Anda di halaman 1dari 12

Pengetahuan

Bisnis
DIKTAT PERKULIAHAN

OLEH
Ullya Mega Wahyuni,M.Kom

WWW.FTI.UNAND.AC.ID
B A B 2
P E N G A N T A R
T E C H N O P R E N E U R S H I P
1.1 Pengantar
Salah satu indikator untuk memajukan perekonomian suatu negara
Semakin maju perekonomian sebuah negara, adalah dengan memiliki jumlah
maka persentase wirausahawan (entrepreneur) entrepreneur minimal 2%.
terhadap jumlah populasi makin tinggi. Menurut teori pertumbuhan
ekonomi, terdapat gagasan
bahwa makin maju perekonomian sebuah negara maka persentase entrepreneur
terhadap jumlah populasi makin tinggi.
Berdasar data BPS tahun 2019 jumlah entrepreneur Indonesia mengalami
peningkatan menjadi 3,1 %, dari tahun sebelumnya yang hanya 1,6%. Tentu
saja hal ini sangat mengembirakan, sehingga untuk meningkatkan jumlah
entrepreneur perlu adanya komitmen dari berbagai pihak yaitu; perguruan tinggi,
kemitraan dengan industri dan didukung oleh pemerintah.
Di Indonesia mindset menjadi pegawai kantoran atau PNS lebih
menjanjikan dibandingkan menjadi pengusaha sudah tertanam sejak kecil dari
orangtua. Lemahnya jiwa entrepreneurship lulusan perguruan tinggi di Indonesia
menjadi salah satu penyebab masih banyaknya pengangguran di negara kita.
Padahal secara langsung entrepreneurship memiliki peran penting dalam
menyumbang pertumbuhan ekonomi Indonesia khususnya saat ekonomi dunia
sedang tidak pasti. Oleh karena itu upaya mendorong terciptanya generasi
technopreneur yang mengandalkan inovasi perlu dilakukan.

1.2 Learning Outline


Setelah mempelajari modul ini, mahasiswa diharapkan mampu:
 Memahami konsep technopreneurship
 Mengetahui karakter dan kemampuan pengusaha sukses
 Menjelaskan peranan technopreneurship bagi masyarakat

1.3 Definisi
Kita pasti sudah mengenal facebook, google, kaskus, dan tokopedia.
Perusahaan-perusahaan tersebut disebut perusahaan berbasis teknologi atau
Technology Companies - perusahaan-perusahaan yang menghasilkan produk
yang menciptakan nilai secara konstan dan menstimulasi pertumbuhan ekonomi
dengan membawa ide dan teknologi baru kepada dunia global. Teknologi
meliputi peralatan, artefak, proses, alat, metodologi, dan material yang bisa
diaplikasikan untuk tujuan industrial dan komersil. Istilah technopreneurship
sudah banyak dikenal dan diperbincangkan di berbagai media.
Technopreneurship merupakan gabungan dari kata “Technology” dan
“ Entrepreneurship”, sehingga dapat disimpulkan sebagai usaha untuk
memulai dan mengembangkan sebuah technology companies dengan
memanfaatkan perkembangan-perkembangan teknologi yang akan memberikan

3
P A G E 1 / 10
dampak besar kepada dunia. Sedangkan technopreneur adalah orang yang
mengembangkan usaha berbasis teknologi atau orang yang menjalankan
technopreneurship. Technopreneur juga bisa disebut sebagai entrepreneur yang
memanfaatkan peluang dengan memanfaatkan teknologi yang sedang
berkembang. Contoh tokoh technopreneur yang sukses menggabungkan
teknologi dan kegiatan entrepreneurship antara lain Bill Gates dengan Microsoft,
Steve Jobs dengan Apple, Inc., Soichiro Honda dengan Honda.
Technopreneurship merupakan turunan dari konsep entrepreneurship
yang sama-sama mempunyai tujuan untuk mendapatkan profit. Sebelum
memahami technopreneurship, terlebih dahulu perlu dipahami apa itu
entrepreneurship. Entrepreneurship merupakan proses merubah sebuah ide
menjadi sebuah usaha dimana esensi dasarnya adalah mengidentifikasi
permasalahan dan mencari ide serta memberikan solusi untuk memecahkan
masalah tersebut. Sedangkan entrepreneur merupakan seseorang atau agen
yang menciptakan bisnis atau usaha yang mampu memecahkan masalah dan
mencari peluang dengan berani mengambil resiko atas ketidakpastian dalam
mencapai keuntungan. Sehingga Entrepreneur sering diartikan juga sebagai
seorang inovator. Bagi seorang pengusaha; masalah, kebutuhan atau tantangan
merupakan sebuah peluang. Peluang yang baik adalah kombinasi dari solusi
realistis yang menjawab suatu masalah penting pada waktu yang tepat dan
dapat menghasilkan keuntungan finansial.

