Anda di halaman 1dari 20

I.

DESKRIPSI SINGKAT

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi yang menular, disebabkan oleh


kuman Mycobacterium Tuberculosis. Penanggulangan Tuberkulosis adalah
segala upaya kesehatan yang mengutamakan aspek promotif dan
preventif, tanpa mengabaikan aspek kuratif dan rehabilitatif yang ditujukan
untuk melindungi kesehatan masyarakat, menurunkan angka kesakitan,
kecacatan atau kematian, dan memutuskan penularan.

Materi Pengorganisasian Penanggulangan TB menguraikan tentang


Definisi pengorganisasian; Pengorganisasian Program Penanggulangan
TB (P2TB) dan Pengorganisasian Kemitraan P2TB. Suksesnya upaya
penanggulangan TB perlu pengorganisasian dengan membentuk jejaring
lintas program dan lintas sektor untuk mendukung upaya di pelayanan
kesehatan.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN

A. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU)


Setelah menyelesaikan materi ini, peserta mampu melakukan
Pengorganisasian Program Penanggulangan TB

B. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)


Setelah menyelesaikan materi ini, peserta latih mampu:
1. Menjelaskan Definisi Pengorganisasian P2TB
2. Menjelaskan Pengorganisasian P2TB
3. Melakukan Pengorganisasian Kemitraan P2TB

III. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN

1. Definisi Pengorganisasian P2TB


a. Definisi
b. Tujuan Pengorganisasian
2. Pengorganisasian P2TB
a. Strategi Nasional P2TB
b. Jejaring Tatalaksana Kasus TB meliputi:
1
1). Penemuan Kasus dan Pengobatan Pasien TB
2). Pencatatan dan Pelaporan

3). Logistik P2TB

3. Pengorganisasian Kemitraan P2TB


a. Lintas Program
b. Lintas Sektor
c. Organisasi Kemasyarakatan

IV. METODE PEMBELAJARAN

1. Ceramah dan Tanya Jawab


2. Curah Pendapat
3. Role Play

V. MEDIA DAN ALAT BANTU

1. Flipchart
2. Spidol
3. Materi Modul Pengorganisasian (MI.3)
4. Laptop
5. Bahan Tayang
6. Petunjuk Role Play

VI. LANGKAH LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN

Agar proses pembelajaran dapat berhasil secara efektif, maka perlu


disusun langkah-langkah sebagai berikut:
A. Langkah 1 : Pengkondisian Proses Pembelajaran
1. Kegiatan Pelatih
a. Pelatih memulai kegiatan dengan melakukan bina suasana
dikelas.
b. Pelatih menyapa peserta dengan ramah dan hangat.
c. Apabila belum pernah menyampaikan sesi di kelas mulailah
dengan memperkenalkan diri, Perkenalkan diri dengan
menyebutkan nama lengkap, instansi tempat bekerja, materi
2
yang akan disampaikan.
d. Menggali pendapat peserta (apersepsi) tentang apa yang
dimaksud dengan Pengorganisasian P2TB dengan metode
curah pendapat.

e. Menyampaikan ruang lingkup bahasan dan tujuan pembelajaran


tentang Pengorganisasian P2TB yang sebaiknya dengan
menggunakan CTJ
2. Kegiatan Peserta
a. Mempersiapkan diri dan alat tulis yang diperlukan.
b. Mengemukakan pendapat atas pertanyaan Pelatih.
c. Mendengarkan perkenalan pelatih dan memperkenalkan diri
d. Mengajukan pertanyaan kepada Pelatih bila ada hal-hal yang
belum jelas dan perlu diklarifikasi.
e. Mendengar dan mencatat hal-hal yang dianggap penting.

B. Langkah 2 : Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan


1. Kegiatan Pelatih
a. Menyampaikan pokok bahasan dan sub pokok bahasan dengan
mempresentasikan isi Modul Pengorganisasian dengan
penggunakan bahan tayang.
b. Memberikan kesempatan kepada peserta untuk menanyakan
hal-hal yang kurang jelas.
c. Memberikan jawaban jika ada pertanyaan yang diajukan peserta
2. Kegiatan Peserta
a. Mendengar, mencatat, dan menyimpulkan hal-hal yang dianggap
penting.
b. Mengajukan pertanyaan kepada Pelatih sesuai dengan
kesempatan yang diberikan.
c. Memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan Pelatih.

