Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

Dosen Pembimbing:
Rina Mardiyana, SST,. M.Kes

Disusun Oleh :

1. Putri Indah Wahyuni (201802005)

2. Ekdira Putri Wulandari (201802006)

3. Anita Dewi Anggraini (201802013)

4. Hilda Ariyanti (201802018)

5. Nanda Vicha Laila (201802025)

6. Rohuli Putri Dharmayanti (201802030)

7. Nadila Dwi Hardiyanti (201802034)

STIKES BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO

PRODI D3 KEBIDANAN

2019
1. Pengertian
Omfalokel adalah penonjolan isi abdomen melalui dinding abdomen pada titik
sambungan korda umbilicus dan abdomen. (Prillitteri.2002. Perawatan Kesehatan Ibu
dan Anak Hal. 520).

Omfalokel adalah kelainan yang berupa protusi (sembuhan) isi ronnga perut
keluar di sekitar umbilicus, benjolan dan dibungkus dalam suatu kantong.
(Markum,AH.1991.Ilmu Kesehatan Anak hal. 245-246).

Omfalokel adalah hernisi/benjolan isi rongga perut ke dalam dsar tali pusat.
(Behrman,Ricard E.19998.Ilmu Kesehatan Anak. hal. 659).

Omfalokel adalah penonjolan dari usus atau isi perut lainnya melalui akar pusar
yang hanya dilapisi oleh peritoneum (selaput perut) dan tidak dilapisi oleh kulit.
Omfalokel terjadi pada 1 dari 5.000 kelahiran. Usus terlihat dari luar melalui selaput
peritoneum yang tipis dan transparan (tembus pandang).

Omfalokel (eksomfotos) merupakan suatu cacat umbilicus, tempat usus


besar dan organ abdomen lain dapat menonjol keluar. Ia bisa disertai dengan kelainan
kromosom, yang harus disingkirkan. Cacat dapat bervariasi dan diameter beberapa
centimeter sampai keterlibatan dinding abdomen yang luas. Organ yang menonjol
keluar ditutupi oleh lapisan tipis peritoneum yang mudah terinfeksi.

Rongga abdomen sendiri sangat kecil, sehingga perbaikan bedah bisa sangat
sulit atau tidak mungkin, kecuali bila dinding abdomen yang tersisa cukup dapat
direntang untuk memungkinkan penempatan kembali isi abdomen. Penggantinya,
cacat ini dapat ditutupi dengan bahan sintetis seperti silastic, yang dapat digulung ke
atas, sehingga usus dapat didorong masuk secara bertahap ke dalam rongga . abdomen
dalam masa beberapa minggu.