Tabel 1. perbedaan Entrepreneurshi dan Technopreneurship

Entrepreneurship Technopreneurship
Menjual dengan mendapatkan Menjamin bahwa teknologi
profit berfungsi sesuai kebutuhan target
pelanggan, dan teknologi tersebut
dapat dijual dengan mendapatkan
keuntungan (profit).

Definisi
 Boone & Kurtz (2002:217), entrepreneur adalah orang yang mencari
peluang yg menguntungkan dan mengambil resiko seperlunya untuk
merencanakan dan mengelola suatu bisnis.
 Nickels et.al. (2009:4), entrepreneur adalah orang yang
mempertatuhkan waktu dan uang untuk memulai dan mengelola sebuah
bisnis.
 Drucker (1996), “entrepreneurship didefinisikan sebagai aktivitas yang
secara konsisten dilakukan guna mengkonversi ideide yang bagus
menjadi kegiatan usaha yang menguntungkan”.
 Suparno et.al. (2008), “entrepreneurship adalah proses
mengorganisasikan dan mengelola risiko untuk sebuah bisnis baru”.
 Zimmerer dan Scarborough (2008), technopreneur merupakan orang
yang menjalankan technopreneurship atau sesorang yang menjalankan
usaha yang memiliki semangat entrepreneur dengan memasarkan dan
memanfaatkan teknologi sebagai nilai jualnya
 Posadas (2007), “technopreneurship dalam cakupan yang lebih luas,
yakni sebagai wirausaha di bidang teknologi yang mencakup teknologi
semi konduktor sampai ke asesoris komputer pribadi (PC)”.
 Hartono (2011), technopreneurship adalah sebuah kolaborasi antara
penerapan teknologi sebagai instrumen serta jiwa usaha mandiri
sebagai kebutuhan.

4
P A G E 2 / 10
1.4 Entrepreneurship
Permasalahan yang beragam dalam masyarakat melahirkan sebuah
konsep yang disebut entrepreneurship. Konsep entrepreneurship adalah seni
mengubah masalah atau peluang yang ada di tengah masyarakat sehingga
memunculkan suatu ide kreatif baru yang dapat menciptakan suatu solusi yang
bermanfaat bagi orang lain. Masalah-masalah yang ada pada masyarakat diamati
dan dianalisa, kemudian dicari solusi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
tersebut. Kewirausahaan juga bisa digambarkan sebagai pertemuan antara
pengusaha yang memiliki kemampuan dan minat dengan peluang yang
menjanjikan atau disebut the sweet spot. Menurut Novistiar Rustandi, peluang
yang menarik harus memiliki empat unsur penting yaitu:
1. Masalahnya cukup penting, berarti banyak orang (calon konsumen) yang
mengalami masalah tersebut.
2. Solusinya tersedia, harus ada solusi yang dapat ditawarkan kepada calon
konsumen dalam bentuk produk atau jasa. Solusi ini yang akan dijual dan
menghasilkan uang.
3. Tepat waktu, solusi harus ditawarkan pada waktu yang tepat.
4. Menghasilkan keuntungan finansial, keuntungan merupakan salah satu
tujuan utama dari kewirausahaan.

