DESKRIPSI SINGKAT
Dalam mencapai tujuan tersebut diperlukan satu perencanaan yang jelas dan
rasional, untuk memastikan bahwa sumber daya yang ada saat ini dan yang
akan datang dialokasikan dengan efektif dan efisien.
Perencanaan dilakukan pada semua tingkat administrasi, dengan mengikut-
sertakan semua unit pelaksana (fasilitas layanan kesehatan, Laboratorium,
dinas kesehatan kabupaten/kota, dinas kesehatan provinsi dan instansi terkait
lainnya).
1
III. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN
1. Analisa situasi:
a. Demografi
b. Cakupan program
c. SDM
d. Sarana-prasarana
e. Logistik
f. Pendanaan
2. Perencanaan kedepan:
a. Penyusunan target
b. Menghitung kebutuhan:
1) SDM
2) Logistik
3) Dana
4) Pelatihan
5) Pengembangan wilayah
6) Indikator Program
2
6. Petunjuk Observasi Lapangan
7. LCD/Proyektor
8. Laptop/Komputer
9. Pointer
10. Bahan Tayang
11. Kertas HVS
12. Tinta
13. Template pengisian data
Agar proses pembelajaran dapat berhasil secara efektif, maka perlu disusun
langkah-langkah sebagai berikut:
A. Langkah 1 : Penyiapan Proses Pembelajaran
1. Kegiatan Pelatih
a. Pelatih memulai kegiatan dengan melakukan bina suasana dikelas
b. Pelatih menyapa peserta dengan ramah dan hangat.
c. Apabila belum pernah menyampaikan sesi di kelas mulailah dengan
memperkenalkan diri, Perkenalkan diri dengan menyebutkan nama
lengkap, instansi tempat bekerja, materi yang akan disampaikan.
d. Menyamakan pendapat peserta (apersepsi) tentang apa yang
dimaksud dengan Perencanaan Penanggulangan TB dengan metode
brainstorming.
e. Menyampaikan ruang lingkup bahasan dan tujuan pembelajaran
tentang Perencanaan Penanggulangan TB yang sebaiknya dengan
menggunakan CTJ
2. Kegiatan Peserta
a. Mempersiapkan diri dan alat tulis yang diperlukan
b. Mengemukakan pendapat atas pertanyaan pelatih
c. Mendengar dan mencatat hal-hal yang dianggap penting
d. Mengajukan pertanyaan kepada pelatih bila ada hal-hal yang belum
jelas dan perlu diklarifikasi.
3
1. Kegiatan Pelatih
a. Menyampaikan Pokok Bahasan dan sub pokok bahasan 1 sampai
dengan 6 secara garis besar dalam waktu yang singkat
b. Memberikan kesempatan kepada peserta untuk menanyakan hal-hal
yang kurang jelas
c. Memberikan jawaban jika ada pertanyaan yang diajukan peserta
2. Kegiatan Peserta
a. Mendengar, mencatat dan menyimpulkan hal-hal yang dianggap
penting
b. Mengajukan pertanyaan kepada fasilitator sesuai dengan
kesempatan yang diberikan
c. Memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan fasilitator
4
d. Membuat kesimpulan
2. Kegiatan Peserta
a. Menjawab pertanyaan yang diajukan pelatih
b. Bersama pelatih merangkum hasil proses pembelajaran
5
Indikator Keberhasilan Perencanaan:
(1) Adanya Perda/Perkada tentang Rencana Aksi Daerah mencapai
eliminasi TB
(2) Meningkatnya pembiayaan penanggulangan TB
(3) Meningkatnya indikator program penanggulangan TB
Mempertahankan Mutu
Sebelum melakukan perencanaan untuk pengembangan wilayah
cakupan maupun ekspansi terhadap faskes, perlu mempertahankan
mutu pelaksanaan Penanggulangan TB dalam wilayah tersebut.
