Anda di halaman 1dari 8

Technopreneurship

Technopreneurship

Oleh: Dr. Ono Suparno, Dr. Aji Hermawan, Dr. M. Faiz Syuaib Recognition and Mentoring Program-Institut Pertanian Bogor (RAMP-IPB)

Artikel ini menjelaskan secara singkat tentang definisi technopreneurship, hal-hal yang dilakukan oleh technopreneur, perbedaan antara technopreneurship dan entrepreneurship biasa, karakteristik umum entrepreneur sukses, dan peranan technopreneurship dalam menciptakan dampak pada masyarakat. Selain itu, dalam tulisan singkat ini disampaikan juga contoh-contoh aplikasi teknologi dan pengalaman empiris technopreneur sukses.

Apa Entrepreneurship? Entrepreneurship adalah proses mengorganisasi dan mengelola risiko untuk sebuah bisnis baru. Seorang entrepreneur melakukan hal-hal sebagai berikut: a. b. Mengidentifikasi dan mengevaluasi peluang pasar. Menemukan solusi-solusi untuk mengisi peluang pasar tersebut.

c. Memperoleh sumberdaya yang diperlukan (uang, orang, dan peralatan) untuk menjalankan bisnis. d. Mengelola sumberdaya dari tahap awal (start-up) ke fase bertahan (survival) dan fase pengembangan (ekspansi). e. Mengelola risiko-risiko yang berhubungan dengan bisnisnya.

Perlu dicatat bahwa teknologi merupakan bagian dari solusi yang diperlukan untuk memenuhi peluang. Jadi teknologi hanya salah satu dari lima aspek entrepreneurship yang diperlukan. Tugas-tugas lain yang harus dilakukan oleh seorang entrepreneur juga sangat penting. Bahkan, seringkali seorang ilmuan atau pakar teknologi tidak memahami aspek-aspek lain tersebut. Jadi teknologi bukan lah segalanya dalam technopreneurship.

Apa Technopreneurship? Untuk mendefinisikan technopreneurship (technology entrepreneurship), hal yang harus perhatikan adalah penelitian dan komersialisasi. Penelitian merupakan penemuan dan penambahan pada ilmu pengetahuan. Komersialisasi dapat didefinisikan sebagai pemindahan hasil penelitian atau teknologi dari laboratorium ke pasar dengan cara yang menguntungkan. Ada sejumlah jalan untuk mengkomersialisasi teknologi, yakni: lisensi, berpartner, atau menjualnya kepada pihak lain yang akan mengkomersialisasikannya.

Teknologi merupakan cara atau metode untuk mengolah sesuatu agar terjadi efisiensi biaya dan waktu, sehingga dapat menghasilkan produk yang lebih berkualitas. Dasar-dasar penciptaan tekologi adalah: kebutuhan pasar, solusi atas permasalahan, aplikasi berbagai bidang keilmuan, perbaikan efektivitas dan efisiensi produksi, serta modernisasi.

Di dunia ini banyak technopreneur yang berhasil melakukan komersialisasi teknologi sehingga menjadi produk yang diterima secara luas di pasar. Contoh pengalaman empiris technopreneur sukses antara lain adalah Henry Ford yang menciptakan mobil Ford dan Soichiro Honda yang menciptakan mobil dan sepeda motor merk Honda. Mereka secara individu melakukan penelitian karena hobi dan keinginannya sendiri. Tidak semua hasil penelitiannya langsung sukses secara komersial. Bahkan menurut Soichiro Honda, 99% perjalanan kariernya adalah kegagalan, 1% membawanya menjadi sukses.

Di Indonesia, masyarakat sangat mengenal teh botol Sosro yang diciptakan oleh Soetjipto Sosrodjojo mencipatakan teh botol Sosro. Produk ini merupakan contoh sukses inovasi yang luar biasa, karena memberikan nilai tambah, diterima oleh masyarakat luas, dan menciptakan pasar baru yang belum ada pesaingnya. Technopreneurship vs Entrepreneurship Biasa Terdapat perbedaan antara entrepreneurship biasa dan technopreneurship (technology entrepreneurship). Technology entrepreneurship harus sukses pada dua tugas utama, yakni: menjamin bahwa teknologi berfungsi sesuai kebutuhan target pelanggan, dan teknologi tersebut dapat dijual dengan mendapatkan keuntungan (profit). Entrepreneurship biasa umumnya hanya berhubungan dengan bagian yang kedua, yakni menjual dengan mendapatkan profit.

Bisnis Lifestyle vs Bisnis Pertumbuhan Tinggi

Secara umum, ada dua jenis bisnis yang dapat membentuk technology entrepreneur (technopreneur), yakni: bisnis lifestyle dan bisnis pertumbuhan tinggi (high growth businesses). Bisnis lifestyle adalah suatu usaha yang umumnya tidak tumbuh dengan cepat. Bisnis seperti ini biasanya tidak menarik bagi investor profesional seperti angel investor atau pemodal ventura (venture capitalist). Bisnis tersebut tidak mempunyai potensi yang cukup untuk menghasilkan kekayaan yang signifikan. Mengapa seseorang memulai bisnis lifestyle? Seseorang mungkin ingin menjadi bos sendiri, mengatur jadwal sendiri, dan ingin memiliki kendali yang lebih besar.

Jenis bisnis yang lain adalah bisnis pertumbuhan tinggi. Bisnis pertumbuhan tinggi memiliki potensi untuk menghasilkan kekayaan yang besar dengan cepat. Jenis bisnis ini umumnya berisiko tinggi namun juga memberikan imbalan yang tinggi, sehingga menarik bagi pemodal ventura (venture capitalists). Contoh-contoh perusahaan denan bisnis petumbuhan tinggi adalah: Dell, Genzyme, EMC, Amgen, dan Biogen-Idec.

Sifat-sifat Entrepreneur Sukses Walaupun para entrepreneur memiliki karakteristik-karakteristik yang berbeda, tetapi secara umum entrepreneur sukses memiliki sifat-sifat sebagai berikut: a. Gaya manajemen partisipatif; mereka berkeinginan untuk berbagi kekuasaan dengan tim dan karyawannya. b. c. d. Keinginan yang tinggi untuk berprestasi dengan keinginan yang moderat untuk kekuasaan. Tahan banting dan tidak mudah kecewa. Sanggup hidup dengan ketidakpastian, khususnya ketidakpastian finansial.

e. Tidak defensif; mau mendengar kritik yang membangun dengan pikiran terbuka (open mind). f. Fleksibel; memiliki kemampuan untuk berubah ketika sadar bahwa dia sedang berjalan menuju ke arah yang salah.

Pertimbangan Personal Menjadi seorang entrepreneur pada satu sisi dapat memberikan imbalan atau manfaat personal yang besar, namun pada sisi lain juga memerlukan pengorbanan personal yang besar. Menjadi entrepreneur dapat memberikan perasaan sukses yang luar biasa, rasa bangga dalam membentuk entitas baru yang bermakna, meyelesaikan masalah yang penting, dan mengerjakan sesuatu yang

orang lain belum kerjakan. Anda dapat menjadi bos di perusahaan sendiri, mengerjakan yang menurut anda menarik, dan mungkin menjadi kaya. Namun, pada saat yang sama, ada pengorbanan besar yang diperlukan untuk menjadi seorang entrepreneur sukses, yakni: a. b. c. d. Ketidakpastian dan stres. Bekerja sangat lama, sedikit waktu libur. Berpotensi berbahaya untuk kehidupan pribadi, keluarga, atau karir. Pengorbanan finansial dan gaya hidup.

Pengorbanan-pengorbanan yang disebutkan di atas tidak dimaksudkan untuk menghalangi anda dari menjadi seorang entrepreneur. Hal-hal tersebut hanya untuk memberikan gambaran nyata tentang kehidupan entrepreneur, sehingga anda mendapatkan keputusan berkenaan dengan karir anda. Jika anda berfikir ingin menjadi entrepreneur, lanjutkan, tetapi awas gaya hidup tersebut dapat menjadi adiktif! Invensi, Inovasi, dan Technopreneur

Technopreneurship bersumber dari invensi dan inovasi. Invensi adalah sebuah penemuan baru yang bertujuan untuk mempermudah kehidupan. Inovasi adalah proses adopsi sebuah penemuan oleh mekanisme pasar. Invensi dan inovasi ada dua jenis, yakni: (1) invensi dan inovasi produk, dan (2) invensi dan inovasi proses. Berbagai kemajuan yang dicapai diawali dengan riset dan temuan-temuan baru dalam bidang teknologi (invensi) yang kemudian dikembangkan sedemikan rupa sehingga memberikan keuntungan bagi penciptanya dan masyarakat penggunanya. Fenomena perkembangan bisnis dalam bidang teknologi diawali dari ide-ide kreatif di beberapa pusat penelitian (kebanyakan di Perguruan Tinggi) yang mampu dikembangkan, sehingga memiliki nilai jual di pasar. Penggagas ide dan pencipta produk dalam bidang teknologi tersebut sering disebut dengan nama technopreneur (teknoprener), karena mereka mampu menggabungkan antara ilmu pengetahuan yang dimiliki melalui kreasi/ide produk yang diciptakan dengan kemampuan berwirausaha melalui penjualan produk yang dihasilkan di pasar. Dengan demikian, technopreneurship merupakan gabungan dari teknologi (kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi) dengan kewirausahaan (bekerja sendiri untuk mendatangkan keuntungan melalui proses bisnis). Saat ini, perkembangan bisnis dalam bidang teknologi sebagian besar dihasilkan dari sinergi antara pemilik ide kreatif (technopreneur), yang umumnya berafiliasi dengan berbagai pusat riset (seperti Perguruan Tinggi), dengan penyedia modal yang akan digunakan dalam berbisnis. Hubungan antara tiga unsur tersebut yang kemudian mendorong berkembangnya bisnis teknologi yang ada di beberapa negara, misalnya di Sillicon Valley di Amerika Serikat, Bangalore di India,

dan beberapa negara lainnya. Di Indonesia, sinergi ketiga pihak tersebut belum terbangun dengan baik. Pengembangan berbagai pusat inovasi dan inkubator bisnis dalam bidang teknologi di beberapa perguruan tinggi dan lembaga riset merupakan upaya yang positif untuk membangun technopreneurhsip di Indonesia. Peranan Technopreneurship bagi Masyarakat

Invensi dan inovasi yang dihasilkan, serta technopreneurship tidak hanya bermanfaat dalam pengembangan industri-industri besar dan canggih. Technopreneurship juga dapat diarahkan untuk memberikan manfaat kepada masyarakat yang memiliki kemampuan ekonomi lemah dan untuk meningkatkan kualitas hidup mereka. Dengan demikian, technopreneurship diharapkan dapat mendukung pembangunan berkelanjutan (sustainable development).

Technopreneurship dapat memberikan memiliki manfaat atau dampak, baik secara ekonomi, sosial, maupun lingkungan. Dampaknya secara ekonomi adalah: a. b. c. d. meningkatkan efisiensi dan produktivitas. meningkatkan pendapatan. menciptakan lapangan kerja baru. menggerakkan sektor-sektor ekonomi yang lain.

Manfaat dari segi sosial diantaranya adalah mampu membentuk budaya baru yang lebih produktif, dan berkontribusi dalam memberikan solusi pada penyelesaian masalah-masalah sosial. Manfaat dari segi lingkungan antara lain adalah: a. b. memanfaatkan bahan baku dari sumber daya alam Indonesia secara lebih produktif. meningkatkan efisiensi penggunaan sumber daya terutama sumberdaya energi.

Ada beberapa bidang invensi dan inovasi yang dapat diprioritaskan untuk memberikan manfaat kepada masyarakat ekonomi lemah terdiri dari: air, energi, kesehatan, petanian, dan keanekaragaman hayati (water, energy, health, agriculture, dan biodiversity, yang biasa disingkat WEHAB). Di bidang-bidang di atas masyarakat ekonomi lemah di Indonesia banyak menghadapi permasalahan. Pengembangan technopreneurship dapat diarahkan sebagai upaya untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Misalnya:

a. Water (Air) Banyak masyarakat Indonesia yang memiliki akses yang sangat terbatas pada air bersih, juga petani yang memiliki keterbatasan akses air untuk irigasi. Tantangan technoprenuership masih sangat terbuka lebar untuk memberikan solusi teknologi pengadaan air bersih dan efisiensi irigasi. Contohnya produk teknologi yang dapat ditawarkan antara lain sistem desalinasi air laut yang murah dan irigasi tetes (drip irrigation).

b. Energy (Energi) Dunia saat ini dihadapkan pada kekurangan energi yang kronis. Lapisan masyarakat terbawah di Indonesia saat ini sudah merasakan kesulitan yang luar biasa untuk mendapatkan sumber energi baik untuk kegiatan konsumtif maupun produktif. Tantangan yang besar saat ini untuk menghasilkan teknologi energi alternatif yang terbarukan, ramah lingkungan, yang terjangkau, efisien, dan berkelanjutan. Contoh produk teknologi alternatif misalnya energi listrik tenaga air (microhydro), tenaga angin, pengering tenaga surya, dan lain-lain.

c. Health (Kesehatan) Akses pada fasilitas kesehatan yang memadai serta dan biaya kesehatan yang mahal masih menjadi masalah utama masyarakat miskin Indonesia. Oleh karena itu sangat diperlukan alternatif metode pengobatan dan peningkatan kesehatan yang aman dan terjangkau; teknologi pengobatan/pencegahan terhadap penyakit spesifik lokal, serta obat-obatan alternatif yang terjangkau terutama untuk penyakit yang lazim dijumpai di masyarakat tidak mampu. Contoh produk teknologi alternatif adalah pengembangan produk-produk berbahan baku lokal menjadi produk herbal terstandar atau fitofarmaka.

d. Agriculture (Pertanian) Masih sangat banyak masalah di sektor pertanian Indonesia yang umumnya dihuni oleh kelompok petani miskin. Beragam teknologi dalam bidang pertanian, perikanan, dan peternakan rakyat sangat dibutuhkan untuk meningkatkan produktivitas dan nilai tambah pertanian kita.

e. Biodiversity (Keanekaragaman Hayati) Indonesia memiliki kekayaan alam dan keanekaragaman hayati nomor dua di dunia, namun pemanfaatannya saat ini belum banyak memberikan manfaat sosial yang besar. Beragam sentuhan teknologi diperlukan misalnya penggunaan keanekaragaman hayati untuk biomedicine

dan produk makanan; teknologi pengolahan yang memanfaatkan dan memberi nilai tambah keanekaragaman hayati Indonesia dengan tetap mempertahankan kelestariannya.

Bagaimana agar invensi dan inovasi dapat memberikan manfaat bagi masyarakat? Beberapa kriteria berikut ini dapat digunakan untuk mengembangkan invensi dan inovasi agar bermanfaat bagi masyarakat, yaitu inovasi dan invensi itu harus: a. b. c. d. e. f. g. Memberikan performansi solusi lebih baik dan lebih efisien. Menjawab permasalahan dan memenuhi karakteristik kebutuhan masyarakat. Merupakan ide orisinal. Dapat diterapkan ke pasar dan memenuhi kriteria kelayakan ekonomi. Memiliki skala pasar dan skala manfaat yang memadai. Dapat dipasarkan sebagai produk atau jasa. Meningkatkan produktivitas, pendapatan, dan lapangan kerja bagi masyarakat.

Pada saat ini di Indonesia secara umum, dukungan terhadap invensi dan inovasi domestik masih terbatas, belum integratif dan tidak berorientasi pasar, sehingga banyak invensi dan inovasi yang layu sebelum berkembang. Ada kesenjangan yang besar antara penawaran dan permintaan solusi teknologi bernilai tambah. Selain itu, dana penelitian dan pengembangan nasional masih terbatas dan kemampuan technopreneurship domestik masih rendah.

Namun demikian, semua itu tidak akan berubah kalau kita tidak memulai melakukan perubahan. Semoga buku ini dapat memberikan manfaat untuk perubahan itu.

Referensi Bell, C.G. 1991. High-Tech Ventures: The Guide for Entrepreneurial Success. 1st Edition. Perseus Publishing. Ditjen HaKI Departemen Kehakiman dan HAM RI. 2004. Daftar Permohonan Paten.

NCIIA. 2006. Invention to Venture: Workshops in Technology Entrepreneurship. National Collegiate Inventors & Innovators Alliance, Madison. Oden, H.W. 1997. Managing Corporate Culture, Innovation, and Intrapreneurship. Greenwood Publishing Group. Stolze, W.J. Start-up: An Entrepreneurs Guide to Launching and Managing a New Business. 2nd Edition. Rock Beach Press.

Anda mungkin juga menyukai