Proses kewirausahaan terdiri dari empat langkah:


1. Memutuskan untuk menjadi seorang pengusaha, pada umumnya
didorong oleh suatu kejadian atau keadaan. Contohnya: seseorang
menemukan ide baru untuk memecahkan suatu masalah dengan berhenti
bekerja dan menjalankan usahanya sendiri. Hal-hal yang perlu dihindari
untuk memutuskan menjadi pengusaha:
1) Merasa tidak senang dengan pekerjaannya atau dikeluarkan dari
perusahaannya. Jika keadaan tersebut menjadi alasan, maka harus
berhati-hati dalam memutuskan untuk menjadi pengusaha karena
resikonya sangat besar apalagi jika belum melihat adanya peluang
yang baik.
2) Mindset bahwa dengan berwirausaha dapat menghabiskan lebih
banyak waktu dengan keluarga merupakan pemikiran yang tidak tepat
karena pengusaha yang sukses lebih banyak menghabiskan waktu
untuk usaha dibandingkan bekerja dahulu.
2. Mengembangkan ide usaha yang baik, seorang pengusaha harus bisa
mengembangkan idenya lebih lanjut (long term goal), ide baru belum tentu
menghasilkan usaha yang menguntungkan. Ada ide yang inovatif dan
memecahkan masalah yang ada tetapi tidak dapat menghasilkan uang saat
ini. Contohnya: ide membuat dan menjual mobil berbahan gas untuk
mengurangi pemborosan bahan bakar minyak dan polusi, sementara itu
infrastruktur untung mendukung penggunaan sehari-hari belum lengkap
dan stasiun pengisian bahan bakar gas juga masih sangat terbatas. Maka
calon konsumen tidak akan membeli mobil tesebut jika masih mendapat
kesulitan.
3. Membuat ide menjadi usaha, ini dilakukan dengan cara; mengidentifikasi
peluang, pelaksanaan studi kelayakan, analisa industri dan kompetitor.

5
P A G E 3 / 10
Setelah itu menyimpulkan bahwa telah ditemukannya peluang yang baik,
maka ide tersebut harus dibuat menjadi usaha. Tahapan pada saat
membuat ide menjadi usaha adalah:
1) Melakukan analisa potensi keuangan, contohnya sesorang yang ingin
memulai usaha rumah makan harus memperhitungkan berapa biaya
yang dibutuhkan untuk memulai usahanya seperti; biaya sewa tempat,
gaji karyawan, bahan baku, promosi dan biaya lainnya.
2) Memperhitungkan berapa harga yang bisa diberikan dan
memperkirakan jumlah pembeli dan pemasukan yang diterima.
3) Membentuk suatu tim yang solid
4) Menentukan strategi pemasaran yang tepat
5) Mencari pendanaan
6) Mempersiapkan dasar hukum yang kuat
4. Menjalankan dan mengembangkan usaha, pada tahapan ini pengusaha
harus memasarkan produk yang dibuat serta memikirkan strategi-strategi
untuk mengembangkan usahanya demi menjamin keberlanjutan
perusahaan. Produk yang baik tetap memerlukan pemasaran yang kuat
walaupun produk yang ditawarkan memiliki kualitas yang tinggi namun
terdapat banyak kompetitor yang menawarkan produk sejenis. Pada situasi
ini, maka pengusaha tersebut harus bisa menempatkan produknya pada
posisi yang tepat dan menjualnya dengan strategi yang menarik dan efektif.

Menurut York, terdapat tujuh langkah untuk menjadi entrepreneur antara lain:
1. Pastikan bahwa menjadi entrepreneur adalah hal yang benar–benar
diinginkan. Sebelum menjadi entrepreneur, perlu memikirkan apakah Anda
memiliki apa yang diperlukan untuk memulai bisnis karena tidak ada yang
memberi tahu apa yang harus dilakukan kecuali pelanggan, seorang
entrepreneur harus memiliki motivasi diri, rela berkorban dan mampu
bertahan dalam waktu jangka panjang.
2. Tentukan jenis bisnis apa yang mau dijalankan. Apakah itu Franchise atau
independent, jasa atau manufaktur, penjualan offline (bricks and mortar
retail) atau online, consumer atau B2B, dan lainnya.
3. Kumpulkan dan buat ide semenarik mungkin. Ide-ide tersebut harus bisa
menjawab pertanyaan diantaranya; Apakah ada orang lain yang
melakukannya? Seperti apa kompetisinya? Apakah konsumen dan bisnis
memiliki pengganti yang layak jika mereka tidak memilih produk Anda?
Apakah produk Anda benar-benar memecahkan masalah yang ada? Apakah
permintaannya akan cukup besar di masa depan, tidak hanya untuk satu
atau dua tahun?
4. Buat business plan (apa tujuan bisnis, siapa konsumennya, apa masalah
yang bisa diselesaikan dengan produk kita, siapa competitor, apa kelebihan
dan kekurangan, berapa harganya dan bagaimana memposisikan produk
kita di pasar, apa rencana selama 3 – 5 tahun kedepan?)
5. Tentukan struktur bisnisnya. Misalkan apakah kepemilikan sendiri ataukah
partnership, dll.
6. Buat team yang solid. Berapa jumlah pegawai yang dibutuhkan, apakah
membutuhkan akuntan, manager, consultant, dll.
7. Tangani paperwork. (izin dan perpajakan, buat paten dan trademark brand
kita, perlindungan properti, asuransi, dll).

6
P A G E 4 / 10
Menurut Bruce R. Barringer dan R. Duane Ireland, seorang entrepeneur yang
sukses harus memiliki karakter sebagai berikut:
1. Memiliki passion terhadap berbisnis (Passion for the business), passion
akan memberikan pengaruh positif terhadap keberlangsungan usaha.
2. Fokus terhadap produk dan pelanggan (Product/customer focus). Produk
yang ditawarkan harus menarik minat pelanggan dan sesuai dengan
kebutuhan pelanggan.
3. Tidak takut gagal (tenacity despite failure), Entrepreneur mengambil resiko
untuk mencoba sesuatu yang baru. Seorang entrepreneur memiliki
keinginan untuk kembali mencoba dan belajar dari kesalahan.
4. Kemampuan untuk mewujudkan suatu ide menjadi bisnis.

Gambar 1. Karakter Entrepreneur sukses

1.5 Menjadi Technopreneur


Untuk menjadi seorang technopreneur handal ada dua kunci utama yang
harus dikuasai:
1. Teknologi
Secara sederhana, teknologi merupakan aplikasi langsung dari ilmu
pengetahuan yang kita miliki. Tujuan dari perekayasaan teknologi adalah
menjadi sebuah alat untuk memudahkan kerja manusia dalam memenuhi
kebutuhan hidup. Di era modern, teknologi memegang peranan penting
terhadap daya saing suatu negara dalam kompetisi global. kemunculan
teknologi baru secara kontinu dan penerapan teknologi yang semakin banyak
dan menyebar membutuhkan inovasi yang berkelanjutan. Agar penggunaan
teknologi dapat tepat guna dan mencapai sasarannya maka penguasaan
teknologi membutuhkan dukungan dari berbagai pihak, dalam hal ini bisa
dipelajari di universitas atau perguruan tinggi dan perlu adanya kerja praktek
yang dilakukan secara rutin. Teknologi merupakan cara untuk mengolah
sesuatu agar terjadi efisiensi biaya dan waktu sehingga dapat menghasilkan
produk yang berkualitas dengan memperhatikan kebutuhan pasar, solusi untuk
permasalahan, perkembangan aplikasi, perbaikan efektivitas dan efisiensi
produksi serta modernisasi. Seorang technopreneur tidak hanya cukup
mempelajari satu atau dua teknologi saja, melainkan harus peka terhadap

7
P A G E 5 / 10
inovasi teknologi dan dibutuhkan ide kreatif untuk mendukungnya. Hampir
segala aspek kehidupan berkaitan dengan teknologi sehingga teknologi
mendorong para entrepreneur untuk terus berinovasi dan bergerak menjadi
Technology Entrepreneur atau Technopreneur. Teknologi membuka jalan bagi
wirausahawan untuk mengembangkan startup bisnisnya. Social media dan e-
commerce menjadi salah satu wujud teknologi yang menunjang setiap bisnis
saat ini. Tentunya para pelaku bisnis dituntut untuk dapat menggunakan serta
memaksimalkan manfaat dari teknologi.

