Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH

ANATOMI ORGAN REPRODUKSI DAN HORMON REPRODUKSI

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu dan Teknologi Reproduksi
Ternak

Disusun Oleh:
Kelompok 1
Kelas D

Insy Sabina 200110200032


Mira Alfiana 200110200034
Endang Ervina 200110200035
Hepia Rahmadita 200110200036
Gilang Mulya Putra 200110200037
Faiz Faisal Azhar 200110200056
Adinda Deaniva Imani 200110200068
Fitriyani Fujiyanti 200110200071
Dandy Rizaldi Irdiansyah 200110200072

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN

SUMEDANG

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah

memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga dapat

menyelesaikan makalah ini dengan tepat pada waktunya.kami dapat

menyelesaikan makalah yang berjudul “Anatomi Organ Reproduksi dan Hormon

Reproduksi ”.

Makalah ini disusun berdasarkan literatur dari berbagai macam sumber

dengan menggunakan bahasa yang sederhana, pemaparan materi yang rinci, dan
hubungan sub pokok bahasan yang berkesinambungan. Perlu disadari bahwa

makalah yang baik bukanlah makalah yang selalu memuat segalanya melainkan

makalah yang dapat memenuhi tujuan yang telah ditetapkan.

Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua

mengenai Anatomi Organ Reproduksi dan Hormon Reproduksi. Kami menyadari

bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan

saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan. Kami

ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah berperan dalam penyusunan

makalah ini dari awal sampai akhir

Jatinangor, 23 Oktober 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii


BAB I ................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan......................................................................................... 3
1.4 Manfaat Penulisan ....................................................................................... 3
BAB II ................................................................................................................. 4
PEMBAHASAN ................................................................................................... 4
2.1 Organ Reproduksi Ternak Unggas ............................................................... 4
2.1.1 Organ reproduksi ternak unggas jantan ................................................. 4
2.1.2 Organ Reproduksi Betina Ternak Unggas .............................................. 6
2.2 Organ Reproduksi Ruminansia .................................................................... 9
2.2.1 Organ Reproduksi Jantan Ruminansia................................................... 9
2.2.2 Organ Reproduski Betina Ruminansia ................................................. 15
2.3 Hormon..................................................................................................... 22
2.3.1 Pengertian Hormon ............................................................................. 22
2.3.2 Empat Sistem Utama Hormon Reproduksi ........................................... 23
BAB III .............................................................................................................. 30
PENUTUP.......................................................................................................... 30
4.1 Kesimpulan ............................................................................................... 30
4.2 Saran ........................................................................................................ 30
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 31

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Usaha ternak saat ini merupakan aset nasional yang turut menunjang

kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat. Permintaan akan produk-produk yang

dihasilkan baik unggas maupun ruminansia setiap tahun selalu meningkat. Bukan

hanya menjanjikan dalam perhitungan bisnis, beternak juga banyak dijalani oleh

masyarakat karena merupakan pilihan usaha lokal yang mudah dan cocok untuk

ditekuni. Agar usaha ini dapat memberikan keuntungan yang optimal bagi

pelakunya maka perlu diperhatikan beberapa hal yang menyangkut pemeliharaan

termasuk mengetahui anatomi reproduksinya.

Anatomi merupakan ilmu yang mempelajari bentuk dan struktur semua

organisme makhluk hidup. Reproduksi ternak betina dan jantan adalah suatu proses

yang kompleks yang melibatkan seluruh tubuh hewan itu. Sistem reproduksi akan

berfungsi bila makhluk hidup khususnya hewan ternak dalam hal ini sudah

memasuki sexual maturity atau dewasa kelamin. Setelah mengalami dewasa

kelamin, alat-alat reproduksinya akan mulai berkembang dan proses reproduksi

dapat berlangsung baik ternak jantan maupun betina.

Dalam bidang peternakan, reproduksi tidak dapat dipisahkan dengan

produktivitas ternak. Sebagai contoh untuk menghasilkan telur, susu, dan bakalan

ternak, haruslah melalui proses reproduksi yang dimulai dengan pembentukan sel

telur/sel sperma, ovulasi, fertilisasi, pertumbuhan dan perkembangan fetus sampai

dengan dilahirkan (partus). Dengan demikian mengetahui anatomi reproduksi

ternak jantan maupun betina merupakan hal yang penting untuk dipelajari, karena
dengan mempelajari anatomi reproduksi ternak jantan atau betina kita mengetahui

cara kerja sistem reproduksi ternak dan diharapkan mampu diaplikasikan langsung

di lapangan.

Dalam mengatur perkembangan organ dan proses reproduksi hormon turut

berperan penting juga di dalamnya. Hormon adalah suatu zat kimia organik yang

dihasilkan dalam sel atau kumpulan sel (kelenjar) normal dan sehat, disekresikan

langsung ke dalam darah, dibawa ke tempat pada suatu jarak dimana hormon

tersebut bekerja (target organ), diproduksi dalam jumlah sedikit tapi memiliki

pengaruh besar dan berfungsi untuk mengintegrasikan serta mengkoordinasikan

fungsi-fungsi alat tubuh. Pada dalam tubuh (sistem regulasi), terdapat banyak jenis

hormon yang memiliki aktivitas sangat luas. Hormon yang mempengaruhi

reproduksi terutama berasal dari hypothalamus, hyphophysis, gonads dan placenta.

Walaupun hormon sangat spesifik dan selektif, dalam aktivitasnya selalu

dipengaruhi oleh ada dan tidaknya hormon lain atau dengan kata lain hormon selalu

bekerja secara sinergik

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apa saja organ reproduksi ternak jantan mamalia dan unggas ?

1.2.2 Bagaimana fungsi organ reproduksi ternak jantan mamalia dan unggas ?

1.2.3 Apa saja organ reproduksi ternak betina mamalia dan unggas?

1.2.3 Bagaimana fungsi organ reproduksi ternak betina mamalia dan unggas ?

1.2.3 Apa saja hormon-hormon utama dalam proses reproduksi ?

1.2.4 Bagaimana fungsi dari hormon-hormon utama dalam proses reproduksi?

2
1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Mengetahui organ reproduksi ternak jantan mamalia dan unggas ?

