Anda di halaman 1dari 3

KONSEP INOVASI PADA TECHNOPRENEURSHIP

Konsep Inovasi pada Technopreneurship

Sebelum kita memahami apa itu technopreneurship ada baiknya kita memahami pengertian dari kewirausahaan
(entrepreneur) dan kata teknologi.

Wirausaha adalah orang yang menjalankan usaha atau perusahaan dengan kemungkinan untung atau rugi. Oleh
karena itu wirausaha perlu memiliki kesiapan mental, baik untuk menghadapi keadaan merugi maupun untung
besar. Sehingga seorang wirausaha harus mempunyai karakteristik khusus yang melekat pada diri seorang
wirausaha seperti percaya diri, mempunyai banyak minat, bisa bersepakat, mempunyai ambisi, berjiwa
penjelajah, suka mencoba sesuatu, dll.
Teknologi dalam hal ini teknologi komunikasi dan informasi atau teknologi telematika (information and
communication technology–ICT) telah diakui dunia sebagai salah satu sarana dan prasarana utama untuk
mengatasi masalah-masalah dunia. Teknologi telematika dikenal sebagai konvergensi dari teknologi
komunikasi (communication), pengolahan (computing) dan informasi (information) yang diseminasikan
mempergunakan sarana multimedia.

Istilah technopreneur itu sendiri adalah gabungan antara technology dan entrepreneur. Kata entrepreneur
memiliki makna seseorang yang pandai atau berbakat dalam mengenali produk atau ide baru, memahami
langkah-langkah produksi, mampu menyusun operasi untuk pengadaan produk baru, cermat dalam
memasarkannya, serta handal mengatur permodalan operasinya. Singkatnya, seorang technopreneur adalah
seorang entrepreneur yang menggunakan aspek teknologi sebagai keunggulannya. Antara technopreneur dan
entrepreneur keduanya memiliki persamaan yaitu peduli profit. Namun seorang technopreneur juga harus peduli
teknologi. Bentuk keperduliannya itu bisa berupa pengembangan ide-ide invensi yang ada menjadi solusi teknis
teruji melalui riset-riset. Percuma jika seorang mahasiswa hanya mendalami suatu ilmu pengetahuan untuk
mendapatkan nilai A saja. Mereka harus mengaplikasikan ilmu yang mereka dapatkan dengan sebuah kontribusi
nyata yang berguna bagi diri sendiri dan orang lain.

Technopreneurship adalah sebuah inkubator bisnis berbasis teknologi, yang memiliki wawasan untuk
menumbuh-kembangkan jiwa kewirausahaan di kalangan generasi muda, khususnya mahasiswa sebagai peserta
didik dan merupakan salah satu strategi terobosan baru untuk mensiasati masalah pengangguran intelektual
yang semakin meningkat ( +/- 45 Juta orang). Dengan menjadi seorang usahawan terdidik, generasi muda,
khususnya mahasiswa akan berperan sebagai salah satu motor penggerak perekonomian melalui penciptaan
lapangan-lapangan kerja baru. Semoga dengan munculnya generasi technopreneurship dapat memberikan solusi
atas permasalahan jumlah pengangguran intelektual yang ada saat ini. Selain itu juga bisa menjadi arena untuk
meningkatkan kualitas SDM dalam penguasaan IPTEK, sehingga kita bisa mempersiapkan tenaga handal
ditengah kompetisi global.

Kata “Technopreneurship” merupakan gabungan dari “Technology” dan “Entrepreneurship” yang dapat
disimpulkan sebagai proses pembentukan dan kolaborasi antara bidang usaha dan penerapan teknologi sebagai
instrumen pendukung dan sebagai dasar dari usaha itu sendiri, baik dalam proses, sistem, pihak yang terlibat,
maupun produk yang dihasilkan. Sedangkan Technopreneur merupakan orang yang menjalankan
technopreneurship atau sesorang yang menjalankan usaha yang memiliki semangat entrepreneur dengan
memasarkan dan memanfaatkan teknologi sebagai nilai jualnya. Istilah technopreneur mungkin sudah banyak
diperbincangkan dan sudah mulai dikenal saat ini sejak kemunculannya di banyak surat kabar, majalah, dan
televisi disaat teknologi bukan hanya sebagai pendukung kerja saja namun juga dapat dimanfaatkan untuk
menghasilkan keuntungan.