Mutu pelaksanaan Penanggulangan TB mencakup segala aspek
penatalaksanaan pasien TB, mulai dari komitmen politis, diagnosis
melalui mikroskopis, pengobatan jangka pendek dengan pengawasan
menelan obat, ketersediaan logistik yang cukup hingga pencatatan
pelaporan yang baik. Mutu pelaksanaan pelayanan TB merupakan
syarat mutlak untuk pengembangan pelayanan TB Resistan Obat.
Semua aspek tersebut, perlu dinilai sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan. Analisis mutu diperlukan untuk merencanakan berbagai
kegiatan yang menyangkut masukan (input), proses (process) dan
luaran (output).
6
dimulai dari Puskesmas terlebih dahulu untuk memantapkan basis
pelayanan sebagai jejaring dalam pengembangan ke faskes lainnya.
Membuat suatu perencanaan pengembangan perlu adanya data-data
pendukung, antara lain: data penduduk, data faskes, data penyakit,
data kunjungan, dan lain-lain sehingga dapat diperkirakan besarnya
masalah.
Pentahapan pengembangan layanan TB DOTS dengan
mempertimbangkan beberapa hal:
a) Besarnya masalah : Perkiraan jumlah kasus TB, kondisi
geografis, dll.
b) Daya ungkit : Jumlah penduduk, kepadatan penduduk dan
tingkat sosial-ekonomi masyarakat.
c) Kesiapan : Sumber daya dan kemitraan.
Landasan Hukum
7
Landasan hukum yang dapat dipergunakan untuk penyusunan
perencanaan penanggulangan TB adalah sebagai berikut:
1) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
(Lem baran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286)
2) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistim Perencanaan
Pembangunan Nasional
3) Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan Pusat Daerah
4) Undang-Undang Nomor 40 Tahun Tahun 2004 tentang Sistim
Jaminan Sosial Nasional
5) Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025
6) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah, sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015
7) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan;
8) Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2014 tentang Sistim Informasi
Kesehatan
9) Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019
10) Peraturan Presiden RI Nomor 3 tahun 2015 tentang perubahan
Rencana Kerja Pemerintah (RKP) tahun 2015
11) Peraturan Presiden Nomor 67 Tahun 2021 tentang Penanggulangan
Tuberkulosis
12) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat
Kesehatan Masyarakat
13) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 82 Tahun 2014 tentang
Penanggulangan Penyakit Menular
14) Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.02.02/Menkes/305/2014 tentang Pedoman Nasional Pelayanan
Kedokteran Tatalaksana Tuberkulosis
15) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 67 tahun
2016 tentang Penanggulangan Tuberkulosis
16) Pedoman Manajemen Terpadu PenanggulanganTuberkulosis
Resistan Obat
17) Kepmenkes No. HK 02.02/Menkes/52/2015 tentang Rencana
Strategis Kementerian Kesehatan tahun 2015-2019
1. Analisa Situasi
Sebelum melakukan proses perencanaan perlu dilakukan upaya-
upaya analisa situasi dari data program tahun sebelumnya antara lain
adalah demografi, cakupan penemuan kasus, sumber daya manusia,
pengembangan wilyah, sarana, logistik, pendanaan,
a. Demografi:
- jumlah penduduk Kab/Kota
- Jumlah penduduk perpuskesmas
- Jumlah penduduk perdesa/kelurahan
Jumlah penduduk tersebut diperlukan dalam rangka menetapkan
target disetiap puskesmas dan desa/kelurahan
10
Gambar 1. Skema analisis metode tulang ikan (Fish bone analysis)
Pusk. jauh
CAKUPAN
RENDAH
9
1) Menetapkan Tujuan untuk Pemecahan Masalah
Dalam pemecahan masalah, tujuan yang akan dicapai ditetapkan
berdasar kurun waktu dan kemampuan yang tersedia, ini berarti tidak
tertutup kemungkinan adanya perubahan jenis dan kuantitas dari tujuan
awal. Tujuan dapat dibedakan antara tujuan umum dan tujuan khusus.
