Anda di halaman 1dari 8

View metadata, citation and similar papers at core.ac.

uk brought to you by CORE


provided by Edutic - Scientific Journal of Informatics Education

Jurnal Ilmiah Edutic /Vol.3, No.2, Mei 2017 p-ISSN 2407-4489


e-ISSN 2528-7303

Kewirausahaan Berbasis Teknologi (Technopreneurship)


dalam Perspektif Ilmu Pendidikan
Siti Marti’ah 1
Universitas Indraprasta PGRI Jakarta
Jl Nangka no 58Tanjung Barat, Jagakarsa- Jakarta Selatan
Email: sitimartiah1@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini berusaha mengkaji tentang kajian deskripsi dari proses bisnis (entrepreneur) dengan menggunakan
basis teknologi (technopreneurship) dilihat dari aspek perspektif pendidikan . Secara deskripsi penelitian ini akan
memberikan gambaran tentang ber-entrepreneur serta usaha kecil menengah dengan menggunakan teknologi.
Dari segala sudut pandang, baik motivasi, kepemilikan, manajerial, ketenagakerjaan, dan sebagainya
technopreneurship bisa diedukasi melalui dunia pendidikan sebagai dunia transformas, yaitu ilmu mengembangkan
kewirausahaan dengan menggunakan basis teknologi sebagai dasar berwirausaha. Teknoprenuership merupakan
pengembangan dari konsep kewirausahaan. Wirausaha adalah salah satu jawaban untuk menjawab ketimpangan
antara pertumbuhan penduduk usia produktif dengan ketersediaan lapangan pekerjaan. Dunia pendidikan
berkewajiban untuk dapat mencetak generasi – generasi yang memiliki kemandirian, termasuk kemandirian secara
ekonomi. Sekolah, kampus juga media pendidikan informal lainnya bukan hanya berfungsi untuk berbagi ilmu
dengan teori – teorinya maupun ketrampilan dengan praktek – prakteknya. Tetapi jika dikaitkan dengan masih
rendahnya pemahaman dan minat tentang dunia wirausaha, dunia pendidikan dapat difungsikan juga sebagai media
informasi untuk meningkatakan pemahaman dan minat anak didiknya pada dunia kewirausahaan.
Mengkomunikasikan pentingnya teknologi dalam pengembangan entrepreneur menjadi tantangan dalam dunia
pendidikan. Kajian ini diharapkan dapat menjadi rujukan dalam pengembangan pendidikan kewirausahaan. Paper
ini merupakan sebuah konseptual paper yang bersumber dari data skunder yang berasal dari publikasi terkait tema
paper dan bertujuan untuk menggambarkan pentingnya mengenalkan technoprenuership melalui dunia pendidikan.

Kata Kunci: teknologi, entrepreneur, dan pendidikan

ABSTRACT

This research reviews the study's description of the business entrepreneur process using base technology
(Technopreneurship) from the aspect of education perspective. In the description of this study will provide an
overview of entrepreneurship by using technology. From all points of view, good motivation, ownership,
managerial, labor, and so Technopreneurship be taught through education as world transformation of science to
develop entrepreneurship by using base technology as the basis for entrepreneurship. Technopreneurship is the
development of the concept of entrepreneurship. The world of education is obliged to print generation - a
generation that has the independence, including economic independence. School, campus media also other
informal education not only serves to share knowledge with the theory - the theory and skills to practice - practice.
Education can function also as a medium of information to increase the understanding and interests of their
students in the entrepreneurial world. Communicating the importance of technology in the development of the
entrepreneurial challenge in the world of education. This study is expected to be a reference in the development of
entrepreneurship education. This paper is a conceptual paper sourced from secondary data derived from
publications related theme paper and aims to illustrate the importance of introducing technoprenuership through
the world.
Key words: Technology, entrepreneurship education