2. Etiologi
Penyebab pasti terjadinya omphalokel belum jelas sampai sekarang.. ada 25-
40% bayi yang menderita omfalokel, disertai oleh kelainan bawaan lainnya, seperti
kelainan kromosom, herniadiafragmatika dan kelainan jantung.
Ada beberapa penyebab omfalokel, yaitu:
1. Kegagalan kembalinya usus ke dalam abdomen dalam 10-12 minggu yaitu
kegagalan lipatan mesodermal bagian lateral untuk berpindah ke bagian tengah
dan menetapnya the body stalk selama gestasi 12 minggu.
2. Faktor resiko tinggi yang berhubungan dengan omphalokel adalah resiko tinggi
kehamilan seperti :
 Infeksi dan penyakit pada ibu
 Penggunaan obat-obatan berbahaya, merokok,
 Kelainan genetic
 Defesiensi asam folat
 Hipoksia
 Salisil dapat menyebabkan defek pada dinding abdomen.
 Asupan gizi yang tak seimbang
Beberapa faktor resiko atau faktor-faktor yang berperan menimbulkan terjadinya
omfalokel diantaranya adalah infeksi, penggunaan obat dan rokok pada ibu hamil,
defisiensi asam folat, hipoksia, penggunaan salisilat, kelainan genetik serta
polihidramnion. Menurut Glasser (2003) ada beberapa penyebab omfalokel, yaitu:
1. Faktor kehamilan dengan resiko tinggi, seperti ibu hamil sakit dan terinfeksi,
penggunaan obat-obatan, merokok dan kelainan genetik. Faktor-faktor
tersebut berperan pada timbulnya insufisiensi plasenta dan lahir pada umur
kehamilan kurang atau bayi prematur, diantaranya bayi dengan gastroschizis
dan omfalokel paling sering dijumpai.
2. Defisiensi asam folat, hipoksia dan salisilat menimbulkan defek dinding
abdomen pada percobaan dengan tikus tetapi kemaknaannya secara klinis
masih sebatas perkiraan. Secara jelas peningkatan MSAFP (Maternal Serum
Alfa Feto Protein) pada pelacakan dengan ultrasonografi memberikan suatu
kepastian telah terjadi kelainan struktural pada fetus. Bila suatu kelainan
didapati bersamaan dengan adanya omfalokel, layak untuk dilakukan
amniosintesis guna melacak kelainan genetik.
3. Polihidramnion, dapat diduga adanya atresia intestinal fetus dan kemungkinan
tersebut harus dilacak dengan USG.
Omfalokel disebabkan oleh kegagalan alat dalam untuk kembali ke rongga
abdomen pada waktu janin berumur 10 minggu sehingga menyebabkan
timbulnya omfalokel. Kelainan ini dapat terlihat dengan adanya prostrusi
(sembilan) dari kantong yang berisi usus dan visera abdomen melalui defek
dinding abdomen pada umbilicus (umbilicus terlihat menonjol keluar).
Angka kematian tinggi bila omfalokel besar karena kantong dapat pecah dan
terjadi infeksi. (Ngastiyah. Perawatan Anak Sakit. Editor: Setiawan. Jakarta:
EGC, 1997). Pada 25-40% bayi yang menderita omfalokel, kelainan ini disertai
oleh kelainan bawaan lainnya, seperti kelainan kromosom, hernia
diafragmatika dan kelainan jantung.

3. Patofisiologi
Omfalokel disebabkan oleh kegagalan alat dalam untuk kembali ke rongga abdomen
pada waktu janin berumur 10 minggu sehingga menyebabkan timbulnya omfalokel.
Kelainan ini dapat terlihat dengan adanya prostrusi (sembilan) dari kantong yang berisi
usus dan visera abdomen melalui defek dinding abdomen pada umbilicus (umbilicus
terlihat menonjol keluar).
Angka kematian tinggi bila omfalokel besar karena kantong dapat pecah dan terjadi
infeksi. Pada 25-40% bayi yang menderita omfalokel, kelainan ini disertai oleh
kelainan bawaan lainnya, seperti kelainan kromosom, hernia diafragmatika
dan kelainan jantung. Pada janin usia 5 – 6 minggu isi abdomen terletak di luar
embrio di rongga selom. Pada usia 10 minggu terjadi pengembangan lumen abdomen
sehingga usus dari extra peritoneum akan masuk ke rongga perut. Bila proses ini
terhambat maka akan terjadi kantong di pangkal umbilikus yang berisi usus, lambung
kadang hati. Dindingnya tipis terdir i dari lapisan peritoneum dan lapisan amnion yang
keduanya bening sehingga isi kantong tengah tampak dari luar, keadaan ini disebut
omfalokel.

Patofisiologi dari omphalokel adalah :

1. Selama perkembangan embrio, ada suatu kelemahan yang terjadi dalam dinding
abdomen semasa embrio yang mana menyebabkan herniasi pada isi usus pada
salah satu samping umbilicus (yang biasanya pada samping kanan). Ini
menyebabkan organ visera abdomen keluar dari kapasitas abdomen dan tidak
tertutup oleh kantong.

2. Terjadi malrotasi dan menurunnya kapasitas abdomen yang dianggap sebagai


anomaly.

3. Gastroskisis terbentuk akibat kegagalan fusi somite dalam pembentukan


dinding abdomen sehingga dinding abdomen sebagian tetap terbuka.
4. Letak defek umumnya disebelah kanan umbilicus yang terbentuk normal.

5. Usus sebagian besar berkembang di luar rongga abdomen janin. Akibatnya,


usus menjadi tebal dan kaku karena pengendapan dan iritasi cairan amnion
dalam kehidupan intrauterine. Usus juga tampak pendek. Rongga abdomen
janin sempit.

6. Usus-usus, visera dan seluruh permukaan rongga abdomen berhubungan


dengan dunia luar menyebabkan penguapan dan pancaran panas dari tubuh
cepat berlangsung, sehingga terjadi dehidrasi dan hipotermi, kontaminasi usus
dengan kuman juga dapat terjadi dan menyebabkan sepsis, aerologi
menyebabkan usus- usus distensi sehingga mempersulit koreksi pemasukan ke
rongga abdomen pada waktu pembedahan.

7. Pada janin usia 5 – 6 minggu isi abdomen terletak di luar embrio di rongga
selom. Pada usia 10 minggu terjadi pengembangan lumen abdomen sehingga
usus dari extraperitoneum akan masuk ke rongga perut. Bila proses ini
terhambat maka akan terjadi kantong di pangkal umbilikus yang berisi usus,
lambung kadang hati. Dindingnya tipis terdiri dari lapisanperitoneum dan
lapisan amnion yang keduanya bening sehingga isi kantong tengah tampak
dari luar, keadaan ini disebut omfalokel. Bila usus keluar dari titik terlemah di
kanan umbilikus, usus akan berada di luar rongga perut tanpa dibungkus
peritoneum dan amnion, keadaan ini disebut gastroschisis.

4. Tanda dan Gejala


Omfalokel biasanya tanpa gejala, jarang yang mengeluh nyeri. Banyaknya
usus dan organ perut lainnya yang menonjol pada omfalokel bervariasi,
tergantung kepada besarnya lubang di pusar. Jika lubangnya kecil, mungkin
hanya usus yang menonjol, tetapi jika lubangnya besar, hati juga bisa
menonjol melalui lubang tersebut

5. Manisfetasi Klinis
Menurut A.H. Markum (1991), manifestasi dari omphalokel adalah :
1. Organ visera / internal abdomen keluar.
2. Penonjolan pada isi usus.
3. Teridentifikasi pada prenatal dengan ultrasound
6. Klasifikasi
Banyaknya usus dan organ perut lainnya yang menonjol pada omfalokel
berikut tergantung pada besarnya lubang di pusar. Jika lubangnya kecil
mungkin hanya usus yang menonjol, tapi jika lubangnya besar hati juga bisa
menonjol melalui lubang tersebut.

7. Diagnosis
Diagnosis omfalokel meliputi pemeriksaan fisik secara lengkap dan perlu
suatu rontgen dada serta ekokardiogram. Pada saat lahir, omfalokel
diketahui sebagai defek dinding abdomen pada dasar cincin umbilikus.
Defek tersebut lebih dari 4 cm (bila defek kurang dari 4 cm secara umum
dikenal sebagai hernia umbilikalis) dan dibungkus oleh suatu kantong
membran atau amnion. Pada 10% sampai 18%, kantong mungkin ruptur
dalam rahim atau sekitar 4% saat proses kelahiran. Omfalokel raksasa (giant
omphalocele) mempunyai suatu kantong yang menempati hampir seluruh
dinding abdomen, berisi hampir semua organ intraabdomen dan
berhubungan dengan tidak berkembangnya rongga peritoneum serta
hipoplasi pulmoner.
Menurut A.H. Markum (1991) pemeriksaan diagnostik dari omphalokel:
1. Pemeriksaan Fisik.
Pada omfalokel tampak kantong yang berisi usus dengan atau tanpa
hati di garis tengah pada bayi yang baru lahir. Pada gastro schisis
usus berada di luar rongga perut tanpa adanya kantong.
2. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Maternal Serum Alfa Fetoprotein (MSAFP). Diagnosis
prenatal defek pada dinding abdomen dapat dideteksi dengan
peningkatan MSAFP. MSAFP dapat juga meninggi pada spinabifida
yang disertai dengan peningkatan asetilkolinesterase dan
pseudokolinesterase.
3. Prenatal, ultrasound
4. Pemeriksaan radiology
Fetal sonography dapat menggambarkan kelainan genetik dengan
memperlihatkan marker structural dari kelainan kariotipik.
Echocardiography fetus membantu mengidentifikasi kelainan
jantung. Untuk mendukung diagnosis kelainan genetik diperjelas
dengan amniosentesis
Pada omphalocele tampak kantong yang terisi usus dengan atau tanpa
hepar di garis tengah pada bayi yang baru lahir.

