Anda di halaman 1dari 3

Tugas Biografi Seni Rupa

Nama : Aira Gandes

Kelas : Xl MIPA 1

Absen : 05

1935: Gunung di daerah Preanger (Priangan), Jawa Barat.

Lukisan: Abdullah Suriosubroto (1878-1941)

Pemandangan di Jawa Tengah

Scenery
Biografi Lengkap Abdullah Suriosubroto
Abdullah Suriosubroto lahir si Kota Semarang pada tahun 1878. Beliau merupakan anak
angkat dari seorang tokoh gerakan Nasional Indonesia, yakni Wahidin Sudirohusodo.Beliau
juga merupakan merupakan ayah dari pelukis ternama Indonesia lainnya yakni Basoeki
Abdullah, Sudjono Abdullah dan sang pematung Trijoto Abdullah.

Pada mulanya, dia dimasukkan ayahnya pada sebuah sekolah kedokteran di Batavia kala itu.
Karena tidak adanya ketertarikan dengan dunia pergerakan, akhirnya Abdullah Suriosubroto
melanjutkan kuliahnya di Belanda.

Namun karena tidak sepemikiran dengan sang ayah, dia malah memperdalam ilmu seni
lukis ketika di Belanda, tepatnya di kota Den Haag.Setelah belajar beberapa waktu, dia
kembali ke Tanah Air dengan melanjutkan impiannya tersebut untuk menjadi pelukis
ternama.

Aktivitas Basuki Abdullah

Kiprah Basuki dalam pergerakan revolusi mulai tampak ketika ia bergabung dengan gerakan
PUTERA (Pusat Tenaga Rakyat) yang berdiri pada 19 Maret 1943. Dalam gerakan ini, ia
bertugas sebagai pengajar seni lukis. Di antara muridnya, ada Kusnadi (pelukis dan kritikus
seni rupa Indonesia) dan Zaini (pelukis impresionisme).

Pada masa kemerdekaan, Basuki tidak berada di tanah air tanpa sebab yang diketahui. Ia
bertolak ke Eropa bersama istrinya, Maya Michel dan aktif menggelar pameran di Belanda
dan Inggris. Pada tanggal 6 September 1948, sewaktu penobatan Ratu Yuliana di
Amsterdam, Belanda, diadakan sebuah sayembara lukis. Dalam lomba itu, Basuki berhasil
mengalahkan 87 pelukis Eropa dan keluar sebagai pemenang.

Pengabdian Basuki dalam bidang seni semakin nyata ketika dirinya mendapat panggilan
untuk melukis raja, kepala-kepala negara, dan mengadakan pameran hasil karya lukisnya di
berbagai negara seperti Singapura (1951), Italia (1955), Portugal dan Inggris (1956),
Singapore (1958), Tokyo (1959), Kuala Lumpur (1959), dan Thailand (1960).

Pernah juga Basuki diangkat sebagai pelukis istana kerajaan Thailand dan mendapatkan
penghargaan berupa Bintang Penghargaan Poporo dari Raja Bhumibol Aduljadej, sebuah
penghargaan tertinggi kerajaan Thailand bagi seorang Royal Court Artist yang memiliki jasa
besar kepada pemerintah dan istana.

Pada tahun 1962, empat tahun setelah dirinya duduk bersama minum teh dengan Ratu
Juliana karena memenangkan lomba lukis saat penobatan Ratu Belanda, Basuki berangkat ke
Muangthai atas ajakan Surathun Nunnag, sahabatnya yang masih keluarga Raja Bhumibol
Aduljadej, Raja Thailand.

Pada mulanya, Raja Aduljadej meminta Basuki agar ia melukisnya, tapi ternyata hasil
lukisannya dinilai baik. Sehingga keluarga Raja merasa tertarik dengan hasil lukisan Basuki.
Untuk itu, Raja mengharapkan Basuki tetap tinggal di Bangkok, agar sewaktu-waktu mudah
dipanggil untuk melukis. Permintaan Raja pun diterima dan Basuki memperoleh berbagai
fasilitas. Ia diberi rumah di Soi, Ekarmai, Bangkok. Selain itu, ia juga diberi studio lukis di
Istana Chitralada. Di Istana Poporo, Basuki

Di Istana Poporo, Basuki menempati posisi yang cukup terhormat. Raja Aduljadej berkenan
untuk menggantikan sebagian besar lukisan-lukisan yang dipajang di istana yang dilukis oleh
pelukis lain untuk ditukar dengan lukisan-lukisan karya Basuki.

Lukisan-lukisan karya Basuki banyak menghiasi istana Raja, seperti ChakliPalace, Chitralada
Palace, dan Pattina Palace. Pada tahun 1963, Basuki juga turut melukis keuarga pangeran
Norodom Sihanouk di Kamboja. Pada tahun 1977, Basuki pergi ke Filipina untuk melukis
Presiden Ferdinand Marcos dan Ny. Imelda Marcos. Di tahun 1983, Basuki juga turut melukis
Sultan Bolkiah bersama permaisurinya dari Brunei Darussalam. Oleh Sultan Bolkiah, ia
dijuluki “Mr. Twenty Minutes”. Dengan demikian, maka Basuki Abdullah bisa dibilang pelukis
raja, sultan maupun presiden dunia.

Akhir Hayat Basuki Abdullah


Setelah berkelana mengelilingi dunia Basuki pulang ke Indonesia dan menetap di Indonesia
sampai akhir hayatnya. Basuki Abdullah wafat terbunuh pada usia 78 tahun, pada Jumat 5
November 1993. Ketika itu Basuki tengah memanjatkan doa di kamar pribadinya. Seseorang
yang diduga tukang kebunnya sendiri menyusup dan mencoba mencuri koleksi jam tangan
kesayangannya.

Anda mungkin juga menyukai