Anda di halaman 1dari 26

OMPALOKEL

Makalah
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Mata Kuliah Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi dan
Anak Prasekolah
Dosen Pengampu : Nelly Apriningrum, M.Keb.

Disusun oleh:
Syifa Aulia (1910630100073)
Wilda Ayu (1910630100081)

PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG
KARAWANG
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan Makalah Asuhan Kebidanan
Neonatus, Bayi dan Anak Prasekolah ini dengan baik meskipun banyak kekurangan
didalamnya.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai isi makalah tersebut. Kami juga menyadari sepenuhnya
bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab
itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami
buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya.

Karawang, 1 Januari 2020

Hormat Kami,
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kelainan kongenital merupakan kelainan dalam pertumbuhan struktur bayi yang
timbul sejak kehidupan hasil konsepsi sel telur. Kelainan kongenital merupakan
penyebab terjadinya abortus, lahir mati atau kematian segera setelah bayi lahir. Bayi
yang dilahirkan dengan kelainan kongenital, umumnya akan dilahirkan sebagai bayi
berat lahir rendah. Pemeriksaan fisik, radiologik dan laboratorik dapat digunakan untuk
menegakan diagnose kelainan kongenital setelah bayi lahir, dapat dilakukan dengan
beberapa cara pemeriksaan tertentu misalnya pemeriksaan Ultrasonografi, pemeriksaan
air ketuban dan darah janin. Misalnya seperti kelainan Kongenitaltraktus digestivus
pada dinding abdomen, yang terdiri atas Omphalocele, Gastroschisi, Hirscshprung,
serta Atresia Ani. Pada makalah ini akan dibahas mengenai Omphalokel.

Omfalokel adalah adanya protrusi (keadaan menonjol kedepan) pada waktu


lahir dibagian usus yang melalui suatu defek besar pada dinding abdomen di umbilicus
dan usus yang menonjol hanya ditutupi oleh membrane tipis transparan yang terdiri dari
amnion, dan peritoneum (W. A. Newman Dorland, 2007).

Hull David dalam buku Dasar-dasar pediatri hal 66. 2008 mengatakan Omfalokel
adalah penonjolan dari usus atau isi perut lainnya melalui akar yang hanya dilapisi oleh
peritoneum (selaput perut) dan tidak dilapisi oleh kulit. Usus terlihat dari luar melalui
selaput peritoneum yang tipis dan transparan atau tembus pandang. Angka insidens
omphalokel adalah 1: 5.000. Kelahian di Amerika serikat, omphalokel yang kecil
terjadi dengan rasio 1 kasus dalam 5.000 kelahiran. Omphalokel yang kecil terjadi
dengan rasio 1 kasus dalam 10.000 kelahira. Perbandingan laki-laki dengan
perempuan adalah 1:1 perempuan usia 40 tahun atau cenderung melahirkan bayi
dengan omphalokel. Angka kematian kelainan tinggi bila omphalokel besar karena
dapat pecah dan terjadi infeksi.

Indonesia merupakan Negara yang beresiko terjadinya Omfalokel karena dari


penelitian terdapat resiko penyebab omphalokel yaitu :

 Kelainan pada usia sangat muda (Karena pernikahan diusia muda)


 Paritas tinggi (semakin banyak kelahiran pada satu ibu semakin tinggi kemungkinan
terkena gastroschisis), walau hal ini masih dikaitkan dengan kehamilan pada usia tua.
 Kekurangan asupan gizi, pda ibu hamil

Oleh karena itu penulis akan membahas tentang makalah yang berjudul “Omphalokel”
sehingga sebagai seorang Bidan kita mampu memberikan Asuhan Kebidanan dengan
tujuan memininalisir angka kematian dan kesakitan.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan kebidanan pada bayi dengan Omfalokel ?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Melakukan asuhan kebidanan pada bayi dengan Omphalokel sesuai dengan
7 (tujuh) langkah varney serta mendokumentasikannya dengan metode SOAP.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian data yang benar pada neonatus dengan
Omfalokel
b. Mampu menginterpretasikan data untuk menegakkan diagnosa dan atau
masalah pada neonatus dengan Omfalokel
c. Mampu mengidentifikasikan diagnose potensial dan atau masalah potensial
pada neonatus dengan Omfalokel
d. Mampu menentukan kebutuhan untuk tindakan segera pada neonatus
dengan Omfalokel
e. Mampu menyusun rencana tindakan asuhan kebidanan pada neonatus
dengan Omfalokel
f. Mampu melaksanakan tindakan asuhan kebidanan pada neonatus dengan
Omfalokel
g. Mampu melaksanakan evaluasi tindakan asuhan kebidanan pada neonatus
dengan Omfalokel
h. Mampu melakukan dokumentasi asuhan kebidanan pada neonates dengan
Omfalokel
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Definisi Omfalokel

Omphalocele atau omfalokel adalah kelainan lahir yang ditandai dengan keluarnya
organ yang ada di dalam rongga perut bayi, seperti lambung, usus, dan hati, melalui pusar.
Omfalokel bisa terdeteksi sejak kehamilan atau baru terlihat saat bayi dilahirkan. Omfalokel
tergolong kelainan lahir yang cukup jarang terjadi. Hasil penelitian menunjukkan omfalokel
terjadi pada 1 dari 5.000-10.000 kelahiran. Omphalocele sering disamakan dengan
gastroschisis. Padahal, keduanya merupakan kelainan yang berbeda. Perbedaannya adalah
pada omphalocele, organ yang keluar dilapisi oleh selaput membran sedangkan pada
gastroschisis, organ yang keluar tidak diselubungi selaput membran.

B. Gejala dan Tanda Omphalocele


Omphalocele mudah dikenali karena gejalanya cukup jelas, yaitu keluarnya
organ dalam perut melalui lubang pusar. Organ yang keluar dari pusar tersebut
diselubungi oleh selaput pelindung.
Pada omphalocele ringan, lubang yang terbentuk tidak terlalu besar, sehingga hanya
salah satu organ atau hanya sebagian usus yang keluar. Namun, pada kasus yang
parah di mana lubang yang terbentuk cukup besar, usus hati, kandung kemih,
lambung, dan testis juga bisa keluar.

C. Etiologi Omphalocele
1. Omfalokel terjadi akibat kelainan perkembangan janin. Selama masa
perkembangan janin, tepatnya pada usia kehamilan 6-10 minggu, usus dan
organ-organ dalam, seperti hati, kandung kemih, lambung, indung telur, atau
testis, menonjol keluar ke pusar.
Organ yang menonjol tersebut akan kembali masuk ke rongga perut
saat usia kehamilan memasuki minggu ke-11. Namun, pada bayi dengan
omfalokel, usus dan organ-organ tersebut tidak kembali masuk ke dalam
rongga perut. Belum diketahui secara pasti apa yang menyebabkan omfalokel.
Namun, diduga kondisi ini berkaitan dengan perubahan (mutasi) atau kelainan
pada gen atau kromosom.
2. Faktor risiko omphalocele
Meski omfalokel belum diketahui penyebab pastinya, ada sejumlah faktor
yang diketahui dapat meningkatkan risiko terjadinya kondisi ini, yaitu:
a. Kebiasaan mengonsumsi alkohol dalam jumlah berlebihan selama
kehamilan.
b. Kebiasaan merokok lebih dari 1 bungkus dalam sehari selama
kehamilan
c. Menggunakan obat antidepresan golongan SSRI (selective serotonin-
reuptake inhibitors) selama kehamilan.
d. Mengalami obesitas selama kehamilan.
Bayi yang mengalami omfalokel juga sering memiliki kelainan
genetik, seperti sindrom Turner, sindrom Patau (trisomi 13), sindrom
Edward (trisomi 18), sindrom Down (trisomi 21), sindrom Beckwith-
Wiedemann, dan kelainan bawaan pada tulang belakang, jantung, dan organ
pencernaan.
(sindrom Turner) (sindrom Patau (trisomi 13))

(sindrom Edward (trisomi 18)) (sindrom Down (trisomi 21))

D. Diagnosis Omphalocele
Omfalokel dapat terdeteksi melalui USG kehamilan, terutama pada trimester
kedua dan ketiga kehamilan. Bila omfalokel terdeteksi, dokter akan melakukan
serangkaian pemeriksaan pada janin, seperti fetal echo, yaitu USG untuk melihat
fungsi dan gambaran jantung pada janin, USG untuk melihat ginjal, dan pemeriksaan
genetik. Pada bayi yang baru lahir, omfalokel akan terlihat melalui pemeriksaan fisik.
Jika bayi lahir dengan omfalokel, dokter juga akan melakukan pemeriksaan
penunjang, seperti Rontgen, untuk melihat kemungkinan adanya kelainan pada organ
lain

E. Penatalaksanaan Omphalocele
Dilakukan tindakan operasi dengan tujuan memasukkan protusi usus dan menutup
lubang hermia tersebut. Perawatan Ompalokel :
1. Pada saat lahir kantung ompalokel dengan segera ditutupi menggunakan kasa
steril
2. Tubuh bayi dijaga agar jumlah penguapan tubuh tidak bertambah
3. Dipasang pipa nasogastric untuk dekompresi perut sedangkan makanan
diberikan melalui intravena
4. Antibiotic dengan spectrum luas dapat segera diberikan
5. Melindungi kantong ompalokel yang mudah pecah dari rupture dan infeksi
serta memenuhi kebutuhan bayi lainnya untuk bertahan
6. Konsultasi dengan dokter bedah.

F. Pengobatan Omphalocele
Omfalokel diatasi dengan operasi. Waktu pelaksanaan operasi ini tergantung
pada kondisi bayi dan tingkat keparahan omfalokel yang diderita. Pada omfalokel
ringan, operasi akan dilakukan segera setelah bayi lahir. Operasi ini bertujuan untuk
memasukkan organ kembali ke dalam rongga perut. Bila omfalokel tergolong parah,
organ akan dimasukkan ke dalam perut secara bertahap. Hal ini karena rongga perut
bayi masih dalam masa perkembangan.
Sembari menunggu rongga perut bayi berkembang, dokter akan melakukan beberapa
perawatan berikut:
a. Menempatkan bayi di dalam inkubator untuk menjaganya tetap hangat.
b. Memasang alat bantu napas atau ventilator.
c. Memberikan cairan dan makanan melalui infus.
d. Memasang selang nasogastrik untuk menyedot cairan dan udara dari dalam rongga
perut.
e. Mengoleskan krim antibiotik pada selaput yang melapisi organ di luar perut untuk
mencegah infeksi bakteri.
f. Menyelubungi organ yang keluar dengan pelindung khusus untuk mencegah
dehidrasi.
Setelah rongga perut bayi berkembang, akan dilakukan operasi kembali untuk
memasukkan organ yang keluar, lalu lubang tempat keluarnya organ akan ditutup dan
dijahit.

G. Komplikasi Omphalocele
Omfalokel dapat menyebabkan sejumlah komplikasi, baik sebelum maupun
setelah bayi lahir. Komplikasi tersebut meliputi:
a. Keterlambatan tumbuh kembang.
b. Kesulitan makan dan bernapas.
c. Infeksi akibat pecahnya selaput pelindung organ.
d. Kematian jaringan pada organ yang keluar dari pusar akibat kekurangan pasokan
darah.

H. Pencegahan Omphalocele
Untuk menurunkan risiko terjadinya omfalokel, ibu hamil disarankan rutin
melakukan pemeriksaan kehamilan ke dokter kandungan, menerapkan pola hidup
sehat, dan tidak sembarang mengonsumsi obat tanpa berkonsultasi dulu dengan
dokter.
Beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk menerapkan pola hidup sehat untuk
pencegahan omfalokel adalah:
a. Mengonsumsi makanan bergizi seimbang.
b. Mengonsumsi vitamin atau suplemen yang diberikan oleh dokter, termasuk asam
folat.
c. Tidak merokok dan mengonsumsi minuman beralkohol.
d. Menjaga berat badan ideal.
periksakan kehamilan secara rutin ke dokter kandungan. Selain untuk menjaga
kehamilan tetap sehat, pemeriksaan kehamilan dapat mendeteksi apakah janin
menderita omphalocele.
Bila janin diketahui mengalami omfalokel, dokter akan menganjurkan agar
pemeriksaan kehamilan dilakukan lebih sering. Tujuannya adalah untuk memantau
perkembangan janin dan untuk merencanakan metode persalinan yang sesuai dengan
kondisi ibu hamil dan janin.

I. Konsep Manajemen Asuhan Kebidanan


1. Pengertian
Menurut Varney (2007), manajemen kebidanan adalah proses
pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan
pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan,
ketrampilan dalam rangkaian tahapan logis untuk pengambilan keputusan yang
berfokus pada klien.
Manajemen kebidanan menyangkut pemberian pelayanan yang utuh
dan menyeluruh kepada kliennya, yang merupakan suatu proses manajemen
kebidanan yang diselenggarakan untuk memberikan pelayanan yang
berkualitas melalui tahapan-tahapan dan langkah –langkah yang disusun
secara sistematis untuk mendapatkan data, memberikan pelayanan yang benar
sesuai dengan keputusan tindakan klinik yang dilakukan dengan tepat, efektif
dan efisien.

2. Sasaran Manajemen Kebidanan

Bidan sesuai dengan perannya sebagai tenaga kesehatan memiliki


kewajiban memberikan asuhan untuk menyelamatkan ibu dan anak dari
gangguan kesehatan. Untuk melaksanakan asuhan tersebut digunakan metode
pendekatan yang disebut manajemen kebidanan. Metode dan pendekatan
digunakan untuk mendalami permasalahan yang dialami oleh pasien atau klien
dan kemudian merumuskan permasalahan tersebut, serta akhirnya mengambil
langkah pemecahannya. Manajemen kebidanan membantu proses berfikir
bidan didalam melaksanakan asuhan dan pelayanan kesehatan. Manajemen
kebidanan tidak hanya diimplementasikan pada asuhan kebidanan pada
individu, akan tetapi dapat juga diterapkan didalam pelaksanakan pelayanan
kebidanan yang ditunjukkan kepada keluarga dan masyarakat. Manajemen
kebidanan mendorong bidan menggunakan cara yang teratur dan rasional,
sehingga mempermudah pelaksanaan yang tepat dalam memecahkan masalah
pasien dan kliennya. Dan kemudian akhirnya tujuan mewujudkan kondisi ibu
atau anak yang sehat, dapat dicapai. Sebagaimana dikemukakan diatas bahwa
permasalahan kesehatan ibu dan anak yang ditangani oleh bidan mutlak
menggunakan metode dan pendekatan manajemen kebidanan. Sesuai dengan
lingkup dan tanggung jawab bidan, maka sasaran manajemen kebidanan
ditujukan baik kepada individu ibu dan anak, keluarga maupun kelompok
masyarakat. Manajemen kebidanan dapat digunakan oleh bidan didalam
melaksanakan kegiatan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan, pencegahan
penyakit, penyembuhan, pemulihan kesehatan ibu dan anak dalam lingkup dan
tanggung jawabnya.

3. 7 Langkah Varney
a. Langkah I : Pengkajian Data Dasar
Pada tahap pertama dikumpulkan semua informasi yang akurat dan
lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi pasien. Untuk
memperoleh data dilakukan dengan cara:
1) Anamnesa : Dilakukan untuk mendapatkan biodata, riwayat menstruasi,
riwayat kesehatan, riwayat kehamilan, persalinan dan nifas. Bio-psiko-sosio-
spiritual, serta pengetahuan klien.
2) Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda vital.
3) Permeriksaan penunjang.
b. Langkah II : Interpretasi Data Dasar
Pada langkah kedua dilakukan identifikasi terhadap diagnosis atau masalah
didasarkan interpretasi yang benar atas data- data yang telah dikumpulkan.
Data dasar tersebut kemudian diinterpretsikan sehingga dapat dirumuskan
diagnosis dan masalah yang spesifik.
c. Langkah III : Identifikasi diagnosa dan Masalah Potensial
Pada langkah ini kita mengidentifikasi diagnosa potensial dan masalah
potensial bardasarkan diagnosis yang sudah diidentifikasi. Langkah ini
membutuhkan antisipasi, bila mungkin dilakukan pencegahan.
Pada langkah ini dituntut untuk mampu mengantisipasi masalah
potensial, tidak hanya merumuskan masalah potensial yang akan tejadi, tetapi
juga merumuskan tindakan antisipasi agar masalah tidak terjadi.
d. Langkah IV : Menetapkan kebutuhan akan tindakan segera
Bidan atau dokter melakukan konsultasi untuk penanganan segera
bersama anggota tim kesehatan lain seperti pekerja sosial, ahli gizi, ahli
perawatan bayi baru lahir dan lain-lain sesuai dengan kondisi klien.
e. Langkah V : Menyusun rencana
Pada langkah ini direncanakan asuhan menyeluruh yang ditentukan
berdasarkan langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan
menejemen untuk masalah diagnosis yang telah diidentifikasi . pada langkah
ini inpormasi data yang tidak lengkap dapat dilengkapi.
Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi segala hal yang
sudah teridentifikasi dari klien, tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi
untuk klien yang mencakup pikiran tentang hal yang akan terjadi berikutnya,
apakh dibutuhkan penyuluhan, konseling, dan apakah bidan perlu merujuk
klien bila da sejumlah masalah terkait sosial, ekonomi,kultural atau psikologis.
f. Melaksanakan langsung asuhan secara efisien
Pada langkah ini, rencana asuhan manyeluruh dilakukan dengan efisien
dan aman. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan.
Dalam situasi ketika bidan berkolaborasi dengan dokter untuk
menangani klien yang mengalami komplikasi, bidan tetap bertanggung jawab
terhadap terlaksananya rencana bersama yang menyeluruh tersebut.
g. Evaluasi
Evaluasi dilakukan secara siklus dan dengan mengkaji ulanag aspek
asuhan yang tidak efektif untuk mengetahui faktor mana yang menentukan
atau menghambat keberhasilan asuhan yang diberikan.pada langkah ini
dilakuakan juga evaluasi terhadap keefektipan asuhan yang sudah diberikan.
ini meliputi kebutuhan akan bantuan, apakah benar-benar telah terpenuhi
sebagimana diidentifikasi didalam diagnosis dan masalah.
BAB III
KASUS

A. Pengkajian Data

NO. REGISTER : 1127283726277


MASUK TANGGAL, JAM : 1 januari 2021, pukul 07.00 WIB
DIRAWAT DI RUANG : BPM Wilda

Nama : Bayi A

BIODATA IBU SUAMI

Nama : Ny. Hilda Tn. Yusuf


Umur : 23 tahun 25 tahun
Agama : Islam Islam
Suku/Bangsa : Sunda/ Indonesia Sunda/Indonesia
Pendidikan : S1 S1
Pekerjaan : Guru Guru
Alamat : Karawang Karawang
No.Telepon/Hp : 0812382666335 0812736353748

B. DATA SUBJEKTIF
1. Riwayat Antenatal
G1 P0 A0 AH 0 Umur kehamilan 39 minggu
Riwayat ANC : Teratur 7 kali, di PMB Oleh Bidan Lulu
Imunisasi TT : 3 Kali
TT 1 : 2019
TT 2 : 2020
TT 3 : 2020
Kenaikan BB : 15 kg
Keluhan saat hamil : Mual, Muntah, Pusing, Sakit Pinggang,
Penyakit selama hamil : Tidak ada
Kebiasaan Makan : Teratur. 3 x sehari. Sedang. Habis
Obat/Jamu : Tidak ada
Merokok : Tidak
Komplikasi Ibu : Tidak ada
Janin : Normal

2. Riwayat Intranatal
Lahir tanggal 1 januari 2021, jam 09.00 WIB di BPM
Jenis persalinan : Normal
Penolong : Bidan
Lama Persalinan :
a. Kala I berlangsung selama 7 jam. ibu tampak semangat, ketuban pecah saat
pembukaan servik 10 cm disertai perdarahan 50 cc
b. Kala II berlangsung selama 30 menit , ibu mengenjan dengan baik bayi
lahir dengan selamat bayi lahir pukul 09.00 WIB
c. Kala III berlangsung selama 10 menit, kontraksi uterus baik, TFU 2 jari
dibawah pusat, perdarahan 100 cc
d. Kala IV berlangsung selama 2 jam, perdarahan 60 cc
Komplikasi
a. Ibu : tidak ada
b. Janin : infeksi pada dinding perut

3. Keadaan bayi baru lahir


BB/PB lahir :
Nilai APGAR : 1 menit/5 menit/10 menit : 7 / 7 / 9

No Kriteria 1 menit 5 menit 10 menit


.
1. Denyut Jantung 1 2 2
2. Usaha nafas 2 2 2
3. Tonus otot 1 1 2
4. Refleks 1 1 2
5. Warna kulit 2 1 1
TOTAL 7 7 9
Caput succedaneum : Tidak ada
Cepal haematoma : Tidak ada
Cacat bawaan : cacat Umbilikus
Resusitas : Rangsangan : Ya
Penghisapan lender : Ya
Ambu bag : Tidak
Massase jantung : Tidak
Intubasi endotracheal : Tidak
O2 : Tidak

Kelainan Kongenital :Ompalokel

C. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
a. Pernafasan : 45 x / menit
b. Warna kulit : Kemerahan
c. Denyut jantung : 120 x/menit
d. Suhu aksiler : 36,5OC
e. Postur dan Gerakan : gerakan sedikit
f. Tonus otot/tingkat : Gerakan Kuat
g. Kesadaran : Composmentis
h. Ekstremitas : jari tangan lengkap, jari kaki lengkap, posisi dan
bentuk normal, gerakan aktif
i. Kulit : Kemerahan
j. Tali pusat : Bersih, basah, tidak ada perdarahan
k. BB sekarang : 3400 gram

2. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala : Ubun-ubun besar datar, ubun-ubun kecil datar dan
berdenyut, tidak ada benjolan, tidak ada moulage,
rambut hitam.
b. Muka : Simetris, tidak ada acne neonatorum, tidak ada
hemangioma, tidak ada milia
c. Mata : Simetris, conjungtiva merah muda, sclera tidak ada
kemerahan, pupil mengecil (normal)
d. Telinga : Simetris, bersih, aurikel terbentuk sempurna, tidak ada
infeksi
e. Hidung : Simetris, bersih
f. Mulut : Simetris, bersih, tidak labiopalatoschizis, tidak ada
candidiasis
g. Leher : Tidak ada pembengkakan dan benjolan
h. Klavikula : Simetris
i. Lengan tangan : Simetris, Kuku bersih, kuku panjang, jari tangan
lengkap,
CRT positif dalam 2 detik
j. Dada : Ekspansi dada kiri-kanan saat bernafas
Retraksi otot dada : tidak ada retraksi dinding dada
Ronchi : tidak ada
Klavikula : ada
Icterus : Tidak ada
k. Abdomen : Pada dinding abdomen tidak terdapat dinding perut
hanya terdapat selaput yang membungkus isi perut kelihatan seperti usus
tali pusat tertanam pada selaput tali pusat , Bersih, tidak ada perdarahan.
l. Genetalia : Bersih, ada lubang vagina, labia mayora menutupi labia
minora, terdapat lubang pada uretra.
m. Tungkai dan kaki: Simetris, bersih, kuku panjang, jari kaki lengkap,
gerakan
aktif, bentuk kaki normal
n. Anus : Terdapat lubang pada anus, tidak ada atresia ani, sudah
ada mekonium
o. Punggung : Tidak ada pembengkakan, tidak ada cekungan, tidak ada
spina bifida
p. Kulit : Warna kulit merah muda, ada verniks caseosa, tidak ada
pembengkakan.

3. Reflex
a. Reflex Moro : Positif
b. Reflex Rooting : Positif
c. Reflex Walking : Positif
d. Reflex Graphs : Positif
e. Reflex Sucking : Positif
f. Reflex Tonicneck : Positif

4. Antropometri
PB : 50 cm
LK : 36 cm
LD : 32 cm
LILA : 10 cm

5. Eliminasi Miksi : 4 Oktober 2020, pukul 09.10, warna kuning jernih,


jumlah 15 cc
Meconium : hitam kehijauan, konsistensi encer, 10 cc

6. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium : Tidak dilakukan
b. Golongan darah : Tidak dilakukan
c. Hb : Tidak dilakukan
d. Billirubin : Tidak dilakukan
e. Leukosit : Tidak dilakukan
f. Lain-lain

D. Assesment
1. Diagnosa Kebidanan
NCB, SMK 15 menit dengan Ompalokel
2. Masalah
Ada kelainan di perut si bayi, terdapat usus dan organ perut lainnya yang
menonjol keluar dinding perut di sekiatar Umbilikus
3. Diagnosa potensial
Sepsis
4. Masalah potensial
Infeksi pada kandung mudah terjadi pada pembukaan yang telanjang
5. Kebutuhan Tindakan Segera Berdasarkan Kondisi Klien
a. Mandiri
Tidak ada untuk saat ini
b. Kolaborasi
Tidak ada untuk saat ini
c. Merujuk
Dilakukan Rujukan ke Rumah sakit

E. Planning
Tanggal 1 januari 2021 jam : 11:30
1. Jelaskan pada ibu bahwa anaknya mempunyai kelainan bawaan yaitu omfalokel
2. Beritahu pada ibu untuk menjaga kehangatan bayinya agar tidak mudah
hipotermi
3. Beritahu ibu sebelum melakukan perawatan pada bayinya usahakan mencuci
tangan dengan sabun di air mengalir
4. Jelaskan pada ibu untuk melakukan perawatan dengan cara mengompres perut
bayi yang menonjol dengan kassa yang dibasahi larutan antiseptic
5. Beritahu ibu omfalokel bisa disembuhkan dengan cara pembedahan dengan
perlahan-lhan memasukan bagian yang menonjol ke dalam rongga perut
6. Sarankan ibu untuk memberikan asi ekslusif untuk bayinya dengan cara
alternativeseperti pipet dll.
7. Beritahu ibu jangan terlalu sering menyentuh bagian perut bayinya, karena bias
menimbulkan infeksi
8. Berikan vit K untuk mencegah perdarahan pada bayi yang akan disuntikkan di
paha luar sebelah kiri secara IM dengan dosis 1 mg atau 0,1 ml
9. Berikan salep mata oxy tetracycline 1% untuk mencegah infeksi dengan cara
oleskan salep mata dari mata bagian dalam kearah bagian luar secara bergantian
antara mata kanan dan kiri.
10. Berikan rujukan inform consent dan inform choice pada ibu dan keluarga untuk
menentukan langkah apa yang harus dilakukan selanjutnya
11. Beri dukungan mental kepada ibu dan keluarga dalam menghadapi keadaan
bayinya
12. Dilakkan rujukan ke Rumah sakit
F. Implementasi
1. Menjelaskan kepada ibu bahwa anaknya mempunyai kelainan bawaan yaitu
omfalokel. Omfalokel yaitu sebagian isi perut berada diluar dan hanya dilapisi
oleh selaput.
2. Memberitahu ibu untuk menjaga kehangatan bayinya agar tidak mudah
hiotermi
3. Memberitahu ibu sebelum melakukan perawatan bayinya usahakan mencuci
tangan dengan sabun di air mengalir
4. Menjelaskan pada ibu untuk melakukan perawatan dengan cara mengompres
perut bayi yang menonjol dengan kassa yang dibasahi larutan antiseptic
5. Memeritahu ibu omfalokel bisa disembuhkan dengan cara pembedahan
dengan perlahan-lhan memasukan bagian yang menonjol ke dalam rongga
perut
6. Menyarankan ibu untuk memberikan asi ekslusif untuk bayinya dengan cara
alternativeseperti pipet dll.
7. Memberitahu ibu jangan terlalu sering menyentuh bagian perut bayinya,
karena bias menimbulkan infeksi
8. Memberikan vit K untuk mencegah perdarahan pada bayi yang akan
disuntikkan di paha luar sebelah kiri secara IM dengan dosis 1 mg atau 0,1 ml
9. Memberikan salep mata oxy tetracycline 1% untuk mencegah infeksi dengan
cara oleskan salep mata dari mata bagian dalam kearah bagian luar secara
bergantian antara mata kanan dan kiri.
10. Memberikan rujukan inform consent dan inform choice pada ibu dan keluarga
untuk menentukan langkah apa yang harus dilakukan selanjutnya
11. Memberikan dukungan mental kepada ibu dan keluarga dalam menghadapi
keadaan bayinya.
12. Melakukan rujukan ke Rumah sakit

G. Evaluasi
1. Ibu mengerti dengan apa yang dijelaskan oleh bidan dan merasa sedih
2. Ibu mengerti dan akan menjaga kehangatan bayinya
3. Ibu mengerti dan akan mencuci tangan terlebihdahulu ketika akan merawat
bayinya
4. Ibu ibu mengerti apa yang dijelaskan bidan dan akan mempraktekan cara
perawatan pada bayinya
5. Ibu mengerti dan akan melakukan operasi bedah di rumah sakit dengan
fasilitas yang memadai
6. Ibu mengerti penjelasan dari bidan dan akan melakukannya
7. Ibu mengerti penjelasan bidan
8. Vit K telah diberikan
9. Salep mata telah diberikan
10. Ibu mengerti dan setuju untuk dilakukan operasi bedah dirumah sakit yang
menyediakan fasilitas tersebut
11. Ibu terlihat ada semnagat kembali
12. Sudah dilakulan rujukan ke Rumah sakit
BAB IV
PEMBAAHASAN

Berdasarkan kasus Ny.H usia 23 tahun G1 P0 A0 AH O, Umur kehamilan 39


minggu , lahir normal terdapat komplikasi pada bayi dengan omfalokel yaitu kelainan
lahir yang ditandai dengan keluarnya organ yang ada di dalam rongga perut bayi,
seperti lambung, usus, dan hati, melalui pusar. Omfalokel bisa terdeteksi sejak
kehamilan atau baru terlihat saat bayi dilahirkan. Bayi lahir dengan berat badan
3400gram dan panjang badan 52cm., NCB, SMK 1 jam pertama dengan Omfalokel.
Menyebabkan masalah potesial Infeksi pada kandung mudah terjadi pada pembukaan
yang telanjang.
Berdasarkan kasus tersebut ibu melahirkan bayi dengan omfalokel atau keluarnya
organ yang ada di dalam rongga perut bayi, seperti lambung, usus, dan hati melalui
pusat. Seperti hasil pemeriksaan fisik bagian abdomen pada bayi NyH. Jadi adanya
kesenjangan antara kasus diatas dengan teori.karena dalam teori disebutkan bahwa
omfaloekl adalah kelainan lahir yang ditandai dengan keluarnya organ yang ada di
dalam rongga perut bayi, seperti lambung, usus, dan hati, melalui pusar. Untuk
penyebabnya sendiri belum diketahui kenapa bayi Ny.H mengalami kelainan
kongenital omfalokel ini.
Adapun faktor resiko yang bias terjadi pada bayi Ny.H dengan omfalokel yaitu :
Bayi yang mengalami omfalokel juga sering memiliki kelainan genetik, seperti
sindrom Turner, sindrom Patau (trisomi 13), sindrom Edward (trisomi 18), sindrom
Down (trisomi 21), sindrom Beckwith-Wiedemann, dan kelainan bawaan pada tulang
belakang, jantung, dan organ pencernaan. Dan omfalokel juga dapat menyebabkan
sejumlah komplikasi, baik sebelum maupun setelah bayi lahir. Komplikasi tersebut
meliputi:
a. Keterlambatan tumbuh kembang.
b. Kesulitan makan dan bernapas.
c. Infeksi akibat pecahnya selaput pelindung organ.
d. Kematian jaringan pada organ yang keluar dari pusar akibat kekurangan pasokan
darah.
Cara pengobatan pada bayi Ny.H dengan Omfalokel bisa diatasi dengan
operasi. Waktu pelaksanaan operasi ini tergantung pada kondisi bayi dan tingkat
keparahan omfalokel yang diderita. Pada omfalokel ringan, operasi akan dilakukan
segera setelah bayi lahir. Operasi ini bertujuan untuk memasukkan organ kembali ke
dalam rongga perut. Bila omfalokel tergolong parah, organ akan dimasukkan ke
dalam perut secara bertahap. Hal ini karena rongga perut bayi masih dalam masa
perkembangan. Dan Ny.H dan keluarga mengambil keputusan untuk melakukan
operasi pada bayinya.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Akhirnya penulisan dapat menjelaskan kesimpulan yang di ambil dari hasil
asuhan kebidan yang telah dilakukan pada Ny.H P1 A0 AH1 umur 23 tahun yaitu
dengan menggunakan asuhan kebidanan 7 langkah varney.
1. Pengumpulan data yang dilakukan adalah data subjektif dan objektif, data
subjektif yang membantu menegakan diagnosa pada bayi Ny.H dengan Omfalokel
adalah pada pemerikaan abdomen Pada dinding abdomen tidak terdapat dinding
perut hanya terdapat selaput yang membungkus isi perut kelihatan seperti usus
tali pusat tertanam pada selaput tali pusat , Bersih, tidak ada perdarahan.
2. Implementasi data dasar yang diperoleh dari pengumpulan data dasar pada bayi
Ny. H P1 A0 AH1 saat anamnesa dan pemeriksaan fisik diagnosa kebidananya
adalah NCB, SMK 1 jam pertama dengan Omfalokel. Masalah yang terjadi adalah
keluarnya organ yang ada di dalam rongga perut bayi, seperti lambung, usus, dan
hati, melalui pusar
3. Identifikasi diagnosa potensial dan masalah potensial yaitu sepsis dan Infeksi pada
kandung mudah terjadi pada pembukaan yang telanjang
4. Menetapkan perlunya tindakan segera dan kolaborasi segera dengan tenaga
kesehatan lain dan dilakukan rujukan ke Rumah sakit
5. Perencanaan yang dilakukan pada bayi Ny. I P1 A0 AH1 yaitu : Jelaskan pada
ibu bahwa anaknya mempunyai kelainan bawaan yaitu omfalokel, Beritahu pada
ibu untuk menjaga kehangatan bayinya agar tidak mudah hipotermi, Beritahu ibu
sebelum melakukan perawatan pada bayinya usahakan mencuci tangan dengan
sabun di air mengalir, Jelaskan pada ibu untuk melakukan perawatan dengan cara
mengompres perut bayi yang menonjol dengan kassa yang dibasahi larutan
antiseptic, Beritahu ibu omfalokel bisa disembuhkan dengan cara pembedahan
dengan perlahan-lhan memasukan bagian yang menonjol ke dalam rongga perut,
Sarankan ibu untuk memberikan asi ekslusif untuk bayinya dengan cara
alternativeseperti pipet dll. Beritahu ibu jangan terlalu sering menyentuh bagian
perut bayinya, karena bias menimbulkan infeksi, Berikan vit K untuk mencegah
perdarahan pada bayi yang akan disuntikkan di paha luar sebelah kiri secara IM
dengan dosis 1 mg atau 0,1 ml, Berikan salep mata oxy tetracycline 1% untuk
mencegah infeksi dengan cara oleskan salep mata dari mata bagian dalam kearah
bagian luar secara bergantian antara mata kanan dan kiri. Berikan rujukan inform
consent dan inform choice pada ibu dan keluarga untuk menentukan langkah apa
yang harus dilakukan selanjutnya, Beri dukungan mental kepada ibu dan keluarga
dalam menghadapi keadaan bayinya, Dilakkan rujukan ke Rumah sakit
6. Pelaksanaan langsung atas semua perencanaan yang sudah ditetapkan kemudian
diterapkan pada bayi Ny. I yaitu : Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bayinya,
bahwa bayinya lahir dengan selamat dan sehat dengan jenis kelamin perempuan,
BB 3400 gr, PB 52 cm, kepala dengan Omfalokel. Menjelaskan pada ibu tentang
kondisi bayinya saat ini bahwa Evaluasi yang telah dilakukan pada bayi Ny.H
umur 23 tahun dari awal pengkajian data sampai akhir pengkajian ibu dapat
mengerti dan akan melakukan apa yang bidan suruh.

B. Saran
1. Petugas kesehatan
Diharapkan mampu mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan asuhan
kebidanan pada bayi dengan Omfalokel. Sehingga dapat memberikan asuhan
kebidanan yang lebih cepat dan tepat.
2. Mahasiswa
Diharapkan mahasiswa leih menambah referensi tentang diagnosa potensial
tentang asuhan kebidanan bayi dengan Omfalokel yang dapat terjadi serta
bagaimana cara antisipasinya. Sehingga bias lebih faham dan mampu memberikan
tentang asuhan kebidanan pada bayi dengan cepal hematoma.
3. Keluarga
Diharapkan keluarga bisa merawat bayi dengan Omfalokel serta membatasi
memegang bagian perut bayi.
DAFTAR PUSTAKA

Noordiati. 2019. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, Balita Dan Anak pra Sekolah. Wineka
media.

Elizabeth,J, Corwin. 2009. Buku saku Fatofisiologi. Jakarta : EGC.

Mansjoer, A. 2001. Kapital Selekta. Jakarta : Media Aesculaoius FKUI.

R.Sjamsuhidayat, dkk. 2003. Ilmu Bedah, Edisi 2. Jakarta : EGC.

Price, SA. 2005. Patofisiologis Konsep Klinis Proses-proses Penyakit, Edisi 6. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai