Anda di halaman 1dari 62

Seri Kewirausahaan –Tehnopreneur Kewirausahaan Berbasis Teknologi i

DAFTAR ISI

Daftar Isi.................................................................... i
Selayang Pandang......................................................... 1
Materi ....................................................................... 2

BAB I TECHNOPRENEURSHIP ............................................ 3


A. Apa Itu Technopreneurship ..................................... 3
B. Elemen Kunci Technological Entrepreneurship .............. 5
C. Peran Pemerintah Dalam Pengembangan
Technopreneurship ............................................... 7
D. Pendidikan TI Berbasis Technopreneurship ................... 10
E. Manfaat dan Dampak Technopreneurship ..................... 12
F. Problematika dan Usaha Peningkatan
Technopreneurship ............................................... 16

BAB II WIRAUSAHA BERBASIS TI ........................................ 21


A. Perbedaan Antara Entrepreneur Dengan Technopreneur ... 22
B. Wirausaha Bidang TI
di Sillicon Valley – Amerika Serikat ............................ 26
C. Wirausaha Bidang TI di Bangalore – India ..................... 26
D. Wirausaha Bidang TI Indonesia ................................. 27
E. Pengembangan Wirausaha Berbasis TI di Indonesia?......... 27

BAB III PELUANG WIRAUSAHA DALAM IT .............................. 29


A. Motivasi Untuk berwirausaha ................................... 29
B. Tantangan Seorang Technopreneurship ....................... 30
C. Penerapan Technopreneurship Untuk Pemula ................ 30
D. Langkah Awal Technopreneurship.............................. 31
E. Tips Sukses Technopreneurship ................................ 31
F. Strategi Peningkatan Kemampuan TI Untuk UKM ............ 32

KESIMPULAN ............................................................... 58
SUMBER RUJUKAN ........................................................ 59

Seri Kewirausahaan –Tehnopreneur Kewirausahaan Berbasis Teknologi i


Seri Kewirausahaan

Menumbuhkan Motivasi
TECHNOPRENEUR :
Berwirausaha
KEWIRAUSAHAAN BERBASIS
TEKNOLOGI

Selayang Pandang

W
IRAUSAHA berbasis Teknologi Informasi adalah
wirausaha yang menggunakan dan
mengembangkan unit usaha dan unit produksinya
dengan memanfaatkan teknologi yang ada. Proses
pengembangan unit usaha dan unit produksi dengan
memanfaatkan teknologi dapat meningkatkan hasil sekaligus
performa dari unit usaha tersebut.

Di Indonesia masih belum banyak yang memanfaatkan


teknologi informasi dalam melakukan usaha. Namun ada beberapa
yang sudah memanfaatkannya, misalnya menawarkan barang yang
akan di jual di took, dengan memasang iklan di internet. Salah satu
metode ini, sudah tidak asing lagi di dunia maya. Dengan memasang
iklan di internet, penjual akan lebih banyak dilihat barang jualannya
oleh pengguna internet.

Seri Kewirausahaan –Tehnopreneur Kewirausahaan Berbasis Teknologi 1


MATERI
BAB I TECHNOPRENEURSHIP
A. Apa Itu Technopreneurship
B. Elemen Kunci Technological Entrepreneurship
C. Peran Pemerintah Dalam Pengembangan
Technopreneurship
D. Pendidikan TI Berbasis Technopreneurship
E. Manfaat dan Dampak Technopreneurship
BAB II WIRAUSAHA BERBASIS TI
A. Perbedaan Antara Entrepreneur Dengan
Technopreneur
B. Wirausaha Bidang TI di Sillicon Valley – Amerika
Serikat
C. Wirausaha Bidang TI di Bangalore – India
D. Wirausaha Bidang TI Indonesia
E. Pengembangan Wirausaha Berbasis TI di Indonesia?
BAB III PELUANG WIRAUSAHA DALAM IT
A. Motivasi Untuk berwirausaha
B. Tantangan Seorang Technopreneurship
C. Penerapan Technopreneurship Untuk Pemula
D. Langkah Awal Technopreneurship
E. Tips Sukses Technopreneurship
F. Strategi Peningkatan Kemampuan TI Untuk UKM

Seri Kewirausahaan –Tehnopreneur Kewirausahaan Berbasis Teknologi 2


BAB
TECHNOPRENEURSHIP
TECHNOPRENEURSHIP
A. Apa Itu Technopreneurship
B. Elemen Kunci Technological Entrepreneurship
C. Peran Pemerintah Dalam Pengembangan Entrepreneurship dan
Technopreneurship
D. Pendidikan TI Berbasis Technopreneurship
E. Manfaat dan Dampak Technopreneurship
F. Problematika dan Usaha Peningkatan Technopreneurship

A. Apa Itu Technopreneurship

T
ECHNOPRENEURSHIP merupakan istilah bentukan dari dua
kata, yakni ‘teknologi’ dan ‘enterpreneurship’. Secara
umum, kata Teknologi digunakan untuk merujuk pada penerapan
praktis ilmu pengetahuan ke dunia industri atau sebagai kerangka
pengetahuan yang digunakan untuk menciptakan alat-alat, untuk
mengembangkan keahlian dan mengekstraksi materi guna
memecahkan persoalan yang ada.
Sedangkan
kata Entrepreneurship
berasal dari kata
Entrepreneur yang
merujuk pada
seseorang atau agen yang menciptakan bisnis/usaha dengan
keberanian menanggung resiko dan ketidakpastian untuk mencapai
keuntungan dan pertumbuhan dengan cara mengidentifikasi

Seri Kewirausahaan –Tehnopreneur Kewirausahaan Berbasis Teknologi 3


peluang yang ada (Zimmerer & Scarborough, 2008). Jika kedua
kata diatas digabungkan, maka kata teknologi disini mengalami
penyempitan arti, karena Teknologi dalam “Technopreneurship”
mengacu pada Teknologi Informasi, yakni teknologi yang
menggunakan Komputer sebagai alat pemrosesan.
Posadas (2007) mendefinisikan istilah Technopreneurship
dalam cakupan yang lebih luas, yakni sebagai wirausaha di
bidang teknologi yang mencakup teknologi semikonduktor
sampai ke asesoris Komputer Pribadi (PC). Sebagai contoh adalah
bagaimana Steven Wozniak dan Steve Job mengembangkan hobi
mereka hingga mereka mampu merakit dan menjual 50 komputer
Apple yang
Industri inovatif merupakan jenis industri yang
pertama, atau mengandalkan basis iptek untuk mengembangkan
usahanya. Berkembangnya industri inovatif sebuah
juga bagaimana
negara tergantung pada aspek kesiapan dan
Larry Page dan ketersediaan teknologi serta jiwa kewirausahaan.
Namun, saat ini kondisi di Indonesia menunjukkan hasil
Sergey Brin
inovasi yang banyak dihasilkan lembaga riset maupun
mengembangkan perguruan tinggi masih kurang dimanfaatkan oleh
industri
karya mereka
Kepala BPPT Marzan A.Iskandar saat Pelatihan
yang kemudian
Wirausaha Industri Inovatif II (Technopreneur Camp) di
dikenal sebagai Jakarta (16/2)
mesin pencari Google. Mereka inilah yang disebut sebagai para
teknopreneur dalam definisi ini.
Dalam wacana nasional, istilah Technopreneurship lebih
mengacu pada pemanfaatan Teknologi informasi untuk
pengembangan wirausaha. Berbeda dengan pengertian pertama
diatas, jenis wirausaha dalam pengertian Technopreneurship disini

Seri Kewirausahaan –Tehnopreneur Kewirausahaan Berbasis Teknologi 4


tidak dibatasi pada wirausaha teknologi informasi, namun segala
jenis usaha, seperti usaha meubel, restaurant, super market
ataupun kerajinan tangan, batik dan perak. Penggunaan teknologi
informasi yang dimaksudkan disini adalah pemakaian Internet
untuk memasarkan produk mereka seperti dalam perdagangan
online (e-Commerce), pemanfaatan Perangkat Lunak khusus untuk
memotong biaya produksi, atau pemanfaatan teknologi web 2.0
sebagai sarana iklan untuk wirausaha.
Dalam pengertian kedua ini, tidaklah jelas pihak mana yang
bisa disebut sebagai Technopreneur. Disini, kedua pengertian ini
akan digunakan bersama-sama.

B. Elemen Kunci Technological Entrepreneurship

Pentingnya Technopreneurship dewasa ini berkenaan


dengan keterikatannya dengan ilmu dan teknologi, ketika negara
menggunakan pendekatan peningkatan kemampuan teknologi
sebagai pendorong peningkatan produksi nasional dan dalam
banyak negara sebagai strategi competitive advantage, maka
technoprenuersip adalah program yang termasuk didalamnya
sebagai bagian integral dari peningkatan kultur kewirausahaan.

Seri Kewirausahaan –Tehnopreneur Kewirausahaan Berbasis Teknologi 5


Kunci dari Technopreneurship juga adalah kreativitas,
dengan kreativitas yang
tinggi maka mental lama
yang cenderung
konvensional dari
wirausahawan akan
berubah, kreativitas adalah
bermain dengan imaginasi
dan kemungkinan-
kemungkinan, memimpin
perubahan dengan ide-ide
baru dan memberikan arti
pada hubungan antara ide,
orang dan lingkungan.
Technopreneurship juga harus di bangun dengan
pendekatan menyeluruh dan integral, yang dilakukan dengan
mengkolaborasikan “budaya” (budaya inovasi, kewirausahaan dan
kreativitas), “konsepsi” (konsep ikubator bisnis, penelitian dan
pengembanga, knowledge managemen dan learning organization),
yang didukung oleh kapabilitas wirausahanya sendiri, koneksitas
dan koboratif.
Memahami technological Entrepreneurship atau
Technopreneurship dapat juga dilakukan dengan mengidentifikasi
elemen-elemen kunci yang memiliki keterkaitan dengan proses
pembentukan usaha berbasis teknologi, Igor Prodan (2007)
mengidentifikasi, elemen itu adalah: 1. Technological

Seri Kewirausahaan –Tehnopreneur Kewirausahaan Berbasis Teknologi 6


Entrepreneur; 2. universities; 3. corporation; 4. Capital; 5.
Market/costumers; 6. government; and 7. advisor.

