lawan jenisnya.
2 Aspek Kognitif

Perkembangan pemikiran peserta didik/konseli mulai


menunjukkan kemampuan berpikir logis yang lebih baik.
Mereka mulai mampu berfikir yang menghubungkan
sebab dan akibat dari kejadian-kejadian di
lingkungannya. Peserta didik/konseli juga
menampakkan egosentrisme berfikir, yang menganggap
dirinya benar serta cenderung menentang pemikiran
orang dewasa maupun aturan-aturan di lingkungannya.
Walaupun mereka memiliki argumentasi-argumentasi
pemikiran yang berkembang, namun juga sering
merasa ragu-ragu sehubungan dengan keterbatasan
pengalaman yang dimilikinya.
3 Aspek Sosial

Pada aspek sosial, peserta didik/konseli mulai tumbuh


kemampuan memahami orang lain. Mereka menjalin hubungan
pertemanan yang erat dan menciptakan identitas kelompok yang
khas. Hubungan kelompok sebaya lebih menguat serta
cenderung meninggalkan keluarga. Sehingga, otang tua merasa
kurang diperhatikan. Masa ini juga ditandai dengan
berkembangnya sikap konformitas, yaitu kecenderungan untuk:
meniru, mengikuti opini, pendapat, nilai, atau keninginan orang
lain.
4 Aspek Emosi

Peserta didik/konseli merupakan kelompok usia remaja digambarkan dalam


keadaan yang tidak menentu, tidak stabil, dan emosi yang meledak-ledak.
Meningginya emosi terjadi karena adanya tekanan tuntutan sosial terhadap
peran-peran baru selayaknya orang dewasa. Kondisi ini dapat memicu
masalah, seperti kesulitan belajar, penyalahgunaan obat, dan perilaku
menyimpang. . Pada masa remaja ini juga terjadi perkembangan emosi
terhadap lawan jenis. Dengan matangnya hormon seksual, mereka mulai
merasakan ketertarikan dan memberikan perhatian khusus pada lawan
jenis. Pada umumnya mereka tumbuh rasa jatuh cinta yang terkadang
berlanjut sampai pacaran.
5 Aspek Moral

Melalui pengalaman berinteraksi sosial dengan orang tua, guru, teman


sebaya, atau orang dewasa lainnya, tingkat moralitas peserta
didik/konseli SMA sudah lebih matang jika dibandingkan dengan usia
anak atau remaja awal. Mereka sudah lebih mengenal nilai-nilai moral
atau konsep moralitas, seperti kejujuran, keadilan, kesopanan, dan
kedisiplinan. Peserta didik berperilaku bukan hanya untuk memenuhi
kepuasan fisiknya, tetapi juga aspek psikis, seperti rasa senang dengan
adanya penerimaan, pengakuan, atau penilaian positif dari teman
sebaya atau orang lain tentang perbuatannya.
6 Aspek Religius

Dalam kehidupan beragama, peserta didik sudah melibatkan diri ke


dalam kegiatan-kegiatan keagamaan. Peserta didik sudah dapat
membedakan agama sebagai ajaran dengan manusia sebagai
penganutnya (ada yang taat dan ada yang tidak taat). Kegiatan
ibadah yang dilakukan bukan lagi berdasar dogma semata,
melainkan berdasar kesadaran diri untuk menjalankan perintah
agama. Dalam mewujudkan keimanan dan ketakwaan kepada
Tuhan Yang Maha Esa itu, maka peserta didik seharusnya
mengamalkan nilai-nilai akidah, ibadah, dan akhlakul karimah dalam
kehidupannya sehari-hari.
03
Tugas Perkembangan
Peserta Didik
Tugas perkembangan adalah serangkaian tugas yang harus
diselesaikan peserta didik/konseli pada periode kehidupan/fase
perkembangan tertentu. Tugas perkembangan bersumber dari
kematangan fisik, tuntutan masyarakat atau budaya dan nilai-nilai
serta aspirasi individu.
• Keberhasilan peserta didik/konseli menyelesaikan tugas
perkembangan membuat mereka bahagia dan akan menjadi
modal bagi penyelesaian tugas-tugas perkembangan fase
berikutnya.
• Sebaliknya, kegagalan peserta didik/konseli menyelesaikan tugas
perkembangan membuat mereka kecewa dan atau diremehkan
orang lain. Kegagalan ini akan menyulitkan/menghambat peserta
didik/konseli menyelesaikan tugas-tugas perkembangan fase
berikutnya.
Tugas-tugas perkembangan peserta didik/konseli meliputi:

2 3
1

Mengenal sistem etika Mengenal gambaran


Mencapai dan nilai-nilai bagi dan mengembangkan
perkembangan diri pedoman hidup sikap tentang kehidupan
sebagai remaja yang sebagai pribadi, mandiri secara
beriman dan bertakwa anggota masyarakat, emosional, sosial, dan
kepada Tuhan Yang dan minat manusia; ekonomi;
Maha Esa
Memantapkan nilai
dan cara bertingkah
laku yang dapat
Mencapai kematangan
diterima dalam
dalam kesiapan diri kehidupan sosial
menikah dan hidup yang lebih luas;
berkeluarga.

Mencapai pola hubungan


Mencapai kematangan yang baik dengan teman
hubungan dengan sebaya dalam
teman sebaya; dan peranannya sebagai pria
atau wanita;
8 9 10

Mengembangkan Memiliki kemandirian Mempersiapkan diri,


pengetahuan dan perilaku ekonomis; menerima dan
keterampilan sesuai dengan bersikap positif serta
kebutuhannya untuk
mengikuti dan melanjutkan dinamis terhadap
pelajaran dan/atau perubahan fisik dan
1
mempersiapkan karier serta psikis yang terjadi
1
berperan dalam kehidupan pada diri sendiri
masyarakat; untuk kehidupan
Mengenal kemampuan, yang sehat.
bakat, minat, serta arah
kecenderungan karier
dan apresiasi seni;
04
Kedudukan Assessment
dalam Bimbingan dan
Konseling
Assessment

Assessment merupakan salah satu kegiatan pengukuran.


Dalam konteks bimbingan dan konseling, assessment
yaitu mengukur suatu proses konseling yang harus
dilakukan konselor sebelum, selama dan setelah konseling
tersebut dilaksanakan/ berlangsung. Bimbingan dan
konseling merupakan bagian yang terintegral dengan
proses terapi maupun semua kegiatan bimbingan dan
konseling itu sendiri
Kedudukan Assessment dalam BK

1 2 3 4

Menggali Sebagai dasar Memungkinkan bagi


Menilai konselor untuk
dinamika dan keberhasilan dalam perencanaan
program bimbingan menentukan masalah dan
faktor penentu sebuah memahami latar belakang
konseling. dan konseling yang
yang mendasari sesuai kebutuhan serta situasi yang ada
munculnya pada masalah konseli
masalah.
05
Teknik Assessment yang dipakai
dalam Memahami
Karakteristik Kebutuhan
Peserta Didik/Konseli
Teknik Assessment

Kebutuhan perserta didik/konseli dapat di identifkasiberdasarkanhasil


assessment kebutuhan yang dilakukan.Tugaspenyusunan instrument
tersebut untuk mengetahui kebutuhan dan permasalahan siswa. Secara
garis besar teknik assessment dalammemahami karakteristik peserta
didik/konseli yang digunakan dalam bimbingan dan konseling meliputi
assessment teknik tes dan assessment teknik non tes.
Assessment TeknikTes
1
Assessment hanya digunakan oleh sebagian konselor yang telah memiliki
sertifikasi untuk menggunakan assessment teknik tes psikopedagogis.
Adapun pengertian assessment teknik tes telah dikemukakan oleh beberapa
ahli diantaranya, Cronbach (1960) menyatakan tes merupakan prosedur
sistematis untuk membandingkan tingkah laku dua orang atau lebih, dan
pada tahun (1970- 1997) beliau menyempurnakan pengertian tes sebagai
prosedur sistematis yang digunakan untuk mengobservasi dan
menggambarkan tingkah laku dengan menggunakan bantuan skala angka
atau kategori tertentu. Adapun jenis-jenis assessment teknik tes sebagai
berikut :