Menjadi seorang technopreneur jika dilihat dari dua peranan yang dibebankan bagi seorang technopreneur
untuk memahami teknologi sekaligus menanamkan jiwa entrepreneurship bukanlah sebuah perkara yang
mudah, untuk menjadi seorang technopreneur yang berhasil, setidaknya harus menguasai:
1. Teknologi
Teknologi memegang peranan penting dalam perkembangan dunia modern seperti saat ini, kemunculan
teknologi baru secara terus menerus dan penerapan teknologi yang semakin banyak dan menyebar
membutuhkan inovasi yang berkelanjutan agar penggunaan teknologi dapat tepat guna dan mencapai
sasarannya. Pembelajaran tentang teknologi membutuhkan dukungan dari sumber daya manusia, dalam hal ini
bisa dipelajari di universitas atau perguruan tinggi dan perlu adanya kerja praktek yang dilakukan secara rutin.
Teknologi merupakan cara untuk mengolah sesuatu agar terjadi efisiensi biaya dan waktu sehingga dapat
menghasilkan produk yang berkualitas dengan memperhatikan kebutuhan pasar, solusi untuk permasalahan,
perkembangan aplikasi, perbaikan efektivitas dan efisiensi produksi serta modernisasi. Seorang technopreneur
tak pernah hanya cukup mempelajari satu atau dua teknologi saja, melainkan harus peka terhadap inovasi
teknologi dan dibutuhkan ide kreatif untuk mendukungnya.

2. Entrepreneurship
Entrepreneurship adalah proses dalam mengorganisasikan dan mengelola resiko untuk sebuah bisnis dengan
rajin mengidentifikasi dan mengevaluasi pasar, menemukan solusi – solusi untuk mengisi peluang pasar,
mengelola sumber daya yang diperlukan, dan mengelola resiko yang berhubungan dengan bisnisnya.

Untuk mengembangkan jiwa entrepreneurship dibutuhkan beberapa tahapan :

– Internallization adalah tahapan penanaman jiwa entrepreneurship melalui konstruksi pengetahuan


tentang jiwa entrepreneurial serta medan dalam usaha. Dalam tahap ini lebih menekankan tentang
kewirausahaan dan pengenalan tentang urgensinya.

– Paradigm Alteration yang berarti perubahan paradigma umum. Pola pikir pragmatis dan instan harus
diubah dengan memberikan pemahaman bahwa unit usaha riil sangat diperlukan untuk menstimulus
perkembangan perekonomian negara dan jiwa entrepreneurship berperan penting dalam membangun usaha
tersebut.

– Spirit Initiation. Setelah pengetahuan dan paradigma telah terbentuk, diperlukan sebuah inisiasi
semangat untuk mengkatalisasi gerakan pembangunan unit usaha tersebut. Inisiasi ini dengan memberikan
bantuan berupa modal awal yang disertai monitoring selanjutnya.

– Competition. Tentunya dunia bisnis tak dapat dilepaskan dari kompetisi dengan para pesaing yang selalu
berlomba – lomba dalam menghadirkan nilai tambah dan produk baru untuk bersaing. Seorang entrepreneur
harus sigap dalam sebuah kompetisi untuk tidak ketinggalan.

Adapun karakteristik seorang entrepreneur yang harus dimiliki oleh seorang entrepreneur diantaranya :

 Melakukan hal – hal yang tidak mencari keuntungan semata


 Merasa nyaman bekerja dengan atau menggunakan teknologi
 Selalu mengeksploitasi ketidakpastian
 Penemu bukan semata – mata meniru atau memungut dari alam
 Tidak berhenti pada peluang, tetapi membangun institusi
 Seorang yang berani menghadapi resiko
 Berpikir sederhana
 Modal utamanya bukanlah selalu uang.
Setelah memiliki jiwa entrepreneurship serta pengetahuan teknologi yang baik, langkah selanjutnya adalah
mengintegrasikannya. Contoh perusahaan technopreneurship dan technopreneur dunia yang sudah sangat
berhasil diantaranya : Microsoft, Apple, Google, Amazon, dan Twitter. Mereka telah merajai produk komputer
dan internet dunia serta dirintis dari nol oleh para pendiri yang memiliki visi jauh ke depan dengan memutuskan
menjadi seorang technopreneur.

Dibutuhkan banyak pihak terlibat agar technopreneurship senantiasa berkembang di Negara kita, diantaranya
membutuhkan dukungan dari pemerintah sebagai fasilitator, penjamin legalisasi usaha, dan pelindung bagi hak
– hak dan produk yang dihasilkan, masyarakat sebagai konsumen juga harus mendukung dengan kecintaan
terhadap hasil dalam negeri, perusahaan dengan sumber daya manusia dan berkualitas, bahkan universitas yang
paling banyak melahirkan technopreneurship dengan memberikan banyak pelatihan dan pengetahuan bagi calon
technopreneurship. Jika kolaborasi dapat dijalankan dengan baik, tentunya dapat menghasilkan
technopreneurship tangguh di Indonesia.

7 Technopreneur Sukses di Indonesia


1. B. J. Habibie – Presiden RI ke 3
2. Andrew Darwis – Kaskus.
3. Nadiem Markarim – GO-JEK.
4. Achmad Zaky - Bukalapak.
5. Ferry Unardi – Traveloka.
6. Jason Lamuda – Berrybenka.
7. William Tanuwijaya dan Leontinus Alpha Edison – Tokopedia.

Anda mungkin juga menyukai