75
1. PENDAHULUAN spectrum inovasi dimaknai sebagai kegiatan
Permasalahan ketenagakerjaan secara berentrepreneur dengan sentuhan-sentuhan
langsung maupun tidak langsung salah satunya perubahan pada berbagai aspek, sehingga
adalah karena meningkatnya jumlah angkatan menimbulkan nilai baru. Bahkan pandangan
kerja dalam waktu yang cepat dan jumlah yang yang dikemukakan Bryd & Brown (2003) bahwa
tinggi, sementara kesempatan kerja yang inovasi bisa dilakukan secara incremental
tersedia sangat terbatas akan menyebabkan maupun radikal. Spektrum akhir adalah
timbulnya pengangguran. Hal ini akan berkaitan invention atau menemukan sesuatu yang baru
dengan masalah - masalah lainnya seperti yang benar-benar belum diketemukan.
ketidakmerataan pendapatan, kemiskinan, Untuk meningkatkan minat
perlambatan pertumbuhan ekonomi, urbanisasi, berwirausaha/entrepreneur salah satunya adalah
dan instabilitas politik. dengan meningkatkan pemahaman dan minat
Semua ini secara intuitif tampaknya telah masyarakat terhadap bidang wirausaha.
dipahami oleh para pengambil kebijakan. Oleh Kegiatan wirausaha harus didorong dengan
karena itu, berbagai upaya terus dilakukan keberanian dan keuletan serta tekad yang kuat,
pemerintah dalam rangka meningkatkan karena berwirausaha pada dasarnya berhimpitan
kesempatan kerja untuk mengurangi jumlah dengan ketidakpastian, dalam hal keberhasilan
pengangguran yang berimplikasi terhadap maupun kegagalan. Karena hanya dengan
lambatnya laju pertumbuhan ekonomi, menggeluti usaha secara penuh keberanian dan
mengingat semakin meningkatnya jumlah beresiko tinggi maka usaha akan tumbuh
angkatan kerja baru yang memasuki pasar kerja. berkembang.
Penciptaan wirausaha (entrepreneur) menjadi Technopreneur salah satu bagian dari
alternatif solusi atas berbagai masalah di perkembangan berwirausaha (entrepreneur)
masyarakat seperti kemiskinan dan kesenjangan memberikan gambaran berwirausaha dengan
sosial, meningkatnya pengangguran usia menggunakan inovasi basis technologi. Konsep
produktif dan menipisnya cadangan pasokan technopreneur didasarkan pada basis tekhnologi
energi, yang kesemuanya menuntut adanya yang dijadikan sebagai alat berwirausaha,
tindakan kreatif dan inovatif. Jiwa misalnya munculnya bisnis aplikasi online,
kewirausahaan bukan hanya sebatas kecerdasan bisnis security system, dsb.
akademik dan keterampilan menghasilkan Technopreneurship berasal dari gabungan
produk tetapi juga jiwa dinamis dalam kata “technology” dan “entrepreneurship”
menangkap tantangan dan resiko kemudian (Depositario, et al., 2011). Technopreneurship
mengubahnya menjadi peluang dan potensi merupakan proses sinergi dari kemampuan yang
pertumbuhan (Soegoto 2009, dalam Herwin kuat pada penguasaan teknologi serta
Moppangga, 2015). Lebih lanjut dikemukakan pemahaman menyeluruh tentang konsep
bahwa entrepreneur mulai berkembang bukan kewirausahaan (Sosrowinarsidiono, 2010).
hanya berdasarkan pada imitasi belaka, Sudarsih dalam Prosiding KNIT RAMP-IPB
melainkan sudah mengikuti pada tiga tahapan (2013:57) mengemukakan bahwa
spektrum, yaitu spectrum invensi, inovasi serta technopreneurship adalah proses dan
imitasi. Spektrum invensi merupakan tataran pembentukan usaha baru yang melibatkan
entrepreneur yang paling tinggi, setelah inovasi teknologi sebagai basisnya dengan harapan
dan imitasi dimana pada spectrum imitasi pelaku bahwa penciptaan strategi dan inovasi yang tepat
bisnis hanya mendasarkan pada meniru produk kelak bisa menempatkan teknologi sebagai salah
atau bisnis yang sudah ada untuk mendapatkan satu faktor untuk pengembangan ekonomi
bagian pasar dari produk tersebut. Sementara nasional. Pendapat lainnya menyebutkan bahwa