1. Tes Prestasi
Tes prestasi adalah ukuran tingkat perolehan atau pembelajaran
seseorang dalam suatu subjek atau tugas. Sebagai instrumen
pengukuran, tes prestasi sifatnya lebih langsung daripada tes lainnya.
Hasil tes tersebut memberikan pada konseli suatu gagasan yang baik
mengenai apa yang telah mereka pelajari dalam suatu bidang tertentu
2. Tes Bakat
Tes bakat bisa didefinisikan sebagai sifat yang mencirikan
kemampuan individu melakukan performa di wilayah tertentu atau mencapai
pembelajaran yang dibutuhkan bagi perporma di wilayah tertentu. Ini
mengasumsikan suatu kemampuan inheren atau bawaan yang bisa
dikembangkan hingga maksimum lewat pembelajaran atau pengalaman
tertentu. Secara teoritis, tes bakat adalah untuk mengukur potensi
seseorang mencapai aktivitas tertentu, akan kemampuannya belajar
mencapai aktivitas tersebut.

3. Tes Minat
Tes ini merupakan tes yang mengukur kegiatan/ kesibukan macam
apa yang paling disukai seseorang. Asher dkk mengartikan minat dalam
dua hal yaitu:
(1) sebagai kondisi psikologis yang ditandai dengan pemusatan
perhatian terhadap masalah/aktivitas tertentu, atau sebagai kecenderungan
untuk memahami suatu pengalaman yang akan diulang,
(2) sebagai suatu rasa senang yang dihasilkan dari adanya perhatian
4. Tes Kepribadian
Konsep kepribadian termasuk yang sulit ditangani secara tepat jika
berkaitan dengan pengetasan standar. Dalam terminology psikometri
konvensional, tes kepribadian adalah instrumen untuk mengukur
karakteristik emosi, motivasi, hubungan antar-pribadi, dan sikap, sesuatu
yang dibedakan dari bakat dan keterampilan. Tes ini mengukur ciri-ciri
kepribadian yang bukan khas bersifat kognitif, seperti karakter, gaya
temperamen, corak kehidupan emosional, kesehatan mental, jaringan
relasiTeknik
Assessment sosial Non-Tes
dengan orang lain, dan aneka bidang kehidupan yang
2 menimbulkan kesukaran dalam penyesuaian diri.
Assessment teknik non tes paling banyak digunakan oleh konselor.
Prosedur perancangan, pengadministrasian, pengolahan, analisis,
dan penafsirannya relatif lebih sederhana sehingga mudah untuk
dipelajari dan dipahami. Adapun jenis-jenis assessment teknik non
tes sebagai berikut:
1. Daftar Cek Masalah (DCM)
Daftar cek masalah (DCM) merupakan daftar cek yang khusus
disusun untuk merangsang atau memancing pengutaran masalah-masalah
yang pernah atau sering dialami seseorang individu. Daftar cek masalah
(DCM) dikembangkan oleh Ross L.Mooney berisi 330 butir pernyataan
masalah yang terbagi dalam 11 bidang masalah, dimana setiap bidang
masalah berisi 30 butir pernyataan masalah dan 3 butir pernyataan
terbuka. Fungsi DCM adalah untuk :memudahkan individu mengemukakan
masalah,mensistematisasi jenis masalah yang ada pada konseli,
menyarankan suatu prioritas program pelayanan bimbingan dan konseling
sesuai dengan masalah konseli.

