Anda di halaman 1dari 4

SUMMARY NOTES – 1712-STK1-07-03

JENIS HUBUNGAN KEJADIAN


(Direview oleh: Arfika Nurhudatiana, Ph.D.)

Beberapa kejadian memiliki hubungan. Sebagai contoh, kejadian mendapatkan


nilai A di mata kuliah Statistika 2 didahului oleh lulus mata kuliah Statistika 1. Di sini
dapat dilihat bahwa terjadinya suatu kejadian B didahului oleh kejadian A. Dengan kata
lain, tanpa kejadian A maka kejadian B tidak akan terjadi. Namun, ada juga kejadian
yang tidak memiliki hubungan apapun dengan kejadian lain, artinya kejadian tersebut
bersifat independen atau bebas. Misalnya, ada dua orang yang tidak saling mengenal
yang sedang berada di kantin, kemudian orang pertama memesan bakso dan orang
kedua memesan gado-gado. Kejadian memesan bakso dan kejadian memesan gado-
gado tidak ada hubungan apapun. Hubungan antarkejadian berkaitan dengan
penentuan nilai probabilitas suatu kejadian yang terbagi menjadi tiga jenis, yaitu
hubungan bebas, hubungan saling meniadakan, dan hubungan bersyarat.

1. Hubungan bebas

Jenis hubungan bebas menjelaskan hubungan yang bersifat individual tanpa


melibatkan kejadian lain. Dengan kata lain, kejadian X tidak memiliki hubungan dengan
kejadian Y, maupun dengan kejadian lainnya.

Secara umum, kejadian bebas dapat digambarkan sebagai berikut:

- Jika kedua kejadian terjadi bersamaan, maka:


𝑃(𝐴 dan 𝐵) = 𝑃(𝐴) × 𝑃(𝐵) atau dituliskan 𝑃(𝐴 ∩ 𝐵) = 𝑃(𝐴) × 𝑃(𝐵).
- Jika salah satu dari dua kejadian yang terjadi, maka:
𝑃(𝐴 atau 𝐵) = 𝑃(𝐴) + 𝑃(𝐵) − 𝑃(𝐴 ∩ 𝐵) atau dituliskan 𝑃(𝐴 ∪ 𝐵) = 𝑃(𝐴) + 𝑃(𝐵)
−𝑃(𝐴 ∩ 𝐵).

Keterangan:
P = probabilitas
A = kejadian A
B = kejadian B
P(A) = probabilitas kejadian A terjadi
P(B) = probabilitas kejadian B terjadi
∩ = irisan
∪ = gabungan

Contoh soal:

Terdapat dua dadu yang masing-masing mempunyai 6 sisi yang terdiri dari mata
dadu 1,2,3,4,5, dan 6. Ketika dilemparkan ke atas secara bersamaan, dadu satu tidak
akan mempengaruhi dadu lainnya. Berapakah probabilitas munculnya angka 5 dan
angka 3 bersamaan?

Halaman | 1
SUMMARY NOTES – 1712-STK1-07-03

Jawab:

Di sini, ada 2 kemungkinan kejadian:

1) Dadu A muncul angka 5 dan dadu B muncul angka 3


2) Dadu A muncul angka 3 dan dadu B muncul angka 5

𝑃(mata dadu 1 dan mata dadu 2 keluar bersamaan)= 𝑃(𝐴5 ∩ 𝐵3 ) + 𝑃(𝐴3 ∩ 𝐵5 )

= 𝑃(𝐴5 ) × 𝑃(𝐵3 ) + 𝑃(𝐴3 ) × 𝑃(𝐵5 )


1 1 1 1 2
= (6 × 6) + (6 × 6) = 36

2
Probabilitas munculnya angka 5 dan angka 3 bersamaan adalah 36.

2. Hubungan saling meniadakan

Hubungan saling meniadakan disebut juga dengan mutually exclusive, yang mana
jika kejadian terdahulu terjadi, maka kejadian yang lainnya tidak terjadi. Pada kejadian
dadu yang memiliki enam sisi, jika sisi 3 telah muncul maka secara otomatis sisi dadu
1,2,4,5, dan 6 tidak akan muncul. Kejadian hubungan saling meniadakan juga terjadi
pada sebuah koin yang dilemparkan ke atas. Ketika koin dilemparkan, sisi koin yang
akan muncul berada pada antara sisi gambar atau sisi angka. Tidak mungkin jika kedua
sisi tersebut akan muncul secara bersamaan.

Secara umum, hubungan saling meniadakan dapat dirumuskan sebagai berikut:


- Jika kejadian A dan kejadian B sama-sama terjadi, maka:
𝑃(A dan B) = 𝑃(𝐴 ∩ 𝐵) = 𝑃(𝐴) × 𝑃(𝐵) = 0 (karena kejadian A dan kejadian B saling
meniadakan yang berarti probabilitas kemunculannya bersamaan adalah 0).
- Jika kejadian A atau kejadian B yang terjadi, maka:
𝑃(A atau B) = 𝑃(𝐴 ∪ 𝐵) = 𝑃(𝐴) + 𝑃(𝐵) − 𝑃(𝐴 ∩ 𝐵) = 𝑃(𝐴) + 𝑃(𝐵) – 0 = 𝑃(𝐴) + 𝑃(𝐵).

Contoh:

Kemungkinan seorang karyawan masuk kantor adalah 90%. Berapakah:

a) Probabilitas masuk kantor dan tidak masuk kantor pada saat yang bersamaan?
b) Probabilitas masuk kantor atau tidak masuk kantor?

Jawab:

a) 𝑃(𝐴 ∩ 𝐴̅) = 0 karena karyawan tidak dapat melakukan kedua kejadian tersebut
secara bersamaan. Karyawan harus memilih antara masuk kerja atau tidak masuk
kerja.
b) 𝑃(𝐴 ∪ 𝐴̅) = 𝑃(𝐴) + 𝑃(𝐴̅) = 90% + 10% = 100%.

Halaman | 2
SUMMARY NOTES – 1712-STK1-07-03

3. Hubungan bersyarat

Hubungan bersyarat berarti terdapat sebuah syarat di mana suatu kejadian akan
terjadi pada saat kejadian yang mendahului telah terjadi. Ini berarti kejadian B dapat
terjadi ketika kejadian A telah terjadi. Hubungan bersyarat tersebut dapat dirumuskan
sebagai berikut:

𝑃(𝐴∩𝐵)
𝑃(A dan B) = 𝑃(𝐴 ∩ 𝐵) = 𝑃(𝐴) × 𝑃(𝐵/𝐴) maka 𝑃(𝐵⁄𝐴) = 𝑃(𝐴)
atau
𝑃(𝐴∩𝐵)
𝑃(A dan B) = 𝑃(𝐴 ∩ 𝐵) = 𝑃(B) × 𝑃(𝐴/𝐵) maka 𝑃(𝐴⁄𝐵) =
𝑃(𝐵)

Keterangan:

𝑃(𝐵/𝐴) = probabilitas kejadian B terjadi setelah kejadian A terjadi


𝑃(𝐴/𝐵) = probabilitas kejadian A terjadi setelah kejadian B terjadi

Contoh:

Seorang mahasiswa kemungkinan dapat mengambil mata kuliah statistik


induktif sebesar 70% dan kemungkinan lulus mata kuliah tersebut 90%. Berapakah
kemungkinan mahasiswa tersebut dapat mengambil mata kuliah statistika induktif dan
lulus?

Jawab:

𝑃(𝐴 ∩ 𝐵) = Kemungkinan mahasiswa tersebut mengambil mata kuliah statistika


induktif dan lulus

𝑃(𝐴) = Probabilitas mengambil mata kuliah statistika induktif

𝑃(𝐵/𝐴) = Probabilitas lulus setelah mengambil mata kuliah statistika induktif

𝑃(𝐴 ∩ 𝐵) = 𝑃(𝐴) × 𝑃(𝐵/𝐴) = 0,7 × 0,9 = 0,63 = 63%

𝑃(𝐴 ∩ 𝐵̅) = Kemungkinan mahasiswa tersebut mengambil mata kuliah statistika


induktif dan tidak lulus

𝑃(𝐵̅⁄𝐴) = Probabilitas tidak lulus setelah mengambil mata kuliah statistika


induktif

𝑃(𝐴 ∩ 𝐵̅) = 𝑃(𝐴) × 𝑃(𝐵̅⁄𝐴) = 0,7 × (1 − 0,9) = 0,7 × 0,1 = 0,07 = 7%

Probablitas kemungkinan mahasiswa tersebut dapat mengambil mata kuliah


statistika induktif dan lulus adalah 63%, sedangkan probabilitas kemungkinan
mahasiswa tersebut dapat mengambil mata kuliah statistika induktif dan tidak lulus
adalah 7%. Di sini dapat dilihat bahwa kejadian yang positif (membahagiakan) yaitu
“mengambil mata kuliah statistika induktif dan lulus“ kemungkinannya jauh lebih besar

Halaman | 3
SUMMARY NOTES – 1712-STK1-07-03

jika dibandingkan dengan probabilitas untuk kejadian yang negatif (mengecewakan)


yaitu “mengambil mata kuliah statistika induktif dan tidak lulus”.

__________________
Penulis: Jelita Gabrela Rumengan, S.Bns.
Sumber Referensi: Sunyoto, Danang. (2012). Statistika Induktif untuk Penelitian Ekonomi & Bisnis.
Yogyakarta: CAPS Publishing.

Halaman | 4

Anda mungkin juga menyukai