1.3.2 Mengetahui fungsi organ reproduksi ternak jantan mamalia dan unggas ?

1.3.3 Mengetahui organ reproduksi ternak betina mamalia dan unggas?

1.3.3 Mengetahui fungsi organ reproduksi ternak betina mamalia dan unggas ?

1.3.3 Mengetahui hormon-hormon utama dalam proses reproduksi ?

1.3.4 Mengetahui fungsi dari hormon-hormon utama dalam proses reproduksi?

1.4 Manfaat Penulisan

Makalah ini ditujukan guna pemenuhan tugas mata kuliah Ilmu dan

Teknologi Reproduksi Ternak. Penulisan makalah ini diharapkan dapat menjadi

bahan pembelajaran bagi kami dan pembaca.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Organ Reproduksi Ternak Unggas

2.1.1 Organ reproduksi ternak unggas jantan

Gambar 1. Organ Reproduksi Unggas Jantan

1. Testis

Testis pada unggas berjumlah dua (sepasang) yang terletak dalam

rongga perut. Fungsi utama dari testis adalah memproduksi spermatozoa,

seminal plasma, dan hormon testosteron. Spermatozoa merupakan sel

kelamin jantan yang mutlak diperlukan untuk menghasilkan generasi baru.

Seminal plasma merupakan cairan semen yang berguna untuk media

transportasi sehingga memudahkan dalam ejakulasi waktu perkawinan dan

memberikan bibit spermatozoa baik dalam alat reproduksi jantan setelah

berada dalam alat reproduksi betina.

4
Testosteron merupakan hormon kejantanan yang berfungsi untuk

membantu pembentukan spermatozoa dan menumbuhkan sifat kelamin

jantan terutama membangkitkan seksualitas.

2. Epididimis

Setiap testis memiliki satu epididimis yang menempel di dinding bagian

luar testis. Epididimis merupakan saluran yang terbelah-belah dan berfungsi

untuk alat transport, menyerapan air, pendewasaan, dan penyimpanan

sperma.

3. Vas defferens

Dalam testis terdapat sepasang vas defferens yang menghubungkan

bagian epididimis dengan penis. Fungsi vas defferens yaitu untuk

menyalurkan sperma.

4. Penis

Penis berfungsi sebagai alat kopulasi atau menyemprotkan sperma ke

dalam alat reproduksi betina pada saat terjadinya perkawinan.

5. Kloaka

Kloaka merupakan alat untuk melindungi alat reproduksi terutama

penis. Kloaka memiliki otot sprinter.

Keistimewaan alat kelamin pada unggas khususnya ayam adalah tidak

memiliki kelenjar vesikula seminalis cowper dan prostat. Cairan tambahan

semen unggas berasal dari tubulus seminiferus dan epididimis.

5
2.1.2 Organ Reproduksi Betina Ternak Unggas

Gambar 2. Organ Reproduksi Unggas Betina

1. Ovarium

Pada unggas ovarium dinamakan juga folikel. Bentuk ovarium seperti


buah anggur dan terletak pada rongga perut berdekatan dengan ginjal kiri dan

bergantung pada ligamentum meso-ovarium. Besar ovarium pada saat ayam

menetas 0,3 g kemudian mencapai panjang 1,5 cm pada ayam betina umur 12

minggu dan mempunyai berat 60 g pada tiga minggu sebelum dewasa

kelamin. Folikel akan masak pada 9-10 hari sebelum ovulasi. Karena

pengaruh karotenoid pakan ataupun karotenoid yang tersimpan di tubuh ayam

yang tidak homogen maka penimbunan materi penyusun folikel menjadikan

lapisan konsentris tidak seragam. Proses pembentukan ovum dinamakan

vitelogeni (vitelogenesis), yang merupakan sintesis asam lemak di hati yang

6
dikontrol oleh hormon estrogen, kemudian oleh darah diakumulasikan di

ovarium sebagai folikel atau ovum yang dinamakan yolk (kuning telur). (Tri,

2004).

Pada ayam Dewasa kelamin diantaranya dipengaruhi oleh faktor cahaya

dan pakan. Pengaruh pakan terhadap dewasa kelamin sangat ditentukan oleh

kadar protein, lemak, protein dan kalsium, karena akan menyebabkan

peningkatan hormon estrogen yang diperlukan untuk pembentukan sel telur,

merangsang peregangan tulang pubis dan pembesaran vent guna

mempersiapkan ayam betina untuk bertelur. Pola pemberian pakan dan nilai

gizi yang terkandung di dalamnya sangat menentukan kondisi menjelang

dewasa kelamin terutama organ reproduksi mulai dari ovarium sampai kloaka

(Martha, 2012).

2. Oviduk

Menurut Tri, (2004) secara anatomi alat reproduksi ayam (oviduk) terbagi

ke dalam 3 bagian (dari anterior ke posterior) yaitu sebagai berikut:

a. Infundibulum atau papillon

Panjang dari bagian ini adalah 9 cm dan fungsi utama dari infundibulum

ini hanyalah menangkap ovum yang masak. Bagian ini sangat tipis dan

mensekresikan sumber protein yang mengelilingi membran vitelin. Kuning

telur berada di bagian mi antara 15-30 menit. Perbatasan antara infundibulum

dan magnum yang dinamakan dengan sarang spermatozoa merupakan

terminal akhir dari laju lintas spermatozoa sebelum terjadi pembuahan.

b. Magnum

Merupakan bagian yang terpanjang dari oviduk yaitu 33 cm dan

magnum tersusun dari glandula tubuler yang sangat sensibel dimana sintesa

7
dan sekresi putih telur terjadi di sini. Mukosa dari magnum tersusun dari sel

goblet. Sel goblet mensekresikan putih telur kental dan cair. Kuning telur

berada di magnum untuk dibungkus dengan putih telur selama 3,5 jam

c. Isthmus

Berfungsi mensekresikan membran atau selaput telur. Panjang dari

saluran isthmus adalah 10 cm dan telur berada di sini antara 1 jam 15 menit

sampai 1,5 jam. Isthmus bagian depan yang berdekatan dengan magnum

berwarna putih sedangkan 4 cm terakhir dari isthmus mengandung banyak

pembuluh darah sehingga memberikan warna merah.

3. Uterus

Uterus disebut pula glandula kerabang telur yang panjangnya 10 cm, pada

bagian mi terjadi dua phenomena yaitu hidratasi putih telur atau plumping

kemudian terbentuk karabang telur. Warna dari kerabang telur yang terdiri dari

sel porphyrin akan terbentuk di bagian ini pada akhir dari mineralisasi kerabang

telur. Lama mineralisasi antara 20-21 jam.

4. Vagina

Bagian ini hampir dikatakan tidak terdapat sekresi di dalam pembentukan

telur. Telur melewati vagina dengan cepat yaitu sekitar 3 menit, kemudian telur

dikeluarkan (ovipositor) dan 30 menit setelah peneluran akan terjadi kembali

ovulasi.

5. Kloaka

Kloaka adalah bagian ujung luar dari oviduk tempat dikeluarkannya telur.

Total waktu yang diperlukan untuk pembentukan sebutir telur adalah 25-26

jam. Inilah salah satu penyebab mengapa ayam tidak mampu bertelur 2 lebih

dari satu butir/hari. Disamping itu saluran reproduksi ayam betina bersifat

8
tunggal, artinya hanya oviduk bagian kiri saja yang mampu berkembang.

Padahal ketika ada benda asing seperti yolk dan gumpalan darah menyebabkan

tidak terjadinya ovulasi. Proses pengeluaran telur ini diatur oleh hormon

oksitosin dari pituitari bagian belakang (pituitaria pars posterior).

2.2 Organ Reproduksi Ruminansia

2.2.1 Organ Reproduksi Jantan Ruminansia

Organ kelamin sapi jantan terdiri atas tiga komponen yaitu organ
kelamin primer yaitu testis, kelenjar-kelenjar kelamin pelengkap yaitu

kelenjar vesikularis, kelenjar prostat, kelenjar bulbourethralis dan saluran-

saluran terdiri atas epididimis serta duktus deferens dan alat kelamin luar

yaitu penis (Bearden et al., 2004).

Gambar 3. Organ Reproduksi Ruminansia Jantan

9
1. Testis

Gambar 4. Testis
Testis adalah sepasang organ reproduksi primer pada jantan yang

berfungsi memproduksi spermatozoa, sekresi hormon dan protein. Selain itu

diproduksi estrogen dan berbagai jenis protein yang berperan penting dalam

fungsi spermatozoa. Testis juga memproduksi cairan yang berasal dari

tubuli seminiferi yang berfungsi sebagai media untuk memfasilitasi

pembuangan spermatozoa dari testis. Cairan yang diproduksi testis juga

merupakan hasil sintesis sel sertoli (Senger, 2005). Testis ditutupi dengan

tunika vaginalis, jaringan serosa, yang merupakan perpanjangan dari

peritoneum. Testosteron dibutuhkan untuk perkembangan sifat kelamin

sekunder dan tingkah laku kawin normal serta berfungsi penting pada

kelenjar aksesoris, produksi spermatozoa dan perawatan sistem reproduksi

jantan (Bearden et al., 2004). Sekitar 60-90% dari jaringan testis ditempati
oleh tubuli seminiferi sedangkan sisanya adalah jaringan interstisial,

vesikular dan jaringan ikat (Hafez, 2000).

2. Skrotum

Skrotum berfungsi sebagai pembungkus testis, lapisan lauar dari

bagsian kulit abdominal, berbulu. Pada scrotum terdapat musculus

cremaster externus yangberfungsi untuk mmepertahankan suhu testes. Cara

10
kerja musculus cremaster sexternur, pabila suhu tubuh meningkat maka,

muskulus cremaster externus akan berrelaktasi dan testes akan menjuahi

tubuh. Sedangkan apabila suhu menurun musculus cremaster externus akan

berkontraksi dan mendekati tubuh.

3. Epididimis

Epididimis adalah saluran eksternal pertama dari testis yang

berbentuk longitudinal dan menyatu ke permukaan testis serta terbungkus

dalam tunika dengan testis (Bearden et al., 2004). Epididimis dibagi menjadi

tiga bagian yaitu caput, cauda dan corpus. Caput epididimis terdapat

sejumlah duktus efferens bergabung dengan duktus epididimis membentuk

struktur yang rata ke ujung testis, kemudian berlanjut ke cauda epididimis

yang merupakan perluasan caput epididimis (Hafez, 2000). Epididimis

mempunyai 4 fungsi utama yaitu transportasi, konsentrasi semen, maturasi

dan penyimpanan spermatozoa. Cauda epididimis berfungsi sebagai tempat

penyimpanan spermatozoa yang mengandung 75% dari total epididimis

spermatozoa diluar testis, spermatozoa juga disimpan dalam ampula

meskipun hanya sebagian kecil dari total cadangan spermatozoa di luar

testis (Hafez, 2000). Spermatozoa disimpan di dalam epididimis untuk

mempertahankan kapasitas kesuburan selama beberapa minggu.

Kemampuan cauda epididimis untuk menyimpan spermatozoa tergantung

pada rendahnya suhu skrotum dan peranan hormon jantan (Hafez, 2000).

Konsentrasi spermatozoa terjadi di bagian cauda epididimis. Cairan

testikular diabsorbsi di saluran efferrens dan caput epididimis menyebabkan

konsentrasi spermatozoa menjadi berubah saat melewati epididimis (Pineda

dan Dooley, 2003).

11
4. Vas Deferens

Vas deferens meninggalkan ekor epididymis bergerak melalui kanal

inguinal yang merupakan bagian dari korda spermatik dan pada cincin

inguinal internal memutar kebelakang, memisah dari pembuluh darah dan

saraf dari korda. Selanjutnya dua vas deferens mendekati uretra, bersatu dan

kemudian ke dorso kaudal kandung kencing, serta dalam lipatan peritonium

yang disebut lipatan urogenital (genital fold) yang dapat disamakan dengan

ligamentum lebar pada betina (Frandson, 1992). Lipatan mukosa duktus

deferens dibalut oleh epitel silinder banyak lapis, sebelum mencapai akhir

saluran, epitel beruah menjadi silinder sebaris. Dekat Epididymis, sel-sel

silinder memiliki mikrovili pendek dan bercabang. Jaringan ikat longgar

pada propria-submukosa banyak mengandung pembuluh darah, fibroblas

dan serabut elastis. Tunika muskularis pada bagian terminal duktus deferens

terdiri dari susunan bervariasi dari berkas otot polos, yang dikelilingi oleh

jaringan ikat dengan banyak pembuluh darah dari tunika adventisia

(Dellmann, 1992)

5. Penis

Organ kopulasi pada hewan jantan adalah penis, dapat dibagi

menjadi tiga bagian, yaitu glans atau alat gerak bebas, bagian utama atau

badan dan krura atau akar yang melekat pada ischial arch pada pelvis yang

tertutup oleh otot ischiocavernosus. Struktur internal penis merupakan

jaringan kavernosus (jaringan erektil) yang terdiri dari sinus-sinus darah

yang dipisahkan oleh lembaran jaringan pengikat yang disebut septa, yang

12
berasal dari tunika albuginea, kapsula berserabut di sekitar penis (Frandson,

1992).

Ruang antara tunika albuginea dan jalinan trabekula diisi oleh

jaringan erektil. Relaksasi sel-sel otot menyebabkan penis memanjang dan

keluar dari selubung prepusiumnya yang sering terjadi pada saat kencing.

Ruang kavernosa menerima suplai utama darah dari arteri berbentuk

mengulir (helical arrangement), sering disebut arteria helisine (arteria

helicinae). Pengenduran sel-sel otot polos dalam arteria helisine

menyebabkan peningkatan aliran darah ke dalam ruang-ruang corpora

kavernosa. Peningkatan volume darah akan menekan vena-vena tepi,

sehingga akan memperkecil aliran darah keluar, sementara mengisi ruang-

ruang jaringan erektil dalam corpora kavernosa, spongiosa penis dan glans

penis (Dellmann, 1992).

• Ada dua tipe penis :

1) Fibroellastic (sapi, domba, babi; ada m. retractor penis)

2) Fibrovascular/Cavernosa (kuda, primata)

• Bagian-bagian Penis

1) Corpus Penis

2) Musculus Retractor Penis

3) Urethra

4) Glans Penis

5) Processus Urethralis

13
Gambar 5. Tipe Penis

6. Kelenjar-Kelenjar Tambahan

a) Kelenjar Vesicularis

Pada sapi kelenjar ini sepsang; dari luar kelihatan jelas berlobuli;

letaknya sebidang dengan ampulla vas deferens tetapi ada di sebelah lateral,

jadi kedua ampula itu diapit oleh kedua kelenjar vesikuralis (Partodiharjo,

1987).

Sekresi kelenjar vesikularis merupakan 50% dari volume total dari

suatu ejakulasi yang normal. Jadi kalau pejantan sapi itu ejakulasinya 5 cc

maka 2½ cc berasal dari kelenjar vesikularis (Partodiharjo, 1987).

b) Kelenjar Prostate

Kelenjar prostat pada sapi ada sepasang, bentuknya bulat dan jauh

lebih kecil daripada kelenjar vesikularis. Sekresi dari kelenjar ini melalui

beberapa muara kecil masuk ke dalam urethra kira-kira pada jarak 19 cm

kaudal dari muara kelenjar vesikularis (Partodiharjo, 1987).

Kelenjar prostat merupakan kelenjar tubuloalveolar, berkembang

dari epitel uretrha pelvis. Secara topografik dibedakan dua bagian; bagian

14
padat kelenjar atau bagian luar (corpus prostat), dan bagian yang menyebar

atau bagian dalam (pars disseminata prostatae). Bagian luar menutup bagian

dorsalnya saja. Pars dissemnata terletak dalam propia-submukosa urethra

pelvis (Dellman, 1992)

c) Kelenjar cowper

Terdapat sepasang kelenjar bulbouretralis (kelenjar cowper) terletak

dorsoventral uretra dalam rongga pelvis. Bersifat sebagai kelenjar tubulus

majemuk (babi, kucing, dan kambing jantan), atau tubuloalveolar (kuda, sapi

dan domba jantan), anjing tidak memilikinya (Dellman, 1992).

Pembuluh sekresi dari kedua kelenjar ini bertemu dan bersatu

kemudian menuju ke urethra; setelah 2-3 cm dari tempat pertemuan,

pembuluh itu bermuara ke dalam urethra. Baik kelenjar prostat maupun

cowper terbentuk dari lobuli dan tiap-tiap lobuli berbentuk tabung. Tiap-tiap

lobuli dipisahkan oleh suatu dinding pemisah yang mengandung serabut-

serabut urat daging licin. Urat dagung ini berkontraksi secara tiba-tiba dan

sekresinya memancar keluar. Sel-sel sekretorinya berbentuk kubus dengan

inti di dasarnya dan beberapa bintik-bintik di sekitar inti (Partodiharji, 1987).

2.2.2 Organ Reproduski Betina Ruminansia

Gambar 6. Organ Reproduksi Ruminansia Betina

15
1. Ovarium

Ovarium terletak di dalam kavum abdominalis, mempunyai dua

fungsi, yaitu sebagai organ eksokrin yang menghasilkan sel telur atau ovum

dan organ endokrin yang mengeluarkan hormone reproduksi betina yaitu

estrogen dan progesteron. Pada umumnya ovarium terdapat dua buah, kanan

dan kiri yang terletak di dalam pelvis. Bentuk dan ukuran ovarium berbeda-

beda menurut spesies dan fase dari siklus estrus. Ovarium terdiri atas bagian

dalam yang disebut medulla dan bagain luar yaitu korteks (Soeparna &

N.Solihati, 2014). \

Dua komponen penting yang terdapat pada ovarium yaitu folikel dan

korpus luteum. Folikel pada ovarium berasal dari epitel benih yang melapisi

permukaan ovarium. Dalam mencapai berkembangannya, folikel mealui

tingkatan-tingkatan folikel primer, sekunder, tersier (yang sedang tumbuh)

dan de Graf (yang matang). .(Tita D.L & Ismudiono, 2013).

Pada sapi, berbentuk oval dengan ukuran bervariasi dengan panjang

1,3-5,0 cm, dan lebar 1,3-3,2 cm, dan tebal 0,6-1,9cm. pada domba, ovarium

berbentuk lonjong dengan panjang berkisar 1,3-1,9 cm, sedangkan pada

kuda berbentuk seperti ginjal dengan ukuran panjang 4,0-8,0 cm, lebar 3,0-

6,0 dan tebal 3,0-5,0 cm. Ovarium pada babi, berbentuk lonjong menyerupai

serangkai buah anggur karena banyaknya folikel dan orpus luteum

(Soeparna & N.Solihati, 2014).

2. Tuba Falopii / Oviduk

Saluran tuba atau tuba fallopi adalah salah satu komponen utama

dari sistem reproduksi wanita, dan mereka harus bekerja dengan baik untuk

16
memastikan kesuburan. Setiap sisi rahim memiliki tuba falopi yang

membentang mencapai ke ovarium pada sisi yang sesuai.

Fungsi utama dari saluran tuba adalah untuk menangkap telur yang

dilepa skan. Oviduct bersifat bilateral, strukturnya berliku-liku yang

menjulur dari daerah dari ovarium setiap bulan selama ovulasi, dan

membimbing mereka ke dalam rahim.

Satu ovarium melepaskan telur setiap bulan secara sehat, ovulasi

perempuan. Setelah telur muncul dari ovarium, serat kecil seperti rambut di

ujung saluran tuba menarik telur di dalam tabung.

Tuba fallopi juga dikenal dengan istilah oviduct (saluran telur) dan

kadang-kadang disebut tuba uterina. Saluran ini terdapat pada setiap sisi

uterus dan membentang daricornu uteri ke arah dinding lateral

pelvis (Farrer, ovarium ke cornu uteri dan menyalurkan ovum, spermatozoa

dan zigot. Tiga segmen tuba uterina dapat dibedakan,

yakni infundibulum (berbentuk corong besar), ampulla (bagian berdinding

tipis yang mengarah ke belakang dari infundibulum, dan isthmus (segmen

berotot yang berhubungan langsung dengan uterus (Dellman and Brown,

1992).

3. Uterus

Uterus merupakan suatu struktur saluran muskuler yang diperlukan untuk

penerimaan ovum yang telah dibuahi, nutrisi dan perlindungan fetus, dan

stadium permulaan eksplusi fetus pada waktu kelahiran. Uterus pada mamalia

terdiri dari corpus, serviks dan dua tanduk atau cornua. Proporsi relative

masing-masing bagian ini demikian pula bentuk dan susunan akan berbeda-

beda pada setiap spesies.sebagaimana organ-organ internal berongga pada

17
umumnya dinding uterus terdiri dari selaput mukosa dibagian dalam, selapis

otot licin dibagian tengah, dan selapis serosa dibagian luar ialah peritorneum.

(Lestari, Damayanti. 2014). Menurut T.D Lestari dan Ismudiono (2013)

dinding uterus terdapat tiga lapisan yaitu selaput mukosa dan sub mukosa

yang disebut endometrium, lapisan yang ditengah yang merupakan otot

disebut myometrium dan lapisan luar yaitu serosa disebut perimetrium.

4. Serviks

Serviks meupakan otot sphincter yang terletak di antara uterus dan vagina.

Struktur serviks pada hewan mamalia berbeda-beda tetapi umumnya dicirikan

adanya penonjolan-penonjolan pada dindingnya. Pada ruminansia

penonjolan-penonjolan ini ini terdapat dalam bentuk lereng-lereng transversal

dan saling menyilang, disebut cincin-cincin annuler (annulus servikalis).

Cincin-cincin tersebut tersusun dalam bentuk sekrup ulir (pembuka tutup

botol) yang disesuaikan dengan perputaran spiralis penis babi. (Soeparna &

N.Solihati, 2014).

Fungsi serviks yang utama adalah menutup lumen uterus sehingga tidak

memberi kemungkinan untuk masuknya jasad renik ke dalam uterus. Lumen

serviks selalu tertutup kecuali pada waktu birahi dan melahirkan. Pada waktu

birahi hanya terbua sedikit untuk emberi jalan masuk bagi semen.(Tita D.L &

Ismudiono, 2013)

5. Vagina

Vagina merupakan buluh berotot yang menjulur dari cervix sampai

vestibulum. Lipatan memanjang rendah dari mukosa-submukosa terentang

sepanjang vagina. Vagina sapi betina, lipatan melingkar yang penting juga

terdapat di bagian kranial vagina. Variasi daur tampak pada tinggi serta

18
struktur epitel. Peningkatan jumlah lendir vagina selama berahi terutama

berasal dari cervix. Epitel yang mengalami kornifikasi yang meluas

merupakan gejala berahi. Proses ekstensifikasi sangat jelas pada karnivora

dan rodensia, tidak terjadi secara nyata pada ruminansia, mungkin karena

pengeluaran estrogen yang rendah pada jenis ruminansia pada umumnya

(Dellmann and Brown, 1992).

Vagina adalah bagian saluran peranakan yang terletak di dalam pelvis

di antara uterus (arah cranial) dan vulva (caudal). Vagina juga berperan

sebagai selaput yang menerima penis dari hewan jantan pada saat kopulasi

(Frandson, 1992). Vagina adalah organ kelamin betina dengan struktur

selubung muskuler yang terletak di dalam rongga pelvis dorsal dari vesica

urinaria dan berfungsi sebagai alat kopulatoris dan sebagai tempat berlalu

bagi fetus sewaktu partus (Feradis, 2010). Vagina memiliki fungsi sebagai

alat kopulasi dan tempat semen dideposisikan (pada ruminansia), saluran

keluar dari cervix, uterus, dan oviduct, dan jalan peranakan selama proses

beranak (Widayati et al., 2008).

Vagina terletak di bagian belakang dari rongga pelvis sebelah atas dari

kantong kencing. Pada waktu melahirkan rongga vagina dapat meluas dan

membesar sesuai dengan besar fetus yang akan dilahirkan (Hardjopranjoto,

1995). Vagina berbentuk pipa, berdinding tipis dan elastis. Lapisan luar

berupa tunika serosa yang diikuti oleh lapisan otot polos yang mengandung

serabut otot longitudinal dan sirkular. Lapisan mukosa umumnya terbentuk

dari stratified squamous epithelial cells. Sel epitel ini berubah menjadi sel

yang tanpa nukleus karena pengaruh estrogen. Membran mukosa vagina

terdiri dari sel kelenjar dan sel bersilia. Sel kelenjarnya sangat sedikit yaitu

19
hanya pada bagian depan. Sel kelenjar ini menghasilkan lendir yang berfungsi

sebagai lubrikasi dan melindungi terjadinya aberasi pada saat kopulasi

(Widayati et al., 2008). Menurut Widayati et al. (2008), ukuran vagina

bervariasi tergantung pada jenis hewan, umur, dan frekuensi melahirkan

(semakin sering melahirkan, maka vagina semakin lebar). Vagina terdiri dari

dua bagian, yaitu portio vaginalis cervices (bagian yang dekat cervix) dan

vestibulum.

Bagian depan dari vagina mencakup portio vaginalis uteri dan

permuaraan luar uterus dinamakan fornix vaginae. Dindingnya tipis terdiri

dari otot licin, lumennya diseliputi oleh selaput mukosa yang berlipat-lipat,

tanpa kelenjar, di mana lapisan mukosanya memperlihatkan berbagai keadaan

yang secara fungsional tergantung kepada fase dari siklus birahinya

(Hardjopranjoto, 1995). Legokan yang dibentuk oleh penonjolan cervix ke

dalam vagina disebut fornix. Ia dapat membentuk suatu lingkaran penuh

sekeliling cervix seperti pada kuda atau atau tidak ada sama sekali seperti

pada babi. Suatu fornix dorsal dapat ditemukan pada sapi dan domba (Feradis,

2010).

6. Vulva

Vulva merupakan bagian terluar dari organ reproduksi betina. Alat

kelamin luar terbagi atas vestibulum dan vulva. Vestibulum merupakan

bagian dari saluran kelamin betina yang berfungsi sebagai saluran

reproduksi dan urinaria. Pada vulva terdapat bulu-bulu halus, vulva

berfungsi sebagai tempat masuknya penis ternak jantan, hal ini sesuai

dengan pendapat yang dikemukakan oleh Wodzicka et all., (1991). Labia

terdiri atas labia mayora (lipatan luar vulva) dan labia minora (lipatan dalam

20
vulva). Labia vulva ditutupi oleh bulu-bulu yang jarang dan menjaga lubang

luar saluran reproduksi. Pada domba commisure dorsal nya agak membulat,

sedangkan dari bagian ventral labia diteruskan sebagai tonjolan di tengah-

tengah. Saliasbury, (1985). Dinding labia majora banyak mengandung

kelenjar sebaceous dan tubuler, lemak jaringan elastic, selapis tipis otot

licin, serta mempunyai struktur permukaan luar yang sama seperti kulit.

Labia minora adalah bibir yang lebih dengan jaringan ikat dibagian

dalamnya. Pada berbagai jenis ternak bibir vulva hanya sederhana dan tidak

terdiri dari labia majora dan minora.

Siklus estrus pada ternak betina dapat dilihat dari perubahan pada

vulvanya. Vulva dapat menjadi tegang karena bertambahnya volume darah

yang mengalir ke dalamnya. Ciri khas yang tampak dari selaput lendirnya

adalah ; Merah,Hangat,dan Bengkak. Vulva juga dapat berfungsi sebagai

pelindung bagian vagina.

Gambar 7. Organ Reroduksi Ruminansia Betina

21
2.3 Hormon

2.3.1 Pengertian Hormon

Hormon berasal dari bahasa Yunani kuno yaitu Hormaein yang mempunyai arti

yang menimbulkan gairah. Definisi klasik hormon adalah suatu zat kimia organik

yang diproduksi oleh sel-sel khusus yang sehat, dirembeskan melalui aliran darah,

dalam jumlah sedikit dan dapat menghambat atau merangsang aktivitas fungsional

dari target organ atau jaringan .

Menurut Lestari dan Ismudiono (2014) hormon adalah substansi yang


dihasilkan oleh sel atau kelompok sel yang bergerak dalam aliran darah yang

mengantarnya ke organ target atau jaringan dalam tubuh yang memberikan suatu

reaksi yang dapat menolong mengkoordinasi fungsi-fungsi dalam tubuh.

Sifat-sifat atau kekhususan dari hormon adalah sebagai pengatur fisiologis

terhadap kelangsungan hidup suatu organ atau suatu sistem. Hormon dapat

didefinisikan sebagai zat organik yang diproduksi oleh sel-sel khusus dalam bahan

dan dialirkan ke dalam peredaran darah dan dengan jumlah yang sangat kecil dapat

merangsang sel-sel tertentu untuk menjalankan fungsinya.

Hormon adalah zat kimia berupa getah yang dihasilkan kelenjar endokrin dan

disekresi secara alami yang kemudian dibawa darah ke areal yang dituju atau

ditentukan. Adanya hormon menimbulkan efek tertentu sesuai dengan fungsinya

masing-masing. Oleh karena itu, sama halnya dengan sistem tubuh lainnya, sistem

reproduksi juga mempunyai hormon yang memberikan efek dan fungsi dalam

perkembangannya.

22
Hormon-hormon reproduksi dibagi dalam tiga kategori menurut unsur

pembentuknya, yaitu golongan protein (peptida), golongan steroid, dan golongan

asam lemak. Hormon protein atau polipeptida bermolekul besar dengan berat

molekul 300-70.000 dalton dengan contoh Gn-RH.Hormon steroid mempunyai

berat molekul 300-400 dalton, contohnya estrogen, progesteron, dan androgen.

Hormon asam lemak mempunyai berat molekul 400 dalton, contohnya

prostaglandin). Fungsi hormon reproduksi adalah merangsang keluarnya hormon-

hormon lain, mempengaruhi fungsi gonad, activator sexual, mempertahankan

kehamilan dan melisiskan corpus luteum (Wahyuningsih dan Kusmiyati, 2017).

2.3.2 Empat Sistem Utama Hormon Reproduksi

1. Hormon dari Hipothalamus (Pineal)

Gambar 8. Sistem Hormon Hipotalamus

Hormon-hormon hipotalamus dihasilkan oleh bagian dari otak yang disebut

hipotalamus, terletak di tengah bagian dasar otak yaitu persis di bagian tengah dan

bagian yang membesar dari diensefalon yang disebut thalamus. Hipotalamus

tersusun atas beberapa inti hipotalamus (hypothalamic nuclei), yaitu suatu masa sel

dengan penandaan spesifik. Hipotalamus mensekresikan hormon-hormon

23
penghambat (inhibitory hormone), oksitosin dan vasopressin. Hormon- hormon

tersebut termasuk ke dalam hormon yang terbentuk dari protein (Guyton dan Hall,

2007).

Hormon-hormon reproduksi hipotalamus:

• Gonadotropin Releasing Hormone (Gn-RH)

Menurut Budiasa, Gde, dan Pemayun (2019) Gn-RH adalah hormon yang

dihasilkan oleh hipotalamus yang berfungsi menginduksi pelepasan FSH dan

LH di hipofisa anterior

• Growth Hormone – Releasing Hormone (GH-RH)

Merangsang pelepasan Growth Hormone.

• Growth Hormone – Inhibiting Hormone (GH-IH)

Mencegah pelepasan Growth Hormone.

• Luteinsing Hormone – Relesing Factor (LH-RF)

Hormon LH-RF berfungsi sebagai pengaktif pelepasan hormone FSH dan LH.

• Thyroid Releasing Hormone (TRH)

Menyebabkan pelepasan prolactin dari hipotalamus.

• Prolactin Inhibiting Factor

Mencegah pelepasan prolactin.

• Corticotropin Releasing Hormone (CRH)

24
Merangsang pelepasan ACTH

2. Hormon dari Hipofisis Anterior dan Posterior (pituitary)

Gambar 9. Sistem Hormon Hipofisis Anterior dan Posterior

Hipofisis memiliki 2 lobus yang secara anatomis dan fungsional berbeda,

hipofisis posterior dan hipofisis anterior. Hipofisis posterior terdiri dari jaringan

saraf dan karenanya juga dinamai neurohipofisis. Hipofisis anterior terdiri dari

jaringan epitel kelenjar dan karenanya juga dinamai adenohipofisis (adeno

berarti “kelenjar”).

Hipofisis posterior sebenarnya tidak menghasilkan hormon apapun. Bagian

ini hanya menyimpan dan setelah mendapat rangsangan yang sesuai


mengeluarkan dua hormon peptida kecil, vasopresin (ADH) dan

oksitosin.,Oksitosin merangsang kontraksi otot polos uterus untuk membantu

mengeluarkan janin selama persalinan dan hormon ini juga merangsang

penyemprotan (ejeksi) susu dari kelenjar mamalia (payudara) selama menyusui.

Tidak seperti hipofisis posterior, hipofisis anterior membentuk hormon

sendiri yang kemudian akan dibebaskan dalam darah. Berbagai populasi sel

dalam hipofisis anterior mengeluarkan hormon antara lain:

• Follicle-stimulating hormone (FSH)

25
Menurut Budiasa et al., (2019) fungsi FSH adalah merangsang pertumbuhan

dan perkembangan folikel ovarium, tempat berkembangnya ovum atau sel telur

serta mendorong sekresi hormon estrogen oleh ovarium.

• Luteinizing hormone (LH)

Pada wanita pembentukan korpus luteum penghasil hormon di ovarium setelah

ovulasi serta mengatur hormon estrogen dan progesteron. Pada pria merangsang sel

interstisium Leydig di testis untuk mengeluarkan hormon testosteron sehingga

memiliki nama alternatif interstisial cell-stimulating hormone (ICSH).

• Prolaktin (PRL)

Perkembangan payudara dan produksi air susu pada wanita. Fungsi ada pria

belum jelas.

3. Hormon dari Gonad

Gambar 10. Hormon Gonad

26
Gonad, yaitu testis pada hewan jantan dan ovarium pada hewan betina sebagai

organ-organ kelamin merupakan tempat pembentukan hormon-hormon kelamin

jantan dan betina selain fungsinya sebagai penghasil gamet atau sel-sel kelamin.

Pada umumnya, hormon-hormon gonadal berfungsi mempertahankan organ-organ

kelamin pelengkap dan sifat-sifat kelamin sekunder (Sherwood, 2011).

Jenis-jenis hormon gonadal yang dihasilkan ovarium antara lain:

• Hormon Estrogen/ Estradiol

Estrogen merupakan hormon steroid yang dihasilkan oleh sel granulose dan sel

teka dari folikel de Graaf pada ovarium. Berfungsi untuk perkembangan

karakteristik seks pada betina, memunculkan perilaku seks (birahi), membantu

proses pertumbuhan dan juga pematangan rahim, kontraksi uterus, serta

perkembangan ductus mamae. Estrogen juga mempengaruhi sistem saraf yang

menyebabkan ternak gelisah dan mau dinaiki oleh sapi lain. Efek lain dari tingginya

konsentrasi estrogen adalah peningkatan aliran darah ke organ genital dan

menghasilkan mukus oleh glandula serviks dan vagina, yang mana ini merupakan

manifestasi dari tanda-tanda estrus pada hewan betina (Tiro, Tirajoh, Beding, &

Baliarti, 2020).

• Hormon Progesteron

Bekerja secara sinergis dengan estrogen dalam memunculkan perilaku seksual

dan mempersiapkan uterus untuk implantasi.

Jenis hormon gonadal yang dihasilkan testis antara lain:

• Hormon Androgen/ Testosteron

27
Berfungsi merangsang dan memelihara kelenjar seks pelengkap; merangsang

pembentukan karakter seks sekunder jantan, pemunculan perilaku seksual jantan,

dan berperan dalam spermatogenesis; serta memiliki efek anabolik.

4. Hormon dari Uterus dan Plasenta

Hormon dari uterus antara lain:

• Prostaglandin

Meregulasi beberapa fenomena fisiologik seperti kontraksi otot polos pada

saluran reproduksi dan saluran gastrointestinal, transpor sperma, ovulasi,

kelahiran dan turun susu, menstimulasi kontraksi uterus, serta meregenerasi

korpus luteum (Kurniawan, Handarini, & Dihansih, 2018).

• Relaksin

Berfungsi dalam dilatasi cervix uteri.

• Inhibin dan Activin

Mencegah dan merangsang sekresi FSH.

Hormon dari plasenta antara lain:

• Human Chorionic Gonadotrophin (HCG)

Seperti LH.

• Pegnant Mare Serum Gonadotrophin (PMSG)

Seperti FSH.

28
• Pregnancy Protein

29
BAB III

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

1. Organ reproduksi unggas jantan terdiri dari testis, epididimis, Vas defferens,

penis, dan kloaka. Sedangkan organ reproduksi ruminansia jantan terdiri

dari testis, skrotum, epididymis, vas deferens, penis, dan kelenjar tambahan.

2. Organ reproduksi unggas betina terdiri dari ovarium, oviduk, uterus, vagina,

kloaka. Sedangkan organ reproduski ruminansia betina terdiri dari ovarium,

oviduk, uterus, servik, vagina, vulva.

3. Organ reproduksi memiliki fungsi yang sangat penting dalam sitem

reproduksi dan saling keterkaitan antara satu sama lainnya.

4. Hormon adalah suatu zat kimia organik yang diproduksi oleh sel-sel khusus

yang sehat, dirembeskan melalui aliran darah, dalam jumlah sedikit dan

dapat menghambat atau merangsang aktivitas fungsional dari target organ

atau jaringan.
5. Terdapat empat sitem hormone reproduksi yaitu, Hormon dari

Hipothalamus (Pineal), Hormon dari Hipofisis Anterior dan Posterior

(pituitary), hormone gonad, dan hormone uterus dan plasenta.

4.2 Saran

Saran yang mungkin diberikan adalah perlunya pengkajian lebih dalam

mengenai hormon-hormon reproduksi ternak selain jenis, tempat, dan fungsi

hormon dan organ reproduksi ternak guna pemahaman yang lebih baik.

30
DAFTAR PUSTAKA

Budiasa, M. K., Gde, T., dan Pemayun, O. 2019. Induksi Berahi dengan PGF2 Alfa

dan Penyuntikan Gn-RH Setelah di Inseminasi Buatan pada Sapi Bali.

Indonesia Medicus Veterinus. 8(5): 565–571.


Dellmann, H. Dieter and Etsher M. Brown. 1992. Buku Teks Histologi Veteriner II.
Universitas Indonesia Press. Jakarta.
Feradis. 2010. Reproduksi Ternak. Alfabeta. Bandung.

Fifal. 2015. Laporan Organ Reproduksi Jantan. Universitas Islam Negeri Alauddin

Makssar.

Guyton dan Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. EGC. Jakarta.

Isnaeni, W. 2006. Fisiologi Hewan. Kanisius. Yogyakarta.

Kurniawan, S., Handarini, R., dan Dihansih, E. 2018. Respons Pemberian Hormon

Gnrh, Estrogen, Progesteron Dan Prostaglandin Dalam Pelaksanaan

Sinkronisasi Estrus Sapi Resipien Friesien Holstein. Journal Peternakan

Nusantara. 4(2): 93–98.

Lestari, T. D., & Ismudiono. 2014. Ilmu Reproduksi Ternak (Vol. 53). Surabaya:

Airlangga University Press.

Sherwood, Lauralee. 2011. Fisiologi Manusia: Dari Sel ke Sistem. EGC. Jakarta.
Soeparna & N.Solihati, 2014. Ilmu Reproduksi Ternak. IPB Press. Bogor

Tiro, B. M. W., Tirajoh, S., Beding, P. A., dan Baliarti, E. 2020. Siklus Estrus dan

Profil Hormon Reproduksi Induk Sapi Peranakan Ongole dan Silangan

Simmental-Peranakan Ongole. Jurnal Pertanian Agros. 22(2): 5–24.

Wahyuningsih, H. P., dan Kusmiyati, Y. 2017. Anatomi Fisiologi. Jakarta:

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

31

Anda mungkin juga menyukai