2. Alat Ungkap Masalah Umum(AUM-U)


AUM umum merupakan salah satu jenis teknik non tes yang
digunakan oleh konselor untuk mengungkapkan masalah-masalah umum
yang dialami oleh konseli. Para konselor diharapkan memahami dan
terlatih dalam pengadministrasiannya sehingga dapat menunjang
pelayanan konseling yang akan dilakukannya selama bertugas. AUM
3. Alat Ungkap Masalah Belajar (AUM PTSDL)
Alat ungkap masalah belajar di Indonesia yang telah digunakan
selama 30 tahun terakhir adalah adaptasi dari Survey Of Study Habits and
Attitude (SSHA) yang dikembangkan W.F. Brown dan W.H. Holtzman versi
1953. Instrument ini terdiri dari 3 (tiga) bentuk, yaitu untuk SLTP, SLTA, &
PT dengan jumlah item 75 butir. SSHA memuat 3 (tiga) bidang masalah,
meliputi metode belajar, motivasi belajar dan sikap-sikap tertentu terhadap
kegiatan sekolah/kampus. AUM PTSDL sebagai alat ungkap masalah
sederhana dan mudah digunakan untuk mengkomunikasikan mutu dan
masalah konseli kepada personil yang membantu (konselor).

4. Wawancara (interview)
Suatu teknik memahami individu dengan cara melakukan komunikasi
langsung (face to face relation) antara pewawancara (interviewer) dengan
yang diwawancarai (interviewee) untuk memperoleh keterangan atau
informasi tentang individu.Wawancara (interview) berfungsi untuk
menentukan latar belakang atau faktor penyebab terjadinya masalah yang
dialami oleh konseli. Wawancara ini sebenarnya merupakan bagian dari
5. Sosiometri
metode pengumpulan data tentang pola struktur hubungan antara
individu-individu dalam suatu kelompok. Pengembangannya didasarkan
pada pemikiran bahwa kelompok mempunyai struktur yang terdiri dari
hubungan-hubungan interpersonal yang kompleks. Posisi setiap individu
dan hubungan-hubungan yang terjadi dalam struktur kelompoknya dapat
diukur secara kuantitatif dan kualitatif. Hasil sosiometri merupakan
gambaran jumlah skor yang diperoleh setiap orang, pola hubungan,
intensitas hubungan, dan posisi individu dalam kelompoknya.Sosiometri ini
berfungsi untuk menemukan dan mencatat relasi aktif tentang struktur
kelompok, yaitu pola saling tertarik dan saling menolak.

6. Observasi
Observasi merupakan kegiatan pengamatan (secara indrawi) yang
direncanakan, sistematis, dan hasilnya dicatat serta dimaknai
(diinterpretasikan) dalam rangka memperoleh pemahaman tentang subjek
yang diamati. . Observasi harus dilakukan pada beberapa periode waktu,
semakin lama dan semakin sering dilakukan, akan memantapkan
7. Angket (Kuesioner)
Winkel mendefinisikan angket sebagai suatu daftar atau kumpulan
pertanyaan tertulis yang harus dijawab secara tertulis juga. Angket disusun
dengan tujuan untuk menghimpun sejumlah informasi yang relevan dengan
keperluan bimbingan dan konseling. Data yang diperoleh berfungsi
untuk :mengumpulkan informasi sebagai bahan dasar dalam penyusunan
program, untuk menjamin validitas informasi yang diperoleh dengan metode
lain, evaluasi program bimbingan dan konseling, dan untuk mengambil
sampling/sikap/pendapat dari responden.

8. Inventori Tugas Perkembangan (ITP)


Inventori adalah metode untuk memahami individu dengan cara
memberikan sejumlah pernyataan yang harus dijawab/dipilih responden
sesuai dengan keadaan dirinya. Jawaban responden tersebut selanjutnya
ditafsirkan (dipahami) oleh pengumpul data tentang keadaan responden,
dan responden memahami keadaan dirinya sendiri.Inventori tugas
perkembangan (ITP) merupakan instrument yang digunakan untuk
06
Tujuan Assessment
Dalam Bimbingan
Dan Konseling
Tujuan Assessment
Tujuan Assessment tentu saja memiliki banyak tujuan sehingga menjadi hal
yang penting untuk dilakukan. Assessment dapat berarti suatu upaya yang dilakukan
konselor untuk merumuskan data-data konseli secara tepat. Atau dapat juga berarti
sebagai upaya konselor menelaah secara mendalam apa yang menyebabkan masalah
muncul. Menurut Hackney dan Cornier dalam buku Landasan Bimbingan dan Konseling di
Indonesia karangan Lahmuddin Lubis, terdapat 12 tujuan assessment, yaitu:1.
Memperlancarkan proses pengumpulan informasi.2. Memudahkan konselor membuat
diagnosis yang akurat.3. Mengembangkan rencana pengambilan tindakan yang efektif. 4.
Menentukan tepat atau tidaknya konseli menjalani rencana tertentu. 5. Menyederhanakan
pencapaian sasaran dan pengukuran kemajuan. 6. Meningkatkan wawasan insight
mengenai diri konseli. 7. Mampu menilai lingkungan. 8. Meningkatkan proses konseling
dan diskusi yang lebih terfokus dan relevan.9. Mengindikasikan kemungkinan peristiwa
tertentu akan terjadi. 10. Meningkatkan minat, kemampuan, dan dimensi kepribadian. 11.
Menghasilkan pilihan-pilihan. 12. Memfasilitasi perencanaan dan pembuatan keputusan.
Kesimpulan
Kesimpulan
Kesimpulan
Identifikasi kebutuhan pesertamen jadi bagian pentingdari proses layanan bimbingan konseling dalam program BK
di sekolah. Tujuan layanan, pendekatan, teknik dan strategi layanan yang ditetapkan guru bimbingan dan
konseling atau konselor harus mempertimbangkan karakteristik peserta didik/konseli. Ketepatan rumusan tujuan,
ketepatan pendekatan, teknik dan strategi layanan yang dipilih sesuai dengan karakteristik peserta didik/konseli
akan sangat mempengaruhi keberhasilan proses dan hasil layanan bimbingan dan konseling.

Perbedaan karakteristik peserta didik dapat dilihat dari 6 aspek yang sudahdisebutkan tadi untuk melihat
kebutuhan yang sesuai dengan perbedaan dari masing-masing individu. Dari identifikasi karakteristik peserta didik
selama proses konseling akan dilakukan assessment bimbingandan konsseling. Assessment dilakukan untuk
menggali dinamika dan faktor penentu yang mendasari munculnya masalah. Hal ini sesuai dengan tujuan
assessment dalam bimbingan dan konseling, yaitu mengumpulkan informasi yang memungkinkan bagi konselor
untuk menentukan masalah dan memahami latar belakang serta situasi yang ada pada masalah konseli.Dalam
prakteknya, assessment dapat digunakan sebagai alat untuk menilai keberhasilan sebuah konseling, namun juga
dapat digunakan sebagai sebuah terapi untuk menyelesaikan masalah konseli. Proses ini dilakukan melalui
praktik dengan teknik assessment yakni teknik tes dan non tes untuk memahami individu.Tujuan assessment
dilakukan untuk kelancaran kedua belah pihak, baik dari sisi konseli dalam memahami masalah nya dan
mengungkapkan nya maupun dari sisi konselor untuk mengawasai perkembangandari konselinya.
THANKS
Do you have any questions?

CREDITS: This presentation template was


created by Slidesgo, including icons by
Flaticon, infographics & images by
Freepik.

Anda mungkin juga menyukai