2. Entrepreneurship
Kemampuan Entrepreneurship tidak hanya berkaitan dengan
pengembangan dan penciptaan unit usaha tapi juga kemampuan untuk
mengelola resiko, mengevaluasi pasar, memanfaatkan peluang,
menemukan solusi, dan mengelola sumber daya. Jadi inti dari
entrepreneurship adalah konsistensi usaha (consistent work), inovasi ide
(innovative idea), dan hasil yang menguntungkan (profitable output). Untuk
mengembangkan jiwa entrepreneurship dibutuhkan beberapa tahapan:
1) Internallization, tahapan penanaman jiwa entrepreneurship melalui
konstruksi pengetahuan tentang jiwa entrepreneurial serta medan
dalam usaha. Dalam tahap ini lebih menekankan tentang
kewirausahaan dan pengenalan tentang urgensinya.
2) Paradigma alteration, perubahan paradigma umum dengan mengubah
pola pikir pragmatis dan instan dengan memberikan pemahaman
bahwa unit usaha riil sangat diperlukan untuk menstimulus
perkembangan perekonomian negara dan jiwa entrepreneurship
berperan penting dalam membangun usaha tersebut.
3) Spirit initiation. Setelah pengetahuan dan paradigma telah terbentuk,
diperlukan sebuah inisiasi semangat dengan memberikan bantuan
berupa modal awal yang disertai monitoring selanjutnya.
4) Competition. Medan kompetisi untuk dapat mengembangkan usaha
dengan baik. Tentunya dunia bisnis tidak dapat dilepaskan dari
kompetisi dengan para pesaing yang selalu berlomba–lomba dalam
menghadirkan nilai tambah dan produk baru untuk bersaing. Seorang
entrepreneur harus sigap dalam sebuah kompetisi untuk tidak
ketinggalan.
Setelah memiliki kompetensi teknologi dan jiwa entrepreneurship,
langkah terakhir yang perlu dilakukan adalah mengintegrasikannya. Teknologi
yang telah dimiliki, kita kreasikan dan inovasikan untuk menyokong
pengembangan unit usaha. Contoh perusahaan technopreneurship dunia yang

8
P A G E 6 / 10
sudah sangat berhasil diantaranya : Microsoft, Apple, Google, Amazon, dan
Twitter. Mereka telah merajai produk komputer dan internet dunia serta dirintis
dari nol oleh para pendiri yang memiliki visi jauh ke depan dengan
memutuskan menjadi seorang technopreneur. Kreativitas dan pemanfaatan
teknologi yang tepat adalah hal utama dalam mengembangkan jiwa
technopreneurship.
Dibutuhkan banyak pihak terlibat agar technopreneurship senantiasa
berkembang di Negara kita, diantaranya membutuhkan dukungan dari
pemerintah sebagai fasilitator, penjamin legalisasi usaha, dan pelindung bagi
hak – hak dan produk yang dihasilkan, masyarakat sebagai konsumen juga
harus mendukung dengan kecintaan terhadap hasil dalam negeri, perusahaan
dengan sumber daya manusia dan berkualitas, bahkan universitas yang paling
banyak melahirkan technopreneurship dengan memberikan banyak pelatihan
dan pengetahuan bagi calon technopreneurship. Jika kolaborasi dapat
dijalankan dengan baik, tentunya dapat menghasilkan technopreneurship
tangguh di Indonesia.

1.6 Invensi, Inovasi & Technopreneur


Menurut Suparno et al (2008), technopreneurship bersumber dari invensi
dan inovasi. Invensi adalah sebuah penemuan baru yang bertujuan untuk
mempermudah kehidupan. Inovasi adalah proses adopsi sebuah penemuan
oleh mekanisme pasar. Invensi dan inovasi ada dua jenis, yakni: (1) invensi
dan inovasi produk, dan (2) invensi dan inovasi proses.
Berbagai kemajuan yang dicapai diawali dengan riset dan temuan-
temuan baru dalam bidang teknologi (invensi) yang kemudian dikembangkan
sedemikan rupa sehingga memberikan keuntungan bagi penciptanya dan
masyarakat penggunanya. Fenomena perkembangan bisnis dalam bidang
teknologi diawali dari ide-ide kreatif di beberapa pusat penelitian (kebanyakan
di Perguruan Tinggi) yang mampu dikembangkan, sehingga memiliki nilai jual
di pasar. Penggagas ide dan pencipta produk dalam bidang teknologi tersebut
sering disebut dengan nama technopreneur (teknopreneur), karena mereka
mampu menggabungkan antara ilmu pengetahuan yang dimiliki melalui
kreasi/ide produk yang diciptakan dengan kemampuan berwirausaha melalui
penjualan produk yang dihasilkan di pasar. Dengan demikian,
technopreneurship merupakan gabungan dari teknologi (kemampuan ilmu
pengetahuan dan teknologi) dengan kewirausahaan (bekerja sendiri untuk
mendatangkan keuntungan melalui proses bisnis).
Saat ini, perkembangan bisnis dalam bidang teknologi sebagian besar
dihasilkan dari sinergi antara pemilik ide kreatif (technopreneur), yang
umumnya berafiliasi dengan berbagai pusat riset (seperti Perguruan Tinggi),
dengan penyedia modal yang akan digunakan dalam berbisnis. Hubungan
antara tiga unsur tersebut yang kemudian mendorong berkembangnya bisnis
teknologi yang ada di beberapa negara, misalnya di Sillicon Valley di Amerika
Serikat, Bangalore di India, dan beberapa negara lainnya. Di Indonesia, sinergi
ketiga pihak tersebut belum terbangun dengan baik. Pengembangan berbagai
pusat inovasi dan inkubator bisnis dalam bidang teknologi di beberapa
perguruan tinggi dan lembaga riset merupakan upaya yang positif untuk
membangun technopreneurhsip di Indonesia.

9
P A G E 7 / 10
1.7 Landasan Technopreneurship
1. Berangkat dari kebutuhan masyarakat
Kebutuhan masyarakat menjadi peluang bisnis bagi para pelaku usaha.
Hampir semua produk berbasis teknologi yang terkenal dan diminati
masyarakat saat ini bersumber dari kebutuhan masyarakat seperti mobil,
motor, televisi, internet, handphone, media sosial, produk elektronik, dll.
Jika ingin menjadi seorang technopreneur, maka carilah kebutuhan dan
permasalahan yang dihadapi masyarakat sehingga menghasilkan ide atau
gagasan untuk memberikan solusi melalui teknologi yang kemudian
dikembangkan menjadi business core. Hal ini pun menjadikan produk kita
diminati masyarakat sehingga kita dapat terus mengembangkannya
menjadi lebih baik lagi.
2. Perkaya Diri Dengan Ide dan Inspirasi
Ide dan inspirasi merupakan awal timbulnya suatu ide bisnis. Di era yang
sangat kompetitif ini, diperlukan suatu ide yang brilian untuk memulai
bisnis dan mempertahankannya. Produk yang kita hasilkan tidak perlu baru,
tetapi harus inovatif dengan memodifikasi sesuatu yang sudah ada dan
menjadikan fungsinya jauh lebih baik atau beragam. Ide dan inspirasi
memang terkadang dapat datang dengan sendirinya, namun cara terbaik
adalah dengan mendatangkan ide dan inspirasi itu sendiri. Caranya adalah
memperkaya wawasan dengan membaca, mengikuti seminar atau
workshop mengenai technopreneurship, atau berbincang dengan para
technopreneur secara langsung. Hal-hal tersebut kita sadari atau tidak akan
menimbulkan suatu ide orisinal yang dapat kita kembangkan sebagai bisnis
kita sendiri.
3. Rencanakan Dengan Matang dan Lakukan Dengan Cepat
Seorang technopreneur harus mampu menganalisis pasar, mendesain suatu
produk, membuat strategi pemasaran, menentukan harga dan target pasar,
menyusun struktur organisasi, serta memegang tanggung jawab terhadap
seluruh proses bisnis. Kemampuan itulah yang harus dimiliki technopreneur
secara umum dalam membuat suatu rancangan bisnis (business plan).
Tetapi tentu rencana itu tidak akan menjadi kenyataan apabila tidak
diwujudkan. Jadi, mulailah secepatnya atau bahkan sekarang juga. Mulailah
dari hal-hal yang mudah dan sederhana seperti mencari inspirasi,
mendesain produk atau membuat strategi promosi.
4. Tambahkan Value Pada Produk
Produk yang kita hasilkan bisa saja sama persis dengan wirausahawan lain.
Tetapi ada satu hal yang membuat suatu produk tertentu lebih disukai dan
lebih laris dibandingkan produk lainnya yang serupa, yaitu adanya nilai
tambah (value). Value ini bisa beragam tergantung dari inovasi dan
kreativitas masing-masing technopreneur. Sebagai contoh kita dapat
menambahkan suatu value pendidikan sains dan teknologi pada mobile
games yang kita kembangkan dan kita jual di beragam application store.
Hal tersebut tentu akan menambah nilai jual produk, terutama kepada
masyarakat yang menginginkan game yang tidak hanya sekedar menghibur
tetapi juga edukatif.

10
P A G E 8 / 10
1.8 Peranan Technopreneurship di
Masyarakat
Technopreneurship tidak hanya bermanfaat dalam pengembangan
industri-industri besar dan canggih, tetapi juga dapat diarahkan untuk
memberikan manfaat kepada masyarakat yang memiliki kemampuan ekonomi
lemah dan untuk meningkatkan kualitas hidup mereka. Dengan demikian,
technopreneurship diharapkan dapat mendukung pembangunan berkelanjutan
(sustainable development). Menurut Suparno et al (2008), technopreneurship
dapat memberikan manfaat atau dampak, baik secara ekonomi, sosial, maupun
lingkungan. Dampaknya secara ekonomi adalah:
 Meningkatkan efisiensi dan produktivitas.
 Meningkatkan pendapatan.
 Menciptakan lapangan kerja baru.
 Menggerakkan dan menciptakan peluang bisnis pada sektor-sektor ekonomi
yang lain.
Manfaat dari segi sosial diantaranya adalah mampu membentuk
budaya baru yang lebih produktif, dan berkontribusi dalam memberikan solusi
pada penyelesaian masalah-masalah sosial. Manfaat dari segi lingkungan
antara lain adalah:
 Memanfaatkan bahan baku dari sumber daya alam Indonesia secara lebih
produktif.
 Meningkatkan efisiensi penggunaan sumber daya terutama sumber daya
energi.
Agar invensi dan inovasi dapat memberikan manfaat bagi masyarakat,
maka terdapat beberapa kriteria yang dapat digunakan untuk mengembangkan
invensi dan inovasi:
 Memberikan performansi solusi lebih baik dan lebih efisien.
 Menjawab permasalahan dan memenuhi karakteristik kebutuhan
masyarakat.
 Merupakan ide orisinal.
 Dapat diterapkan ke pasar dan memenuhi kriteria kelayakan ekonomi.
 Memiliki skala pasar dan skala manfaat yang memadai.
 Dapat dipasarkan sebagai produk atau jasa.
 Meningkatkan produktivitas, pendapatan, dan lapangan kerja bagi
masyarakat.
Pada saat ini di Indonesia secara umum dukungan terhadap invensi dan
inovasi domestik masih terbatas, belum integratif dan tidak berorientasi pasar,
sehingga banyak invensi dan inovasi yang sulit berkembang. Terdapat
kesenjangan yang besar antara penawaran dan permintaan solusi teknologi
bernilai tambah. Selain itu, dana penelitian dan pengembangan nasional masih
terbatas dan kemampuan technopreneurship domestik masih rendah.

11
P A G E 9 / 10
DAFTAR PUSTAKA
[1] Tim Pengembangan Technopreneurship ITS. (2015). Technopreneurship.
Surabaya: ITS Press.
[2] Bruce R., Ireland, R.D, (2016)” Enterpreneurship; Succesfully Launching
New Ventures”,5th Edition Pearson Horizons Edition.
[3] York, M. (2018, 11 21). 7 Steps to Starting Your Own Business Quickly and
Effectively. Retrieved 09 19, 2020, from www.thebalance.com:
https://www.thebalance.com/starting-own-business-1200678

P A G E 1 0 / 10

Anda mungkin juga menyukai