Anda di halaman 1dari 8

Struktur dan Fungsi Pembuluh Darah

Pembuluh-pembuluh darah memiliki lumen (rongga) tengah yang dllaplsi oleh endotelium
(endothelium), selapis sel-sel epitelial pipih. Kapiler adalah pembuluh darah terl<ecil, yang
memiliki diameter hanya sedikit lebih besar dari sel darah merah. Kapiler juga memiliki dinding
yang sangat tipis, terdiri dari endotelium saja dan iamina basalnya. Organisasi struktural ini
memfasilitasi pertukaran zat-zat antara darah dalam kapiler dan cairan interstisial. Dinding-
dinding arteri dan vena memiliki organisasi yang lebih kompleks daripada dinding-dinding
kapiler. Baik arteri maupun vena memiliki dua lapisan jaringan yang mengelilingi endotelium:
lapisan luar jaringan ikat yang mengandung serat elastis, yang memungkinkan pembuiuh
merentang dan kembali ke bentuk semula, serta Iapisan tengah yang mengandung otot polos
dan serat elastis yang lebih banyak. Akan tetapi, arteri dan vena memiliki beberapa perbedaan
penting. Untuk diameter pembuluh darah yang sama, arteri memiliki dinding yang lebih tebal
kira-kira tiga kali lipat daripada dinding vena. Dinding-dinding arteri yang paling tebal sangatlah
kuat, sehingga bisa menampung darah bertekanan tinggi yang dipompakan oleh jantung, dan
kemampuannya melenting kembali ke bentuk semula membantu mempertahankan tekanan
darah ketika jantung berelaksasi di antara kontraksi-kontraksi. Sinyal-sinyal dari sistem saraf
dan hormon-hormon yang bersirkulasi di dalam darah bekerja pada otot-otot polos dalam
arteri, sehingga mengontrol aliran darah ke bagian-bagian tubuh yang berbeda. Vena-vena yang
berdinding lebih tipis membawa darah kembali ke jantung pada kecepatan dan tekanan yang
lebih rendah. Katup-katup di dalam vena mempertahankan aliran darah searah dalam
pembuluh-pembuluh ini .
Kecepatan Aliran Darah

Untuk memahami bagaimana diameter pembuluh darah memengaruhi aliran darah,


pertimbangkan bagaimana air mengalir melalui selang tebal yang terhubung ke ledeng. Ketika
ledeng dibuka, air mengalir pada kecepatan yang sama di seluruh bagian selang. Akan tetapi,
jika kepala selang (nozzle) yang sempit dipasangkan di ujung selang, air akan keluar dari kepala
selang pada kecepatan yang jauh lebih tinggi. Karena air tidak terkompresi di bawah tekanan,
volume air yang bergerak melalui kepala selang dalam satu waktu pastilah sama dengan volume
yang bergerak di seluruh bagian selang yang lain. Luas irisan melintang kepala selang lebih kecil
daripada selang, sehingga air mengalir semakin cepat di dalam kepala selang.

Tekanan Darah

Darah, seperti semua cairan, mengalir dari daerah daerah yang bertekanan lebih tinggi ke
daerah-daerah yang bertekanan lebih rendah. Kontraksi ventrikel jantung menghasilkan
tekanan darah, yang memberikan gaya ke semua arah. Gaya yang terarah memanjang dalam
suatu arteri menyebabkan darah mengalir dari jantung, tempat yang bertekanan paling tinggi.
Gaya yang diberikan terhadap dinding arteri yang elastis akan merentangkan dinding tersebut,
dan pelentingan kembali dinding-dinding arteri memainkan peran yang penting dalam
mempertahankan tekanan darah, demikian pula dengan aliran darah, di seluruh siklus jantung.
Begitu darah memasuki jutaan arteriola-arteriola dan kapiler kapiler yang mungil, diameter
pembuluh-pembuluh ini yang sempit akan menghasilkan tahanan yang cukup besar terhadap
aliran darah. Tahanan ini menyingkirkan sebagian besar tekanan yang dihasilkan oleh
pemompaan jantung pada saat darah memasuki vena-vena.