Tujuan umum biasanya cukup satu dan tidak terlalu spesifik. Tujuan
umum dapat dijabarkan menjadi beberapa tujuan khusus yang lebih
spesifik dan terukur. Dalam menetapkan tujuan ini ada beberapa
persyaratan yang harus dipenuhi seperti di bawah ini, yaitu:
• Specific artinya terkait dengan masalah
• Meassurable artinya dapat diukur
• Achievable artinya dapat dicapai
• Realistic artinya masuk akal
• Time bound schedule artinya mempunyai target waktu
Kelima persyaratan dari tujuan ini sering disebut dengan istilah
“SMART”.
3
Peran Sumber Daya Dalam Penanggulangan TB
• Tanggung jawab pelaksanaan Program Penanggulangan TB berada
di Kabupaten/Kota mulai dari pelaksanaan penanggulangan TB,
peningkatan SDM, monitoring evaluasi, supervisi, pencatatan dan
pelaporan pengobatan, ketersediaan logistik, terutama obat serta
bimbingan teknis (bimtek) ke fasyankes yang ada di wilayahnya
• Pelaksana P2TB yaitu Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP),
Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Rujukan Mikroskopis TB
(FKTP-RM), Fasiltas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjut (FKRTL).
Fasilitas Pelayanan Kesehatan bertanggung jawab untuk
mendiagnosis, mengobati dan monitoring kemajuan pengobatan
yang didukung Pengawas Menelan Obat (PMO) serta anggota
keluarga.
• Fasilitas kesehatan lainnya (seperti lapas, rutan, tempat kerja dan
klinik) yang telah menjadi bagian jejaring di wilayah Kabupaten/Kota.
• Puskesmas
• Rumah Sakit (pemerintah dan swasta)
• Rumah Sakit (TNI dan POLRI)
• Klinik pratama
• Dokter praktik mandiri (DPM)
e. Logistik
• Logistik meliputi OAT dan NON OAT
• Selalu tersedia dalam jumlah yang cukup sesuai dengan target yang
ditentukan (lebih lengkap liat di MI 1)
4
f. Pendanaan
Sumber pendanaan program P2TB di Kabupaten/kota berasal dari
dari APBD II, APBD I, APBN/DEKON, Dana Hibah (GF, CTB, AISYIYAH,
LKNU), CSR, dan sumber lain yang tidak mengikat
2. Perencanaan
a. Penetapan Sasaran dan
Target Sasaran Wilayah:
Sasaran wilayah ditetapkan dengan memperhatikan besarnya
masalah, daya ungkit dan ketersediaan sumber daya (tenaga
(man), dana (money), logistik (material), sarana dan prasarana
serta metodologi yang digunakan (method)).
Sasaran Penduduk:
Sasaran adalah seluruh penduduk di wilayah tersebut
Penetapan Target:
Target ditetapkan oleh Provinsi dan Kabupaten/Kota dengan
memperkirakan jumlah pasien TB yang ada disuatu wilayah
yang ditetapkan berdasarkan angka prevalens dan atau
berdasarkan cakupan tahun lalu. Penetapan target untuk
kebutuhan penyusunan perencanaan dan penganggaran
diambil target maksimal yang akan dicapai di wilayah masing-
masing.
b. Menghitung kebutuhan:
1) SDM
• Sumber Daya Manusia (SDM)
Dalam menentukan perhitungan tentang kebutuhan SDM kita
perlu mengacu pada standar ketenagaan TB di Fasyankes.
1). Puskesmas
Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (Puskesmas) tidak lagi
dibedakan antara PRM, PPM, dan PS, semua akan menjadi
PPM, sehingga kebutuhan minimal 1 dokter, 1
perawat/petugas TB, dan 1 tenaga laboratorium. Untuk 5
menghitung jumlah tenaga pengelola TB di puskesmas
dibutuhkan jumlah tenaga pengelola dibutuhkan sebanyak
puskesmas dikali dengan jenis tenaganya.