8. Pencegahan
Terpenuhinya nutrisi selama kehamilan seperti asam folat, vitamin B
komplek dan protein.

9. Komplikasi
Menurut Marshall Klaus, 1998, komplikasi dari omphalokel adalah :
1. Komplikasi dini adalah infeksi pada kantong yang mudah terjadi
pada permukaan yang telanjang.
2. Kekurangan nutrisi dapat terjadi sehingga perlu balans cairan dan
nutrisi yang adekuat misalnya dengan nutrisi parenteral.
3. Dapat terjadi sepsis terutama jika nutrisi kurang dan pemasangan
ventilator yang lama.
4. Nekrosis
5. Kelainan kongenital dinding perut ini mungkin disertai kelainan
bawaan lain yang memperburuk prognosis.

10. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan langsung keadaan tersebut adalah menutup isi abdomen
yang mengalimi herniasi dengan pembungkus selofan bersih ( misalnya
Clingfilm) atau swab salim steril hangat untuk mengurangi kehilangan
cairan dan panas serta memberikan sedikit banyak proteksi. Isi lambung
harus diaspirasi. Penting untuk mengurangi kehilangan panas pada
bayi ini, baik dengan pembungkusan yang tepat utau perawatan dalam
incubator, atau keduanya. Pemindahan bayi ke unit bedah kemudian
dipercepat. Agar tidak terjadi cidera pada usus dan infeksi perut, dilakukan
operasi pembedahan untuk menutup omfalokel.
Agar tidak terjadi cedera pada usus dan infeksi perut, segera dilakukan
pembedahan untuk menutup omfalokel. Sebelum dilakukan operasi, bila
kantong belum pecah, harus diberi merkurokrom dan diharapkan akan
terjadi penebalan selaput yang menutupi kantong tersebut sehingga
operasi dapat ditunda sampai beberapa bulan. Sebaiknya operasi dilakukan
segera sesudah lahir, tetapi harus diingat bahwa dengan memasukkan semua
isi usus dan otot visera sekaligus ke rongga abdomen akan menimbulkan
tekanan yang mendadak pada paru sehingga timbul gejala gangguan
pernapasan.
Tindakan yang dapat dilakukan ialah dengan melindungi kantong
omfalokel dengan cairan anti septik misalnya betadin dan menutupnya
dengan kain dakron agar tidak tercemar. Setelah itu segera melaksanakan
persiapan untuk merujuk ke Rumah Sakit untuk segera dilakukan
pembedahan menutup omfalokel agar tidak terjadi cedera pada usus dan
infeksi perut.
Adapun beberapa macam penatalksanaannya meliputi :
1. Penatalaksanan postnatal (setelah kelahiran)
Penatalaksannan postnatal meliputi penatalaksanaan segera
setelah lahir (immediate postnatal), kelanjutan penatalakasanaan
awal apakah berupa operasi atau nonoperasi (konservatif) dan
penatalaksanaan postoperasi. Secara umum penatalaksanaan bayi
dengan omphalokele dan gastroskisis adalah hampir sama.
Bayi sebaiknya dilahirkan atau segera dirujuk ke suatu pusat yang
memiliki fasilitas perawatan intensif neonatus dan bedah anak. Bayi-
bayi dengan omphalokel biasanya mengalami lebih sedikit
kehilangan panas tubuh sehingga lebih sedikit membutuhkan
resusitasi awal cairan dibanding bayi dengan gastroskisis.
Konservatif dilakukan bila penutupan secara primer tidak
memungkinkan, misalnya pada omfalokel dengan diameter > 5 cm.
Perawatan dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1) Bayi dijaga agar tetap hangat
2) Kantong ditutup kasa steril dan ditetesi NaCl 0,9% 3)
3) Posisi penderita miring
4) NGT diisap tiap 30 menit
2. Penatalaksanaan nonnoperasi (konservatif)
Penatalaksanaan omfalokel secara konservatif dilakukan pada