Perubahan pada Tekanan Darah Selama Siklus Jantung

Tekanan darah arteri paling tinggi ketika jantung berkontraksi selama sistol ventrikel. Tekanan
pada saat itu disebut tekanan sistolik (systolic pressure). Peningkatan tekanan darah yang tajam
akibat kontraksi ventrikel-ventrikel yang kuat akan merentangkan arteri. Lonjakan tekanan
darah sebagian disebabkan oleh bukaan sempit arteriola yang menghambat pengeluaran darah
dari arteri. Dengan demikian, ketika jantung berkontraksi, darah memasuki arteri-arteri secara
lebih cepat daripada darah yang mengalir keluar, dan pembuluh-pembuluh darah pun
merentang akibat kenaikan pada tekanan. Selama diastol, dinding-dinding arteri yang elastis
melenting balik. Sebagai konsekuensinya, terjadi tekanan darah yang lebih rendah namun tetap
cukup besar ketika ventrikel-ventrikel berelaksasi (tekanan diastolik, diastolic pressure).
Sebelum terdapat cukup banyak darah yang mengalir ke dalam arteriola untuk meringankan
tekanan di dalam arteri secara sepenuhnya, jantung sudah berkontraksi lagi. Karena arteri tetap
tertekan di sepanjang siklus jantung, darah akan terus-menerus mengalir ke dalam arteriola dan
kapiler.

Regulasi Tekanan Darah

Tekanan darah berfluktuasi pada dua skala waktu yang berbeda. Yang pertama adalah osilasi
pada tekanan darah arteri selama masing-masing siklus jantung. Tekanan darah juga
berfluktuasi pada skala waktu yang lebih lama sebagai respons terhadap sinyal-sinyal yang
mengubah kondisi otot-otot polos dalam dinding-dinding arteriola. Misalnya, stres fisik atau
emosional dapat memicu respons saraf dan hormonal yang menyebabkan otot-otot polos
dalam dinding dinding arteriola berkontraksi, suatu proses yang disebut vasokonstriksi
(vasoconstriction). Ketika itu terjadi, arteriola-arteriola menyempit, sehingga meningkatkan
tekanan darah ke hulu di dalam arteri. Ketika otot-otot polos berelaksasi, arteriola-arteriola
mengalami vasodilasi (vasodilation), peningkatan diameter yang menyebabkan tekanan darah
di dalam arteri menurun.

Vasokonstriksi dan vasodilasi seringkali dipasangkan dengan perubahan-perubahan pada


keluaran jantung yang juga memengaruhi tekanan darah. Koordinasi mekanisme regulasi ini
mempertahankan aliran darah yang cukup saat kebutuhan tubuh pada sistem sirkulasi berubah.
Selama olahraga berat, misalnya, arteriola dalam otot otot yang bekerja berdilasi,
menyebabkan aliran darah kaya-oksigen yang lebih besar ke otot-otor tersebut. Peningkatan
aliran darah ke otot-otot akan menyebabkan penurunan pada tekanan darah (demikian pula
dengan aliran darah) di dalam tubuh secara keseluruhan. Akan tetapi, keluaran jantung
meningkat pada saat yang sama, sehingga mempertahankan tekanan darah dan mendukung
peningkatan aliran darah yang diperlukan.

Tekanan Darah dan Gravitasi

Tekanan darah umumnya diukur untuk suatu arteri di dalam lengan yang tingginya sama
dengan jantung (Peraga 42.13). Untuk seorang manusia sehat berusia 20 tahun dalam kondisi
istirahat, tekanan darah arteri di dalam sirkuit sistemik biasanya sekitar 120 milimeter raksa
(mm Hg) pada sistol dan 70 mm Hg pada diastol, kombinasi yang dituliskan 120/70. (Tekanan
darah arteri di dalam sirkuit pulmoner enam hingga sepuluh kali lebih rendah.)

Gravitasi memiliki efek yang signifikan pada tekanan darah. Saat berdiri, misalnya, kepala kira-
kira 0,35 m lebih tinggi daripada dada, dan tekanan darah arteri pada otak lebih rendah sekitar
27 mm Hg daripada arteri di dekat jantung. Jika tekanan darah pada otak terlalu rendah untuk
menyediakan aliran darah yang cukup, mungkin akan pingsan. Dengan menyebabkan tubuh
Anda rebah ke tanah, pingsan secara efektif akan menempatkan kepala Anda pada ketinggian
yang sama dengan jantung, sehingga meningkatkan aliran darah ke otak secara cepat.
Tantangan memompa darah melawan gravitasi sangatlah besar bagi hewan-hewan dengan
leher yang sangat panjang. Jerapah, misalnya, membutuhkan tekanan sistolik lebih dari 250 mm
Hg di dekat jantung. Ketika jerapah menundukkan kepalanya untuk minum, katup dan sinus
yang searah, bersama dengan mekanisme umppan-balik yang mengurangi keluaran jantung,
mencegah agar tekanan yang tinggi ini tidak merusak otak. Kita dapat menghitung bahwa
dinosaurus dengan leher yang panjangnya hampir 10 m akan memerlukan tekanan sistolik yang
lebih besar lagi-hampir 760 mm Hg-untuk memompa darah ke otak ketika kepalanya diangkat
sepenuhnya. Akan tetapi, perhitungan berdasarkan anatomi dan laju metabolik yang
berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa dinosaurus tidak memiliki jantung yang cukup
kuat untuk menghasilkan tekanan setinggi itu. Berdasarkan bukti ini. dan berbagai penelitian
struktur tulang leher, beberapa ahli

biologi telah menyimpulkan bahwa dinosaurus berleher panjang mencari makan di dekat
permukaan tanah, bukan melahap dedaunan yang tinggi. Gravitasi juga memengaruhi aliran
darah dalam vena, terutama di dalam kaki. Walaupun tekanan darah di vena relatif rendah,
beberapa mekanisme membantu pengembalian darah vena ke jantung. Pertama, kontraks
ritmis otot-otot polos pada dinding-dinding venula dan Vena membantu pergerakan darah.
Kedua, dan yang lebih penting, kontraksi otot-otot rangka selama pergerakan menekan darah
melalui vena menuju jantung (Peraga 42.14). Inilah mengapa berjalan bolak-balik di gang
pesawat. secara berkala selama penerbangan jauh membantu mencegah pembentukan
gumpalan darah dalam vena yang berpotensi membahayakan. Ketiga, perubahan tekanan di
dalam rongga toraks (dada) selama inhalasi menyebabkan vena kava dan vena-vena besar yang
lain di dekat jantung mengembang dan terisi dengan darah.
Pada kasus-kasus yang jarang terjadi, para pelari dan atlet-atlet yang lain dapat mengalami
gagal jantung jika mereka menghentikan olah raga berat secara tiba-tiba. Ketika otot-otot kaki
mendadak berhenti berkontrakal dan berelaksasi, hanya ada sedikit darah yang kembali ke
jantung, yang akan terus berdenyut dengan cepat. Jika jantung lemah atau rusak, aliran darah
yang tidak mencukupi ini dapat menyebabkan jantung gagal berfungsi. Untuk mengurangi risiko
terjadinya stres berlebihan pada Jantong, para atlet disarankan untuk melakukan aktivitas
sedang setelah berolah raga berat, seperti berjalan kaki, sebagai 'pendinginan' hingga denyut
jantung mereka mendekati kondisi istirahat.

Fungsi Kapiler

Setiap saat, hanya ada sekitar 5-10% kapiler-kapiler tubuh yang dialiri oleh darah. Akan tetapi,
masing-masing jaringan memiliki banyak kapiler-kapiler, sehingga setiap bagian tubuh disuplai
dengan darah setiap waktu. Kapiler kapiler di dalam otak, jantung, ginjal, dan hati biasanya
terisi penuh, namun pada banyak bagian tubuh yang lain, suplai darah bervariasi dari waktu ke
waktu saat darah dialihkan dari satu tujuan ke tujuan lain. Misalnya, aliran darah ke kulit
diregulasi untuk membantu mengontrol suhu tubuh, dan suplai darah ke saluran pencernaan
meningkat setelah makan. Selama berolahraga berat, darah dialihkan dari saluran pencernaan
dan mengalir lebih deras ke otot-otot rangka dan kulit. Inilah alasan mengapa berolahraga
berat segera setelah makan besar dapat menyebabkan gangguan pencernaan.
Pengembalian Cairan oleh Sistem Limfe

Di seluruh tubuh, hanya ada sekitar 85% dari cairan yang meninggalkan kapiler-kapiler karena
tekanan darah memasukkan mereka kembali sebagai akibat dari tekanan osmotik. Setiap hari,
ketidakseimbangan ini mengakibatkan kehilangan sekitar 4 L cairan dari kapiler ke jaringan
jaringan di sekitarnya. Ada pula beberapa kebocoran protein-protein darah, walaupun dinding
kapiler tidak terlalu permeabel terhadap molekul-molekul besar. Cairan dan protein yang hilang
kembali ke darah melalui sistem limfatik (lymphatic system), yang mencakup jejaring
pembuluh-pembuluh kecil yang bercampur di antara kapiler-kapiler sistem kardiovaskular.
Setelah memasuki sistem limfatik melalui difusi, cairan itu disebut limfe. (lymph): komposisinya
kira-kira sama dengan cairan interstisial. Sistem limfatik mengalir ke dalam vena-vena besar
dari sistem sirkulasi di dasar leher. penggabungan sistem limfatik dan sirkulasi ini berfungsi
dalam transfer lipid dari usus halus ke darah.

Anda mungkin juga menyukai