Contoh: di kabupaten A jumlah puskesmas 20 jadi
kebutuhan tenaga pengelola masing-masing 20 dokter, 20
perawat/petugasTB, 20 tenaga laboratorium.
6
memiliki lebih dari 20 fasyankes dianjurkan memiliki lebih
dari seorang Wasor.
Ketersediaan tenaga lain yang merupakan komponen
Tim TB adalah
Seorang tenaga pengelola logistik Program
Penanggulangan TB.
Seorang tenaga pengelola laboratorium bilamana
memiliki Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda).
Tim Promosi Kesehatan TB yang terdiri dari bagian
promosi kesehatan dan program Penanggulangan TB
Dinas Kesehatan setempat serta unsur lainnya yang
terkait.
7). Standar Ketenagaan di Tingkat Provinsi
Pengelola Program Penanggulangan TB (Wasor) terlatih
pada Dinas Kesehatan Provinsi membawahi 10-20
kabupaten/kota di daerah yang aksesnya mudah dan 10
kabupaten/kota untuk DTPK.Bagi wilayah yang memiliki
lebih dari 20 kabupaten/kota dianjurkan memiliki lebih
dari seorang Wasor.
Tim Pelatih TB Provinsi (TPP) yang terdiri dari 1 orang
Koordinator Pelatihan Provinsi (KPP) dengan Tim Pelatih
TB minimal 5 orang fasilitator/pelatih per provinsi dan 1
orang Master of Training (pengendali Diklat)/Koordinatoir
Pelatihan TB.
Dalam merencanakan pelatihan melibatkan tim TPP dan
stakeholder lain dengan metode secara konvensional,
klasikal maupun metode pelatihan orang dewasa dan
pelatihan jarak jauh (LJJ).
Keterangan:
Kb = Perkiraan kebutuhan OAT perbulan (dalam satuan
paket).
Menghitung Kb adalah rata-rata konsumsi perbulan
tahun lalu atau target yang akan dicapai pada tahun
perencanaan.
Pp = Periode perencanaan (dalam satuan bulan), mulai
saat perencanaan sampai OAT diterima.
Bs = Bufer stok (dalam satuan paket) = …..% x (Kb x Pp)
Ss = Stok sekarang (dalam satuan paket)
Sp = Stok dalam pesanan yang sudah pasti (dalam
satuan paket)
Keterangan:
• Perhitungan kebutuhan obat tersebut dilakukan untuk
setiap jenis kategori OAT yang akan diadakan
• Untuk memudahkan Dinkes Kab/Kota melakukan
perencanaan, telah disediakan format perencanaan
dan sudah tersedia dalam bentuk softcopy dapat dilihat
dilampiran 3
8
Berikut ini cara perhitungan kebutuhan obat pasien TB MDR :
1) Menentukan target pasien yang ditemukan dan diobati sampai
selesai pengobatan antara 19-24 bulan. Penentuan target penemuan
pasien yang akan diobati berdasarkan target Program TB Nasional
setiap tahun. Contoh: Target pasien TB MDR tahun 2017 adalah 200
orang
2) Menghitung proporsi paduan obat yang digunakan pada tahun
sebelumnya.