C. Peran Pemerintah Dalam Pengembangan


Entrepreneurship dan Technopreneurship

Gambaran tentang kemungkinan yang dapat di lakukan


pemerintah dalam pengembangan Entrepreneurship dan
Technopreneurship adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan Insentif Pasar Untuk Entrepeneurship.
a. Faktor penentu adalah ‘willingness’ dari tiap pribadi untuk
menjadi Entrepeneur.
b. Willingness ditentukan oleh benefit yang diperoleh.
c. Di banyak negara regulasi pasar membatasi insentif,
sebagai contoh batas atas harga ditetapkan dibawah
market equilibrium.
d. Jika keuntungan ekonomis yg diperkirakan lebih rendah
dari opportunity cost, maka akan mengendurkan minat
para Entrepeneur.
e. Di beberapa negara diperlukan policy yang akan
meningkatkan insentif untuk para Entrepeneur.
f. Pemerintah perlu membuat suatu regulasi dan penetapan
harga yang mampu mendorong dan menjadi insentif bagi
para interpreneur.
2. Peningkatan ketersediaan kredit dan modal
a. Faktor penentu kedua yang dominan adalah peluang dan
kesempatan.

Seri Kewirausahaan –Tehnopreneur Kewirausahaan Berbasis Teknologi 7


b. Modal usaha merupakan masalah pertama yang akan
dihadapi para interpreneur untuk memulai suatu usaha.
c. Kebanyakan pemula tidak memiliki modal yang diperlukan
untuk dapat memulai suatu usaha sendiri.
d. Untuk mengatasi masalah tersebut, Pemerintah dapat
melakukan hal-hal berikut:
1) Mendorong berkembangnya perusahaan-perusahaan
yang bergerak dibidang pendanaan.
2) Melaksanakan Program Kredit Usaha Kecil (micro-credit
program).
3. Mengembangkan program yang mendukung Entrepeneurship
a. Menciptakan lingkungan usaha yang kondusif, sesuai
dengan budaya setempat dan beresiko relatif lebih kecil
bagi interpreneur baru.
b. Program-program lainnya yang dapat memfasilitasi
interpreneur dalam memperoleh modal kerja, menetapkan
business plan dan pengenalan terhadap berbagai regulasi
usaha dan perpajakan.
4. Memprakarsai program pelatihan Entrepeneurship.
Penyelenggaraan pendidikan atau kursus tentang
interpreneurial skill akan secara efektif meningkatkan jumlah
individu-individu yang kompeten, yang pada gilirannya akan
membantu mereka untuk berhasil.
5. Reformasi regulasi pasar untuk memfasilitasi penetrasi pasar

Seri Kewirausahaan –Tehnopreneur Kewirausahaan Berbasis Teknologi 8


a. Pemerintah dapat meningkatan jumlah interpreneur
dengan memberikan kemudahan untuk masuk dalam sektor
formal.
b. Banyak Negara yang menggunakan izin dan lisensi untuk
mengatur siapa saja yang dapat berpartisipasi dalam
sektor formal. Meskipun hal ini dapat menjadi pendapatan
atau mungkin juga sebagai perlindungan bagi BUMN, namun
hal ini secara efektif membuat pasar menjadi tidak efisien
karena kurangnya kompetisi dan menghalangi masuknya
interpreneur-interpreneur baru.
c. Untuk meningkatkan jumlah interpreneur, perlu dilakukan
reformasi Undang-Undang yang terkait dengan masalah ini.
6. Peningkatan peluang / kesempatan Entrepeneurship bagi para
wanita dan kawula muda.
a. Seringkali perempuan dan karyawan muda usia tidak bisa
banyak berperan dan mendapat kesempatan dalam sektor
formal baik karena nilai budaya setempat ataupun karena
peraturan perundangundangan.
b. Hal ini secara esensial membatasi kemungkinan bagi
mereka untuk menjadi interpreneur.
c. Dengan menghilangkan hal-hal yang bersifat diskriminatif,
diharapkan dapat meningkatkan kemungkinan
bertambahnya para interpreneur baru.

Seri Kewirausahaan –Tehnopreneur Kewirausahaan Berbasis Teknologi 9


D. Pendidikan TI Berbasis Technopreneurship

Pendidikan TI berbasis Technopreneurship memiliki tujuan


sebagai berikut:
1. Memberikan kontribusi kongkret dalam mensiasati masalah
pengangguran intelektual di Indonesia.
2. Mengembangkan spirit kewirausahaan di dunia perguruan
tinggi.
3. Meminimalisir gap antara pemahaman teori dan realita praktek
dalam pengelolaan bisnis.
Manfaat Proses Implementasi Technopreneurship Based
Curicullum
Technopreneurship dapat
dikembangkan dan dimulai sejak dini
dengan memberikan pengertian dan
pembelajaran kepada mahasiswa. Hal
ini bisa berjalan dengan baik karena
mengingat mahasiswa saat ini sudah
sangat terbiasa menggunakan
teknologi dalam setiap aktifitasnya sehingga transer ilmu dalam
Technopreneurship dapat berjalan dengan baik. Adapun Manfaat
bagi mahasiswa dalam proses implementasi Technopreneurship
Based Curicullum adalah sebagai berikut:
1. Memperoleh pencerahan mengenai alternatif profesi sebagai
wirausaha selain sebagai ekonom, manajer atau akuntan atau
profesi lainnya.

Seri Kewirausahaan –Tehnopreneur Kewirausahaan Berbasis Teknologi 10


2. Memiliki skill-based yang memadai dalam bidang Teknologi
Informasi.
3. Mendapatkan pengetahuan dasar dalam bentuk teori maupun
praktek magang dalam mengelola suatu bisnis.
4. Memperoleh akses untuk membangun networking dunia bisnis.
Sedangkan bagi Perguruan Tinggi sebagai fasilitator adalah:
1. Menjadi bentuk tanggung jawab sosial sebagai lembaga
pendidikan untuk berkontribusi dalam mengatasi masalah
pengangguran.
2. Menjadi bagian penting dalam upaya menjembatani gap
kurikulum pendidikan antara lembaga pendidikan dan industri
pengguna.
3. Menjadi salah satu strategi efektif untuk meningkatkan mutu
lulusan.
4. Menjadi wahana interaksi untuk komunitas Perguruan Tinggi
yang terdiri dari alumni, mahasiswa, dosen, dan karyawan
dengan masyarakat umum.
Berdasarkan tujuan tersebut di atas, maka Program
Pengembangan Budaya Technopreneurship atau kewirausahaan di
Perguruan Tinggi dirancang meliputi 6 (enam) kegiatan yang saling
terkait, yaitu:
1. Pelatihan materi ”Techno SKILL BASED”
2. Magang Kewirausahaan
3. Kuliah Kewirausahaan
4. Kuliah Kerja Usaha
5. Karya Alternatif Mahasiswa

Seri Kewirausahaan –Tehnopreneur Kewirausahaan Berbasis Teknologi 11


6. Konsultasi Bisnis dan Peluang usaha

E. Manfaat dan Dampak Technopreneurship

Technopreneurship merupakan pengembangan dari


enterpreneur. Technopreneurship merupakan gabungan dari dua
kata, yaitu Technologi dan Enterpreneurship. Definisi dari
Technopreneurship merupakan suatu upaya dalam membuat bisnis
dengan berbasis IT, sehingga diharapkan pergerakan bisnis
tersebut selalu baik. Teknologi zaman saat ini sangat berpengaruh
terhadap bidang apapun, termasuk juga wirausaha. Oleh karena
itu pakar IT berusaha mengembangkan wirausaha dengan IT.
Sebelum berlanjut, secara umum kata teknologi sering digunakan
untuk merujuk pada penerapan praktis ilmu pengetahuan ke dunia
industri. Sedangkan kata enterpreneurship berasal dari kata
enterpreneur yang merujuk pada seseorang yang menciptakan
bisnis/usaha dengan keberanian menanggung resiko untuk
mencapai keuntungan dan pertumbuhan dengan cara
mengidentifikasikan peluang yang ada.
Terdapat perbedaan antara enterpreneurship dengan
Technopreneurship. Technopreneurship harus sukses pada dua
tugas utama, yaitu menjamin bahwa teknologi berfungsi sesuai
kebutuhan target pelanggan, dan teknologi tersebut dapat dijual
dengan mendapatkan keuntungan (profit). Sedangan jika
enterpreneur biasa, umumnya hanya berhubungan dengan bagian
kedua, yaitu menjual dengan mendapatkan keuntungan.