C. Langkah 3 : Pendalaman Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan


1. Kegiatan Pelatih
a. Mempresentasikan modul Pengorganisasian secara lengkap
menggunakan ppt.
3
b. Mengamati peserta dan memberikan bimbingan pada proses
role play, menyimpulkan hasil diskusi.
2. Kegiatan Peserta
a. Mendengar, mencatat, dan bertanya pada hal-hal yang kurang
jelas pada pelatih.
b. Terlibat aktif melaksanakan dan mengamati proses role play
dalam kelompok.

D. Langkah 4 : Rangkuman
1. Kegiatan Pelatih
a. Bersama peserta diskusi merangkum butir-butir penting dari
hasil proses pembelajaran.
b. Membuat kesimpulan.
2. Kegiatan Peserta
a. Bersama Pelatih merangkum hasil proses pembelajaran
koordinasi lintas program dan lintas sektor.
b. Mendengarkan kesimpulan dari pelatih

VII. URAIAN MATERI

1. Definisi Pengorganisasian Program Penanggulangan TB


a. Definisi
Pengorganisasian adalah merupakan fungsi manajemen yang
penting karena dengan mengorganisir dan memadukan seluruh
sumber daya manusia maupun sumber daya lainnya ke arah
tercapaiannya suatu tujuan.

Pengorganisasian adalah rangkaian kegiatan untuk menghimpun


semua sumber daya yang dimiliki oleh pelayanan kesehatan dan
memanfaatkannya secara efektif dan efisien untuk mencapai
tujuan P2TB.
4
b. Tujuan Pengorganisasian
Tujuan pengorganisasian P2TB dalam strategi nasional diarahkan
menuju akses universal terhadap layanan TB yang berkualitas
dengan upaya kegiatan Temukan Obati Sampai Sembuh (TOSS)
untuk semua pasien TB yang sistematis dengan pelibatan secara.

aktif seluruh penyedia layanan kesehatan melalui pendekatan


Public Private Mix/PPM (bauran layanan pemerintah-swasta).

2. Pengorganisasian P2TB
a. Strategi Nasional P2TB
Strategi penanggulangan TB dalam mencapai Eliminasi Nasional TB
tahun 2030 salah satunya adalah peningkatan kemitraan TB melalui
Forum Koordinasi TB di pusat dan di daerah dengan kebijakan
pendekatan penggalangan kerja sama dan kemitraan diantara sektor
pemerintah, non pemerintah, swasta, dan masyarakat.

Penyelenggaraan Penangggulangan TB perlu didukung dengan


upaya mengembangkan dan memperkuat mekanisme jejaring
koordinasi, serta kemitraan antara pengelola program TB dengan
lintas program dan lintas sektor, para pemangku kepentingan,
penyedia layanan, organisasi kemasyarakatan, organisasi profesi,
asuransi kesehatan, baik di pusat, provinsi maupun kabupaten/kota.
Kegiatan memperkuat koordinasi, jejaring kerja dan kemitraan, harus
mencakup semua aspek penanggulangan TB termasuk:
1) Advokasi
2) Penemuan kasus
3) Penanggulangan TB
4) Pengendalian faktor risiko
5) Peningkatan KIE
6) Meningkatkan kemampuan kewaspadaan dini dan kesiapsiagaan
penanggulangan TB
7) Integrasi penanggulangan TB
8) Sistem rujukan

5
b. Jejaring Tatalaksana Kasus TB
1) Pengorganisasian Penemuan Kasus melalui Pendekatan PPM
Program Penanggulangan TB dalam strategi nasional diarahkan
menuju akses universal terhadap layanan TB yang berkualitas
dengan upaya kegiatan Temukan Obati Sampai Sembuh (TOSS)
untuk semua pasien TB yang sistematis dengan pelibatan secara
aktif seluruh penyedia layanan kesehatan melalui pendekatan
PPM.

PPM adalah pelibatan semua fasilitas layanan kesehatan dalam


upaya ekspansi layanan pasien TB dan kesinambungan program
penanggulangan TB secara komprehensif di bawah koordinasi
Dinas Kesehatan Kab/Kota.
Mekanisme Pendekatan PPM dapat dilaksanakan, sebagai
berikut: a) Hubungan kerjasama/bauran pemerintah-swasta,
seperti: kerja sama program penanggulangan TB dengan faskes
milik swasta, kerja sama dengan sektor
industri/perusahaan/tempat kerja, kerja sama dengan lembaga
swadaya masyarakat (LSM). b) Hubungan kerjasama/bauran
pemerintah-pemerintah, seperti: kerja sama program
penanggulangan TB dengan institusi pemerintah Lintas
Program/Lintas Sektor, kerja sama dengan faskes milik
pemerintah termasuk faskes yang ada di BUMN, TNI, POLRI dan
lapas/rutan.
c) Hubungan kerjasama/bauran swasta-swasta, seperti: kerja
sama antara organisasi profesi dengan LSM, kerja sama RS
swasta dengan DPM, kerja sama DPM dengan laboratorium
swasta dan apotik swasta.

Tujuan Pendekatan PPM adalah menjamin ketersediaan akses


layanan TB yang merata, bermutu dan berkesinambungan
bagi masyarakat terdampak TB (akses universal) untuk
menjamin kesembuhan pasien TB dalam rangka menuju
eliminasi TB.
6
Dalam melaksanakan kegiatan PPM harus menerapkan
prinsip sebagai berikut:
• Kegiatan dilaksanakan dengan prinsip kemitraan dan saling
menguntungkan.
• Kegiatan PPM diselenggarakan sebesar-besarnya untuk
kebaikan pasien dengan menerapkan Norma, Standar, Prosedur
dan Kriteria (NSPK).
• Kegiatan PPM diselenggarakan melalui sistem jejaring yang
dikoordinir oleh program penanggulangan TB di setiap
tingkat.

Jejaring PPM meliputi:


1. Jejaring Kasus
a. Penemuan dan diagnosis terduga TB, investigasi kontak. b.
Kesinambungan pengobatan pasien TB: rujukan/pindah, Pelacakan
pasien TB yang mangkir.
c. Peningkatan cakupan penemuan kasus TB melalui intensifikasi
PIS –PK.
2. Jejaring Mutu Laboratorium
Pemantapan Mutu Laboratorium di Fasyankes dilakukan dengan
metode LQAS oleh laboratorium intermediate dan laboratorium rujukan
provinsi (Balai/Balai Besar Laboratorium Kesehatan). 3. Jejaring
Logistik,
a. Penerimaan, penyimpanan, dan distribusi logistik oleh Instalasi
Farmasi kabupaten/kota ke Fasyankes baik FKTP maupun
FKRTL dengan koordinasi program TB.
b. Dokter Praktik Mandiri/Klinik Pratama melakukan jejaring logistik
dengan Puskesmas di wilayahnya.
4. Jejaring Pencatatan dan Pelaporan TB
Jejaring Pencatatan dan Pelaporan TB di Fasyankes dilakukan
secara manual/elektronik (SITT, E-TB Manager, Wifi TB). 5. Jejaring
Pembinaan
Jejaring pembinaan dilakukan oleh dinas kesehatan kab/kota ke
seluruh faskes pemerintah dan swasta melalui supervisi, pertemuan
monitoring dan evaluasi.
7
Jejaring PPM di kabupaten/kota dapat dilihat pada Bagan 3 di
bawah ini.

Bagan 1. Penemuan Aktif dengan Jejaring Layanan TB (PPM)

Keterangan:
• Mandatory Notification adalah kewajiban melapor setiap Fasyankes di luar
Puskesmas (DPM, Klinik, RS), yang dalam teknis pelaporannya dapat
dilakukan melalui Puskesmas maupun langsung ke Dinas Kesehatan.
• Koordinasi, jejaring kerja dan kemitraan perlu diperkuat agar berjalan
dengan baik, dengan menitikberatkan pada pembentukan Tim
PPM/Koalisi Organisasi Profesi Indonesia (KOPI) di tingkat
kabupaten/kota.