Contoh:
Penemuan pasien TB MDR tahun 2015 adalah 100 orang. Yang
menggunakan paduan:
(Km-Lfx-Eto-Cs-Z-(E)) = 80 orang, sehingga proporsi: 80/100 x
100% = 80%
(Km-Mfx-Eto-Cs-Z-PAS-(E)) = 5 orang, sehingga proporsi: 5/100 x
100% = 5%
(Cm-Lfx-Eto-Cs-Z-(E)) = 10 orang, sehingga proporsi: 10/100 x
100% = 10%
(Cm-Mfx-Eto-Cs-Z-PAS-(E)) = 5 orang, sehingga proporsi: 5/100 x
100% = 5%
(Km-Mfx-Eto-Cs-Z-PAS-(E)) 5% 10
(Cm-Lfx-Eto-Cs-Z-(E)) 10% 20
(Cm-Mfx-Eto-Cs-Z-PAS-(E)) 5% 10
Total 200
9
Kanamycin (Km) :160+10 = 170 pasien
Capreomycin (Cm) :20+10 = 30 pasien
Levofloxacin (Lfx) :160+20 = 180 pasien
Moxifloxacin (Mfx) :10+10 = 20 pasien
Ethionamide (Eto) : 160 + 10 + 20 + 10 = 200 pasien
Cycloserin (Cs) : 160 + 10 + 20 + 10 = 200 pasien
Pyrazinamide (Z) : 160 + 10 + 20 + 10 = 200 pasien
Para Amino Salicylic (PAS) : 10 + 10 = 20 pasien
Ethambutol (E) : 160 + 10 + 20 + 10 = 200 pasien
(a) (b) (c) (d) (e) (f)=dxe (g) (h) (i) = fxgxh
Kanamycin 1000
(Km) Vial Mg 1 20 20 170 12 40.800
Capreomycin 1000
1 20 20 30 12 7.200
(Cm) Vial Mg
Levofloxacin 250
(Lfx) Tab Mg 3 28 84 180 24 362.880
Moxifloxacin 400
(Mfx) Tab Mg 3 28 84 20 24 40.320
Ethionamide 250
(Eto) Tab Mg 3 28 84 200 24 403.200
Cycloserine 250
(Cs) Tab Mg 3 28 84 200 24 403.200
Para Amino
Salicylic (PAS) Sach et 4 gr
1 28 28 20 24 13.440
Pyrazinamide 500
Tab 4 28 112 200 24 537.600
(Z) Mg
Ethambutol 400
(E) Tab Mg 4 28 112 200 24 537.600
10
c. Perhitungan Kebutuhan Obat Pencegahan
1) Perhitungan Kebutuhan Obat Pencegahan TB pada Anak
1) Perkiraan jumlah anak yang ada = 30-40% x jumlah pasien TB
dewasa BTA(+) x 2 anak.
2) Perkiraan jumlah anak <5 tahun = 50 % x Perkiraan jumlah anak
yang ada.
3) Perkiraan jumlah anak < 5 tahun yang terinfeksi = 90% x perkiraan
jumlah anak < 5 tahun.
4) Perkiraan jumlah INH yang dibutuhkan = Perkiraan anak< 5 tahun
yang terinfeksi x 180 hari (6 bulan) x 1 tablet.
d. Perhitungan Cartridge
Perhitungan cartridge didasarkan pada: 1 terduga TB membutuhkan 1
cartridge. ditambah stok pengaman (10-15%)
e. Masker N95
1) RS Rujukan TB MDR: 2 masker per-minggu, dengan jumlah
tenaga dokter 5 dan perawat 8;
2) RS Sub Rujukan TB MDR: 2 masker per-minggu, dengan jumlah
tenaga dokter 3 dan perawat 6;
3) Faskes Satelit TB MDR: 1 masker per-minggu, dengan jumlah
tenaga dokter 1 dan perawat 1;
Maka perhitungan kebutuhan masker N95 per triwulan dapat dihitung
sebagai berikut:
a) RS Rujukan TB MDR:
• Mikroskop:
Setiap fasyankes FKTP/FKRTL mikroskopik harus punya
1 buah mikroskop binokuler
3) Pendanaan
Penyusunan kebutuhan anggaran harus dibuat secara lengkap,
dengan memperhatikan prinsip-prinsip penyusunan program dan
anggaran terpadu. Pembiayaan dapat diidentifikasi dari 16
berbagai sumber mulai dari anggaran pemerintah pusat dan daerah
serta berbagai sumber lain, sehingga semua potensi sumber dana
dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin, dengan kata lain disebut
program oriented, bukan budget oriented.
Untuk alur waktu perencanaan dan anggaran di daerah hampir sama dengan
pusat dimana pada Bulan Januari – Juli setelah APBD disyahkan oleh DPRD
dilakukan Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrenbang) Daerah,
penyusunan usulan kegiatan dari masing – masing Satuan Kerja
Perangkat/Pemerintah Daerah (SKPD) melalui draft Rencana Kegiatan dan
Anggaran (RKA) kemudian dilakukan pembahasan Daftar Isian Proyek
Anggaran (DIPA) SKPD lalu pengesahkan DIPA-SKPD yang dijabarkan
melalui penyesuaian RKA-SKPD.
Gambar 4. Siklus Perencanaan Penanggulangan TB
Baseline Target
No Indikator
(2018) (2024)
1 Persentase Provinsi dan Kabupaten/Kota yang
menjadikan Tuberkulosis masuk dalam indicator
10% 90%
RPJMD dan Renstra dalam Penanggulangan
Tuberkulosis
2 Persentase Kabupaten/Kota yang memiliki pembiayan
yang cukup untuk pemenuhan pelaksanaan SPM NA 70%
tuberculosis
4) Pelatihan
Pelatihan merupakan salah satu upaya peningkatan sumber daya manusia
TB dengan cara meningktkan pengetahuan, sikap dan keterampilan
petugas dalam rangka meningkatkan kompetensi serta kinerja petugas
TB.Pelatihan dapat dilaksanakan secara konvensional, klasikal maupun
metode pelatihan orang dewasa dan pelatihan jarak jauh (LJJ).
i. Konsep Pelatihan.
1) Pendidikan/pelatihan sebelum bertugas (pre service training).
27
Materi Program Penanggulangan Tuberkulosis dimasukkan dalam
pembelajaran/kurikulum Institusi pendidikan tenaga kesehatan,
sepertiFakultas Kedokteran, Fakultas Keperawatan, Fakultas
Kesehatan Masyarakat, Fakultas Farmasi dan lain-lain.
2) Pelatihan dalam tugas (in service training).
Pelatihan dapat berupa aspek klinis maupun aspek manajemen
program:
a) Pelatihan dasar program TB (initial training in basic DOTS
implementation).
b) Pelatihan TB dengan akreditasi nasional menggunakan
kurikulum baku.
c) On the job training/kalakarya (pelatihan ditempat
tugas/refresher): baik yang belum maupun yang telah mengikuti
pelatihan sebelumnya tetapi masih ditemukan masalah dalam
kinerjanya, dan cukup diatasi hanya dengan dilakukan
supervisi.
d) Pelatihan yang berkenaan dengan manajemen Program
Penanggulangaan TB dengan sasaran para pengambil
kebijakan.
e) Pelatihan lanjutan (continued training/advanced training):
pelatihan ini untuk mendapatkan pengetahuan dan
keterampilan program dengan materi yang lebih tinggi pada
tingkatan tahap analisis.
28
iii. Materi Pelatihan dan Metode Pembelajaran.
Pengembangan pelatihan disesuaikan dengan kebutuhan program dan
kompetensi peserta latih. Materi pelatihan dikemas dalam bentuk
materi inti. Metode yang dipergunakan dalam pembelajaran harus
mampu melibatkan partisipasi aktif peserta dan mampu
membangkitkan motivasi peserta, sedangkan penyelenggaraan
pelatihan berpedoman pada kurikulum yang telahter diakreditasi oleh
Badan BPSDM Kesehatan.
Disamping berpedoman pada kurikulum, persyaratan utama yang
ditambahkan Program PenanggulangTB adalah ketentuan bahwa
peserta latih setelah dilatih tetap bekerja di Program PenanggulangTB
paling sedikit 3 (tiga) tahun.
b) Fasilitator/Pelatih
29
Evaluasi terhadap Fasilitator/pelatih ini dimaksudkan untuk
mengetahui tingkat kepuasan peserta terhadap kemampuan
fasilitator dalam menyampaikan pengetahuan dan atau
ketrampilan kepada peserta dengan baik, dapat dipahami dan
diserap peserta.
c) Penyelenggaraan
Evaluasi penyelenggaraan dilakukan oleh peserta terhadap
pelaksanaan pelatihan. Obyek evaluasi adalah pelaksanaan
administrasi dan akademis meliputi:
• Tujuan pelatihan
• Relevansi
• Evaluasi terhadap semua segi penyelenggaraan pelatihan,
yaitu: interaksi sesama peserta latih, pelatih, akomodasi dan
konsumsi serta kesiapan materi pelatihan.
4) Pengembangan wilayah
Pengembangan wilayah dimaksud adalah mengupayakan dari unit
layanan yang belum DOTS untuk menjadi DOTS
30
6) Jenis Kegiatan P2TB di Layanan
6. Indikator Program
indikator yang akan dibahas berikut ini merupakan indikator utama yang
akan digunakan untuk menilai keberhasilan pelaksanaan P2TB.
Indikator tersebut adalah sebagai berikut
1) Indikator Utama
a) Cakupan penemuan dan pengobatan tuberkulosis (treatment
coverage/TC)
31
Adalah jumlah semua kasus TB yang diobati dan dilaporkan di
antara perkiraan jumlah semua kasus TB (insiden). Rumus:
c) Cakupan pengobatan TB RO
Adalah jumlah kasus TB RO yang memulai pengobatan di antara
perkiraan kasus TB RO. Indikator ini menggambarkan jangkauan
pengobatan kasus TB RO di antara perkiraan kasus TB RO di suatu
wilayah. Rumus:
VIII. REFERENSI
• Peraturan Presiden no 67 Tahun 2021
• Permenkes no 67 Th 2017
• RAN P2TB, 2016-2020
• Petunjuk penyusunan RAD untuk TB 2017
• Petunjuk Teknis Pengelolaan Logistik Tuberkulosis 2017
33
IX. LAMPIRAN
LAMPIRAN 1: STUDI KASUS
1. PANDUAN STUDI KASUS
Tujuan
Setelah latihan ini, peserta mampu menyusun perencanaan dan
penganggaran penanggulangan tuberkulosis.
Petunjuk
a. Pelatih di setiap kelas membagi peserta dalam 3 kelompok
b. Pelatih membagi template formulir isian data (contoh terlampir)
c. Pelatih meminta setiap peserta membuka data yang sudah dibawa
sesuai surat panggilan
d. Peserta dengan menggunakan data masing-masing melakukan analisa
data meliputi SDM, Sarana, Logistik, Cakupan program (CDR, CNR dan
Sukses Pengobatan), Demografi dan pendanaan
e. Peserta menyusun perencanaan P2TB di wilayah masing-masing untuk
tahun 2019 yang meliputi penyusunan target (per Kabupaten/Kota dan
Puskesmas), menghitung kebutuhan SDM, logistik, pendanaan,
pelatihan dan pengembangan wilayah
f. Pelatih mengamati dan memfasilitasi setiap peserta
g. Pelatih meminta setiap peserta menyajikan hasil perencanaannya
h. Peserta yang lain dapat memberikan tanggapan dan masukan terhadap
peserta yang menyaji
i. Pelatih memberikan masukan dan tanggapan terhadap keseluruhan
penyajian peserta
j. Setelah fasilitator dan peserta memberi masukan bagi setiap peserta,
hasil penyajian diserahkan ke panitia dalam bentuk software dan
hardcopy
34
Lampiran 2
Instruksi :
Isilah formulir berikut
Formulir Isian Data
Isilah formulir berikut sesuai dengan data yang dibawa.