Seri Kewirausahaan –Tehnopreneur Kewirausahaan Berbasis Teknologi 12


Peranan Technopreneurship
Peranan Technopreneurship sangat banyak, apalagi bagi
orang-orang yang ingin meningkatkan bisnis lebih cepat lagi. Suatu
inovasi yang dihasilkan harus berupa ide-ide yang kreatif dan
terkini pada masa tersebut. Technopreneurship bermanfaat dalam
pengembangan
industri-industri
besar dan
canggih, selain
itu juga dapat
diarahkan untuk
memberikan
manfaat kepada
masyarakat yang memiliki kemampuan ekonomi lemah untuk
meningkatkan kualitas hidup mereka. Dengan demikian
Technopreneurship diharapkan dapat mendukung pembangunan
berkelanjutan (sustainable development). Technopreneurship
dapat memberikan manfaat atau dampak, baik secara ekonomi,
sosial maupun lingkungan. Dampaknya secara ekonomi adalah:
1. Meningkatkan efisiensi dan produktivitas.
2. Meingkatkan pendapatan.
3. Menciptakan lapangan kerja baru.
4. Menggerakan sektor-sektor ekonomi yang lain.
Manfaat dari segi sosial diantaranta adlah mampu
membentuk budaya baru yang lebih produktif, dan berkontribusi

Seri Kewirausahaan –Tehnopreneur Kewirausahaan Berbasis Teknologi 13


dalam memberikan solusi pada penyelesaian masalah-masalah
sosial. Manfaat dari segi lingkungan antara lain adalah:
1. Memanfaatkan bahan baki darisumber daya alam Indonesia
secara lebih produktif.
2. Meingkatkan efisiensi penggunaan sumber daya terutama
sumber daya energi.
Ada beberapa bidang investasi dan inovasi yang dapat
diprioritaskan untuk memberi manfaat kepada masyarakat
ekonomi lemah terdiri dari air, energi, kesehatan, petanian, dana
keanekaragaman hayati. Bidang-bidang diatas masyarakat
ekonomi lemah di Indonesia banyak menghadapi permasalah.
pengembangan Technopreneurship dapat diarahkan sebagai upaya
untuk menyelesaikan permasalah tersebut.
1. Water (air): Technopreneurship memiliki peluang untuk dapat
menyelesaikan masalah ini. Karena banyaknya kebutuhan akan
air dari masyarakat di Indonesia, khususnya air bersih, oleh
karena itu para pakar Technopreneurship memiliki tantangan
untuk menyelesaikan maslah ini.
2. Energy (energi) : Tantangan berikutnya yang harus diselesaikan
para pakar Technopreneurship adalah energi. Saat ini semua
negara dihadapkan oleh krisis energi yang semakin memburuk.
Dan yang pasti yang menjadi korban adalah rakyat kecil
kebawah. Oleh karena itu permasalahan ini diharapkan bisa
diselesaikan oleh para pakar Technopreneurship.
3. Health (Kesehatan): Kesehatan adalah yang terpenting untuk
setiap masyarakat, karena jika keadaan tubuh kurang sehat

Seri Kewirausahaan –Tehnopreneur Kewirausahaan Berbasis Teknologi 14


akan mempengaruhi produktivitas yang dihasilkan. Oleh karena
itu fasilitas kesehatan sangat dibutuhkan. Pelayanan kesehatan
yang murah dan berkualitas sangat dibutuhkan oleh sebagian
besar masyarakat kecil ke bawah. Diharapkan para
Technopreneurship dapat membuat suatu proses yang mudah
bagi masyrakat dalam mengakses fasilitas kesehatan tersebut.
4. Agriculture (petanian): Satu hal ini juga menjadi perbincangan
hangat di Indonesia. Karena sebagian besar pangan Indonesia
bersalah dari luar negeri atau import. Kenapa harus import,
padahal Indonesia dulu dijuluki negara agrikultur (bahkan
hingga hari ini). Penataan lahan yang kurang baik serta diiringi
oleh perilaku para pejabat atas yang kurang baik menyebabkan
hal ini bisa terjadi. Kasus ini harus diselesaikan segera, apabila
ditunda-tunda akan memperburuk situasi dan pasti yang
menjadi korban tetap masyarakat kecil ke bawah.
5. Biodiversity (keanekaragaman hayati) Indonesia terkenal akan
kebudayaan hayati yang beragam. Beratus-ratus spesies
tumbuh di tanah Indonesia ini. Hal ini merupakan kekayaan lain
dari Indonesia. Tetapi hal ini tidak menjadi sorotan, padahal
hal ini berdampak baik bagi perekonomi indonesia terutama
bagi para praktisi wirausaha. Inilah tantangan lain yang harus
diselesaikan pra pakar Technopreneurship untuk
mempromosikan kekayaan hayati Indonesia sehingga dapat
dikenal oleh seleuruh masyarakat Indonesia dan umumnya
untuk masyarakat dunia.

Seri Kewirausahaan –Tehnopreneur Kewirausahaan Berbasis Teknologi 15


F. Problematika dan Usaha Peningkatan Technopreneurship

Pemahaman akan konsep ini tentu saja bukan merupakan


hal yang baru di negara kita. Tetapi realita yang ada dalam
masyarakat adalah perkembangan usaha-usaha dengan basis
teknologi belum memberikan sumbangan pertumbuhan ekonomi
yang cukup signifikan. Berdasarkan kondisi realita tersebut ada
problematika dalam penerapan konsep ini.
Sumber Daya Manusia Bisnis Teknologi merupakan bisnis
dengan basis kualitas sumber daya manusia sebagai tulang
punggungnya. Human Capital atau kompetensi SDM akan menjadi
komponen utama dari keberhasilan suatu perusahaan dengan
perusahaan yang lain. Problematika yang ada adalah:
1. Attitude: Etos kerja merupakan komponen penting
penghargaan kualitas suatu individu. Negara-negara Asia
seperti Jepang, Cina, Korea, dan Vietnam memiliki
pertumbuhan ekonomi yang baik karena didukung etos kerja
yang tinggi dari rakyatnya. Attitude yang baik akan
mengutamakan tanggung-jawab secara serius dan penting,
sehingga sebagai konsekuensi dari pemenuhan kewajiban
secara sempurna maka pemenuhan hak akan berjalan dengan
sendirinya.
2. Short Minded: Kesalahan pola pikir yang terlalu pendek.
Pengembangan bisnis adalah suatu proses. Para pebisnis yang
berhasil di usia mudapun sebenarnya pada usia dini mereka
telah fokus dan bereksperimen secara terus menerus dalam
jumlah waktu yang panjang.

Seri Kewirausahaan –Tehnopreneur Kewirausahaan Berbasis Teknologi 16


3. Bakat Kewirausahaan vs Keahlian Teknologi: Perbedaan
penguasaan kemampuan kewirausahaan dan keahlian
teknologi. Kondisi umum yang ada adalah seorang pakar
teknologi memiliki ketertarikan dalam perluasan penguasaan
teknologi dan sedikit penguasaan mengenai kemampuan
kewirausahaan, demikian pula sebaliknya.
4. Teori vs realita praktek: Perbedaan pemahaman teori dan
realita praktek dalam pengelolaan bisnis. Dunia Industri unit-
unit usaha bisnis teknologi adalah hasil dari proses
Technopreneurship. Problematika yang dialami pada dunia
industri dalam kaitan dengan pengembangan
Technopreneurship adalah:
5. Pendanaan: Keterbatasan dana memang bukan merupakan
kendala yang dapat menyurutkan pembentukan bisnis
teknologi. Akan tetapi percepatan pertumbuhan bisnis
teknologi akan sangat terbantu dengan adanya pendanaan yang
signifikan.
6. Penghargaan produk IT lokal: Masih kurangnya penghargaan
terhadap produk-produk IT yang dibuat oleh perusahaan lokal.
Terutama pada perusahaan-perusahaan yang memiliki Capital
cukup besar, import akan produk IT dari negara lain masih
banyak terjadi.
7. Regulasi: Industri berkembang disuatu negara tidak akan
terlepas dari komitmen pemerintah dalam membantu
perkembangannya. Peraturan perpajakan yang jelas dan
transparan, prosedur perijinan serta peraturan pemerintah

Seri Kewirausahaan –Tehnopreneur Kewirausahaan Berbasis Teknologi 17


yang memberikan apresiasi terhadap karya intelektual sangat
diharapkan oleh dunia industri.
USAHA PENINGKATAN TECHNOPRENEURSHIP
Strategi yang kuat serta arah yang jelas perlu
dikembangkan untuk memberikan landasan bagi berkembangnya
Technopreneurship di Indonesia. Oleh sebab itu perlu kerjasama
yang erat dari
Technopreneur
sebagai penggagas
bisnis, Perguruan
Tinggi dan lembaga
penelitian sebagai
pusat inovasi
teknologi baru,
perusahaan modal
ventura yang
memiliki kompetensi
dalam pendanaan serta
pemerintah sebagai pembentuk kebijakan ekonomi agar dapat
memberikan kebijakan ekonomi yang kondusif.
Institusi pendidikan memiliki kewajiban dalam mengatasi
Problematika yang ada dalam persiapan sumber daya manusia.
Berbagai usaha yang perlu dilaksanakan ataupun bila telah
dilaksanakan perlu mendapat perhatian khusus adalah:
 Membangun secara terus menerus dalam setiap kegiatan
belajar mengajar, mengenai moralitas, pandangan penuh akan

Seri Kewirausahaan –Tehnopreneur Kewirausahaan Berbasis Teknologi 18


profesionalitas dan mengubah paradigma buruk mengenai
attitude generasi muda Indonesia.
 Mengembangkan spirit kewirausahaan di dunia perguruan
tinggi.
 Meminimalisir gap antara pemahaman teori dan realita praktek
dalam pengelolaan bisnis.
 Menjadi wahana interaksi untuk komunitas perguruan tinggi
dengan para alumninya yang telah memiliki keberhasilan dalam
membangun unit usaha bisnis.
 Membentuk unit studi spesifik yang ditunjang dengan
perangkat bisnis dari unit bisnis terkait. Unit studi ini
merupakan gabungan antar institusi pendidikan dengan
kelompok unit bisnis tertentu. Sebagai contoh pengembangan
aplikasi perbankan.
 Membentuk inkubator bisnis yang dapat dijadikan sebagai
pusat kegiatan pembelajaran dengan atmosfir bisnis yang
kondusif serta didukung oleh fasilitas laboratorium yang
memadai.
Demikian pula dengan dunia industri. Apabila
mengharapkan sumber daya manusia dengan kualitas yang sesuai
dengan persaingan bisnis yang dihadapinya perlu melaksanakan:
 Pemberian akses kepada calon sarjana mengenai bisnis proses
dari usaha yang dilakukannya. Sehingga dapat memberikan
wawasan yang nyata mengenai bentuk kompetensi yang
diharapkan oleh dunia industri bagi setiap individu yang akan

Seri Kewirausahaan –Tehnopreneur Kewirausahaan Berbasis Teknologi 19


mulai terjun mengaplikasikan pemahaman teknologi yang telah
diperolehnya dari institusi pendidikan.
 Pembentukan mitra kerja dengan institusi pendidikan, agar
terjalin kerjasama industri dan edukasi.
 Transfer pengetahuan dan pengalaman mengenai dunia
industri dengan memberikan kesempatan praktek magang.

Seri Kewirausahaan –Tehnopreneur Kewirausahaan Berbasis Teknologi 20


BAB
WIRAUSAHA BERBASIS TI
WIRAUSAHA BERBASIS TI
A. Perbedaan Antara Entrepreneur Dengan Technoprener
B. Wirausaha Bidang TI di Sillicon Valley – Amerika Serikat
C. Wirausaha Bidang TI di Bangalore – India
D. Wirausaha Berbasis TI di Indonesia
E. Pengembangan Wirausaha Berbasis TI di Indonesia?

W IRAUSAHA
teknologi
berbasis
informasi
adalah penggunaan teknologi
informasi dalam mendukung
proses bisnis. Dengan
memanfaatkan teknologi
informasi, akan dapat
meningkatkan hasil dan kualitas
dari usaha tersebut. Sebagai
contoh toko komputer yang
memanfaatkan website untuk menjual barang jualannya. Dengan
menggunakan website, sebuah toko akan lebih dapat dijangka u
oleh orang banyak daripada toko yang hanya jualan di daerah
setempat. Promosi lewat website juga lebih memungkinkan dilihat
banyak orang. Namun kelemahan promosi di website adalah tidak
semua orang dapat melihat websitenya, dikarenakan tidak
memiliki akses internet.

Seri Kewirausahaan –Tehnopreneur Kewirausahaan Berbasis Teknologi 21


A. Perbedaan Antara Entrepreneur Dengan Technoprener

No Keterangan Enrepreneur Technopreneur

1 Motivasi Mondominasi Pola pikir


revolusioner
Ide dan Konsep Kompetisi dan
Resiko
Ekspoitasi Sukses dengan
kesempatan teknologi baru
Akumulasi kekayaan Finansial, nama
harum
2 Kepemilikan Saham pengendali Penguasaan Pasar
Maksimalisasi Saham kecil dari
keuntungan kue yang besar
Nilai perusahaan
terus bertambah
3 Gaya Mengikuti Pengalaman
Manajerial pengalaman terbatas
Profesionalisme Fleksibel
Resiko pada Target strategi
manajemen global
Inovasi produk
berkelanjutan
4 Kepemimpinan Otoritas tinggi Perjuangan kolektif
Kekuatan lobi Sukses masa depan
visioner
Imbalan untuk Membagi kemajuan
kontribusi bisnis
Manajemen baru Menghargai
kontribusi dan
kemajuan
5 Outsorsing dan Penting tapi sulit Pengembangan
jaringan kerja mendapatkan bersama tim
tenaga ahli outsorsing
Kemampuan umum Banyak penawaran
Tidak selau Science and
tersedia pada tchnology park
tingkat global

Seri Kewirausahaan –Tehnopreneur Kewirausahaan Berbasis Teknologi 22


No Keterangan Enrepreneur Technopreneur

6 Potensial Penetrasi nasional Pasar berubah


pertumbuhan cepat, global dengan teknologi
lambat baru
Pemimpin pasar Akuisisi teknologi
dalam waktu baru
singkat dengan Aliansi global untuk
proteksi, monopoli mempertahankan
dan oligopoli pertumbuhan
7 Target pasar Penguasaan pasar Pasar global sejak
nasional awal
Penetrasi pasar Jaringan science
memakan waktu and tchnology park
lama
Produk baru untuk Penekanan time to
pelanggan baru market, presale dan
postsale
Mendidik konsumen
teknologi baru
Sumber : Fina Binazir, at.all (2013)
Pendapat lain menjelaskan perbedaan antara Entrepreneurship,
Technopreneur dan cyberpreneurship adalah :
Enterpreneurship
Menurut ekonom Perancis, Richard Cantillon Entrepreneur
adalah “agent who buys means of production at certain prices in
order to combine them”(agen yang membeli alat produksi pada
harga tertentu dalam rangka untuk menggabungkan mereka).
Dalam waktu yang tidak terlalu lama, ekonom Perancis lainnya-
Jean Baptista Say menambahkan definisi Cantillon dengan konsep
Entrepreneur sebagai pemimpin. Say menyatakan bahwa
Entrepreneur adalah seseorang yang membawa orang lain
bersama-sama untuk membangun sebuah organ produktif. Jika

Seri Kewirausahaan –Tehnopreneur Kewirausahaan Berbasis Teknologi 23


diterjemahkan ke bahasa Indonesia dikenal dengan wirausaha atau
wiraswasta. Berdasarkan art etimologis-nya, pengertian
wiraswasta ialah keberanian, keutamaan, atau keperkasaan dalam
berusaha dengan bersandar pada kekuatan sendiri. Makna dari
‘kekuatan sendiri’ bukanlah kegiatan usaha yang dilaksanakan
secara sendirian, melainkan lebih mengacu kepada sikap mental
yang tidak bergantung pada orang lain. Dalam memecahkan
masalah-masalah yang dihadapi, ia lebih mengandalkan pada
kekuatan sendiri daripada minta bantuan orang lain. Jadi,
pengertian ‘menggunakan kekuatan sendiri’ bisa dikenakan pada
usaha sendiri maupun bekerja sebagai karyawan.
Technopreneurship
Tata Sutabri sebagaimana dikutip Sustyo menyatakan
bahwa Technopreneurship merupakan proses dan pembentukan
usaha baru yang melibatkan teknologi sebagai basisnya, dengan
harapan bahwa penciptaan strategi dan inovasi yang tepat kelak
bisa menempatkan teknologi sebagai salah satu faktor untuk
pengembangan ekonomi nasional. Menurut
Technopreneurship.wordpress.com dinyatakan bahwa
Technopreneurship, oleh satu bagian besar, masih
Entrepreneurship. Perbedaannya adalah Technopreneurship itu
baik dilibatkan dalam mengirimkan satu produk teknologi tinggi
inovatif (contohnya;Intel) atau membuat penggunaan teknologi
tinggi dalam satu cara inovatif untuk mengirim produk nya kepada
konsumen (contohnya; eBay), atau keduanya (contohnya: sebagian
besar perusahaan obat-obatan). Konsep technoprenerurship

Seri Kewirausahaan –Tehnopreneur Kewirausahaan Berbasis Teknologi 24


sebagaimana diungkapkan di atas pada dasarnya mengintegrasikan
antara teknologi dengan keterampilan kewirausahaan
(enterpreneurship skills). Dalam konsep Technopreneurship ini
basis pengembangan kewirausahaan bertitik tolak dari adanya
invensi dan inovasi dalam bidang teknologi. Teknologi yang
dipahami dalam konteks ini tidak sekadar teknologi berupa high
tech, tetapi tentu saja tidak selalu harus teknis. Teknologi hanya
didefinisikan sebagai aplikasi pengetahuan pada kerja orang
(human work). Dengan begitu akuntansi, ekonomi order quantity,
pemasaran secara lisan, dan mentoring dirumuskan dengan baik
pada dasarnya teknologi juga.
Cyberpreneurship
Belakangan ini Technopreneurship menggunakan
peningkatan teknologi komputer, terutama internet, untuk
melakukan usaha/bisnis, mempromosikan bisnis atau bisa juga
disebut berwirausaha. Bidang tersebut dikenal dengan
cyberpreneursip
dan bervariasi
dari setiap
pengusaha.
Dalam hal ini
para Entrepreneur melakukan promosi menggunakan brosur
electronic yang dikenal sebagai homepage pada internet.
Penjualan produk dan layanan juga menggunakan elektronik mail
di internet.

Seri Kewirausahaan –Tehnopreneur Kewirausahaan Berbasis Teknologi 25


B. Wirausaha Bidang TI di Sillicon Valley – Amerika Serikat

Wirausaha bidang TI di Silicon Valley sangatlah maju, hal


ini dikarenakan orang-orang di sana yang tidak cepat menyerah
dalam menerima kegagalan. Kultur kerja di Silicon Valley yang
membiasakan orang menerima kegagalan lalu bangkit lagi
merupakan kekuatan terbesar. Lalu semangat kerja dimana semua
orang dapat berbagi
informasi yang positif
mampu menciptakan
budaya tumbuh
bersama. Yang terakhir
adalah kegigihan dalam
mencapai apa yang
mereka inginkan
merupakan sesuatu yang membuat mereka bertahan.

C. Wirausaha Bidang TI di Bangalore – India

Wirausaha bidang TI di Bangalore sangat maju, terutama


di bagian piranti lunak. Saat ini di Bengalore terdapat sekitar 1500
perusahaan piranti lunak yang mengerjakan berbagai proyek dari
AS dan Eropa dan telah berhasil mengangkat India menjadi salah
satu negara produsen piranti lunak terbesar di dunia. Industri
berbasis pengetahuan dari India, seperti piranti lunak, jasa
teknologi informasi dan farmasi yang membutuhkan mutu sumber
daya manusia yang berpengetahuan khusus mampu dipenuhi
dengan baik oleh India dan bahkan mendapat pengakuan

Seri Kewirausahaan –Tehnopreneur Kewirausahaan Berbasis Teknologi 26


masyarakat bisnis internasional. Tidak mengherankan bila
perusahaan modal ventura (venture capital) dari AS banyak yang
mengadu untung di Bengalore, India.

D. Wirausaha Berbasis TI di Indonesia

Wirausaha berbasis Teknologi Informasi adalah


wirausaha yang menggunakan dan mengembangkan unit usaha
dan unit produksinya dengan memanfaatkan teknologi yang ada.
Proses pengembangan unit usaha dan unit produksi dengan
memanfaatkan teknologi dapat meningkatkan hasil sekaligus
performa dari unit usaha tersebut. Di Indonesia masih belum
banyak yang memanfaatkan teknologi informasi dalam melakukan
usaha. Namun ada beberapa yang sudah memanfaatkannya,
misalnya menawarkan barang yang akan di jual di took, dengan
memasang iklan di internet. Salah satu metode ini, sudah tidak
asing lagi di dunia maya. Dengan memasang iklan di internet,
penjual akan lebih banyak dilihat barang jualannya oleh pengguna
internet. Contoh nyata adalah memasang iklan jualan di forum jual
beli Tokobagus.com ataupun Kaskus.co.id. Jadi kesimpulannya
pengembangan wirausaha berbasis TI di Indonesia masih belum
maksimal, namun ada beberapa yang sudah memanfaatkan
teknologi informasi.

E. Pengembangan Wirausaha Berbasis TI di Indonesia?

Pengembangan kewirausahaan dibidang teknologi


informasi di Indonesia sendiri sudah cukup berkembang,

Seri Kewirausahaan –Tehnopreneur Kewirausahaan Berbasis Teknologi 27


terbukti banyak berdirinya perusahaan-perusahaan IT,
termasuk perusahaan software. Contoh perusahaan yang cukup
terkenal di Indonesia yaitu Agate studio, yang merupakan sebuah
perusahaan yang menciptakan inovasi-inovasi berbasis teknologi
dalam bentuk game. dan masih banyak lagi perusahaan-perusahaan
serupa yang ada di Indonesia. Namun begitu banyak perusahaan
yang bergerak dibidang teknologi informasi di Indonesia, tidak
sedikit yang perkembangannya terhambat, karena "budaya"
Indonesia yang krisis kepercayaan. sehingga tidak sedikit yang
berhenti usahanya pada awal (start up). Oleh sebab itu untuk
meningkatkan perkembangan kewirausahaan di bidang teknologi
informasi di Indonesia, perlu ditingkatkan kepercayaan antar
golongan yang terlibat didalamnya.

Seri Kewirausahaan –Tehnopreneur Kewirausahaan Berbasis Teknologi 28


BAB
PELUANG WIRAUSAHA DALAM TI

PELUANG WIRAUSAHA DALAM IT


A. Motivasi Untuk Berwirausaha
B. Tantangan Seorang Technopreneurship
C. Penerapan Technopreneurship Untuk Pemula
D. Langkah Awal Technopreneurship
E. Tips Sukses Technopreneurship
F. Strategi Peningkatan Kemampuan TI Untuk UKM

A. Motivasi Untuk Berwirausaha

M
OTIVASI untuk berwirausaha bisa timbul dari beberapa
sebab, antara lain:

1. Kebutuhan pribadi meningkat sehingga


diperlukan pendapatan tambahan.
2. Tidak ada lowongan pekerjaan atau
perusahaan yang cocok dengan
pekerjaan yang ingin dilakukan.
3. Alternatif dari menjadi pengangguran
yang membosankan.
4. Ingin memiliki kebebasan waktu dan tidak ingin menjadi
‘robot’ setiap hari.
5. Ingin mengikuti jejak sukses wirausaha lainnya.
6. Memiliki ide dan kreativitas yang dapat diwujudkan dalam
bentuk bisnis.
7. Tradisi keluarga sebagai wiraswasta.

Seri Kewirausahaan –Tehnopreneur Kewirausahaan Berbasis Teknologi 29


B. Tantangan Seorang Technopreneurship

Berwirausaha dengan menggunakan perangkat teknologi


memang sangat menggiurkan bahkan jika berhasil tidak menutup
kemungkinan hasil yang diperoleh sangat besar, namun ada
beberapa tantangan yang perlu diperhatikan saat menjadi seorang
Technopreneurship antara lain:
1. Tidak menemukan ide baru untuk memulai atau
mengembangkan bisnis.
2. Tidak menemukan investor untuk membantu dalam
mendapatkan modal.
3. Tidak suka update informasi seputar IT.
4. Kurang pengetahuan dan pengalaman, tidak suka belajar hal-
hal baru.
5. Bondo Nekat, hanya keinginan sesaat!

C. Penerapan Technopreneurship Untuk Pemula

1. Mencari ide untuk bisnis yang berasal dari keluhan orang lain.
2. Menerapkan teknologi pada bisnis yang sudah berjalan.
Drop Ship
Kelebihan Drop Ship Toko Online (bagi perantara atau reseller)
1. Tidak memerlukan modal besar untuk memulai usaha.
2. Tidak perlu keluar dana untuk membeli barang sebagai stock.
Kelemahan Drop Ship Toko Online (bagi perantara atau reseller)
1. Tidak bisa mengontrol stock barang dari gambar yang dipasang
ditoko online.

Seri Kewirausahaan –Tehnopreneur Kewirausahaan Berbasis Teknologi 30


2. Tidak bisa mengetahui secara pasti apakah barang yang dikirim
ke pembeli sudah sesuai atau tidak.
3. Biaya pengiriman barang bisa lebih tinggi.
4. Rawan kecurangan barang tidak dikirim ke pembeli.
Kelebihan Drop Ship Toko Online (bagi vendor).
1. Produk akan cepat dikenal karena dipromosikan oleh para
reseller.
2. Tidak perlu mengeluarkan dana yang banyak untuk promosi.

D. Langkah Awal Technopreneurship

Dalam penerapan Technopreneurship dibutuhkan langkah-


langkah yang menunjang keberhasilannya. Adapun langkah-
langkah awal Technopreneurship adalah sebagai berikut:
1. Mencari Modal.
2. Mencari rekan bisnis yang mempunyai visi, misi yang sama.
3. Membuat website.
4. Mencari Vendor/Klien/Pelanggan dan mengelolanya.
5. Promosi.

E. Tips Sukses Technopreneurship

Semua orang yang memulai usaha sudah dipastikan


bertujuan untuk usaha yang dilakukan tetap eksis, untung besar,
dikenal pelanggan (masyarakat), jaringan yang luas serta
peningkatan penjualan yang kontinyu dan omzet yang tambah

Seri Kewirausahaan –Tehnopreneur Kewirausahaan Berbasis Teknologi 31


besar. Ada beberapa tips sukses
yang dapat dilakukan oleh
seorang Technopreneurship
antara lain:
1. Selalu eksis di ‘dunia maya’.
2. Bangun kepercayaan dengan
pelanggan dengan brand yang konsisten.
3. Membuat website yang terlihat professional, puaskan
pelanggan dengan membalas setiap pertanyaan mereka dengan
cepat dan senyum.
4. Jaga kualitas produk, pelayanan, pengiriman, dan lain-lain.
5. Buat proses jual beli sesederhana mungkin.
6. Manfaatkan jejaring sosial.

F. Strategi Peningkatan Kemampuan TI Untuk UKM

UKM adalah salah satu sektor ekonomi yang sangat


diperhitungkan di Indonesia karena kontribusinya terhadap
perekonomian Indonesia. Hal tersebut dapat dilihat dari perannya
dalam pertumbuhan ekonomi nasional, produk domestik bruto
(PDB) yang diciptakan, nilai tambah nasional, serta penyerapan
tenaga kerja. Sementara itu, dalam era ekonomi global saat ini,
UKM dituntut untuk melakukan perubahan guna meningkatkan
daya saingnya. Salah satu faktor penting yang akan menentukan
daya saing UKM adalah teknologi informasi (TI). Penggunaan TI
dapat meningkatkan transformasi bisnis melalui kecepatan,
ketepatan dan efisiensi pertukaran informasi dalam jumlah yang

Seri Kewirausahaan –Tehnopreneur Kewirausahaan Berbasis Teknologi 32


besar (UNDP, 2007). Studi kasus di Eropa juga menunjukkan bahwa
lebih dari 50% produktifitas dicapai melalui investasi di bidang TI
(van Ark et al, 2002; OECD, 2003). UKM dikatakan memiliki daya
saing global apabila mampu menjalankan operasi bisnisnya secara
reliable, seimbang, dan berstandar tinggi.
Konsep daya saing menurut Altenburg et al. (1998) dan
Michael E. Porter dalam Proceedings of Four Expert Meetings,
United Nations Conference on Trade and Development (2005) serta
Wyokinska (2003). Kegagalan adopsi TI seringkali terjadi di UKM.
Untuk kasus di Indonesia, hasil penelitian Sarosa dan Zowghy
(2004) mengenai adopsi TI di UKM menemukan adanya kegagalan-
kegagalan UKM dalam menerapkan TI. Beberapa kegagalan
tersebut ditemui pada dua UKM furniture dan handicraft yang
menjadi obyek penelitian penelitiannya. Selain itu, UKM Indonesia
yang melakukan adopsi TI masih rendah. Hanya 20% UKM yang telah
mengadopsi TI dalam mendukung bisnisnya (Noor, 2006).
Di lain pihak, Penelitian Asia Foundation (2002) yang
menunjukkan bahwa penerapan internet di UKM (terutama yang
berorientasi ekspor) mempunyai manfaat yang signifikan bagi
perusahaan. Hal ini didukung oleh pendapat direktur pemasaran PT
Myohdotcom Indonesia, Rendra Hertiadhi yang menyatakan bahwa
peranan TI dalam bisnis adalah sebagai alat yang harus mampu
berperan dalam mendukung terciptanya produktivitas kinerja yang
optimal dan profitabilitas yang maksimal (www.ristek.go.id).
Dengan mempertimbangkan rendahnya level adopsi dan
untuk meminimalkan resiko kegagalan dalam penerapan TI, maka

Seri Kewirausahaan –Tehnopreneur Kewirausahaan Berbasis Teknologi 33


diperlukan adanya alternative kebijakan dan strategi yang
diharapkan dapat meningkatkan kemampuan adopsi TI di UKM.
Selanjutnya pemahaman terhadap kondisi kemampuan UKM dalam
mengadopsi TI dan peranannya terhadap daya saing sangat
diperlukan sebagai dasar dalam perumusan alternative kebijakan
dan strategi yang tepat bagi UKM di Indonesia. Untuk menghasilkan
alternative kebijakan dan strategi peningkatan kemampuan adopsi
TI di UKM Indonesia, maka penelitian ini akan dilakukan selama dua
tahun. Pada tahun pertama (2007), pertanyaan penelitian yang
menjadi perhatian adalah :
1. Bagaimana level dan variasi adopsi TI oleh UKM di Indonesia
saat ini?
2. Bagaimana peran TI terhadap daya saing?
3. Faktor-faktor apa yang menjadi penggerak dan penghambat
adopsi TI tersebut?
4. Bagaimana pola strategi adopsi TI oleh UKM sektor manufaktur?
Selanjutnya, pola strategi adopsi TI oleh UKM yang
diperoleh pada tahun pertama akan digunakan untuk membangun
model peningkatan kemampuan adopsi TI di UKM. Oleh sebab itu,
pertanyaan penelitian untuk tahun kedua (2008) yang menjadi
perhatian dalam penelitian ini adalah:
Bagaimana model peningkatan kemampuan adopsi TI dan UKM
tersebut? Berdasarkan model tersebut selanjutnya akan dilakukan
analisis kebijakan, dan hasilnya akan menjadi bahan pertimbangan
dalam merumuskan alternative kebijakan dan strategi peningkatan
kemampuan adopsi TI di UKM.

Seri Kewirausahaan –Tehnopreneur Kewirausahaan Berbasis Teknologi 34


Penerapan Technopreneur dengan konsep e-commerce
Secara umum Electronic Commerce (e-Commerce) dapat
didefinisikan sebagai sebagai segala bentuk transaksi
perdagangan/perniagaan barang atau jasa (trade of goods and
service) dengan menggunakan media elektronik. Media
elektronik yang umumnya digunakan adalah media internet.
Penggunaan internet dipilih oleh kebanyakan orang karena
kemudahan-kemudahan yang dimiliki oleh jaringan internet,
yaitu:
1. Internet sebagai jaringan publik yang sangat besar
(huge/widespread network), layaknya yang dimiliki suatu
jaringan publik elektronik, yaitu murah, cepat dan
kemudahan akses.
2. Menggunakan data elektronik sebagai media penyampaian
pesan/data sehingga dapat dilakukan pengiriman dan
penerimaan informasi secara mudah dan ringkas, baik
dalam bentuk data elektronik analog maupun digital.
Di dalam e-Commerce, para pihak yang melakukan kegiatan
perdagangan/perniagaan hanya berhubungan melalui suatu
jaringan publik (public network) yang dalam perkembangan
terakhir menggunakan media internet.

Berbeda dengan transaksi biasa, e-Commerce memiliki


karakteristik yang sangat khusus, di antaranya:
1. Transaksi tanpa batas : Sebelum internet ada, terkadang
ketika akan membeli barang yang menjadi penghalang
adalah letak geografis. Apalagi jika ingin bertransaksi
dengan jumlah besar, maka geografislah yang menjadi
alasan utama penghalang untuk melakukan ini. Setelah
internet hadir maka banyak orang tertolong dengan

Seri Kewirausahaan –Tehnopreneur Kewirausahaan Berbasis Teknologi 35


aplikasi e-Commerce, apalagi sekarang ini e-Commerce
sudah banyak dimanfaatkan tidak terkecuali para
pengusaha kecil dan menengah. Dengan internet
pengusaha tersebut dapat memasarkan produknya secara
internasional dan tidak terhalang letak geografis serta
tidak terhalang waktu (dapat bertransaksi secara online
selama 24 jam nonstop)
2. Transaksi anonim : Para penjual dan pembeli tidak
diharuskan bertemu muka dalam bertransaksi. Penjual
tidak memerlukan nama dari pembeli sepanjang mengenai
pembayarannya telah diotorisasi oleh penyedia sistem
pembayaran yang ditentukan, yang biasanya dengan kartu
kredit.
3. Produk digital dan non digital : Produk-produk digital
seperti software komputer, musik dan produk lain yang
bersifat digital dapat dipasarkan melalui internet dengan
cara di-download, pada perkembangan selanjutnya
barang-barang yang ditawarkan meliputi barang-barang
kehidupan hidup lainnya.
4. Produk barang tak berwujud : Banyak perusahaan yang
bergerak di bidang e-Commerce dengan menawarkan
barang tak berwujud seperti data, software dan ide-ide
yang dijual melalui internet.

Secara umum, e-Commerce dapat diklasifikasikan menjadi dua


jenis, yaitu: Business to Business (B2B) dan Business to Consumer
(B2C). B2B adalah sistem komunikasi bisnis online antar pelaku
bisnis, sedangkan B2C merupakan mekanisme toko online
(electronic shopping mall), yaitu transaksi antara pihak yang
menawarkan barang atau jasa dengan pihak pembeli dengan
menggunakan media internet. Dalam B2B, pada umumnya,
transaksi dilakukan oleh para trading partners yang sudah saling
kenal dengan format data yang telah disepakati bersama.
Sedangkan dalam B2C sifatnya terbuka untuk publik, sehingga

Seri Kewirausahaan –Tehnopreneur Kewirausahaan Berbasis Teknologi 36


setiap individu dapat mengaksesnya melalui suatu web server.
Dalam modul ini, untuk selanjutnya yang dibahas adalah B2C.

Dampak e-Commerce Terhadap Praktik Bisnis


Dalam kategori pertama, e-Commerce berdampak pada
akselerasi pertumbuhan direct marketing yang secara tradisional
berbasis mail order (katalog) dan telemarketing. Kemunculan e-
Commerce memberikan beberapa dampak positif bagi aktivitas
pemasaran, di antaranya :
1. Memudahkan promosi produk dan jasa secara interaktif
dan real time melalui saluran komunikasi langsung via
internet.
2. Menciptakan saluran distribusi baru yang dapat
menjangkau lebih banyak pelanggan di hampir semua
belahan dunia.
3. Memberikan penghematan signifikan dalam hal biaya
pengiriman informasi dan produk terdigitalisasi
(contohnya: perangkat lunak dan musik).
4. Menekan waktu siklus dan tugas-tugas administratif
(terutama untuk pemasaran internasional) mulai dari
pesanan hingga pengiriman produk.
5. Layanan pelanggan yang lebih responsif dan memuaskan,
karena pelanggan bisa mendapatkan informasi lebih rinci
dan merespon cepat secara online.
6. Memfasilitasi mass customization yang telah diterapkan
pada sejumlah produk seperti komputer (Dell Computer
Inc.), kosmetik (www.reflect.com), mobil, rumah,
permata, bingkisan hadiah (gift), kartu ucapan, bunga,
asuransi, jasa perjalanan wisata, buku, CD, mebel, arloji,
T-shirt, dan berbagai macam produk lainnya.
7. Memudahkan aplikasi one-to-one atau direct advertising
yang lebih efektif dibandingkan mass advertising.

Seri Kewirausahaan –Tehnopreneur Kewirausahaan Berbasis Teknologi 37


8. Menghemat biaya dan waktu dalam menangani pesanan,
karena sistem pemesanan elektronis memungkinkan
pemrosesan yang lebih cepat dan akurat.
9. Menghadirkan pasar maya/virtual (marketspace) sebagai
komplemen pasar tradisional (marketplace).

Dalam hal transformasi organisasi, e-Commerce mengubah


karakteristik pekerjaan, karir, dan kompensasi. E-commerce
menuntut kompetensi, komitmen, kreativitas, dan fleksibilitas
karyawan dalam beradaptasi dengan setiap perubahan
lingkungan yang ramping; bercirikan pemberdayaan dan
desentralisasi wewenang, beranggotakan knowledge based
workers; mampu beradaptasi secara cepat dengan teknologi
baru dan perubahan lingkungan (learning organisation); mampu
dan berani bereksperimen dengan produk, jasa, maupun proses
baru; dan mampu mengelola perubahan secara strategik.
Sedangkan dalam hal redefinisi organisasi, e-Commerce
memunculkan model bisnis baru yang berbasis jasa online di
marketspace.

Hal ini dapat berdampak pada redefinisi misi organisasi dan cara
organisasi menjalankan bisnisnya. Perubahan ini antara lain
meliputi peralihan dari sistem produksi massal menjadi
pemanufakturan just in time (JIT) yang lebih customized,
integrasi berbagai sistem fungsional (seperti produksi, keuangan,
pemasaran, dan sumber daya manusia), baik secara internal
maupun dengan mitra bisnis dan pelanggan; penerapan sistem
pembayaran baru, seperti electronic cash; penguasaan sistem
informasi dan teknologi mutakhir; dan penerapan sistem belajar
dan pelatihan online.
Transaksi e-Commerce
Model transaksi e-Commerce dapat digambarkan sebagai proses
seperti yang
terlihat dalam Gambar 1.

Seri Kewirausahaan –Tehnopreneur Kewirausahaan Berbasis Teknologi 38


Gambar 1. Model Transaksi e-Commerce

Pada Gambar 1 terlihat calon pembeli (buyer) melihat atau


mencari barang atau jasa yang dia inginkan yang ditawarkan di
dalam website perusahaan dan mencari data atau informasi
tertentu yang dibutuhkan sehubungan dengan proses transaksi
jual beli yang akan dilakukan. Jika tertarik dengan produk atau
jasa yang ditawarkan, buyer dapat melakukan transaksi
perdagangan dengan cara melakukan pemesanan secara
elektronik (online orders), yaitu dengan menggunakan perangkat
komputer dan jaringan internet. Berdasarkan pesanan tersebut,
perusahaan akan mendistribusikan barangnya kepada buyer.
Selanjutnya, melalui internet dapat pula dilakukan aktivitas
pasca pembelian, yaitu pelayanan purnajual (electronic
customer support). Proses ini dapat dilakukan melalui jalur
konvensional, seperti telepon, ataupun jalur internet, seperti e-
mail, teleconference, chatting, dan lain-lain.

Seri Kewirausahaan –Tehnopreneur Kewirausahaan Berbasis Teknologi 39


Dari interaksi tersebut diharapkan customers dapat datang
kembali dan melakukan pembelian produk atau jasa di kemudian
hari (follow-on sales). Terdapat berbagai metode pembayaran
yang dapat digunakan di dalam transaksi e-Commerce, yaitu:

a. Dengan kartu pembayaran elektronik: kartu elektronik


yang mengandung informasi yang dapat digunakan untuk
tujuan pembayaran, seperti kartu kredit dan debet.
b. Dengan kartu kredit virtual: sistem e-payment dimana
penerbit kartu memberikan nomor transaksi khusus yang
digunakan secara online sebagai ganti kartu kredit
konvensional.
c. Dengan e-wallet/e-purse: perangkat lunak yang
menyimpan nomor kartu kredit dan informasi pribadi
lainnya yang dapat dimanfaatkan dengan mudah ketika
hendak melaksanakan transaksi di internet.
d. Dengan smart card: kartu elektronik dengan microchip
tertanam yang memungkinkan penambahan,
penghapusan, atau manipulasi informasi yang dikandung
kartu.
e. Dengan electronic cash: bentuk digital dari mata uang
kertas/logam yang memungkinkan transaksi yang aman
dan anonim (biasanya untuk barang berharga rendah).
f. Dengan e-check: versi elektronik atau representasi digital
dari cek kertas.
g. Wireless payment: pembayaran dengan memanfaatkan
teknologi telekomunikasi nirkabel, seperti pembayaran
dengan mobile banking.
h. Person-to-person payment: pembayaran langsung antara
kedua belah pihak atau pembayaran dengan
memanfaatkan jasa penyalur dana online (misal PayPal,
Yahoo!PayDirect, atau AOL QuckCash) atau yang paling
sederhana berupa Cash on Delivery.

Seri Kewirausahaan –Tehnopreneur Kewirausahaan Berbasis Teknologi 40


Pendistribusian pesanan pembeli dapat dilakukan melalui dua
jalur, yaitu berdasarkan wujud barang:

a. Distribusi fisik: Segala jenis produk yang dibeli dapat


didistribusikan secara fisik. Dalam distribusi fisik, pembeli
akan menerima produk fisik secara utuh ataupun media
yang berisi produk yang dibelinya
b. Distribusi digital: Distribusi digital dapat dilakukan pada
produk yang dapat ditransformasikan menjadi format
digital dan biasanya didistribusikan langsung melalui
internet

Tabel 1 memberikan contoh pendistribusian fisik dan digital


untuk beberapa macam produk.

Tabel 1. Contoh pendistribusian produk fisik dan digital.

Pengembangan Sistem e-Commerce


Untuk pengembangan sistem e-Commerce, terdapat beberapa
tahapan yang dapat dilakukan:

a. Pengembangan website sederhana dengan tujuan untuk


memperkenalkan perusahaan dan produk kepada

Seri Kewirausahaan –Tehnopreneur Kewirausahaan Berbasis Teknologi 41


konsumen, sekaligus meningkatkan pelayanan kepada
pelanggan.
b. Product cataloging, penyimpanan sebagian besar/seluruh
produk perusahaan dalam basisdata yang terkoneksi pada
internet yang memudahkan perusahaan dalam memelihara
data produk yang ada dan memungkinkan pencarian
produk secara interaktif tetapi belum sampai kepada
pembayaran secara online.
c. Full e-commerce dengan kemampuan product cataloging
ditambah dengan kemampuan untuk menerima
pembayaran secara online dan proses-proses lainnya
secara online.

Dua aturan klasik yang ada dalam traditional commerce adalah


menawarkan sesuatu yang bernilai dan menawarkan produk atau
layanan dengan harga pantas. Sedangkan untuk e-Commerce,
terdapat beberapa aturan yang perlu ditambahkan, yaitu
penggunaan website yang menyenangkan dari segi estetika,
mudah digunakan dan cepat, memotivasi orang untuk
mengunjunginya, betah, dan kembali memanfaatkannya.
Keberadaan website harus diumumkan agar semakin banyak
pengunjungnya sehingga diharapkan jumlah pembeli juga
meningkat.

Di dalam sistem e-Commerce terdapat lima subsistem umum,


yaitu :
1. Inventory Management System
a. Mengelola informasi mengenai produk yang dijual
b. Informasi berupa: nama dan deskripsi produk, harga,
kuantitas, dan lain-lain.
c. Fitur: katalog produk, informasi rinci dari produk,
pencarian produk secara cepat, pengawasan stok, dan
lain-lain.

Seri Kewirausahaan –Tehnopreneur Kewirausahaan Berbasis Teknologi 42


2. Profile Management System
a. Mengelola informasi mengenai pelanggan
b. Informasi dapat berupa: nama, alamat, nomor telepon,
nomor kartu kredir (opsional), dan lain-lain.
c. Fitur: registrasi pelanggan, pengubahan profil
pelanggan, pelacakan kata sandi, pengiriman
tanggapan, promosi, dan lain-lain.
3. Ordering Management System
a. Menerima dan memroses pemesanan
b. Informasi dapat berupa: produk yang dipesan, harga
pembelian, kuantitas produk, tanggal pemesanan dan
pengiriman, status pemesanan, dan lain-lain.
c. Terkait erat dengan inventory dan profile
d. Fitur: shopping cart, pembayaran, histori pemesanan,
dan lain-lain.
4. Shipping/Delivery Management System
a. Mengelola pengiriman produk dan status
b. Dua cara penerimaan produk: unduh langsung, jasa
agen pengiriman
c. Terkait erat dengan Profile dan Ordering Management
System
5. Reporting System
a. Menghasilkan laporan sesuai dengan yang diinginkan
b. Contoh: seberapa tinggi tingkat penjualan dalam
suatu periode, besarnya laba yang dicapai, distribusi
laba pada tiap produk, siapa pelanggan terbaik
c. Fitur khusus: membantu peramalan (forecasting),
membantu pembuatan keputusan, membantu
penelaahan pola perilaku pelanggan
Membuka Toko Online dengan menggunakan
OsCommerce
Tentang OsCommerce
OsCommerce merupakan solusi aplikasi online shop (e-
Commerce) yang bersifat open source. Aplikasi ini membantu

Seri Kewirausahaan –Tehnopreneur Kewirausahaan Berbasis Teknologi 43


menciptakan toko di dalam dunia maya yang pada akhirnya
membantu solusi penjualan di dalam perusahaan melalui metode
yang lebih modern yaitu penjualan di dalam internet.
Keunggulan dari OsCommerce :

1. Gratis karena merupakan aplikasi open source.


2. Sangat mudah untuk melakukan initial setup.
3. Tidak sulit untuk mengelola isi di dalamnya
4. Gampang bagi administrator toko untuk menampilkan
semua produk mereka ke konsumen dengan permintaan-
permintaan khusus dari konsumen itu sendiri.
5. Komunitas yang aktif dimana sesama member saling
membantu apabila menemukan kesulitan dalam
penggunaannya.

Yang menjadi fitur-fitur inti di dalam OsCommerce adalah


sebagai berikut:
a. Customer Functionality : Customer dapat melihat semua
history pembelian di dalam toko online. Basisdata
mengenai penjualan atas customer tersimpan rapi.
Customer juga dapat mengelola account mereka sendiri.
b. Product Functionality : Menampilkan produk-produk yang
dijual di dalam toko online. Berapa stok yang tersedia dan
penjelasan lebih lanjut mengenai spesifikasi produk yang
bersangkutan.
c. Payment Functionality :Menyediakan beberapa alternatif
pembayaran atas pembelian terhadap produk didalam
toko online. Baik itu berupa pembayaran offline maupun
online.
d. Shipping Functionality : Fitur pengiriman yang akan
langsung menghitung berapa biaya pengiriman yang akan
ditanggung oleh pembeli terhadap berat, kuantitas dan
tujuan pengiriman atas suatu produk yang dijual di toko
online.

Seri Kewirausahaan –Tehnopreneur Kewirausahaan Berbasis Teknologi 44


e. Tax Functionality :Menampilkan pajak atas penjualan
produk di dalam toko online. Dapat menampilkan pajak
yang berbeda-beda tergantung atas produknya.

Contoh Pengguna OsCommerce

Saat ini, lebih dari ratusan ribu pengembang software dan


pemilik toko dari seluruh dunia bekerja menjadi lebih baik dan
efisien. Ribuan toko online OsCommerce dapat ditemukan pada
World Wide Web. Aplikasi ini menyediakan fasilitas berbelanja
yang menyenangkan bagi para penggunanya. Beberapa pengguna
OsCommerce yang berasal dari Indonesia adalah:
a. Kutukutubuku Book Store
(http://www.kutukutubuku.com)

Seri Kewirausahaan –Tehnopreneur Kewirausahaan Berbasis Teknologi 45


Gambar 2. Website Toko Buku Kutukutubuku.com
b. Batik Etnik
(http://www.batiketnik.com)

Gambar 3. Website Toko Batik batiketnik.com

Seri Kewirausahaan –Tehnopreneur Kewirausahaan Berbasis Teknologi 46


c. Comcozone
(http://war-com.com)

Gambar 4. Website Toko Laptop war-com.com

Instalasi dan Setting OsCommerce


Berikut adalah langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk
instalasi
OsCommerce pada komputer web server:
1. Pastikan bahwa komputer telah memiliki web server
Apache dan web server MySQL (cukup dengan meng-
instal PHPTriad)
2. Jalankan Server Apache (Gambar 5) dan MySQL (Gambar
6).

Seri Kewirausahaan –Tehnopreneur Kewirausahaan Berbasis Teknologi 47


Gambar 5. Menu untuk Menjalankan Server Apache

Seri Kewirausahaan –Tehnopreneur Kewirausahaan Berbasis Teknologi 48


Gambar 6. Menu untuk Menjalankan Server MySQL

3. Instal OsCommerce

 Ekstrak file RAR (oscommerce-2.2ms2.rar) di dalam


c:\apache\htdocs

Seri Kewirausahaan –Tehnopreneur Kewirausahaan Berbasis Teknologi 49


 Ubah nama folder c:\apache\htdocs\oscommerce-
2.2ms2 menjadi c:\apache\htdocs\oscom
 Buka webrowser:
http://localhost/oscom2/catalog/install/

Gambar 8. Window 1 proses instalasi OsCommerce

Seri Kewirausahaan –Tehnopreneur Kewirausahaan Berbasis Teknologi 50


Gambar 9. Window 2 proses instalasi OsCommerce

Gambar 10. Window 3 proses instalasi OsCommerce

Seri Kewirausahaan –Tehnopreneur Kewirausahaan Berbasis Teknologi 51


Gambar 11. Window 4 proses instalasi OsCommerce

Gambar 12. Window 5 proses instalasi OsCommerce

Seri Kewirausahaan –Tehnopreneur Kewirausahaan Berbasis Teknologi 52


Gambar 13. Window 8 proses instalasi OsCommerce

 Buat folder c:\tmp


 Kopikan folder CATALOG yang ada di dalam
c:\apache\htdocs\oscom ke c:\apache\htdocs
 Buka webrowser: http://localhost/catalog

Gambar 14. Window Catalog Hasil Instalasi OsCommerce

 Buka webrowser: http://localhost/catalog/admin/

Seri Kewirausahaan –Tehnopreneur Kewirausahaan Berbasis Teknologi 53


Gambar 15. Window Administrator Hasil Instalasi
OsCommerce

Pengelolaan Basisdata OsCommerce


Setelah instalasi dan setting OsCommerce, maka secara
otomatis tercipta sebuah basisdata baru (nama basisdata sesuai
dengan nama yang diset pada Gambar 10) di
dalam Server MySQL. Basisdata ini dapat dilihat dan dikelola
melalui:
http://localhost/phpmyadmin/.

Seri Kewirausahaan –Tehnopreneur Kewirausahaan Berbasis Teknologi 54


Gambar 16. Window Pengelolaan Basisdata “MyStore” Hasil
Instalasi OsCommerce

Menambahkan Produk di OsCommerce


Untuk menambahkan kategori produk, pilih menu Catalog dan
kemudian klik tombol ADD CATEGORY seperti yang terlihat
dalam Gambar 19. Isikan nama dan
gambar kategori sesuai dengan yang diinginkan.

Seri Kewirausahaan –Tehnopreneur Kewirausahaan Berbasis Teknologi 55


Gambar 17. Window Menambah Kategori Produk dalam
OsCommerce

Sedangkan untuk menambahkan produk, klik tombol NEW


PRODUCT (lihat Gambar 19) dan kemudian isi form produk yang
ingin ditambahkan seperti yang terlihat
dalam Gambarberikutnya.

Seri Kewirausahaan –Tehnopreneur Kewirausahaan Berbasis Teknologi 56


Gambar 19. Window Menambah Produk dalam OsCommerce

Menambahkan Sistem Pembayaran di OsCommerce


Sistem pembayaran yang dapat dilayani oleh toko online dapat
ditambahkan
dengan memilih menu Payment yang ada di dalam Modules.
Sistem pembayaran yang
diinginkan dapat diset seperti yang terlihat dalam Gambar 21.

Menambahkan Sistem Pengiriman di OsCommerce


Sistem pengiriman yang dilakukan oleh toko online dapat
ditambahkan dengan
memilih menu Shipping yang ada di dalam Modules. Sistem
pengiriman yang
diinginkan dapat diset seperti yang terlihat dalam Gambar 22.

Seri Kewirausahaan –Tehnopreneur Kewirausahaan Berbasis Teknologi 57


KESIMPULAN

P EMBERDAYAAN dan dorongan terhadap pemberdayaan


Technopreneurship memerlukan kerjasama berbagai
pihak yang terkait secara integral, pemerintah memiliki peran
besar dalam pembuatan aturan yang mendorong iklim usaha
kompetitif dan pemberdayaan, lembaga keuangan memiliki peran
dalam peningkatan kapasita usaha, perguruan tinggi berperan
dalam riset dan pengembangan terhadap teknologi tepat guna,
termasuk program industrial cluster dan incubator bisnis,
berkaitan juga dengan pembangunan sumber daya manusia dan
lainnya, yang semuanya dapat dikoordinasikan oleh pemerintah.
Tujuan jangka panjangnya adalah peningkatan kemampuan
penciptaan laba oleh perusahaan berbasis teknologi tersebut,
wirausahawan juga harus menempatkan strategi level bisnisnya
yang mendorong inovasi dan kreatifitas dan pemerintah juga
mendorong peningkatan level usaha kearah persaingan tingkat
internasional.
Peran pemerintah dalam membangun budaya kewirausahaan
juga sangat penting dalam peningkatan mutu dan membangun
spirit transpormasi kewirausahaan Indonesia dari konvensional kea
rah wirausaha berbasis teknologi.

Seri Kewirausahaan –Tehnopreneur Kewirausahaan Berbasis Teknologi 58


SUMBER RUJUKAN

Fina Binazir, at.all (2013), Konsep dan wawasan Technopreneur

Jan Ulijn, Dominique Drillon, Frank Lasch 2007, Entrepreneurship,


Cooperation and the Firm, Edward Elgar Publishing
Limited, Glensanda House Montpellier Parade,
Cheltenham, UK

Jordan, Ramiro, at.al, 2006, Science and Technology


Entrepreneurship for Economic Development (seed), 9th
International Conference on Engineering Education

Nasdaq Indian CEO High Tech Council, U.S. Chamber of Commerce,


2001, The Technology Entrepreneur’s Guidebook,
Washington Technology Partners, Inc.

Sahadah Hj. Abdullah, Dr. Zulkhairi Md. Dahalin, and Mohd. Syahrir
Rahim, 2004, Technopreneur Education and Incubation:
Designing IT Technopreneurship Graduate Program,
Business Review, Cambridge * December * 2004

Smith, Stephen at al, 2007, Towards a motivational theory of


technology implementation Processes,Proceedings of
European and Mediterranean Conference on Information
Systems 2007 (EMCIS2007) June 24-26 2007, Polytechnic
University of Valencia, Spain www.emcis.org

Tantia Dian Permata Indah, 2008, Technopreneurship : A Right


Answer to Overcome The Future, Jurnal FE Universitas
Indonesia

Seri Kewirausahaan –Tehnopreneur Kewirausahaan Berbasis Teknologi 59


Thérin, François, 2007, Handbook Of Research On Techno-
Entrepreneurship, Edward Elgar Publishing Limited,
Glensanda House Montpellier Parade, Cheltenham, UK

Noor ifada, Modul kuliah kewirausahaan, technoprenuership “e-


commerce”, LPPM, universitas trunojoyo.

http://ono.suparno.staff.ipb.ac.id/articles/Technopreneurship-
2/
http://www.hadissoft.com/2011/09/Technopreneurship-itu-apa-
sih.html
www.iptradeportal.zaip.org
www.youngupstarts.com

Seri Kewirausahaan –Tehnopreneur Kewirausahaan Berbasis Teknologi 60

Anda mungkin juga menyukai