Anda di halaman 1dari 10

Analisis Kontribusi Retribusi Pelayanan Kesehatan Guna Meningkatkan

Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Daerah Istimewa Yogyakarta

Nama : Alma Loranda


NIM : 20190420164

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Kemandirian suatu daerah dalam pembangunan nasional merupakan bagian yang


tidak terpisahkan dari keberhasilan kebijakan yang diputuskan oleh pemerintah pusat.
Pemerintah pusat memberikan kebijakan untuk mengelola keuangan daerah dengan
harapan daerah tersebut memiliki kemampuan untuk membiayai pembangunan daerahnya
sesuai dengan prinsip daerah otonom sesungguhnya [CITATION Kun10 \l 1033 ].

Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat
setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pelaksanaan kebijakan
pemerintah Indonesia tentang otonomi daerah yang berlaku efektif mulai tanggal 1
Januari 2001 merupakan kebijakan yang dinilai sangat demokratis dan memenuhi aspek
riil desentralisasi serta terpeliharanya hubungan harmonis antara pusat dan antar daerah
dan antar wilayah. [ CITATION Sal04 \l 1033 ]. Sejak penyelenggaraan pemerintahan daerah
sendiri di Indonesia, pemerintah daerah diberi wewenang untuk mengurus dan mengatur
sendiri urusan pemerintahan daerah, urusan pemerintahan, dan kepentingan masyarakat
setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Kabupaten dan kota dimulai dengan penyerahan kekuasaan dari pemerintah pusat
kepada pemerintah daerah yang bersangkutan. Pengalihan kewenangan yang berbeda
dalam rangka desentralisasi tentunya harus disertai dengan dialokasikan nya dana kepada
daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi, yang
terpenting adalah sumber pembiayaan yang dikenal dengan Pendapatan Asli Daerah
(PAD) [ CITATION Rid03 \l 1033 ].

Secara umum, sumber keuangan (pendapatan) ini dapat diklasifikasikan ke dalam dua
kategori sumber keuangan. Kategori pertama adalah pendapatan yang diperoleh
pemerintah daerah dari sumber-sumber di luar pemerintah daerah (external sources) di
luar pemerintah daerah yang bersangkutan (selain pemerintah dan perangkatnya) dan
bukan penduduk di daerah yang terkena bencana, seperti pemerintah pusat, tingkat
pemerintahan di atas pemerintah daerah yang bersangkutan, negara asing, perorangan dan
pihak ketiga. Kategori kedua adalah pendapatan yang diperoleh pemerintah daerah dari
sumber-sumber yang dikelola oleh pemerintah daerah itu sendiri (local sources) meliputi
pendapatan kategori ini meliputi pajak daerah (local tax, sub national tax), retribusi
daerah (local retribution, fees, local licence) dan hasil struktur wirausaha (local owned
enterprise) yang dimiliki daerah [ CITATION Rid03 \l 1033 ].

Salah satu komponen PAD yang menjadi konsentrasi pada makalah ini adalah
Retribusi daerah. Retribusi daerah pada umumnya dikelola secara mandiri oleh masing-
masing daerah, artinya penyelenggaraan retribusi daerah berbeda-beda antara daerah yang
satu dengan daerah yang lain. Peraturan pemerintah no 66 tahun 2001 berdasarkan tarif
daerah, salah satu tarif retribusi daerah adalah tarif kesehatan. Pajak kesehatan ini
termasuk dalam pajak atas pelayanan publik yang berpotensi untuk berkontribusi dalam
peningkatan pembangunan dan kesejahteraan masyarakat. Retribusi Pelayanan Kesehatan
termasuk pada retribusi jasa umum. Retribusi jasa umum adalah pajak atas layanan yang
diberikan atau dilakukan oleh pemerintah daerah, untuk tujuan kepentingan umum dan
untuk keuntungan dan dari mana orang perseorangan atau badan hukum mendapat
manfaat dari orang perseorangan atau badan hukum.

Retribusi layanan Kesehatan dari asset daerah Yogyakarta bahwa menunjukkan


penurunan 5 tahun terakhir, dimulai dari 2017-2021. Dengan demikian data ini
menunjukkan bahwa penerimaan retribusi dari layanan kesheatan mengalami ketidak
tercapaian target yang diharapkan.
Kemampuan retribusi pada masing-masing daerah merupakan indikator kesediaan
pemerintah daerah terhadap otonomi daerah. Oleh karena itu, perolehan retribusi daerah
ditujukan untuk meningkatkan PAD, yang berfungsi untuk mencapai otonomi daerah,
yang secara konseptual diharapkan memiliki nilai riil. dan keterampilan yang
bertanggung jawab, yang harus dihasilkan dari kemampuan mengelola pendapatan
kompensasi daerah melalui upaya yang dapat ditingkatkan dari waktu ke waktu.

Salah satu objek retribusi jasa umum yang dikelola oleh pemerintah Daerah Istimewa
Yogyakarta adalah Retribusi Pelayanan Kesehatan. Berdasarkan latar belakang permasalahan
diatas penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut tentang “Analisis Kontribusi Retribusi
Pelayanan Kesehatan Guna Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Daerah
Istimewa Yogyakarta”.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengaruh penerimaan retribusi pelayanan kesehatan terhadap Pendapatan


Asli Daerah (PAD) di Daerah Istimewa Yogyakarta.
2. Apa saja faktor yang mempengaruhi penerimaan Retribusi Pelayanan Kesehatan di
Daerah Istimewa Yogyakarta.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identiikasi masalah diatas, maka batasan masalahnya adalah pengaruh


retribusi pelayanan kesehatan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Daerah
Istimewa Yogyakarta.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Bagaimana pengaruh penerimaan retribusi pelayanan kesehatan terhadap


Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Daerah Istimewa Yogyakarta.

Objek Retribusi pelayanan kesehatan adalah setiap pelayanan kesehatan yang


ada di RSUD. Pelayanan Kesehatan adalah kegiatan-kegiatan fungsional yang
dilakukan oleh Dokter Spesialis, Dokter Umum, Dokter Gigi, Bidan, Perawat dan
Petugas Kesehatan Lainnya yang ditujukan kepada penderita untuk mendapatkan
kesempurnaan diagnosa, pengobatan,perawatan pemulihan kesehatan dan rehabilitasi
dari sakitnya dan akibat-akibatnya. Subjeknya adalah orang pribadi yang
mendapatkan pelayanan kesehatan di RSUD.

Pelayanan Kesehatan yang dikenakan biaya/tarif dikelompokkan ke dalam


pelayanan sebagai berikut:

a. Pelayanan Rawat Jalan Pelayanan Rawat Jalan adalah pelayanan yang


diberikan kepada pasien dalam rangka observasi, diagnostik, pengobatan,
rehabilitasi medik dan pelayanan kesehatan lainnya tanpamenginap di RSUD.
Pelayanan rawat jalan ini dapat meliputi:
1) Rawat jalan tingkat I yang dilaksanakan oleh Dokter Umum atau
Dokter Gigi.
2) Rawat jalan tingkat II yang dilaksanakan oleh Dokter Spesialis.
b. Pelayanan Gawat Darurat Pelayanan Gawat Darurat adalah pelayanan
kesehatan tingkat lanjutan yang harus diberikan secepatnya untuk
mencegahatau menanggulangi resiko kematian atau cacat. Pelayanan ini
diselenggarakan di Instalasi Gawat Darurat secara terus menerus selama 24
jam, dipimpin oleh Dokter Umum yang selama berdinas sebagai dokter jaga
RSUD Kabupaten Tanah Datar wajib tinggal dengan tanggung jawab meliputi:
1) Pelayanan penderita baru di Instalasi Gawat darurat.
2) Pelayanan perawatan observasi selama 24 jam.
3) Pengawasan penderita rawat inap disemua kelas, diluar jamkerja.
c. Pelayanan Rawat Inap Pelayanan Rawat Inap adalah pelayanan yang
diberikankepada pasien dalam rangka observasi, diagnostik, pengobatan,
rehabilitasi medik dan pelayanan kesehatan lainnya denagn menempati tempat
tidur diruang rawat inap.
d. Pelayanan Penunjang Medik Pelayanan Penunjang Medik adalah pelayanan
kesehatan untuk penunjang penegakan diagnosa dan terapi.
e. Pelayanan Instalasi Farmasi Diselenggaraakan oleh instalasi farmasi RSUD
Kabupaten Tanah Datar,yang meliputi penyediaan obat, bahan habis pakai dan
alat kesehatan.
f. Pelayanan lain-lain yang meliputi:
1) Mobil Ambulans
2) Mobil Jenazah
3) Pelayanan Visum et Repertum
4) Pelayanan Informasi
5) Perawatan dan Pemulasaran Jenazah
6) Penunggu Pasien
7) Pencucian Linen dan Pakaian
8) Iuran biaya bagi peserta PT ASKES dan anggota keluarganya

Hasil data tabel diatas dapat dijelaskan Kontribusi Retribusi Pelayanan Kesehatan
terhadap Retribusi Daerah Yogyakarta tahun 2017 – 2021 sebagai berikut:

1) Tahun 2017 sebesar 3.749.312.800.00


2) Tahun 2018 sebesar 452.534.100.00
3) Tahun 2019 sebesar 559.883.800.00
4) Tahun 2020 sebesar 686.418.240.00
5) Tahun 2021 sebesar 541.768.560.00

Dapat dijelaskan sebagai berikut, Penerimaan Retribusi Pelayanan Kesehatan terbesar


terjadi pada tahun 2017 Sebesar Rp. 3.749.312.800.00,- sedangkan Total Penerimaan
Retribusi Daerah terendah terjadi pada tahun 2018 dengan Jumlah Penerimaan Sebesar Rp.
452.534.100.00,- sehingga Kontribusi Retribusi Pelayanan Kesehatan terhadap Retribusi
Daerah pada bulan 2017 tersebut merupakan Kontribusi terbesar sepanjang 5 tahun terakhir.
Penerimaan retribusi daerah di sector jasa umum tertinggi sepanjang 5 tahun terakhir terjadi
di tahun 2020 dengan pemasukan sebesar Rp 550.842.789.296,00,- dan diikuti dengan
pendapatan retribusi pelayanan kesehatan pada tahun 2020 mengalami peningkatan dari sejak
mulai penurunan di tahun 2019 yaitu sebesar Rp 686.418.240.00,-.

Dapat disimpulkan bahwa pendapat retribusi layanan kesahatan selalu mengikuti


perubahan retribusi daerah disektor jasa umum baik mengalami peningkatan hingga
penurunan. Ini membuktikan bahwa retribusi pelayanan kesehatan memiliki pengaruh
terhadap pendapatan asli daerah di sektor retribusi jasa umum.

B. Apa saja faktor yang mempengaruhi penerimaan Retribusi Pelayanan


Kesehatan di Daerah Istimewa Yogyakarta.

Menurut Undan-undang No. 28 Tahun 2009, retribusi daerah adalah pungutan


daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus
disediakan dan/atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang
pribadi atau badan. Selanjutnya Undan-undang No. 28 Tahun 2009 menjelaskan
bahwa objek retribusi terdiri dari tiga golongan yaitu : jasa umum, jasa usaha dan
perizinan tertentu.

Retribusi pelayanan kesehatan termasuk didalam kelompok retribusi jasa


umum. Kriteria dari retribusi jasa umum adalah berikut ini (Undang-undang No. 28
Tahun 2009) :

a. Retribusi jasa umum bersifat bukan pajak dan bersifat bukan retribusi jasa
usaha atau retribusi perizinan tertentu.
b. Jasa yang bersangkutan merupakan kewenangan daerah dalam rangka
pelaksanaan desentralisasi.
c. Jasa tersebut memberi manfaat khusus bagi orang pribadi atau badan yang
diharuskan membayar retribusi, disamping untuk melayani kepentingan dan
kemanfaatan umum.
d. Jasa tersebut hanya diberikan kepada orang pribadi atau badan yang
membayar retribusi dengan memberikan keringanan bagi masyarakat yang
tidak mampu.
e. Retribusi tidak bertentangan dengan kebijakan nasional mengenai
penyelenggaraannya.
f. Retribusi dapat dipungut secara efektif dan efisien, serta merupakan salah satu
sumber pendapatan daerah yang potensial.
g. Pemungutan retribusi memungkinkan penyediaan jasa tersebut dengan tingkat
dan/atau kualitas pelayanan yang lebih baik.

Objek retribusi pelayanan kesehatan adalah pelayanan kesehatan di


puskesmas, puskesmas keliling, puskesmas pembantu, balai pengobatan, Rumah Sakit
Umum Daerah, dan tempat pelayanan kesehatan lainnya yang sejenis yang dimiliki
dan/atau dikelola oleh pemerintah daerah, kecuali pelayanan pendaftaran (Undang-
undang No. 28 Tahun 2009).

Setiap orang yang ingin mendapatkan pelayanan kesehatan di rumah sakit


pemerintah harus membayar retribusi yang ditetapkan oleh pemerintah sebagai
pembayaran atas jasa pelayanan kesehatan di rumah sakit pemerintah, Bila tidak
membayar maka orang tersebut tidak akan mendapatkan pelayanan kesehatan pada
rumah sakit pemerintah tersebut. Konsep ini sesuai dengan teori kepentingan yang
menjadi salah satu dasar untuk melakukan pungutan kepada masyarakat dimana
pungutan yang dilakukan oleh negara kepada masyarakat didasarkan atas kepentingan
masing-masing anggota masyarakat. Hal ini berarti hak mendapat jasa pelayanan
kesehatan dari pemerintah didasarkan pada pembayaran retribusi pelayanan kesehatan
yang telah ditetapkan oleh pemerintah daerah dan dipenuhi oleh orang yang
menginginkan jasa pelayanan kesehatan tersebut.
BAB III

KESIMPULAN

Dapat disimpulkan bahwa Kontribusi Retribusi Pelayanan Kesehatan terhadap


Pendapatan Retribusi Daerah Istimewa Yogyakarta selalu mengikuti perubahan retribusi
daerah disektor jasa umum baik mengalami peningkatan hingga penurunan. Ini membuktikan
bahwa retribusi pelayanan kesehatan memiliki pengaruh terhadap pendapatan asli daerah di
sektor retribusi jasa umum.

Dalam konteks jasa pelayanan kesehatan, kualitas pelayanan kesehatan merupakan


faktor penentu tinggi rendahnya kepuasan pasien/pelanggan yang dilayani. Bila kualitas
pelayanan kesehatan tersebut baik, tentu rumah tangga maupun anggota masyarakat lainnya
yang dilayani akan merasa puas terhadap pelayanan tersebut. Selanjutnya, bila tingkat
kepuasan pasien/pelanggan tinggi, maka dapat diharapkan bahwa mereka akan rela
melakukan pembayaran atas retribusi pelayanan kesehatan yang ditetapkan, dan hal ini tentu
akan menaikkan jumlah penerimaan retribusi pelayanan kesehatan. Dengan demikian dapat
diprediksi bahwa tingkat pelayanan akan sangat berpengaruh terhadap penerimaan retribusi
pelayanan kesehatan. Semakin baik kualitas pelayanan kesehatan, maka akan semakin tinggi
penerimaan retribusi pelayanan kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA

Kuncoro. (2010). Ekonomi pembangunan teori dan aplikasi untuk bisnis dan ekonomi. UPP
AMP YKPN Yogyakarta.
Riduansyah, M. (2003). KONTRIBUSI PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DAN ANGGARAN
PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (APBD) GUNA MENDUKUNG
PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH. MAKARA, SOSIAL HUMANIORA, VOL.
7, NO. 2,.
Salam, D. S. (2004). Manajemen Pemerintahan Indonesia. Djambatan,Cet. Ke-2. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai