Anda di halaman 1dari 18

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Mesin Diesel


Compression ignition engine merupakan sebutan untuk mesin diesel,
karena penyalaan mesin diesel dilakukan dengan menyemprotkan bahan bakar ke
udara bertekanan dengan temperature tinggi akibat proses kompresi di ruang
bakar. Untuk menghasilkan tekanan dan temperature yang tinggi, mesin diesel
memiliki rasio perbandingan kompresi satu berbanding 15 sampai 23. Karena
memiliki perbandingan kompresi yang tinggi, mesin diesel cenderung memiliki
suara yang lebih kasar dan getaran yang dihasilkan lebih besar daripada mesin
bensin. Oleh karena itu, material yang digunakan dalam pembuatan komponen
mesin diesel cenderung lebih kuat daripada material yang digunaka oleh motor
bensin.
Mesin diesel dikategorikan sebagai mesin pembakaran atau internal
combustion engine (ICE). Hal ini karena proses pembakaran pada mesin diesel
terjadi di dalam ruang tertutup dalam mesin atau ruang bakar (combustion
chamber). Pada dasarnya mesin diesel bekerja dengan mengubah energi kimia
dari bahan bakar dan udara menjadi energi mekanik (gerak). Didalam silinder
terdapat komponen berupa torak (piston) yang berfungsi mengubah energi thermal
dari hasil pembakaran dalam silinder menjadi energi mekanik berupa gerak bolak
balik (translasi). Karena proses pembakaran, menyebabkan piston bergerak naik
turun (translasi) kemudian memutar poros engkol yang dihubungkan oleh batang
penggerak. Demikian pula sebaliknya berputarnya poros engkol menyebabkan
naik turunnya piston dalam silinder.
Terdapat tiga jenis mesin diesel yang digunakan pada kendaraan yaitu: 1)
indirect injection, 2) direct injection, dan 3) common rail direct injection. Pada
jenis indirect injection memerlukan komponen tambahan berupa glow plug yang
digunakan untuk menaikan suhu pada ruang bakar sebelum penyalaan pada saat
mesin dingin. Berbeda dengan jenis direct injection dan common rail direct
injection yang tiadak memerlukan glow plug pada ruang bakar. Komponen lain
sebagai pengganti glow plug adalah resistive grid, dimana resistive grid berfungsi
untuk menghangatkan udara yang masuk pada saluran intake manifold.
Komponen-komponen pada mesin diesel bekerja pada temperature lebih dari 80 oC
dan beban kerja pada ruang silinder mencapai temperatur 300-500oC pada tekanan
2492 kPa (30 Kgf/cm2) (Training Manual-New Step 1, 1991).

2.2 Prinsip Kerja Mesin Diesel


Dalam siklus kerjanya, motor diesel dibagi menjadi dua jenis yaitu mesin
diesel 2 langkah (2 stroke) dan mesin diesel 4 langkah (4 stroke). Pada umumnya
mesin diesel 2langkah digunakan untuk mesin berkapasitas besar seperti mesin
kapal laut dan pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD), sedangkan mesin diesel 4
langkah digunakan untuk kendaraan komersial seperti mobil penumpang,
kendaraan niaga, bis, truk dan alat berat. Hal ini karena pada mesin diesel 4
langkah lebih efisien dalam proses pembakarannya serta lebih irit bahan bakar.
Mesin diesel 4 langkah (stroke) memiliki siklus yang berulang-ulang,
dimana setiap siklus meliputi langkah hisap, langkah kompresi, langkah usaha dan
langkah buang. Sehingga dalam satu siklus pada mesin diesel 4 langkah
membutuhkan 4 langkah torak (piston) dan dua kali putaran poros engkol. Jika
mesin diesel berputar pada 800 rpm, artinya poros engkol berputar 800 putaran
dalam satu menit dan menghasilkan 400 kali langkah usaha. Karena seperti yang
dijelaskan jika mesin diesel 4 langkah jika dalam satu siklus menghasilkan satu
kali langkah usaha.
a. Langkah Hisap b. Langkah Kompresi

d. Langkah Buang c. Langkah Usaha

Gambar 2.1. Siklus kerja Motor Diesel 4 Tak


(Sumber: https://otoblitz.net/otopedia/glossary/suck-squeeze-bang-blow-siklus-kerja-
mesin-4-langkah/)
Prinsip kerja mesin diesel 4 langkah (stroke) dalam satu siklus dapat
dijelaskan sebagai berikut.
2.3.1 Langkah Hisap
Pada langkah hisap kondisi katun In terbuka dan katup Ex tertutup.
Torak (piston) bergerak dari TMA ke TMB atau poros engkol berputar ½
putaran (180o poros engkol). Karena piston bergerak dari TMA ke TMB
menyebabkan penambahan volume pada ruang atas piston, sehingga tekanan di
ruang atas piston lebih rendah dari tekanan atsmosfir (terjadi kevacuman).
Perbedaan tekanan pada ruang silinder dengan udara luar (atmosfir) sebesar
0,1-0,3 bar. Akibatnya udara dari luar terhisap masuk kedalam silinder. Karena
pada langkah hisap yang dihisap hanya udara, untuk memaksimalkan udara
yang dihisap maka katup In terbuka antara 0-40o sebelum TMA dan tertutup
40-60o poros engkol setelah TMB.

2.3.2 Langkah Kompresi


Pada lanfgkah kompresi piston bergerak dari TMB ke TMA dan kedua
katup (In dan Ex) tertutup. Menurut Nasuhan (2009: 26) menyataan hanya
udara yang dikompresikan pada langkah kompresi. Udara pada ruang silinder
dimampatkan/dikompresikan dengan cara mengecilnya ruang (volume) diatas
piston sebesar perbandingan kompresi pada mesin diesel. Leh sebab itu
temperature dan tekanan udara yang dikompresikan dalam ruang silinder
menjadi naik, saat akhir langkah kompresi tekanannya mencapai 1.5-4.0 Mpa
(15-40 bar) dan temperature mecapai 700-900oC.
Beberapa derajat sebelum akhir langkah kompresi, bahan bakar
disemprotkan melalui injector (nozzle) atau bisa disebut dengan injection
timing (waktu penyemprotan). Bahan bakar yang talah disemprotkan langsung
bercampur dengan udara yang bertekanan dan bertemperatur tinggi, beberapa
saat kemudian campuran bahan bakar dan udara tersebut mulai terbakar hingga
akhir langkah kompresi (piston mencapai TMA). Peristiwa tersebut disebut
dengan proses pembakaran. Akibat dari proses pembakaran, temperature gas
hasil pembakaran mencapai 2000-2500o C dan tekanan gas hasil pembakaran
mencapai 30-60 bar.

2.3.3 Langkah Usaha


Pada langkah ini piston bergerak dari TMA menuju TMB dan kondisi
kedua katup (In dan Ex) masih tertutup. Langkah ini merupakan langkah yang
menghasilkan tenaga (power). Bergerakknya piston ke TMB dikarenakan
tekanan gas hasil pembakaran yang tinggi (30-60 bar), sehingga energy panas
dari proses pembakaran dirubah menjadi energi gerak translasi hingga piston
memutar poros engkol. Dengan bergeraknya piston dari TMA ke TMB,
menyebabkan ruang atas piston (volume silinder) membesar.akibat dari
memvbesarnya ruang atas piston pada akhir TMA, tekanan gas sisa
pembvakaran menurun menjadi 4-3 bar dan temperature menjadi 900-800o C.

2.3.4 Langkah Buang


Langkah buang merupakan langkah dimana piston mendorong keluar
gas sisa hasil pembakaran. Piston bergerak dari TMB ke TMA dengan kondisi
katup In tertutup dan katup Ex terbuka. Pada saat piston 40-60o sebelum TMB
(akhir langkah usaha) katup Ex mulai membuka, sehingga gas sisa hasil
pembakaran yang bertekanan sekitar 4-3 bar keluar dengan sendirinya melalu
saluran exhaust. Katup Ex menutup pada 5-40o setelah TMA (awal langkah
hisap). Beberapa derajat sebulum akhir langkah buang dan awal langkah hisap
kedua katup In dan Ex membuka bersamaan, kondisi ini disebut dengan valve
overlapping atau gerak gunting katup.

Pada mesin setiap jenis mesin pasti memiki kuntungan dan kerugian
tersndiri. Mesin diesel memiliki keuntungan dan kerugian adalah sebagai berikut.
2.3.1 Keuntungan:
 Mesin diesel lebih irit bahan bakar daripada mesin bensin.
 Daya yang dihasilkan lebih besar daripada motor bensin.
 Pada saat penyalaan tidak ada tegangan listrik yang dialirkan, sehingga
komponen lebih tahan lama dan tahan terhadap berbagai lingkungan.
 Karena menggunakan suku cadang yang telah diperkuat, umur mesin
diesel 2 kali lebih tahan lama daripada mesin bensin.
 Panas yang terbuang pada mesin diesel lebih sedikit.

2.3.2 Kerugian:
 Karena perbandingan kompresi yang tinggi maka tekanan pembakaran
hamper 2 kali lebih tinggi dari mesin bensin, sehingga suara dan getaran
yang dihasilkan oleh mesin lebih besar.
 Tekanan pembakaran yang tinggi berakibat komponen yang diguanakan
untuk komponen mesin diesel harus dibuat dari bahan yang lebh kuat dan
tahan tekanan, sehingga membutuhkan biaya yang lebih besar.
 Membutuhkan perawatan yang lebih cermat, karena mesin diesel
membutuhkan sistem penyemprotan bahan bakar yang presisi.
 Membutuhkan daya yang besar untuk memulai start awal mesin, karena
kontruksi mesin diesel yang berrasio kompresi tinggi.

2.3 Periode Pembakaran Mesin Diesel


Periode pembakaran dalam diesel engine diperlihatkan dalam hubungan
tekanan dan sudut crankshaft. Hubungan antara gerakan piston dalam derajat
poros engkol dan besarnya tekanan fluida (udara, campuran udara dan bahan
bakar serta proses pembakaran) yang terjadi diatas piston terbagi dalam 4 phase .
Yang harus dipahami adalah temperatur di dalam silinder akan naik seiring
dengan tekanan. Proses tersebut dijelaskan sesuai gambar 2.2 dibawah ini.

Gambar 2.2. Diagram pembakaran motor Diesel


(Sumber: Isuzu Service Traning Manual)

Keterangan :
A: Awal penyemprotan bahan bakar (fuel injection starts)
B: Bahan bakar mulai terbakar (ignition)
C: Perambatan api
D: Akhir Penyemprotan bahan bakar (fuel injection ends)
E: Akhir pembakaran

1. Phase 1: Ignition Delay


Sebelum titik (A) injection pump memompa bahan bakar menuju
nozzle. Waktu penyemprotan bahan bakar (injection timing) terjadi pada
titik (A). Selama periode (A) ke (B) terjadi proses bercampurnya bahan
bakar dengan udara panas didalam silinder, tetapi campuran bahan bakar
dengan udara tersebut tidak langsung terbakar. Periode ini dinamakan
periode pengapian yang tertunda (ignition delay).

2. Phase 2 : Flame Propagation


Setelah dari titik (B), bersamaan dengan gerakan piston mencapai
puncak TDC dan menuju BDC serta bahan bakar yang terus menyemprot ke
dalam silinder, pembakaran campuran bahan bakar dengan udara merambat
dengan cepat hingga sampai pada titik (C). Karena terjadi proses
pembakaran, tekanan dan temperature didalam silinder meningkat pesat.

3. Phase 3: Direct Combustion


Tekanan dan temperature pembakaran yang tinggi pada titik (C)
menjadikan semprotan bahan bakar langsung terbakar pada titik (C) hingga
titik (D). sehingga tekanan dan temperature hasil pembakaran semakin
meningkat pesat. Penginjeksian bahan bakar terus berhanjut hingga
injection pump menghentikan penginjeksian bahan bakar pada titik (D).

4. Phase 4: After Burning


Meskipun penginjeksian bahan bakar telah dihentikan pada titik (D),
tetapi proses pembakaran masih berlangsung bersamaan dengan piston
bergekak dari TDC ke BDC pada titik (E).

2.4 Mesin Diesel Indirect Injection


Mesin Diesel indirect injection adalah salah satu jenis mein diesel dimana
injection nozzle menyemprotkan bahan bakar tidak langsung ke ruang bakar
utama (main combustion) tetapi menyemprotkan bahan bakar pada ruang bakar
tambahan yang berada diatas ruang bakar utama. Ruang bakar tamabahan
berfungsi untuk meningkatkan turbolensi udara yang dikomproseikan oleh piston
pada saat langkah kompresi. Sehingga pencampuran bahan bakar dengan udara
bisa lebih sempurna.
Pada mesin diesel tipe indirect injection memiki komponen tambahan
berupa busi pemanas (glow plug) yang berfungsi meningkan suhu udara pada
ruang bakar pada saat mesin dingin. Tipe mesin ini memiliki tekanan nozzle yang
lebih rendah serta suara yang ebih halus dibandingkan mesin tipe direct injection.
Tekanan nozzle yang dibutuhkan untuk mesin diesel tipe indirect injection yaitu
sebesar 90-110 bar. Selain itu mesin diesel tipe ini memiliki kelebihan dan
kekurangan sebagai berikut.

2.4.1 Keuntungan
a. Tingkat turbolensi mesin tinggi dalam berbagai putaran
b. Kemungkinan penyumbatan nozzle kecil
c. Tidak memerlukan injeksi tekanan tinggi
d. Suara mesin lebih halus dibandingkan direct injection

2.4.2 Kekurangan
a. Memerlukan busi pemanas
b. Lebih boros bahan bakar
c. Efisiensi perpindahan panas rendah

2.5 Bahan Bakar Diesel


Bahan bakar minyak yang ada pada saat ini berasal dari minyak mentah,
yaitu cairan berwarna hitam yang dieksploitasi dari perut bumi dan biasa disebut
dengan petrolium. Bahan bakar diesel merupakan hidrokarbon hasil penyulingan
bertingkat dari minyak bumi setelah bensin dan minyak tanah pada temperature
200-340o C. Untuk meningkatkan nilai ekonomis penggunaan bahan bakar fosil
jenis diesel, maka solar dikembangkan menjadi biodiesel. Biomassa Diesel, dll.
Kualitas bahan bakar diesel dipengaruhi oleh angka setana. Angka setana
merupakan jumlah C16 yang terkandung dalam bahan bakar diesel (solar). Angka
setana pada bahan bakar diesel memiliki nilai anata 0 hingga 100. Arifin (2008:
26) menjelaskan bahwa angka setana dalam bahan bakar mesin diesel harus diatas
45 dan volalitas bahan bakar yang rendah agar pembakaran dalam silinder
sempurna. Sehingga semakin tinggi nilai angka setana yang terkandung dalam
bahan bakar mesin diesel, maka bahan bakar akan mudah terbakar dan ignition
delaynya semakin pendek. Selain itu mesin akan menjadi mudah dihidupkan
karena proses pembakaran yang sempurnya, sehingga daya yang dihasilkan mesin
semakin tinggi dan kandungan gas buang semakin ramah lingkungan. Rumus
pembakaran yang sempurna pada mesin diesel adalah sebagai berikut.

Menurut Suhartanto dan Arifin (2008:22) bahan bakar diesel yang baik
harus memenuhi prasyarat sifat-sifat sebagai berikut.
a. Tidak mudah menguap di bawah temperatur normal dan encer
b. Flash Point (40o – 100oC)
c. Terbakar spontan pada 350oC (bensin terbakar sendiri pada 500oC)
d. Menimbulkan kalor yang besar (sekitar 10.000 kkal/kg)
e. Kandungan sulfur yang lebih besar.
Selain itu, A. Hardjono (2007: 87-96) bahan bakar mesin diesel harus memiliki
karakteristik yang penting untuk bahan bakar minyak solar yaitu kualitas
penyalaan, volatilitas, viskositas, titik tuang dan titik kabut.
a. Angka Cetane
Semakin tinggi angka cetana, maka ketahanan terhadap knoking atau
detonasi semakin tinggi, sehingga mesin mudah dihidupkan, proses
pembakaran semakin sempurna, saat mesin hidup tidak mudah knoking atau
detonasi dan gas buang semakin tidak polutif. Angka cetane menunjukkan
kualitas bahan bakar Diesel, oleh karena itu maka dengan angka cetane yang
semakin tinggi, harga semakin mahal
b. Volatilitas
Volatilitas bahan bakar Diesel merupakan sifat penguapan, meliputi
reid vapor pressure (RVP), distilasi, flash point dan density. Emakin tinggi
volatilitas, maka kualitass bahan bakar diesel semakin baik, semakin mudah
terbakar, proses pembakaran semakin sempurna, daya yang dihasilkan
mesin semakin tinggi dan gas buang semakin bersih atau polusi rendah.
c. Viskositas
Viskositas bahan bakar solar merupakan ukuran kekentalan bahan
bakar yang menyatakan kekuatan geseknya dalam fluida. Viskositas bahan
bakar semakin tinggi berarti bahan bakar tersebut semakin kental, berarti
semakin sulit menguap dan semakin sulit mengalir. Viskositas bahan bakar
mesin Diesel dibuat sedemikian sehingga tetap mudah mengalir pada ruang
sempit seperti filter solar dan pompa injeksi diesel. Tetapi viskositas bahan
bakar mesin Diesel tidak dibuat terlalu encer, sehingga mudah bocor pada
celah komponen yang sempit pada komponen mesin.
d. Titik tuang dan titik kabut
Titik tuang adalah batasan dimana bahan bakar diesel masih mudah
mengalir meski mengalami suhu dingin, misalnya minus 20 o C. Jika titik
tuang tidak baik, maka yang bisa terjadi adalah mesin sulit atau tidak dapat
dihidupkan ketika berada di daerah bersuhu dingin. Pada beberapa
kendaraan bermesin diesel, untuk mengatasi masalah titik tuang, dipasang
pemanas pada tangki bahan bakar diesel, atau tempat lainnya yang dialiri
bahan bakar diesel, sehingga bahan bakar diesel memperoleh panas yang
cukup, maka bisa mengatasi sulitnya bahan bakar solar mengalir. Bahan
bakar solar juga harus gampang mengabut bahkan pada suhu minus 20 o C .
Pada suhu dingin bahan bakar diesel akan mengalami pemisahan parafin,
bentuknya seperti lumpur. Jika ini terjadi maka pada suhu dingin, mesin
tidak dapat dihidupkan karena solar tidak dapat mengalir, tersumbat pada
filter bahan bakar. Untuk mengatasi hal tersebut, maka diperlukan pemanas
bahan bakar diesel pada tangki bahan bakar atau tempat lain aliran bahan
bakar diesel.

2.6 Bio Diesel


Bio diesel atau biosolar adalah bahan bakar untuk mesin diesel yang bahan
bakunya terbuat dari bahan yang terbarukan atau secara khusus adalah bahan
bakar diesel dengan campuran minyak nabati. Budiman (2017:5) menjelaskan
bahan bakau yang digunakan untuk membuat biodiesel antara lain kacang kedelai,
biji bunga matahari, rapeseed, kelapa sawit, kelapa, jatropha, alga, limbah
minyak goring dan lemak hewan. Dengan menggunakan bahan baku tersebut,
menjadikan biodiesel sebagai salah satu sumber bahan bakar terbarukan dalam
dunia otomotif. Sehingga dalam pembuatan biodiesel membutuhkan biaya yang
lebih murah karena tidak ada proses penggalian tambang cukup dengan memanen
bahan bakau di kebun saja. Di Indonesia bahan baku pembuatan biodiesel yang
memungkinkan untuk dikembangkan adalah kelapa sawit dan Jatropha curcas
(jarak pagar). Produksi crude palm oil (CPO) dan crude jatropha curcas oil
(CJCO) di Indonesia merupakan prosepek yang baik dalam pemngembangan
biodiesel.
Biodiesel merupakan campuran solar dengan minyak nabati yang didapat
dari minyak sawit atau buah jarak pagar. Bio diesel memiliki angka cetana 48 dan
kandungan sulfur 2500 ppm, sehingga biodiesel sesuai untuk bahan bakar
kendaran bermesin diesel dengan teknologi lama. Umumnya kendaraan yang
menerapkan teknologi lama dipakai pada angkutan umum seperti bus dalam kota
(www.pertamina.com).

N Batasan Metode
Karakteristik Satuan
o Min. Max. ASTM lain
1 Bilangan cetana
Angka cetana 48 D 613
Indeks cetana 45 D 4737
o 3 1
2 Berat jenis pada 15 C Kg/m 820 ) 860 D 4052/
D 1298
3 Viskositas 40oC mm2/s 2.0 4.5 D 445
1
4 Kandungan Sulfur 0.35 )
0,302) D 2622 /
%m/m 0,253) D 4294 *)
0,054)
0,0055)
5 Distilasi
Temp. @95% 3) o
C 340
3 o
Temp. @95% ) C 360
o
Titik Didih Akhir C 370 D 86
o
6 Titik Nyala C 52 D 93
o
7 Titik Tuang C 18 D 97
8 Residu Karbon D 4530/D
% m/m 26 0.1
189
9 Kandungan Air D 6304
mg/kg - 500 **
)
10 Stabilitas Oksidasi gr/m3 - 25 D 2274
11 Biological Growth *) - Nihil
12 Kandungan FAME *) % v/v - 10
13 Kandungan Ethanol dan % v/v Tak
Methanol Terdeteks
i
14 Korosi Bilah Tembaga Merit - Kelas 1 D 4815
15 Kandungan Abu % m/m - 0.01 D 130
16 Kandungan Sendimen % m/m - 0.01 D 482
17 Bilangan Asam Kuat mg
- 0 D 473
KOH/g
18 Bilangan Asalm Total mg
- 0.3 D 664
KOH/g
19 Partikulat mg/l - 10 D 2276
20 Lubrisitas (HFRR wear CEC F-
scar dia . @60oC) Mikron 460 D 6079 06
A-96
21 Penampilan Visual Jernih &
-
Terang
22 Warna No.
1.0 D 1500
ASTM
Sumber: www.pertamina.com

Persamaan rumus reaksi biosolar (C16)

Komposisi dari bio solar yang ada pada MSDS (Material Safety Data
Sheet) adalah hidrokarbon dan FAME 812. Hidrokarbon adalah sebuah senyawa
yang terdiri dari unsur karbon (C) dan unsur hidrogen (H). Seluruh hidrokarbon
memiliki rantai karbon dan atom-atom hidrogen yang berikatan dengan rantai
tersebut. Istilah tersebut digunakan juga sebagai pengertian dari hidrokarbon
alifatik. Sebagai contoh, metana (gas rawa) adalah hidrokarbon dengan satu atom
karbon dan empat atom hidrogen: CH4. Etana adalah hidrokarbon (lebih
terperinci, sebuah alkana) yang terdiri dari dua atom karbon bersatu dengan
sebuah ikatan tunggal, masing-masing mengikat tiga atom karbon: C2H6. Propana
memiliki tiga atom C (C3H8) dan seterusnya (CnH2·n+2). FAME atau fatty acid
methyl ester (metil ester asam lemak) adalah minyak nabati, lemak hewani, atau
minyak goring bekas yang diubah melalui proses transesterifikasi yang pada
dasarnya mereaksikan minyak-minyak tersebut dengan methanol dan katalisator
NaOH atau KOH. Secara popular, FAME disebut dengan nama bio Diesel.

2.7 Axial Turbo Elektick


Axial Turbo Elektrick merupakan sebuah alat yang berfungsi untuk
mempercepat aliran udara pada saluran intake manifold. Axial turbo elektrik
digunakan untuk menghemat konsumsi bahan bakar dan menambah tenaga yang
dihasilkan oleh mesin. Cara kerja axial turbo elektrik adalah dengan memutar
switch kecepatan pada kontroler axial turbo elektrik. Ketika axial turbo elektrik
dinyalakan, baling-baling turbin dan kompresor dalam axial turbo elektrik ini.
Sehingga pada saat mesin dan axial turbo elektrik dinyalakan, aliran udara dan
tekanan udara yang masuk ke ruang bakar meningkat.

.
Gambar 2. Axial Turbo Elektrik
Sumber: dokumen peneliti
Alat ini dikembangkan sejak tahun 1996 yang bentuknya seperti tabung
baja dengan ukuran diameter sesuai pipa intake manifold mobil dan pada kedua
ujung alat ini emiliki baling-baling. Alat ini dirancang dengan mengadopsi propler
pada pesawat terbang. Dimana salah satu ujungf berfungsi sebagai turbin dan
ujung satunya sebagai kompresor. Alat ini memiliki perkembangan dari segi
penggeraknya. Pada awalnya alat ini berfungsi sesuai dengan kondisi kevacuman
dan kecepatan udara yang dihisap pada saluran intake manifold. Kemudian alat ini
dikembangan menggunakan penggerak sendiri, dimana alat ini memakai
perggerak motor tipe brushless dan kecepatannya dapat diatrur sesuai kemauan
pengemudi.
Alat ini ditambahkan pada kendaraan dengan tujuan untuk menaikkan
unjuk kerjanya. Produsen alat ini mengatakan bahwa unjuk kerja motor bakar
akan meningkat serta konsumsi bahan bakar akan lebih irit. Selain itu kandungan
emisi yang dihasilkan kendaraan akan berkurang. Berikut adalah spesifikasi axial
turbo elektrick yang dijual di pasaran.

Merk FY-UU
Region of manufacture China
Manufacture part number ET701-FZ
Material Aluminum
Dimension D76mm x P100mm
Voltage 7,4-16,8 Volt
Current 24 Ampere
Maximum power 380 Watt
Speed 35000 rpm
Sumber: https://id.aliexpress.com/item/32826024307.html diakses 30 september 2020

2.8 Emisi Gas Buang Mesin Diesel


Emisi gas buang kendaraan bermotor telah menjadi sumber utama
pencemaran udara terutama di daerah perkotaan, apalagi dengan bertambahnya
unit kendaraan bermotor serta buruknya mutu bahan bakar. Emisi kendaraan
bermotor mengandung berbagai senyawa kimia. Komposisi dari kandungan
kimianya tergantung dari cara mengemudi, jenis mesin, alat pengendali emisi
bahan bakar, suhu operasi dan faktor lain yang semuanya membuat pola emisi
menjadi rumit. Jenis bahan pencemar yang dikeluarkan oleh mesin dengan bahan
bakar bensin maupun solar sebenarnya sama saja, hanya berbeda proporsinya
karena perbedaan cara operasi mesin. Secara visual selalu terlihat asap dari
knalpot kendaraan bermotor dengan bahan bakar solar yang umumnya tidak
terlihat pada kendaraan bermotor dengan bahan bakar bensin.
Berdasarkan European Union (2010) “emisi kendaran bermotor
mengandung gas karbon dioksida (CO2), nitrogen oksida (NOx), karbon
monoksida (CO), volatile hydro carbon (VHC), dan partikel lain yang berdampak
negatif pada manusia ataupun lingkungan bila melebihi ambang konsentrasi
tertentu”. Upaya mengurangi emisi ini, Uni Eropa (European Union/EU)
menempuh cara dengan untuk menggunaan teknologi transportasi yang lebih
ramah lingkungan. Di awal 1990 EU mengeluarkan peraturan yang mewajibkan
penggunaan katalis untuk mobil bensin, sering disebut standar Euro 1. Ini
bertujuan untuk memperkecil kadar bahan pencemar yang dihasilkan kendaraan
bermotor. Lalu secara bertahap EU memperketat peraturan menjadi standar Euro
2 (1996), Euro 3 (2000), Euro 4 (2005), Euro 5 (2009), dan Euro 6 (2014).

2.8.1 Polutan Mesin Diesel


Polusi udara oleh gas buang dan bunyi pembakaran motor diesel
merupakan gangguan terhadap lingkungan. (Komponen-komponen gas buang
yang membahayakan antara lain adalah asap hitam (jelaga), hidrokarbon yang
tidak terbakar (HC), karbon monoksida (CO), nitrogen oksida (NO) dan NO 2. No.
dan NO2 biasa dinyatakan dengan NOx” (Havendry Adly, 2008). Namun jika
dibandingkan dengan motor bensin, motor diesel tidak banyak mengandung gas
yang berbahaya. Disamping itu, kadar gas NO 2 sangat rendah jika dibandingkan
dengan gas NO. Jadi bisa dikatakan bahwa komponen utama gas buang motor
diesel yang membahayakan adalah NOx dan asap hitam. Selain dari komponen
tersebut di atas beberapa hal berikut yang merupakan bahaya atau gangguan
meskipun bersifat sementara. Asap putih yang terdiri atas kabut bahan bakar atau
minyak pelumas yang terbentuk pada saat start dingin, asap biru yang terjadi
karena adanya bahan bakar yang tidak terbakar atau tidak terbakar sempurna
terutama pada periode pemanasan mesin atau pada beban rendah, serta bau yang
kurang sedap merupakan bahaya yang menggagu lingkungan. Selanjutnya bahan
bakar dengan kadar belerang yang tinggi sebaiknya tidak digunakan karena akan
menyebabkan adanya SO2 di dalam gas buang.

2.8.2 Soot (Jelaga)


Jelaga (soot) adalah butiran arang yang halus dan lunak yang
menyebabkan munculnya asap hitam dimana asap hitam terjadi karena proses
pembakaran yang tidak sempurna. “Asap ini membahayakan lingkungan karena
mengkeruhkan udara sehingga mengganggu pandangan, tetapi karena adanya
kemungkinan mengandung karsinogen. Motor diesel yang mengeluarkan asap
hitam yang sekalipun mengandung partikel karbon yang tidak terbakar tetapi
bukan karbon monoksida (CO)” (Widianto.2014). Jika jelaga yang terjadi terlalu
banyak, gas buang yang keluar dari mesin akan berwarna hitam dan mengotori
udara. Hal inilah yang membuat jelaga menjadi masalah serius yang harus segera
dicari solusinya.

2.8.3 Proses Terbentuknya Jelaga (soot)


Proses terbentuknya jelaga adalah karena pada saat terjadi pembakaran
karbon tidak mempunyai cukup waktu untuk bereaksi dengan oksigen akibatnya
terjadi kelebihan karbon dari bahan bakar yang tidak terbakar. Terbentuknya
karbon-karbon padat (jelaga) karena butir-butir bahan bakar yang terjadi saat
penyemprotan terlalau besar atau beberapa butir terkumpul menjadi satu, maka
akan terjadi dekomposisi. Hal tersebut disebabakan karena pemanasan udara pada
temperatur yang terlalu tinggi sehingga penguapan dan pencampuran dengan
udara tidak dapat berlangsung sempurna. Saat dimana terlalu banyak bahan bakar
yang disemprotkan maka terjadinya jelaga tidak dapat dihindarkan. Jelaga yang
terlalu banyak menyebabkan gas buang yang keluar dari mesin akan berwarna
hitam dan mengotori udara.

2.8.4 Faktor terbentuknya Jelaga (sloot)


Factor-faktor yang menyebabkan terbentuknya jelaga pada gas buang
mesin diesel adalah sebagai berikut.
a. Konsentrasi oksigen sebagai gas pembakar kurang. Apabila dalam
proses pembakaran terjadi kekurangan oksigen maka karbon-karbon
yang berasal dari bahan bakar akan banyak gagal bereaksi dengan
oksigen sehingga mengakibatkan terbentuknya karbon padat.
b. Bahan bakar yang disemprotkan ke dalam ruang bakar terlalu banyak.
Apabila butir-butir bahan bakar yang terjadi pada penyemprotan ke
dalam silinder motor terlalu besar atau apabila butir-butir berkumpul
menjadi satu maka akan terjadi dekomposisi yang menyebabkan
terbentuknya karbon-karbon padat atau angus.
c. Penguapan dan pencampuran bahan bakar dan udara yang ada di dalam
silinder tidak dapat berlangsung sempurna.
d. Karbon tidak mempunyai cukup waktu untuk bereaksi dengan oksigen.
Pembakaran yang sempurna akan menghasilkan tingkat konsumsi
bahan bakar yang ekonomis dan berkurangnya kepekatan asap hitam
gas buang karena pada pembakaran sempurna campuran bahan bakar
dan udara dapat terbakar seluruhnya dalam waktu dan kondisi yang
tepat. Agar terjadi pembakaran yang sempurna maka perlu
diperhatikan kualitas bahan bakar sesuai dengan karakteristiknya
sehingga homogenitas campuran bahan bakar dengan udara dapat
terjadi secara sempurna.

2.9 Kerangka Konseptual

Dengan Axial Turbo Elektrick Tanpa Axial Turbo Elektrick

Bahan Bakar Udara Panas Kompresi

Campuran Udara dan Temperatur Ruang


Bahan Bakar Bakar

Proses Pembakaran

Emisi Gas Buang Konsumsi Bahan


(Opasistas) Bakar

Diteliti :
Tidak Diteliti :

Gambar 2.6 Kerangka konseptual

Dari kerangka konseptual dapat diketahui bahwa pembakaran di pengaruhi


oleh campuran udara dan bahan bakar selain itu dipengaruhi oleh temperature
ruang bakar. Dalam penelitian ini bahan bakar yang dipakai adalah Biosolar dan
pada saluran intake dipasangi axial turbo elektrick sedangkan temperatur ruang
bakar diperoleh panas pembakaran. Dalam proses pembakaran ini akan
mempengaruhi konsumsi dan emisi gas buang. Variabel lain yang berpengaruh
namun tidak diteliti adalah panas dan kompresi, dimana kedua hal ini saling
berkaitan. Jika kompresi yang terjadi di dalam ruang bakar tinggi maka
temperatur dari ruang bakar akan tinggi pula. Sedangkan panas yang terdapat di
dalam ruang bakar bisa dihasilkan dari hasil kompresi udara di dalam ruang bakar.
Baik dari campuran bahan bakar dan udara maupun temperatur ruang bakar
keduanya akan memperngaruhi pembakaran yang nantinya akan terjadi di dalam
ruang bakar, campuran udara dan bahan bakar yang seimbang akan menghasilkan
pembakaran yang sempurna. Hal tersebut harus diimbangi pula dengan temperatur
ruang bakar yang pas. Sedangkan dari hasil pembakaran yang terjadi di dalam
ruang bakar mesin disel, akan di hasilkan dua variabel yang saling berhubungan
yaitu konsumsi bahan bakar dan emsi gas buang (opasitas).

Anda mungkin juga menyukai