Jejaring pembinaan dimaksudkan untuk:


• Peningkatan penemuan kasus TB secara pasif intensif dan aktif masif,
termasuk investigasi kontak berbasis keluarga.

8
• Penguatan laboratorium mikroskopis, test cepat molekuler, kultur, uji
kepekaan obat di fasyankes pemerintah dan swasta.
• Penguatan mutu layanan TB melalui akreditasi Puskesmas dan RS,
• Penguatan manajemen obat dan logistik TB lainnya.
• Penguatan sistem pencatatan dan pelaporan program TB. •
Penguatan pelaksanaan wajib lapor (mandatory notification). •
Penguatan pembinaan dengan supervisi dan mentoring.
• Penguatan monitoring dan evaluasi.

Jejaring PPM TB berbasis Kabupaten/Kota melibatkan:


• Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota termasuk semua unit program terkait
sesuai tugas pokok dan fungsi
• Semua Rumah Sakit baik pemerintah dan swasta
• Semua Puskesmas
• Semua Klinik Pratama dan Dokter Praktik Mandiri dan FKTP lainnya
• Organisasi profesi (IDI, PDUI, PDPI, PAPDI, IDAI, IAI, Patelki, ILKI,
PPNI, IBI, dll)
• Organisasi kemasyarakatan
• Semua institusi pendukung dan layanan TB lainnya (laboratorium klinik,
apotik, dll)

2. Pengorganisasian Sistem Informasi P2TB


Informasi TB yang telah diolah atau diproses menjadi bentuk yang
mengandung nilai dan makna yang berguna untuk meningkatkan
pengetahuan dalam mendukung program P2TB. Informasi kesehatan
untuk program P2TB adalah informasi dan pengetahuan yang memandu
dalam melakukan penentuan strategi, perencanaan, pelaksanaan,
monitoring dan evaluasi program P2TB.

9
Bagan 2: Alur Pelaporan P2TB
Notifikasi Wajib (Mandatory Notification)

TB adalah penyakit menular yang wajib dilaporkan. Setiap fasilitas


kesehatan yang memberikan pelayanan TB wajib mencatat dan
melaporkan kasus TB yang ditemukan dan/atau diobati sesuai dengan
format pencatatan dan pelaporan yang ditentukan. Pelanggaran atas
kewajiban ini bisa mengakibatkan sanksi administratif sampai
pencabutan izin operasional fasilitas kesehatan yang bersangkutan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Sistem notifikasi wajib dapat dilakukan secara manual atau melalui


sistem elektronik sesuai dengan tata cara dan sistem yang ditentukan
oleh program penanggulangan TB. Dalam pelaksanaan notifikasi,
digunakan Nomor Induk Kependudukan (NIK) sebagai identitas pasien
TB. Notifikasi wajib pasien TB untuk FKTP (klinik dan dokter praktik
mandiri) disampaikan kepada Puskesmas setempat. Puskesmas akan
mengkompilasi laporan kasus TB dari semua FKTP di wilayah kerjanya

10
dan melaporkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat.
Mengingat keterbatasan sumber daya di FKTP (klinik dan dokter praktik
mandiri) maka harus disiapkan sistem informasi TB yang lebih
sederhana dan mudah dilaksanakan.
Notifikasi wajib pasien TB dari FKRTL (Rumah Sakit, BP4, Klinik Madya
dan Utama) disampaikan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/kota
setempat menggunakan sistem informasi TB yang baku. Dinas
Kabupaten/Kota bertanggungjawab untuk mengawasi dan membina
pelaksanaan sistem notifikasi wajib di wilayahnya masing-masing
sebagai bagian rutin kegiatan tim PPM.

3. Pengorganisasian Logistik P2TB

Bagan 3: Pengorganisasian logistik P2TB dapat digambarkan dibawah

ini: KEMENTERIAN

DITJEN P2P DITJEN FARMALKES

PUSAT KAB/KOTA

INSTALASI FARMASI
KAB/KOTA (IFK)
PROVINSI KAB/KOTA
FASILITAS PELAYANAN

INSTALASI FARMASI
NASIONAL
DINAS
KESEHATAN
PROVINSI

DINAS KESEHATAN

KESEHATAN

11
Tugas dan fungsi dari setiap tingkat pelaksana tersebut dalam
pengelolaan logistik TB adalah:

Tingkat Pusat
a. Membuat Kebijakan Nasional Pengelolaan Logistik Program TB b.
Membuat Panduan Nasional Pengelolaan Logistik Program TB. c.
Mendukung penyediaan logistik Program TB untuk kebutuhan daerah,
termasuk buffer stock.
d. Melakukan Bimbingan Teknis, Monitoring dan Evaluasi
Ketersediaan logistik.