No Variabel 2018 2019 2020
1 Jumlah penduduk
2 - Perkiraan sasaran kasus TB per
100.000 penduduk
- Sasaran yang ditetapkan
berdasarkan metode modeling
Triwulan Triwulan Triwulan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
3 Jumlah kasus TB baru yang
ditemukan dan diobati:
a. Jumlah kasus TB
terkonfirmasi bakteriologis
b. Jumlah kasus TB terdiagnosis
klinis
4 Jumlah kasus TB pengobatan
ulang yang ditemukan dan diobati
5 Jumlah anak dibawah 5 tahun
yang diberi pengobatan dan
pencegahan dengan INH
6 Jumlah terduga TB Resisten Obat
(TB-RO) yang diperiksa:
a. Kriteria 1 sampai 9
b. Kriteria 10 (kasus baru)
1) TB Sensitif Obat
2) TB Resistan Obat:
➢
yang Diobati
3) TB Negatif
7 Jumlah semua Fasilitas Kesehatan
a. PS (Puskesmas Satelit)
b. PPM (Puskesmas
Pelaksana Mandiri)
c. PRM (Puskesmas Rujukan
35
Mikroskopis)
d. RSUD/RSUP
e. RS Swasta
f. BBKPM/BKPM
g. DPM (Dokter
Praktik Mandiri)
h. LAPAS/RUTAN
i. RS TNI
j. RS POLRI
k. Klinik Perusahaan
8 Jumlah Fasilitas Kesehatan
DOTS
a. PS (Puskesmas Satelit)
b. PPM (Puskesmas
Pelaksana Mandiri)
c. PRM (Puskesmas
Rujukan Mikroskopis)
d. RSUD/RSUP
e. RS Swasta
f. BBKPM/BKPM
g. DPM (Dokter
Praktik Mandiri)
h. LAPAS/RUTAN
i. RS TNI
j. RS POLRI
k. Klinik Perusahaan
9 Jumlah dokter terlatih TB
yang masih aktif
a. PS (Puskesmas Satelit)
b. PPM (Puskesmas
Pelaksana Mandiri)
c. PRM (Puskesmas Rujukan
36
Mikroskopis)
d. RSUD/RSUP
e. RS Swasta
f. BBKPM/BKPM
g. DPM (Dokter
Praktik Mandiri)
h. LAPAS/RUTAN
i. RS TNI
j. RS POLRI
k. Klinik Perusahaan
10 Jumlah perawat/bidan terlatih TB
yang masih aktif
a. PS (Puskesmas Satelit)
b. PPM (Puskesmas Pelaksana
Mandiri)
c. PRM (Puskesmas Rujukan
Mikroskopis)
d. RSUD/RSUP
e. RS Swasta
f. BBKPM/BKPM
g. DPM (Dokter Praktik Mandiri)
h. LAPAS/RUTAN
i. RS TNI
j. RS POLRI
k. Klinik Perusahaan
11 Jumlah petugas laboratorium
terlatih mikroskopis TB yang
masih aktif
a. PS (Puskesmas Satelit)
b. PPM (Puskesmas Pelaksana
Mandiri)
c. PRM (Puskesmas Rujukan
37
Mikroskopis)
d. RSUD/RSUP
e. RS Swasta
f. BBKPM/BKPM
g. DPM (Dokter Praktik Mandiri)
h. LAPAS/RUTAN
i. RS TNI
j. RS POLRI
k. Klinik Perusahaan
12 Jumlah (Rupiah) pendanaan
Program Penanggulangan TB
a. APBD Provinsi
b. APBD Kabupaten/Kota
c. APBN (Dekon)
d. Global Fund (GF)
e. Lain-lain, sebutkan..........
SELAMAT MENGERJAKAN
38