kasus omfalokel besar atau terdapat perbedaan yang besar antara
volume organ-organ intraabdomen yang mengalami herniasi atau
eviserasi dengan rongga abdomen seperti pada giant omphalocele
atau terdapat status klinis bayi yang buruk sehingga ada kontra
indikasi terhadap operasi atau pembiusan seperti pada bayi-bayi
prematur yang memiliki hyaline membran disease atau bayi yang
memiliki kelainan kongenital berat yang lain seperti gagal jantung.
Pada giant omphalocele bisa terjadi herniasi dari seluruh organ-
organ intraabdomen dan dinding abdomen berkembang sangat
buruk, sehingga sulit dilakukan penutupan (operasi/repair) secara
primer dan dapat membahayakan bayi.
Beberapa ahli, walaupun demikian, pernah mencoba melakukan
operasi pada giant omphalocele secara primer dengan modifikasi dan
berhasil. Tindakan nonoperatif secara sederhana dilakukan dengan
dasar merangsang epitelisasi dari kantong atau selaput. Suatu saat
setelah granulasi terbentuk maka dapat dilakukan skin graft yang
nantinya akan terbentuk hernia ventralis yang akan direpair pada
waktu kemudian dan setelah status kardiorespirasi membaik.
Beberapa obat yang biasa digunakan untuk merangsang
epitelisasi adalah 0,25 % merbromin (mercurochrome), 0,25%
silver nitrat, silver sulvadiazine dan povidone iodine (betadine).
Obat-obat tersebut merupakan agen antiseptik yang pada awalnya
memacu pembentukan eskar bakteriostatik dan perlahan-lahan akan
merangsang epitelisasi. Obat tersebut berupa krim dan dioleskan
pada permukaan selaput atau kantong dengan elastik dressing yang
sekaligus secara perlahan dapat menekan dan menguragi isi kantong.
3. Indikasi terapi non bedah adalah:
Bayi dengan ompalokel raksasa (giant omphalocele) dan kelainan
penyerta yang mengancam jiwa dimana penanganannya harus
didahulukan daripada omfalokelnya. Neonatus dengan kelainan yang
menimbulkan komplikasi bila dilakukan pembedahan. Bayi dengan
kelainan lain yang berat yang sangat mempengaruhi daya tahan
hidup.
Prinsip kerugian dari metode ini adalah kenyataan bahwa organ
visera yang mengalami kelainan tidak dapat diperiksa, sebab itu
bahaya yang terjadi akibat kelainan yang tidak terdeteksi dapat
menyebabkan komplikasi misalnya obstruksi usus yang juga bisa
terjadi akibat adhesi antara usus halus dan kantong.
Jika infeksi dan ruptur kantong dapat dicegah, kulit dari dinding
anterior abdomen secara lambat akan tumbuh menutupi kantong,
dengan demikian akan terbentuk hernia ventralis, karena sikatrik
yang terbentuk biasanya tidak sebesar bila dilakukan operasi.
Metode ini terdiri dari pemberian lotion antiseptik secara berulang
pada kantong, yang mana setelah beberapa hari akan terbentuk skar.
Setelah sekitar 3 minggu, akan terjadi pembentukan jaringan
granulasi yang secara bertahap karena terjadi epitelialisasi dari tepi
kantong.
Penggunaan antiseptik merkuri sebaiknya dihindari karena bisa
menghasilkan blood and tissue levels of mercury well above
minimum toxic levels. Alternatif lain yang aman adalah alkohol
65% atau 70% atau gentian violet cair 1%. Setelah keropeng tebal
terbentuk,bubuk antiseptik dapat digunakan. Hernia ventralis
memerlukan tindakan kemudian tetapi kadang-kadang menghilang
secara komplet.
4. Penatalaksanaan dengan operasi
Tujuan mengembalikan organ visera abdomen ke dalam rongga
abdomen dan menutup defek. Dengan adanya kantong yang intak,
tak diperlukan operasi emergensi, sehingga seluruh pemeriksaan
fisik dan pelacakan kelainan lain yang mungkin ada dapat
dikerjakan. Keberhasilan penutupan primer tergantung pada ukuran
defek serta kelainan lain yang mungkin ada (misalnya kelainan paru).
Tujuan operasi atau pembedahan ialah memperoleh lama
ketahanan hidup yang optimal dan menutup defek dengan cara
mengurangi herniasi organ- organ intra abomen, aproksimasi dari
kulit dan fascia serta dengan lama tinggal di RS yang pendek. Operasi
dilakukan setelah tercapai resusitasi dan status hemodinamik stabil.
Operasi dapat bersifat darurat bila terdapat ruptur kantong dan
obstruksi usus.
Operasi dapat dilakukan dengan 2 metode yaitu primary closure
(penutupan secara primer atau langsung) dan staged closure
(penutupan secara bertahap).
5. Penatalaksanaan prenatal pada ompalokel
Apabila terdiagnosa omphalokel pada masa prenatal maka
sebaiknya dilakukan informed consent pada orang tua tentang
keadaan janin, resiko terhadap ibu, dan prognosis. Informed consent
sebaiknya melibatkan ahli kandungan, ahli anak dan ahli bedah anak.
Keputusan akhir dibutuhkan guna perencanaan dan penatalaksanaan
berikutnya berupa melanjutkan kehamilan atau mengakhiri
kehamilan. Bila melanjutkan kehamilan sebaiknya dilakukan
observasi melalui pemeriksaan USG berkala juga ditentukan tempat
dan cara melahirkan. Selama kehamilan omphalokel mungkin
berkurang ukurannya atau bahkan ruptur sehingga mempengaruhi
pronosis.
Oak Sanjai (2002) meyebutkan bahwa komplikasi dari partus
pervaginam pada bayi dengan defek dinding abdomen kongenital
dapat berupa distokia dengan kesulitan persalinan dan kerusakan
organ abdomen janin termasuk liver. Walaupun demikian, sampai
saat ini persalinan melalui sectio caesar belum ditentukan sebagai
metode terpilih pada janin dengan defek dinding abdomen.
Ascraft (1993) menyatakan bahwa beberapa ahli menganjurkan
pengakhiran kehamilan jika terdiagnosa omphalokel yang besar atau
janin memiliki kelainan konggenital multipel.
Tata cara Pengobatannya sebagai berikut :
Omfalokel (eksomfalokel) adalah suatu hernia pada pusat,
sehingga isi perut keluar dan dibungkus suatu kantong peritoneum.
Penanganannya adalah secara operatif dengan menutup lubang pada
pusat. Kalau keadaan umum bayi tidak mengizinkan, isi perut yang
keluar dibungkus steril dulu setelah itu baru dioperasi.
Agar tidak terjadi cedera pada usus dan infeksi perut, segera
dilakukan pembedahan untuk menutup omfalokel. Sebelum
dilakukan operasi, bila kantong belum pecah, harus diberi
merkurokrom dan diharapkan akan terjadi penebalan selaput yang
menutupi kantong tersebut sehingga operasi dapat ditunda sampai
beberapa bulan. Sebaiknya operasi dilakukan segera sesudah lahir,
tetapi harus diingat bahwa dengan memasukkan semua isi usus dan
otot visera sekaligus ke rongga abdomen akan menimbulkan tekanan
yang mendadak pada paru sehingga timbul gejala gangguan
pernapasan.
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer, suzanna C, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Brunner dan
suddarth. Alih. bahasa Agung waluyo,Edisi 8,Jakarta,Egc,2001.
Nanda Internasional,Diagnosis Keperawatan definisi dan Klasifikasi
EGC,2009 – 2011
Sudoyo Aru W,Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid II edisi IV :2006

Anda mungkin juga menyukai