Tabel 1. Pola Kerjasama di Tingkat Pusat


No Kegiatan Ditjen Ditjen Badan
P2P POM
Farmasi &
Alkes

1 Seleksi ✓ ✓ ✓*

2 Perencanaan ✓ ✓ -

3 Pengadaan - ✓ ✓*

4 Pendistribusian ✓ ✓ -

5 Penyimpanan - ✓ -

6 Pencatatan dan Pelaporan ✓ ✓ -

7 Monev ✓ ✓ ✓

Catatan: *Keterlibatan Badan POM dalam kegiatan Seleksi dan


Pengadaan adalah dapat memberikan masukan apabila dari hasil
pemantauan rutin Badan POM, ternyata ditemukan obat dinyatakan tidak
layak digunakan (seperti dampak efek samping yang besar, efektifitas obat
yang menurun, dll).

Tingkat Provinsi
a. Melaksanakan Kebijakan Nasional Pengelolaan Logistik Program TB.
b. Melaksanakan Pengelolaan Logistik Program TB sesuai Panduan
Nasional.

12
c. Melakukan pengadaan logistik Program TB untuk kebutuhan Provinsi
dan Kabupaten/Kota, termasuk buffer stock.
d. Melakukan Bimbingan Teknis, Monitoring dan Evaluasi
Ketersediaan Logistik ke Kabupaten/Kota.

Tabel 2. Pola Kerjasama di Tingkat Provinsi


No Kegiatan Program TB IF Prop Balai Besar/
Balai POM

1 Perencanaan ✓ ✓ -

2 Pengadaan ✓ ✓ -

3 Pendistribusian ✓ ✓ -

4 Penyimpanan - ✓ -

5 Pencatatan dan Pelaporan ✓ ✓ -

6 Monev ✓ ✓ ✓

Tingkat Kabupaten/Kota
a. Melaksanakan Kebijakan Nasional Pengelolaan Logistik Program TB.
b. Melaksanakan Pengelolaan Logistik Program TB sesuai Panduan
Nasional.
c. Melaksanakan perencanaan kebutuhan logistik dan mengajukan
rencana kebutuhan logistik ke provinsi dan tembusan ke pusat. d.
Melakukan pengadaan logistik Program TB untuk kebutuhan
kabupaten/kota, termasuk buffer stock.
e. Melakukan Bimbingan Teknis, Monitoring dan Evaluasi
Ketersediaan Logistik ke Fasyankes.

Tabel 3. Pola Kerjasama di Tingkat Kabupaten/Kota


No Kegiatan Program TB IF Kab/Kota

1 Perencanaan ✓ ✓

2 Pengadaan ✓ ✓

3 Pendistribusian ✓ ✓

4 Penyimpanan - ✓

5 Pencatatan dan pelaporan ✓ ✓

6 Monev ✓ ✓
13
3. Pengorganisasian Kemitraan P2TB
A. Lintas Program
Tanggung jawab pelaksanaan Program Penanggulangan TB berada
di Kabupaten/Kota yang didukung fasilitas kesehatan primer yaitu
Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Rujukan Mikroskopis TB (FKTP
RM), yaitu puskesmas dengan laboratorium yang mampu melakukan
pemeriksaan mikroskopis dahak dan menerima rujukan, serta fasilitas
kesehatan tingkat lanjutan yaitu Fasiltas Kesehatan Rujukan Tingkat
Lanjut (FKRTL) yang dapat melakukan pemeriksaan mikroskopis dan
mengambil peran sebagai rujukan mikroskopis, serta didukung

fasilitas kesehatan lainnya (seperti lapas, rutan, tempat kerja dan


klinik) yang telah menjadi bagian jejaring di wilayah kabupaten/kota.

Kepala Dinas Kesehatan sebagai penanggung jawab semua program


dan fasilitas kesehatan di wilayah kerjanya, termasuk
Penanggulangan TB; sehingga juga bertanggung jawab terhadap
pembinaan SDM, perencanaan, penganggaran dan monitoring
Program PenanggulanganTB, yang secara teknis dibantu oleh Kepala
Bidang P2 Penyakit dan Kepala Seksi P2 Penyakit sedangkan
sebagai pelaksana teknis harian adalah seorang wasor TB
Kabupaten/Kota dengan tugas mulai dari pelaksanaan
penanggulangan TB, peningkatan SDM, monitoring evaluasi,
supervisi, pencatatan dan pelaporan pengobatan, ketersediaan
logistik, terutama obat serta bimbingan teknis (bimtek) ke Fasyankes
yang ada di wilayahnya.

Fasilitas Pelayanan Kesehatan bertanggung jawab untuk


mendiagnosis, mengobati dan monitoring kemajuan pengobatan yang
didukung Pengawas Menelan Obat (PMO) serta anggota keluarga.
Pengorganisasian antar program perlu ditata sehingga unit terkait
dalam internal layanan (Puskesmas dan RS) serta internal Dinas
Kesehatan (P2, Yankes, Promkes, Instalasi Farmasi, Laboratorium
dll) dapat berjalan dengan baik.

14
Bagan 4 : Jejaring Lintas Program Pendukung Layanan TB di Kabupaten / Kota
Yankes Farmasi
Kesma
Dinkes Kab/Kota
LAB

KIA
Kesling B. Lintas Sektor

P2

Penanggulangan TB dilaksanakan melalui penggalangan kerjasama


dan kemitraan dalam bentuk jejaring di antara sektor pemerintah, non
pemerintah, swasta dan masyarakat melalui forum koordinasi TB.
Forum dapat berbentuk dalam suatu gerakan bersama seperti
Gerdunas TB atau wadah koordinasi lainnya sesuai bentukan Kepala
Daerah. Melalui wadah koordinasi ini diharapkan terjadinya penguatan
kepemimpinan program ditujukan untuk meningkatkan komitmen
pemerintah daerah terhadap keberlangsungan program dan
pencapaian target strategi global penanggulangan TB yaitu eliminasi
TB tahun 2030. Koordinasi ini diarahkan untuk mendukung
terlaksananya:
a. Advokasi
b. Penemuan kasus
c. Penanggulangan TB
d. Pengendalian faktor risiko
e. Meningkatkan kemampuan sumber daya manusia, kajian,
penelitian, serta kerjasama antar wilayah
f. Peningkatan KIE
g. Integrasi penanggulangan TB
h. Integrasi sistem rujukan

15
Bagan 5: Jejaring Lintas Sektor Mendukung Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dalam P2TB
PKK
Dinsos Bappeda

Masyarakat

Kemenag Kemendes
Dinkes Kab/Kota

Basna Kemeneninfor

CSR
DiknasDinas PUPR

c. Organisasi kemasyarakatan
Peran organisasi kemasyarakat sangat penting dalam mendukung
penanggulangan TB baik dalam penemuan kasus, tatalaksana dan
monitoring program layanan TB. Organisasi masyarakat dapat
membantu dalam penggerakan dan pemberdayaan masyarakat dalam
penanggulangan TB kepada penguatan Puskesmas maupun DPM
sesuai kemampuan organisasi masyarakat.

Bagan 6: Peran Organisasi Masyarakat dalam Tatalaksana Kasus TB di


Kabupaten/Kota
Organisasi

kemasyarakatan

16
Pengelola Program TB Kabupaten/Kota dapat mengkoordinasikan organisasi
kemasyarakatan dalam memberi dukungan untuk advokasi ke pengambil
kebijakan agar penanggulan TB mendapat dukungan dari Pemerintah Daerah
dalam bentuk regulasi, dukungan komitmen dan pendanaan. Selain itu bisa
mebantu dalam penemuan kasus, pendampingan dalam pengobatan dan
peningkatan pengetahuan masyarakat tentang TB.

VIII. REFERENSI

1. Peraturan Menteri Kesehatan TB No.67 tahun 2016 tentang


Penanggulangan Tuberkulosis.

2. Strategi Nasional Pengendalian Tuberkulosis, 2015-2019


3. Rencana Aksi Nasional Penanggulangan Tuberkulosis tahun 2015-2019
Modul Keluarga Sehat 2017

IX. PENUGASAN ROLE PLAY

Petunjuk role play/bermain peran.

Tujuan

Latihan ini bertujuan agar peserta latih mampu melakukan koordinasi


pelaksanaan jejaring layanan TB (PPM) dengan melibatkan lintas program
terkait ,semua faskes dan mitra kerja di Kabupaten Antah Berantah. Hasil
analisis penyebab masalah di Kabupaten Antah Berantah antara
lain: a. Pencatatan dan pelaporan dari DPM tidak ada.
b. Rujukan/pindah pasien TB Puskesmas/Rumah Sakit belum dilaksanakan
dengan baik
c. Pemberian obat yang tidak standar dari resep oleh Apotek dan oleh DPM.
d. Banyak pasien TB yang lost to follow up yang diobati di RS
e. Pelacakan kasus mangkir oleh Puskesmas belum optimal
f. Terduga TB banyak yang tidak melanjutkan pemeriksaan dahak nya ke
Fasyankes

Skenario:
1. Peserta dibagi menjadi 2 sub kelompok
2. Pelatih meminta peserta berperan sebagai Kasie/wasor TB,
Penanggungjawab Program TB Puskesmas, Dokter Praktik Mandiri,
Petugas TB di Rumah Sakit dan pengurus LKNU.

17
3. Pelatih meminta peserta lainnya sebagai pengamat bermain peran dan
memberi komentar pada kelompok lainnya.
4. Pada pertemuan tersebut, Kasie/wasor TB harus menunjukkan kemampuan
untuk:
▪ Meyakinkan peserta pertemuan tentang pentingnya tujuan dan hasil
yang dicapai adalah kesepakatan jejaring layanan (PPM) dalam
program penanggulangan TB.
▪ Mengkomunikasikan langkah-langkah jejaring eksternal yang telah
disusun oleh Dinkes Kab. Antah Berantah ke mitra kerja.
• Mengajak semua peserta untuk membuat kesepakatan dalam rangka
peningkatan jejaring eksternal dan peran masing-masing mitra.
• Membuat RTL singkat oleh peserta yang hadir
5. Setelah bermain peran selesai, pelatih akan memandu dialog berikut: ▪
Secara singkat, masing-masing pemeran menyampaikan apa yang
mereka rasakan dan pelajari dari pengalaman bermain peran tersebut. ▪
Secara singkat, pengamat menyampaikan penilaiannya.
▪ Di akhir sesi, pelatih akan melakukan klarifikasi, menyampaikan
penilaian dan merangkum kegiatan bermain peran tersebut.

Skenario 2.

Tujuan

Latihan ini bertujuan agar peserta latih mampu melakukan koordinasi


lintas sektor dengan melibatkan lintas sektor terkait .
Masalah yang akan dibahas adalah hasil capaian penemuan kasus TW
I tahun 2018 Kabupaten Sekaralas yang masih rendah.
Data capaian tersebut adalah
a. Kec.A : target 10 tercapai 2
b. Kec.B : target 20 tervapai 6
c. Kec.C : target 22 tercapai 14
d. Kec.D : target 17 tercapai 12

Untuk meningkatkan capaian penemuan kasus pada TW II tahun 2018 Dinas


Kesehatan Kabupaten Sekaralas mengundang sektor terkait yaitu:
• Dinas Pendidikan
• Dinas Sosial
• Dinas PUPR
• Unit Kementrian Desa
• Keminfo
• PKK
• LKNU

18
Pertemuan ini dipimpin oleh Kabid P2P,hadir juga Kasi P2 dan Wasor TB
Tugas : 1. Diskusikan permasalahan yangterjadi sesuai bidang tugas
Maing masing
2. Diskusikan rencana pemecahan masalah sesuai bidang tugasnya
masing-masing
3. Susun rencana tindak lanjut untuk meningkatkan capain cakupan
TW II dan serusnya di Kabupaten Sekaralas
19

Anda mungkin juga menyukai