76
technopreneurship adalah proses dalam sebuah peningkatan terus menerus bahkan hingga
organisasi yang mengutamakan inovasi dan mencapai 175 juta jiwa dari keseluruhan jumlah
secara terus menerus menemukan problem penduduk yang mencapai 250 juta jiwa pada
utama organisasi, memecahkan tahun 2012.
permasalahannya, dan mengimplementasikan Table 1. Penduduk Berumur 15 tahun ke atas
cara-cara pemecahan masalah dalam rangka menurut jenis kegiatan
meningkatakan daya saing di pasar global Jenis Kegiatan Febuari Agustus Februari
2012 2012 2013
(Okorie, 2014). Dari pandangan-pandangan
Penduduk Berumur 172
diatas maka technopreneurship pada intinya 173 175
15 Tahun Ke Atas 865
926 703 098 712
akan menggabungkan antara teknologi dan 970
kewirausahaan. 120
118 121
Angkatan Kerja 417
Pada dasarnya pendidikan merupakan salah 046
053 110 191 712
satu sektor penting dalam membangun bangsa a. Tingkat
dan Negara. Pendidikan merupakan usaha sadar Partisipasi
69,66 67,88 69,21
dan trerencana untuk mewujudkan suasana Angkatan Kerja
(%)
belajar dan pembelajaran agar peserta didik
112
mengembangkan potensi dirinya untuk lebih 110 114
b. Bekerja 802
808 154 021 189
baik dengan dibantu pihak lain yang mempunyai 805
kompetensi mendidik. Dalam konteks keilmuan, c. Penganguran 7 614 7 244 7 170
Terbuka *) 241 956 523
pendidikan dimaknai sebagai proses
d. Tingkat
transformasi ilmu baik langsung maupun tidak Pengangguran 6,32 6,14 5,92
langsung dari satu pihak yang lebih tahu kepada Terbuka (%)
pihak lain yang belum tahu. Bukan Angkatan 52 448 55 873 53 907
Kerja 924 593 000
Melalui penggalakan pendidikan di bidang
14 307 14 084 14 971
kewirausahaan diharapkan dapat meningkatakan a. Sekolah
802 633 720
pemahaman dan minat masyarakat dalam dunia b. Mengurus 31 447 33 628 32 185
entrepreneur sehungga dapat meningkatkan Rumah Tangga 888 814 937
jumlah wirausaha di Indonesia dan akan 6 693 8 160 6 749
c. Lainnya
234 146 343
menciptakan peluang-peluang kerja serta akan
dapat mengurangi jumlah pengangguran dan a. Sumber : BPS (2014)
permasalahan terkait hal tersebut. Sebuah kenyataan bahwa sebanyak 7,1 juta
Dengan melakukan kajian terhadap peraturan penduduk Indonesia pada februari tahun 2013
dan kebijakan terkait kewirausahaan dan tercatat sebagai terbuka atau sebanyak 5,92 persen.
perkembangan pendidikan di Indonesia serta Walau mengalami penurunan secara jumlah dimana
fakta – fakta yang berasal dari data sekunder tahun sebelumnya pengangguran terbuka sebanyak
yang berasal dari instansi tekait, tulisan ini 7,6 juta pada februari tahun 2013 dan 7,2 juta pada
agustus 2013, tetapi jumlah pengangguran terbuka
diharapkan dapat menjadi sebuah gambaran
yang cukup besar akan memberi dampak baik
tentang pentingnya technoprenuership melalui
secara sosial maupun secara ekonomi baik. (Anata,
dunia pendidikan. 2013; Susetyo dan Amanda, 2011).
2. Pembahasan Diakui memang akan sangat sulit untuk
a. Perkembangan Penduduk Usia Produktif menciptakan kondisi dimana semua penduduk usia
di Indonesia produktif dapat 100 persen terserap di dunia kerja.
Laju pertumbuhan penduduk Indonesia tahun Dengan demikian mengembangkan
2000 – 2010 mencapai 1,49 secara umum enterpreneurship merupakan sebuah peluang
berpengaruh terhadap jumlah penduduk usia pengembangan diri dan salah satu solusi dalam
kerja. Penduduk usia kerja mengalami pemecahan masalah tersebut (Untari, 2014).

77
sekurang-kurangnya 1% dari populasi
penduduk Indonesia pada tahun 2014 dan
b. Perkembangan UMKM di Indonesia akhirnya mencapai rasio ideal 2% dari
Pembangunan dan pertumbuhan UMKM populasi penduduk (Clelland,1961).
merupakan penggerak bagi pembangunan dan Untuk itu, pemerintah Indonesia telah
pertumbuhan ekonomi suatu negara. menetapkan serangkaian kebijakan dan
Perkembangan UMKM yang baik maka akan rencana aksi untuk mendukung program-
membawa kemajuan bagi perekonomian suatu program peningkatan kualitas dan kuantitas
negara. Pada tahun akhir tahun 2010 kewirausahaan di Indonesia, agar mampu
diperkirakan ada sekitar 53.823.732 UMKM menjadi salah satu pilar ekonomi nasional
(98,85 %) dari seluruh usaha di Indonesia. yang tangguh menghadapi krisis ekonomi
Kontribusi UMKM dalam penyerapan tenaga global, sekaligus solusi mengurangi
kerja sekitar 97,22% dan sumbangan UMKM kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja.
terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) GKN merupakan salah bentuk konkrit
sekitar 57,83%. Mengingat keberadaan sebagai wujud kesungguhan Pemerintah RI
UMKM dan perannya sangat besar dalam untuk memasyarakatkan kewirausahaan
perekonomian Indonesia, maka diperlukan kepada masyarakat luas. Presiden RI dalam
pemerdayaan UMKM (Estiningsih dan Zaenal; berbagai kesempatan telah menekankan
2014) pentingnya mengembangkan kewirausahaan,
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, terutama kalangan kaum muda dan kaum
jumlah wirausaha per Januari 2012 mencapai terdidik di Indonesia.
3,75 juta orang atau 1,56 persen dari total Sebagai sebuah gerakan kinerja, GKN
penduduk Indonesia. Pada 2010, tercatat masih sepanjang 2012 telah menunjukkan kondisi
0,24 persen. Namun angka ini masih kalah yang cukup menggembirakan. Pemerintah
jauh dibanding negara Asia lain, seperti Cina Indonesia berhasil meningkatkan jumlah
dan Jepang, yang memiliki wirausaha lebih wirausaha baru yang semula 570.339 orang
dari 10 persen jumlah populasi. Di regional pada 2011 (0,24 %) menjadi 3.707.205 orang
Asia Tenggara, Indonesia masih kalah (1,56 %) pada akhir 2012.
dibanding Malaysia (5 persen) atau Singapura Peningkatan rasio jumlah wirausaha
(7 persen). Minimnya jumlah pelaku usaha terhadap jumlah populasi Indonesia sangat
mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dinilai diperlukan untuk meningkatkan daya saing
mengancam ketahanan perekonomian nasional. untuk berkompetisi dengan negara lain.
Kondisi ekonomi menjadi kurang sehat Sebagai perbandingan, Singapura memiliki
terhadap ancaman krisis wirausaha 7,2 %, Malaysia 2,1 %, Thailand 4,1
Usaha peningkatan jumlah UMKM %, Korea Selatan 4,0 %, dan Amerika Serikat
dilakukan dengan mendorong program- 11,5 % dari seluruh populasi penduduknya.
program pengembangan wirausaha. Program GKN juga diharapkan dapat berkontribusi
penciptaan wirausaha yang diusung Kemenkop positip terhadap upaya pemerintah Indonesia
dan UKM. Seperti Gerakan Kewirausahaan dalam mencapai sasaran kinerja KIB II, yang
Nasional (GKN). Indonesia pada tahun 2011, mentargetkan turunnya tingkat pengangguran
telah mencanangkan Gerakan Kewirausahaan dari 7% pada tahun 2011 menjadi 5–6% pada
Nasional (GKN), dengan tujuan untuk tahun 2014, kemudian pertumbuhan ekonomi
meningkatkan jumlah wirausaha Indonesia, dari 6,5 5 pada tahun 2011 menjadi 7,7 %
mengingat jumlah wirausaha Indonesia baru pada tahun 2014 dan kemiskinan turun dari
berkisar 0,24% dari populasi penduduk. 12,5 % menjadi 8–10 % pada tahun 2014.
Diharapkan dengan GKN dapat mencapai Dibutuhkan usaha yang cukup keras dan

78
kesinergian antar semua pemegang Teknologi merupakan cara atau metode
kepentingan untuk memajukan sektor UMKM untuk mengolah sesuatu agar terjadi efisiensi
di Indonesia. biaya dan waktu, sehingga dapat menghasilkan
c. Enterpreneurship dan Teknologi produk yang lebih berkualitas. Dasar-dasar
Entrepreneurship adalah proses penciptaan tekologi adalah: kebutuhan pasar,
mengorganisasi dan mengelola risiko untuk solusi atas permasalahan, aplikasi berbagai
sebuah bisnis baru. (Ono Suparno, dkk, bidang keilmuan, perbaikan efektivitas dan
2008) dalam Estiningsih dan Zaenal efisiensi produksi, serta modernisasi.
(2014),. Seorang entrepreneur melakukan d. Technopreneurship dan konvensional
hal-hal sebagai berikut : Entrepreneurship
a. Mengidentifikasi dan Menurut Ono (2008) dalam Estiningsih dan
mengevaluasi peluang pasar. Zaenal (2014), teknologi merupakan bagian
b. Menemukan solusi-solusi untuk dari solusi yang diperlukan untuk memenuhi
mengisi peluang pasar tersebut. peluang. Jadi teknologi hanya salah satu dari
c. Memperoleh sumberdaya yang lima aspek entrepreneurship yang diperlukan.
diperlukan (uang, orang, dan Teknologi bukan lah segalanya dalam
peralatan) untuk menjalankan technopreneurship.
bisnis. Ono (2008) dalam Estiningsih dan Zaenal
d. Mengelola sumberdaya dari tahap (2014), menyatakan ada dua hal penting yang
awal (start-up) ke fase bertahan harus diperhatikan untuk mendefinisikan
(survival) dan fase pengembangan technopreneurship (technology
(ekspansi). entrepreneurship), yaitu penelitian dan
e. Mengelola risiko-risiko yang komersialisasi. Penelitian merupakan
berhubungan dengan bisnisnya. penemuan dan penambahan pada ilmu
Teknologi merupakan bagian dari solusi pengetahuan. Komersialisasi dapat
yang diperlukan untuk memenuhi peluang. didefinisikan sebagai pemindahan hasil
Jadi teknologi hanya salah satu dari lima aspek penelitian atau teknologi dari laboratorium ke
entrepreneurship yang diperlukan. Teknologi pasar dengan cara yang menguntungkan. Ada
bukan lah segalanya dalam technopreneurship. sejumlah jalan untuk mengkomersialisasi
Ono (2008) dalam Estiningsih dan Zaenal teknologi, yakni: lisensi, berpartner, atau
(2014), menyatakan ada dua hal penting yang menjualnya kepada pihak lain yang akan
harus diperhatikan untuk mendefinisikan mengkomersialisasikannya.
technopreneurship (technology Teknologi merupakan cara atau metode
entrepreneurship), yaitu penelitian dan untuk mengolah sesuatu agar terjadi efisiensi
komersialisasi. Penelitian merupakan biaya dan waktu, sehingga dapat menghasilkan
penemuan dan penambahan pada ilmu produk yang lebih berkualitas. Dasar-dasar
pengetahuan. Komersialisasi dapat penciptaan tekologi adalah: kebutuhan pasar,
didefinisikan sebagai pemindahan hasil solusi atas permasalahan, aplikasi berbagai
penelitian atau teknologi dari laboratorium ke bidang keilmuan, perbaikan efektivitas dan
pasar dengan cara yang menguntungkan. Ada efisiensi produksi, serta modernisasi.
sejumlah jalan untuk mengkomersialisasi Terdapat perbedaan antara
teknologi, yakni: lisensi, berpartner, atau entrepreneurship biasa dan technopreneurship
menjualnya kepada pihak lain yang akan (technology entrepreneurship). Technology
mengkomersialisasikannya. entrepreneurship harus sukses pada dua tugas
utama, yakni: menjamin bahwa teknologi
berfungsi sesuai kebutuhan target pelanggan,

79
dan teknologi tersebut dapat dijual dengan Table 2. Data pendidikan penduduk 15 tahun
mendapatkan keuntungan (profit). ke atas
Entrepreneurship biasa umumnya hanya
berhubungan dengan bagian yang kedua, yakni Pendidikan yang Tahun Tahun
Ditamatkan Penduduk 2011 2013
menjual dengan mendapatkan profit.
15 Tahun ke Atas
Secara umum, ada dua jenis bisnis yang
dapat membentuk technology entrepreneur Tidak/belum sekolah 6,41 5,88
(technopreneur), yakni: bisnis lifestyle dan Tidak tamat SD 14,69 13,90
bisnis pertumbuhan tinggi (high growth SD/sederajat 28,72 28,09
businesses). Bisnis lifestyle adalah suatu SMP/sederajat 20,74 21,00
usaha yang umumnya tidak tumbuh dengan SM +/sederajat 29,44 31,13
cepat. Bisnis seperti ini biasanya tidak menarik
bagi investor profesional seperti angel investor Sumber : BPS Indonesia (2013)
atau pemodal ventura (venture capitalist). Membangun keutuhan bangsa melalui
Bisnis tersebut tidak mempunyai potensi yang pendidikan dilakukan melalui upaya
cukup untuk menghasilkan kekayaan yang mencerdaskan kehidupan bangsa. Esensi
signifikan. Seseorang mungkin ingin menjadi mencerdaskan kehidupan bangsa yang
bos sendiri, mengatur jadwal sendiri, dan ingin diamanatkan dalam Pembukaan UUD 1945
memiliki kendali yang lebih besar. dan menjadi domain utama pendidikan adalah
Jenis bisnis yang lain adalah bisnis membangun bangsa Indonesia yang berakar
pertumbuhan tinggi. Bisnis pertumbuhan pada budaya, dengan segala keragamannya,
tinggi memiliki potensi untuk menghasilkan untuk menjadi manusia Indonesia yang
kekayaan yang besar dengan cepat. Jenis beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
bisnis ini umumnya berisiko tinggi namun juga Maha Esa, demokratis, berkarakter, mandiri,
memberikan imbalan yang tinggi, sehingga berdaya saing, dan berdaya tahan kuat di
menarik bagi pemodal ventura (venture dalam percaturan hidup antar bangsa yang
capitalists). Contoh-contoh perusahaan ditopang oleh penguasaan ilmu pengetahuan,
dengan bisnis petumbuhan tinggi adalah: Dell, teknologi, dan seni yang terarah kepada
Genzyme, EMC, Amgen, dan Biogen-Idec. peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan
e. Perkembangan Dunia Pendidikan Di masyrakat. (Kartadinata, 2009)
Indonesia f. Pendidikan Kewirausahaan di Indonesia
Pendidikan merupakan hal penting bagi Pendidikan memiliki peran penting dalam
agenda pembangunan Pemerintah Indonesia. pengembangan manusia seutuhnya dan
Belanja pendidikan telah meningkat secara pembangunan masyarakat Indonesia
signifikan di tahun-tahun terakhir setelah seluruhnya. Pengembangan manusia harus
terjadinya krisis ekonomi. Secara nyata, belanja dilakukan secara utuh, yang mencakup
pendidikan meningkat dua kali dari tahun 2000 pengembangan daya pikir, daya qolbu, daya
sampai 2006. Di tahun 2007, belanja untuk fisik, dan penguasaan ilmu pengetahuan,
pendidikan lebih besar daripada sektor lain, teknologi, seni serta olahraga (Slamet, 2011).
yang mencapai nilai US$14 miliar, atau lebih Selain itu, pengembangan manusia juga
dari 16 persen dari total pengeluaran diharapkan menghasilkan manusia yang
pemerintah. Sebagai bagian dari PDB (3,4 mampu dan sanggup berperan aktif dalam
persen), jumlah ini setara dengan jumlah di membangun masyarakat Indonesia seluruhnya.
negara lain yang sebanding (Kemendiknas).

80
Tugas sekor pendidikan baik formal didiknya agar memahami bahwa selain
maupun informal bukan hanya mencetak menjadi seorang pekerja ternyata bidang
manusia – manusia yang berpendidikan, tetapi wirausaha juga menjadi bidang yang cukup
secara lebih luas lagi, sektor pendidikan harus memjanjikan untuk didalami (Putri, 2013).
mampu menciptakan manusia – manusia yang 3. Kesimpulan
mandiri (Estiningsih dan Zaenal; 2014). Untukmelahirkan entrepreneur-
Dengan kenyataan bahwa tidak semua entrepreneur muda sukses tersebut di perlukan
penduduk Indonesia usia produkif dan kesungguhan dan keseriusan dari perguruan
tergolong sebagai angkatan kerja dapat tinggi dalam mengemban misi entrepreneurial
terserap didunia kerja, maka sektor pendidikan campus. Program-program kewirausahaan
bertanggungjawab untuk mencari solusi, yang telah digagas dan dijalankan oleh
bagaimana agar output yang dihasilkan tidak berbagai perguruan tinggi khususnya di
hanya berorientasi untuk menjadi pekerja, Indonesia, patut kiranya dijadikan sebagai
disisi peran sektor pendidikan untuk teladan dalam memulai memfokuskan
memperkenalkan dan memotivasi anak perguruan tinggi dalam
didiknya agar memahami bahwa selain melahirkan entrepreneur-entrepreneur muda
menjadi seorang pekerja ternyata bidang sukses yang dapat pengintergrasikan konsep
wirausaha juga menjadi bidang yang cukup wirausaha dan konsep teknologi sehingga
menjanjikan untuk didalami. dapat meningkatkan potensi pengembangan
f. Technopreneur dan Pendidikan usaha yang dimilikinya.
Pendidikan memiliki peran penting dalam Pengembangan kewirausahaan nasional
pengembangan manusia seutuhnya dan merupakan tugas besar dan mulia yang
pembangunan masyarakat Indonesia membutuhkan kebersamaan segenap
seluruhnya. Pengembangan manusia harus komponen bangsa. Penumbuhan wirausaha
dilakukan secara utuh, yang mencakup baru tidak bisa dilakukan secara parsial
pengembangan daya pikir, daya qolbu, daya ataupun oleh satu instansi saja, karena masing-
fisik, dan penguasaan ilmu pengetahuan, masing instansi mempunyai keterbatasan
teknologi, seni serta olahraga (Slamet, 2011). sesuai tugas pokok dan fungsi masing-masing.
Selain itu, pengembangan manusia juga Program penumbuhan wirausaha baru harus
diharapkan menghasilkan manusia yang dilakukan secara comprehensive dengan
mampu dan sanggup berperan aktif dalam melibatkan seluruh instansi yang terkait baik
membangun masyarakat Indonesia seluruhnya. pemerintah pusat maupun daerah, lembaga
Tugas sekor pendidikan baik formal pendidikan, badan usaha dan lembaga-lembaga
maupun informal bukan hanya mencetak swadaya masyarakatSemangat kebersamaan
manusia – manusia yang berpendidikan, tetapi dan sinergi unsur pemerintah, akademisi, dunia
secara lebih luas lagi, sektor pendidikan harus usaha, wirausaha baru dan segenap komponen
mampu menciptakan manusia – manusia yang masyarakatlainnya perlu terus menerus
mandiri. Dengan kenyataan bahwa tidak semua didorong agar lebih banyak anak negeri yang
penduduk Indonesia usia produkif dan menetapkan pilihan profesi menjadi wirausaha.
tergolong sebagai angkatan kerja dapat Dalam rangka pengembangan
terserap didunia kerja, maka sektor pendidikan kewirausahaan nasional yang lebih efektif
bertanggungjawab untuk mencari solusi, perlu dipertimbangkan untuk membentuk
bagaimana agar output yang dihasilkan tidak lembaga koordinasi pengembangan
hanya berorientasi untuk menjadi pekerja, kewirausahaan nasional yang tetap menjaga
disisi peran sektor pendidikan untuk aspek sinergi dan kebersamaan dari segenap
memperkenalkan dan memotivasi anak komponen bangsa dengan memberikan akses

81
koordinasi yang lebih terstruktur baik pada sebuah Tantangan Bagi
dunia pendidikan, teknologi hingga badan- Pengembangan Pendidikan Indonesia,
badan kreatif untuk menampung hasil dari Prossiding Seminar Nasional:
technopreneurship. Sustainable Competitive Advantages –
DAFTAR PUSTAKA 3. Unsoed, Purwokerto.
[6] Susetyo, Heru dan Amanda,Putri
[1] Anata, Firdaus, 2013, Pengaruh Kusuma, 2011, Dampak
Tingkat Pengangguran Terbuka, Kependudukan Terhadap Kriminalitas
PDRB Perkapita, Jumlah Penduduk dan Keamanan Individu, Ditdamduk
dan Indeks Williamson Terhadap BKKBN 2011.
Ttingkat Kriminalitas(Studi pada 31 [6] Slamet, PH (2011), Peran Pendidikan
Propinsi di Indonesia tahun 2007 - Vokasi Dalam Pembangunan
2012), Jurnal Ilmiah Fakultas Ekonomi Ekonomi, Cakrawala Pendidikan, Juni
Dan Bisnis, Universitas Brawijaya, 2011, Th. XXX, No. 2.
Malang. [7] Untari, Dhian Tyas. (2014).
[2] Clelland, David MC. (1961). Ecopreneurship: Concept Of
Entrepreneur Behavior And Responsible Entrepreneurship.
Characteristics Of Entrepreneurs. The Malang: Prosiding 11th International
Achieving Society. Annual Symposium on Management.
[3] Estiningsih, Wening. Zainal, Arifin,
HM, 2014, Technoprenuership; [8] Direktorat Akademik, Direkturat
Challenge For Entrepreneurship Jendral Pendidikan Tinggi,
Educational Development in Departemen Pendidikan Nasional,
Indonesia, Forum Tahunan 2008. Technopreneurship, Draft Buku
Pengembangan Iptek dan Inovasi Pegangan
Nasional IV, LIPI, Tahun 2014
[4] Kartadinata, Sunaryo, 2009, [9] Herwin Moppanga, Studi Kasus
Membangun Keutuhan Bangsa Pengembangan Wirausaha Berbasis
Melalui Pendidikan Dalam Bingkai Tekhnologi (Technopreneurship) di
Utuh Sistem Pendidikan Nasional, Provinsi Gorontalo, Journal
Universitas Pendidikan Indonesia, Trikonomika, Volume.14 no.1
Bandung. TH.2015
[5] Putri, Novita Delima, 2013,
Pendidikan Kewirausahaan; Sebagai

82

Anda mungkin juga menyukai